BAB I PENDAHULUAN. antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. khususnya Baitul Maal wa Tamwil (BMT) selalu berupaya untuk. sehingga tercipta pemerataan ekonomi untuk semua kalangan.

BAB V PEMBAHASAN. pengolahan lebih lanjut dari hasil uji hipotesis. Dalam analisis ini akan dibuat

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB II Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi pioner bagi bank syariah lainnya telah lebih dahulu menerapkan. sistem ini ditengah menjamurnya bank-bank konvensional.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami.

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu. Namun prinsip-prinsip pertukaran barang dan pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena usaha berskala kecil dinilai mampu bertahan dalam keadaan

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian nasional. Fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. dengan mengambil judul Analisis Kelayakan Pembiayaan Mikro pada Bank

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut dikarenakan dari hasil penyaluran pembiayaan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. unsur-unsur yang dilarang, berupa unsur perjudian (maisyir), unsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan perencanaan jangka panjang yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan nilai moraldan prinsip-prinsip syari ah Islam.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar

BAB I PENDAHULUAN. Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2002, hlm. 127.

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. jasa dalam skala industri kecil, menengah sampai besar dengan peraturan pelayanan yang

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB I PENDAHULUAN. diragukan lagi. Salah satunya adalah Baitul Maal Wat Tamwil (BMT). sementara yang lain merasa kesulitan dalam memenuhi kebutuhan

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia sebagaimana yang tertuang dalam. Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi hasil, bahkan memungkinkan bank untuk menggunakan dual system,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Salah satu lembaga moneter ini adalah Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang berkelebihan untuk kemudian di salurkan kepada pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan lembaga keuangan syariah non-bank yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

BAB I PENDAHULUAN. sebutan Baitut Tamwil Muhammadiyah (BTM) An-Nuur merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah menjelaskan, praktik perbankan syari ah di masa sekarang

BAB I PENDAHULUAN menyebabkan banyak bank yang menjalankan prinsip syariah. Perbankan

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. perbankan nasional yang terbagi menjadi dua macam yaitu perbankan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah, Baitul Maal wat Tamwil sangat dibutuhkan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ismail, Perbankan Syariah, Prenadamedia Group, Jakarta, 2011, hlm 29-30

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lembaga keuangan, khususnya lembaga perbankan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. ekonominya. Untuk meningkatkan perekonomian, fokus pemerintah. Indonesia salah satunya pada sektor keuangan dan sektor riil.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan syariah pada tahun Salah satu uji coba yang cukup

DAFTAR PUSTAKA. Bambang, Agus Pramuka, Faktor-faktor yang Berpengaruh. Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank UmumSyariah Jurnal Jurusan

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. 2015, h Gita Danupranata, Buku Ajar Manajemen Perbankan Syariah, Jakarta: Salemba. Empat, 2013, h. 103.

BAB V PENUTUP. Berdasarkan penelitian penulis yang berjudul Evaluasi Manajemen Risiko. Bina Sejahtera maka dapat penulis simpulkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, ada

BAB I PENDAHULUAN. 1 M. Aziz A, Pedoman Pendirian BMT. Jakarta: Pinbuk Press, 2004, h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan meningkatnya pendapatan ekonomi masyarakat membuat rasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. hlm.15. Press, 2008,hlm. 61

PERBANDINGAN PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT KUPEDES DENGAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH

BAB I PENDAHULUAN. M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah), PT. Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm.

PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL DAN PEMBIAYAAN MURABAHAH TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN ( Studi Kasus pada PT. BPR Syariah Al-Wadi ah )

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syari ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk muslim

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia (fala>h{). Fala>h{

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic

BAB I PENDAHULUAN. syariah prinsipnya berdasarkan kaidah al-mudharabah. Berdasarkan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. disetujuinya Undang-undang No.10 Tahun Dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadikan manusia dengan berbagai naluri, di antaranya naluri hidup

BAB I PENDAHULUAN. Muhamad, Sistem Bagi Hasil dan Pricing Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2016, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Setelah berdirinya Bank Muamalah Indonesia (BMI) timbul peluang. untuk mendirikan bank-bank lain yang memiliki prinsip syariah.

