SUMMARY REPORT PENGELOLAAN ZAKAT

dokumen-dokumen yang mirip
BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) Kamis, 8 Desember 2016

PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG PENDISTRIBUSIAN DAN PENDAYAGUNAAN ZAKAT

2016, No menetapkan Peraturan Badan Amil Zakat Nasional tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Badan Amil Zakat Nasiona

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

No (BAZNAS) yang secara kelembagaan mempunyai kewenangan untuk melakukan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat secara nasional

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PELAPORAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN ZAKAT

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dijauhi. Diantara perintah-perintah tersebut adalah saling berbagi - bagi

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang begitu pesat membuat perusahaan harus mampu mengelola sumber. politik, lingkungan sekitar dan kondisi ekonomi makro.

BAB I PENDAHULUAN. akademis serta bermunculannya lembaga perekonomian islam di Indonesia. Begitu

PERENCANAAN KINERJA BAB II VISI : Masyarakat Gorontalo yang Siaga dan Terlindung dari Ancaman Bencana. 2.1 RENCANA STRATEGIS 2.1.

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk indonesia mencapai 252,20 juta jiwa (BPS: 2015). Dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan senantiasa menarik dikaji karena merupakan masalah serius

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 9 Tahun 2012 TENTANG

BAB V PEMBAHASAN. A. Pola Manajemen Pengelolaan Dana Zakat di Lembaga Amil Zakat Baitul. Maal Hidayatullah dan Al-Haromain Kabupaten Trenggalek

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Adapun kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis dari hasil penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Yusuf Qaradhawi, Spektrum Zakat, Zikrul Hakim Jakarta, 2005, hlm. 24

Dr. Mulyaningrum Bakrie School of Management Jakarta, Indonesia

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Lampiran D UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan di akhirat nanti. Islam sangat memegang tinggi prinsip solidaritas yang

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA UNIT PENGUMPUL ZAKAT. BAB I KETENTUAN

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 65 TAHUN 2017 SERI E.60 BUPATI CIREBON

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

- 2 - PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Menurut Aziz

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Badan Perencana Pembangunan (Bappenas) menyatakan bahwa jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per

BAB I PENDAHULUAN. di dunia dan di akhirat. Disamping itu, Islam juga mengajarkan kepada

BAB I PENDAHULUAN. yang berlawanan dengan semangat dan komitmen Islam terhadap. yang sejahtera dan baik yang menjadi tujuan utama mendirikan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. bagi seluruh rakyat Indonesia yang menjelaskan dan mengajak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, zakat memiliki arti kata berkembang (an-namaa), mensucikan (atthaharatu)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

BAB VI PENUTUP. 1. Pengelolaan zakat mal di BAZIS desa Slumbung dan LAZ Desa Bedug.

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PEMBIAYAAN UPAYA KESEHATAN

BAITUL MAAL BAHTERA. Lembaga Amil Zakat Infaq & Shadaqah. SK.Walikota Pekalongan. Nomor : 451.1/02711 Tgl. 29 Desember 2004

BAB I PENDAHULUAN. Namun, pada kenyataannya, masih ada yang tidak mendapat bagian. Inilah yang

isempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ZAKAT. BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SEDEKAH

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Key Success Factor BAZNAS

Dr. Hj. Y. Rini Kristiani, M. Kes. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen. Disampaikan pada. Kebumen, 19 September 2013

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa melaksanakan pembangunan yang bersifat fisik materil dan mental

Undang Undang. Nomor 23 Tahun Republik Indonesia ZAKAT PENGELOLAAN. Tentang

BAB I PENDAHULUAN. ingin berkembang. Indonesia yang merupakan Negara berkembang tentunya

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerimaan dan penyaluran dana zakat, infak, sedekah yang telah dilakukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam perannya pada aspek sosial-ekonomi yang sangat besar.

BAB IV EFEKTIVITAS PENDISTRIBUSIAN ZAKAT DI BAZ KOTA SEMARANG

BAB IV STRATEGI MANAJEMEN BAZ KOTA MOJOKERTO DALAM MENJAGA LOYALIYAS MUZAKKI< A. Urgensi Loyalitas Muzakki> Pada BAZ Kota Mojokerto

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Secara umum Badan Lembaga Agama mempunyai tujuan untuk mencapai

BAB III PENYAJIAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-Qur an dan Hadist. Dana zakat yang terkumpul akan diberikan kepada

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

I. Permasalahan yang Dihadapi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN Gambar 1.1 Persentase Penduduk Miskin di Kota Bandung Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU

SEMINAR NASIONAL ZAKAT. Potensi Pengoperasian ZAKAT Pusat Kajian Strategis BAZNAS, 8 Desember 2016 Dr. Zainulbahar Noor, Wakil Ketua BAZNAS

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. 1 Agama Islam

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA SERANG,

BAB I PENDAHULUAN. kelompok ekonomi kaya dan miskin. Terdapat pada penjelasan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 38,4 juta jiwa (18,2%) yang terdistribusi 14,5% di perkotaan dan 21,1% di

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. zakat dan Infaq merupakan ibadah yang tidak hanya bersifat vertikal (hablun min

BAB I PENDAHULUAN. yang fitrah. Sedangkan universalitas Islam menunjukkan bahwa Islam merupakan

BAB I PENDAHULUAN. manusia khususnya bangsa Indonesia, dan tidak sedikit umat yang jatuh

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ELIZABETH

PELATIHAN PEYUSUNAN LAPORAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ & SEDEKAH AKUNTANSI ZAKAT (BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO. 109)

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad M. Saefuddin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam, (Jakarta: CV Rajawali, 1987), h.71.