BAB I PENDAHULUAN. Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, UII Press, Yogyakarta, 2002, hlm.91. 2

BAB I PENDAHULUAN. 1 Subandi, Ekonomi Koperasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 14

BAB I PENDAHULUAN. krisis, perbankan syariah mulai dapat berdiri sedangkan sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. memberikan sinyal positif, termasuk Baitul Maal wat Tamwil (BMT) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. mikro ini tampil dalam bentuk Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). Lembaga ini secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BMT merupakan pelaku ekonomi baru dalam kegiatan perekonomian nasional yang beroperasi dengan menggunakan prinsip syariah. BMT melakukan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan. konvensional menggunakan bunga (interest) sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. Syariah (KSPPS), koperasi tersebut kegiatan usahanya bergerak di bidang

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB I PENDAHULUAN. bank-bank konvensional yang membuka sistem baru dengan membuka bank. berpengaruh dalam kegiatan ekonomi di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pres, cet-ke 1, 2004, h Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil, Yogyakarta: UII

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting. syariah telah memasuki persaingan berskala global,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada Hukum Ekonomi Syariah yang ada di Lembaga Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian suatu Negara. Posisi lembaga keuangan sangat

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. melalui paket-paket kebijakan untuk mendorong kehidupan sektor usaha

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sesama dalam persaingannya didunia ekonomi. Hal tersebut sudah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian Indonesia yang berperan sebagai pengatur perkonomian negara salah satunya dengan cara mediasi antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat. Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia khususnya perbankan syariah berkembang dengan pesat sejak tahun 1999 yaitu setelah berlakunya Undang-undang nomor 10 tahun 1998 yang merupakan penyempurnaan dari Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. Dengan berkembangnya perbankan syariah di Indonesia tersebut mendorong perkembangan Lembaga Keuangan Syariah lainnya seperti antara lain Asuransi Syariah, Lembaga Pembiayaan Syariah, Pegadaian Syariah, Koperasi Syariah dan juga Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang sering disebut dengan Baitul Maal wat Tamwil (BMT) yaitu lembaga keuangan mikro yang berbadan hukum Koperasi Syariah atau Jasa Keuangan Syariah (KJKS). 1 Lembaga Keuangan Syariah tersebut mempunyai karakteristik umum dan landasan dasar operasional secara keseluruhan sesuai dengan prinsip syariah yaitu prinsip bagi hasil (profit sharing). 1 Wiroso, Akuntansi Transaksi Syariah (Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia, 2011) hal.19 1

2 Salah satu perwujudan dari sistem Lembaga Keuangan Mikro Syariah yaitu Baitul Maal Wat Tamwil (BMT). Dalam operasionalnya, BMT bergerak dalam dua fungsi yakni sebagai Baitul Maal (lembaga sosial) dan Baitut Tamwil (lembaga bisnis) yang menggunakan prinsip bagi hasil. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) pada dasarnya merupakan pengembangan dari konsep ekonomi Islam terutama dalam bidang keuangan. 2 Peran BMT dalam kondisi saat sekarang ini sangat dibutuhkan sekali. Para pengusaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) sangatlah kesulitan dalam memperoleh modal usahanya, disisi lain adanya rentenir atau lintah darat yang menjamur di masyarakat yang mengakibatkan masyarakat semakin terjerumus pada masalah ekonomi yang tidak menentu. Oleh karena itu peran BMT diharapkan mampu berperan lebih aktif dalam memperbaiki kondisi masyarakat saat ini. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) selalu berusaha untuk memenuhi keinginan dan memberi kenyamanan kepada anggota. Seperti halnya pada penyaluran dana, BMT membantu dan memenuhi kebutuhan anggota yang membutuhkan dana untuk kelancaran atau memajukan usaha yang dimilikinya atau untuk kepentingan lainnya. Sedangkan dalam penghimpunan dana atau penyimpanan dana, BMT berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga keamanan dana anggota. Dalam menjalankan usahanya, BMT tidak jauh berbeda dengan Bank Syari ah yang mempunyai lima konsep dasar yang terdiri dari sistem simpanan murni (al Wadiah, al mudharabah), sistem bagi hasil (al Mudharabah al Musyarakah), sistem jual beli dan margin 2 Hartono Widodo, PAS (Pedoman Akuntansi Syari ah) Panduan Praktis Operasional BMT (Bandung, Mizan, 2000), hal. 81.

3 keuntungan (Bai al Murabahah, Bai Bitsaman Ajil, Bai as Salam, dan Bai al Istishna), sistem non profit dan produk pembiayaan dengan pengambilan fee (al Kafalah, al Hiwalah, al Jialah, dan al Wakalah). 3 Penyaluran pembiayaan oleh BMT salah satunya digunakan untuk membantu anggota yang kekurangan modal usaha sehingga ketika anggota mendapatkan bantuan pembiayaan maka diharapkan usaha anggota dapat berkembang dan lebih produktif. Ketika usaha anggota berjalan dengan lancar, memungkinkan bagi anggota untuk melakukan ekspansi sehingga akan semakin meningkatkan produktivitas anggota. Namun, anggota yang telah diberikan pembiayaan berkewajiban untuk mengembalikan pembiayaan secara penuh agar tidak terjadi kelalaian dan rusaknya moral seseorang disebabkan karena kurangnya kesadaran bahwasanya dia telah dibantu sedangkan dia sengaja tidak mengembalikannya. Apabila hal tersebut terjadi, akan menimbulkan pembiayaan bermasalah yang jika tidak segera ditindak lanjuti menyebabkan kerugian terhadap lembaga keuangan yang berimbas pada kesehatan BMT. Dalam pemberian pembiayaan, BMT memerlukan adanya analisis pembiayaan kepada calon anggota. Analisis pembiayaan memiliki tujuan untuk menilai kelayakan calon anggota. Jika terjadi kelalaian atau kesalahan dalam menganalisis calon anggota maka akan merugikan pihak BMT. Prinsip analisis pembiayaan yang biasa digunakan untuk analisis pembiayaan yaitu 6C (Character, Capital, Capacity, Colleteral, Condition of Economy dan 3 Warkun Sumitro, Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait di Indonesia, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996) hal 81.

4 Constrain). Kemudian penilaian pembiayaan dengan metode analisis 7P (Personality, Party, Purpose, Prospect, Payment, Profitability dan Protection). Salah satu yang menjadi perhitungan BMT dalam memberikan pembiayaan adalah kepribadian (personality) anggota yang tercakup dalam metode analisis pembiayaan 7P yaitu dengan menilai anggota dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Kepribadian ini mencakup sikap, emosi, tingkah laku, dan tindakan anggota dalam menghadapi suatu masalah. 4 Kepribadian seseorang menjadi faktor yang harus dinilai oleh BMT karena calon anggota yang dinilai memiliki kepribadian baik akan mendapatkan prioritas untuk mendapatkan pembiayaan. Dengan kepribadian baik tidak di pungkiri anggota tersebut mempunyai itikad baik untuk melunasi atau mengembalikan pembiayaan sehingga tidak akan menyulitkan BMT di kemudian hari. Selain itu, faktor lain yang juga berpengaruh adalah religiusitas dan pendapatan anggota. Religi merupakan kepercayaan kita kepada Tuhan atau kepercayaan adanya kekuatan di atas manusia. Religiusitas adalah pengabdian terhadap agama (kesalehan). 5 Sebagai orang Islam, kita wajib mempercayai adanya Tuhan Yang Maha Esa dengan menjalankan segala ajaran agama Islam secara menyeluruh. Kemantapan, keteguhan serta keyakinan seseorang terhadap BMT merupakan cerminan dari religiusitas. Operasional BMT sesuai prinsip syariah dalam segala produk pembiayaan yang diberikan kepada anggotanya. Anggota yang telah mendapat pembiyaan dari BMT wajib 4 Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainya(Jakarta : PT. Rajawali Pers, 2013) hal.96 5 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), hal. 1159

5 mengembalikan pembiayaan yang telah diberikan. Dalam islam telah di jelaskan bahwa orang yang berhutang hendaknya berusaha melunasi hutangnya sesegera mungkin ketika telah memiliki kemampuan untuk mengembalikan hutangnya. Sebab orang yang menunda-menunda pelunasan hutang padahal telah mampu, maka tergolong orang yang berbuat zhalim. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: penundaan pembayaran hutang bagi orang yang sudah mampu membayarnya, maka dihalalakan kehormatan dan siksaannya (HR.Abu Dawud dan Nasa i). 6 Dari hadis tersebut dijelaskan bahwa menunda pembayaran hutang dalam keadaan sudah mampu membayar hukumnya haram. Dengan demikian seseorang yang mempunyai religius tinggi, akan takut ketika melanggar ajaran agama Islam. Semakin religius seorang muslim, maka semakin berhati-hati dalam berperilaku ekonomi yaitu disesuaikan dengan syariat Islam. Sedangkan pendapatan merupakan uang yang diterima seseorang dalam bentuk gaji (wage), upah, sewa, laba dan sebagainya yang didapatkan oleh anggota secara rutin. 7 Pendapatan (Profitability) digunakan sebagai salah satu penilaian kepada anggota untuk menganalisis bagaimana kemampuan anggota dalam mencari keuntungan usahanya. Diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang diperolehnya. 8 Dalam Islam, kita diwajibkan untuk berusaha agar mendapatkan rezeki yang halal untuk memenuhi kebutuhan 6 Ahmad Muhammad Yusuf, Ensiklopedia Tematis Ayat Al-Qur an dan Hadist(Jakarta: Widya Cahaya,2009)hal. 73 7 Muhammad Abdul Karim Mustofa, Kamus Bisnis Syariah (Yogyakarta : Asnalitera, 2012) hal.31. 8 Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainya,.hal. 96

6 hidup. Seorang muslim harus memiliki semangat untuk lebih produktif sehingga mampu memberikan manfaat bagi lingkungan di sekitarnya. Seseorang yang memiliki kepribadian seperti ini akan senantiasa bekerja keras memanfaatkan keahlian dan ketrampilannya pada usaha-usaha produktif. Dengan usaha dan kerja keras tersebut diharapkan akan menghasilkan pendapatan atau keuntungan dari hasil usaha menjual barang atau jasa tersebut. Pendapatan yang dimiliki dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pribadi mereka atau disisihkan untuk memperluas usaha dan memenuhi kewajibankewajiban mereka. Salah satu Lembaga Keuangan Mikro Syariah di Kabuputen Tulungagung adalah BMT Istiqomah. BMT Istiqomah didirikan pada tanggal 3 Maret 2001 yang dibidangi oleh 36 orang pendiri. Pada tanggal 4 Juni 2001 BMT Istiqomah diresmikan operasionalnya oleh Direktur Pinbuk Tulungagung dengan Sertifikat Binaan Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) Tulungagung Nomor: 00101/52000/PINBUK/VI/2001. Kegiatan operasional BMT Istiqomah diatur dengan norma-norma hukum agama dalam hal ini adalah fiqh muamalah. Belum lagi pada kewajiban sosial yang diemban terkait dengan adanya Baitul Maal yang melekat padanya. Keberadaan BMT Istiqomah bertujuan untuk menjadi mitra bagi sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang tersebar di Tulungagung. BMT Istiqomah selama ini telah banyak menyalurkan pembiayaan kepada anggota khususnya dalam pembiayaan murabahah. Salah satu alasan penggunaan pembiayaan ini adalah dalam pembiayaan murabahah mempunyai

Jumlah Anggota 7 resiko kecil. Pembiayaan murabahah merupakan jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati dan pihak BMT harus memberitahu harga barang yang di beli dan memberitahukan harga jual barang kepada anggota. Berikut adalah grafik perkembangan pembiayaan di BMT Istiqomah Tulungagung: Gambar 1.1 Perkembangan Pembiayaan di BMT Istiqomah Tulungagung Tahun 2013-2015 1200 1000 800 600 400 200 0 BBA Mudharabah Murabahah Pembiayaan 2015 2014 2013 Sumber : RAT, 2015 Gambar 1.1 menunjukkan perkembangan jumlah anggota pembiayaan di BMT Istiqomah Tulungagung dari Tahun 2013-2015. Dari gambar tersebut diketahui bahwa mayoritas anggota BMT Istiqomah menggunakan pembiayaan murabahah. Pada tahun 2013 anggota pembiayaan murabahah sejumlah 1057 orang. Pada tahun 2014 sejumlah 1056 orang dan pada tahun 2015 mengalami penurunan dengan jumlah 959 orang. Pembiayaan murabahah yang diberikan kepada para anggota tidak akan lepas dari resiko terjadinya pembiayaan bermasalah seperti penunggakan bahkan kemacetan pembayaran angsuran. Semakin banyak pembiayaan yang

8 diberikan akan berpengaruh terhadap profitabilitas BMT dan memungkinan resiko terjadinya kredit macet akan meningkat. Pada akhir tahun 2015 diketahui kolektibilitas anggota pembiayaan dalam kategori lancar sebesar 50%, dalam perhatian khusus sebesar 27%, kurang lancar 11%, diragukan 6% dan macet 6%. 9 Banyak faktor penyebab terhambatnya pengembalian pembiayaan di BMT Istiqomah, diantaranya karena kurang penerapan prinsip kehati-hatian dari pihak BMT dalam analisa pembiayaan. Selain itu, dari para anggota yang sengaja atau tidak sengaja mengembalikan kewajibannya. Anggota yang tidak sengaja mengembalikan kewajibannya biasanya terjadi karena usaha anggota tersebut mengalami musibah seperti terkena hama, kebanjiran, dan sebagainya. Sehingga kemampuan untuk membayar kredit dari anggota tidak ada. Berdasarkan pemaparan-pemaparan yang telah diuraikan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Kepribadian, Religiusitas dan Pendapatan Anggota Terhadap Tingkat Pengembalian Pembiayaan Murabahah di BMT Istiqomah Unit II Tulungagung. B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah 1. Identifikasi Untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian maka peneliti lebih memfokuskan penelitiannya hanya pada penganalisisan beberapa variabel yang dianggap sangat berpengaruh terhadap tingkat 9 Wawancara Manajer BMT Istiqomah Unit II Tulungagung: Bpk. Zainul Fuad

9 pengembalian pembiayaan murabahah di BMT Istiqomah Unit II Tulungagung. a. Variabel kepribadian anggota dengan menilai anggota dari segi sikap, emosi, tingkah laku sehari-hari yang mempengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan murababah di BMT Istiqomah Unit II Tulungagung. b. Variabel religiusitas anggota dengan menilai sejauhmana kepercayaan atau keimanan anggota sehingga mempengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan murababah di BMT Istiqomah Unit II Tulungagung. c. Variabel pendapatan anggota dengan menilai gaji atau keuntungan yang di dapat dari usaha yang dijalankan sehingga mempengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan murababah di BMT Istiqomah Unit II Tulungagung. 2. Pembatasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada objek penelitian anggota pembiayaan murabahah di BMT Istiqomah Unit II Tulungagung. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah kepribadian berpengaruh terhadap tingkat pengembalian pembiayaan murabahah di BMT Istiqomah Unit II Tulungagung?

10 2. Apakah religiusitas berpengaruh terhadap tingkat pengembalian pembiayaan murabahah di BMT Istiqomah Unit II Tulungagung? 3. Apakah pendapatan anggota berpengaruh terhadap tingkat pengembalian pembiayaan murabahah di BMT Istiqomah Unit II Tulungagung? 4. Apakah secara bersama-sama kepribadian, religiusitas, dan pendapatan anggota berpengaruh terhadap pembiayaan murabahah di BMT Istiqomah Unit II Tulungagung? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menguji pengaruh kepribadian terhadap tingkat pengembalian pembiayaan murabahah di BMT Istiqomah Unit II Tulungagung. 2. Untuk menguji pengaruh religiusitas terhadap tingkat pengembalian pembiayaan murabahah di BMT Istiqomah Unit II Tulungagung. 3. Untuk menguji pengaruh pendapatan anggota terhadap tingkat pengembalian pembiayaan murabahah di BMT Istiqomah Unit II Tulungagung. 4. Untuk menguji pengaruh secara bersama-sama kepribadian, religiusitas dan pendapatan anggota terhadap tingkat pengembalian pembiayaan murabahah di BMT Istiqomah Unit II Tulungagung.

11 E. Kegunaan Penelitian Penelitian yang dilakukan ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Secara Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran kajian perilaku organisasi dan Lembaga Keuangan Syariah mengenai pengaruh kepribadian, religiusitas dan pendapatan anggota terhadap pengembalian pembiayaan murabahah. 2. Secara Praktis a. Bagi Lembaga Keuangan Syariah Dapat memberikan informasi dalam mengidentifikasi dan menganalisis calon angggota BMT Istiqomah Unit II Tulungagung melalui kepribadian, religiusitas dan pendapatan anggota terhadap pengembalian pembiayaan murabahah yang akan berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas BMT. b. Bagi Akademisi Dapat memberikan tambahan informasi yang dapat dijadikan bahan rujukan dan pengetahuan bagi para akademisi yang ingin mendalami perbankan syariah. c. Bagi Peneliti Selanjutnya Untuk menambah ilmu pengetahuan dan sebagai pijakan dalam penelitian lanjutan yang lebih mendalam dan komprehensif yang khususnya berkenaan dengan penelitian pengaruh kepribadian,

12 religiusitas dan pendapatan anggota terhadap tingkat pengembalian pembiayaan murabahah. F. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. 10 Hubungan antara variabel dalam penelitian ini memiliki hipotesis yaitu: 1. Ho: Tidak ada pengaruh kepribadian (X 1 ) terhadap tingkat pengembalian pembiayaan murabahah (Y). Ha : Ada pengaruh kepribadian (X 1 ) terhadap tingkat pengembalian pembiayaan murabahah (Y). 2. Ho: Tidak ada pengaruh religiusitas (X 2 ) terhadap tingkat pengembalian pembiayaan murabahah (Y). Ha : Ada pengaruh religiusitas (X 2 ) terhadap tingkat pengembalian pembiayaan murabahah (Y). 3. Ho: Tidak ada pengaruh pendapatan anggota (X 3 ) terhadap tingkat pengembalian pembiayaan murabahah (Y). Ha : Ada pengaruh pendapatan anggota (X 3 ) terhadap tingkat pengembalian pembiayaan murabahah (Y). 10 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis,(Bandung: Alfabeta, 2007) hal.51.

13 4. Ho: Secara bersama-sama tidak ada pengaruh kepribadian (X 1 ), Religiusitas (X 2 ), dan pendapatan anggota (X 3 terhadap tingkat pengembalian pembiayaan murabahah (Y). Ha : Secara bersama-sama ada pengaruh kepribadian (X 1 ), religiusitas (X 2 ), dan pendapatan anggota (X 3 terhadap tingkat pengembalian pembiayaan murabahah (Y). G. Penegasan Istilah Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam menginterpretasikan istilah-istilah dalam penelitian ini serta memahami pokok uraian, maka penulis mengemukakan pengertian dari judul Pengaruh Kepribadian, Religiusitas, dan Pendapatan Anggota terhadap Tingkat Pengembalian Pembiayaan Murabahah di BMT Istiqomah Unit II Tulungagung. 1. Secara Konseptual a. Kepribadian berkaitan dengan adanya perbedaan karakteristik yang paling dalam pada diri (inner psychological characteristics) manusia, perbedaan karakteristik tersebut menggambarkan ciri unik dari masingmasing individu. 11 b. Religi berarti sistem kepercayaan dan peribadatan kepada Tuhan. 12 11 Ujang Sumarwon, Perilaku Konsumen(Bogor Selatan: Ghalia Indonesia, 2002)hal.47 12 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia untuk Pelajar,(Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2011)hal.452

14 c. Pendapatan atau income disebut juga dengan ratib, salary, reward yang merupakan uang yang diterima seseorang dan perusahaan dalam bentuk gaji (wage), upah, sewa, laba dan sebagainya. 13 d. Anggota koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi. 14 e. Tingkat pengembalian merupakan gambaran kondisi pembayaran pokok dan bunga pinjaman serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam surat-surat berharga atau penanaman lainnya. 15 f. Pembiayaan murabahah diartikan sebagai jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam Ba i al murabahah, penjual harus memberitahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. 16 g. Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), secara harfiah/lughowi baitul maal berarti rumah dana dan baitul tamwil berarti rumah usaha. Baitul maal berfungsi untuk mengumpulkan sekaligus mentasyarufkan dana sosial. Sedangkan baitut tamwil merupakan lembaga bisnis yang bermotif laba. 17 13 Muhammad Abdul Karim Mustofa, Kamus Bisnis Syariah (Yogyakarta : Asnalitera, 2012)hal.31. 14 Muhammad Firdaus, Perkoperasian:Sejarah, Teori, dan Praktek (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002) hal.55 15 Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan (Jakarta: FEUI, 2004)hal.174 16 Muhammad Syafi I Antonio, Bank Syariah Teori dan Praktik (Jakarta : Gema Insani, 2001)hal.102 17 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (Yogyakarta: UII Press, 2004)hal.126

15 2. Secara operasional Yang dimaksud Pengaruh Kepribadian, Religiusitas, dan Pendapatan Anggota terhadap Tingkat Pengembalian Pembiayaan Murabahah di BMT Istiqomah Unit II Tulungagung adalah apabila variabel kepribadian, religiusitas, dan pendapatan anggota mempunyai pengaruh terhadap peningkatan pengembalian pembiayaan murabahah di BMT Istiqomah Unit II Tulungagung. H. Sistematika Pembahasan Untuk memperoleh gambaran yang cukup jelas mengenai penelitian ini maka penulis mengemukakan sistematika penyusunan skripsi sebagai berikut : Bagian Awal yang terdiri dari halaman sampul, halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar lampiran, transliterasi dan abstrak. Bagian Inti yang terdiri dari dari lima (6) bab yang masing-masing terdiri dari beberapa sub bab antara lain : BAB I: PENDAHULUAN Memberikan gambaran secara singkat mengenai latar belakang masalah, identifikasi dan pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, hipotesis penelitian, penegasan istilah dan sistematika pembahasan.

16 BAB II: LANDASAN TEORI Bagian ini diuraikan berbagai landasan teori tentang kepribadian, religiusitas, pendapatan, anggota, tingkat pengembalian, pembiayaan murabahah, Baitul Maal Wa Tamwil, penelitian terdahulu, kerangka konseptual. BAB III: METODE PENELITIAN Metode penelitian memuat tentang rancangan penelitian (berisi pendekatan dan jenis penelitian), variabel penelitian, populasi, sampel dan sampling, kisi-kisi instrumen, instrumen penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. BAB IV: HASIL PENELITIAN Bagian ini memuat hasil penelitian terdiri dari hasil penelitian yang bersifat deskripsi data dan pengujian hipotesis. BAB V: PEMBAHASAN Bagian ini memuat pembahasan rumusan masalah 1, rumusan masalah 2, rumusan masalah 3 dan rumusan masalah 4. BAB VI: PENUTUP Pada bab bagian akhir dalam skripsi ini akan memuat tentang kesimpulan dan saran-saran dari peneliti bagi pihak yang berkepentingan. Bagian akhir, terdiri dari: daftar rujukan, lampiran-lampiran, surat pernyataan keaslian skripsi, dan daftar riwayat hidup.