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997 telah

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan satu dari lima rukun Islam. Kewajiban mengeluarkan

BAB IV ANALISIS ZAKAT PADA PRODUK WADI <AH (TABUNGAN HAJI) DI BANK BPRS BAKTI MAKMUR INDAH KRIAN

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. Menciptakan. Manifestasi dari kesadaran tersebut, bagi manusia akan tercapai

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB 1 PENDAHULUAN. meringankan beban kehidupan para fakir dan miskin. meningkatkan status masyarakat dari mustahik menjadi muzaki.

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang memberikan jasa atau pelayanan di sektor kesehatan. merupakan sektor ekonomi terbesar dalam masyarakat maju (Heizer, 2011).

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

Analisis Pengelolaan Zakat dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Mustahiq di Badan Amil Zakat Nasional Kota Cimahi

yang diwajibkan Allah kepada orang-orang yang berhak. mensucikan orang yang mengeluarkannya dan menumbuhkan pahala. Sedangkan

BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Transkripsi:

SUMMARY REPORT PENGELOLAAN ZAKAT 2015

Visi Menjadi pengelola zakat terbaik dan terpercaya di dunia. Misi 1. Mengkoordinasikan BAZNAS provinsi, BAZNAS kabupaten/kota, dan LAZ dalam mencapai target-target nasional; 2. Mengoptimalkan secara terukur pengumpulan zakat nasional; 3. Mengoptimalkan pendistribusian dan pendayagunaan zakat untuk pengentasan kemiskinan, peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan pemoderasian kesen-jangan sosial; 4. Menerapkan sistem manajemen keuangan yang transparan dan akuntabel berbasis teknologi informasi dan komunikasi terkini; 5. Menerapkan sistem pelayanan prima kepada seluruh pemangku kepentingan zakat nasional; 6. Menggerakkan dakwah Islam untuk kebangkitan zakat nasional melalui sinergi ummat; 7. Terlibat aktif dan memimpin gerakan zakat dunia; 8. Mengarusutamakan zakat sebagai instrumen pembangunan menuju masyarakat yang adil dan makmur, baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur; 9. Mengembangkan kompetensi amil zakat yang unggul dan menjadi rujukan dunia. 1

Latar Belakang Z akat adalah ibadah yang memiliki posisi yang sangat strategis baik dari aspek keagamaan, sosial, ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat. Peran strategis ini secara nyata dinyatakan di dalam AlQur'an dan Hadits, serta terefleksikan dalam sejarah Islam. Syariat zakat diturunkan kepada Rasulullah saw pada tahun kedua hijriyah. Pada masa itu, Rasulullah saw turun tangan dan mengangkat beberapa sahabat sebagai amil zakat yang bertugas menarik zakat dari para wajib zakat (muzaki), mendatanya di Baitul Maal, dan menyalurkannya kepada orang-orang yang berhak menerima zakat (mustahik). Dalam kitab Bidayah wa Nihayah karya Imam Ibnu Katsir, pada masa Khalifah Mu'awiyah ra, zakat dikelola dan dipergunakan oleh negara melalui Baitul Maal untuk mendanai kaum muslimin di wilayah perbatasan dengan Byzan um untuk membantu masyarakat miskin yang diiming-imingi harta untuk berpindah agama dan kewarganegaraan, menjaga stabilitas perekonomian dan harga kebutuhan pokok penduduk, dan bahkan untuk mendanai satuan-satuan pasukan penjaga perbatasan. Dalam catatan sejarah tersebut, pengelolaan zakat sepenuhnya dilaksanakan oleh waliyul amr, yaitu pemerintah yang memiliki kekuasaan untuk menarik zakat dari tangan para muzaki. Dari dana tersebut, zakat didistribusikan kepada para mustahik di seluruh wilayah - wilayah negeri kaum muslimin tanpa terkecuali. Dalam konteks sejarah ini, zakat merupakan bagian dari instrumen pen ng dalam ketatanegaraan. Kondisi kontemporer hari ini, pengelolaan zakat terbagi menjadi ga model. Model pertama, pengelolaan zakat diakui oleh negara yang diakomodasi dalam peraturan perundang-undangan dan bersifat wajib kepada penduduk muslim di negara tersebut. Kedua, pengelolaan zakat diakui oleh negara yang diatur dalam undang - undang, namun dak bersifat wajib kepada penduduk muslim. Ke ga, pengelolaan zakat dak diatur dalam tata perundang - undangan dan diserahkan sepenuhnya kepa-da masyarakat. Pengelolaan zakat pada model pertama merupakan kondisi ideal pengelolaan zakat sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah saw. Negara mengambil peran dalam pengelolaan zakat. BAZNAS menjadikan kurun 2016-2020 sebagai kurun kebangkitan zakat. Kebangkitan zakat merupakan momentum untuk menjadikan zakat sebagai pilar pemoderasian kesenjangan sosial, kebangkitan ekonomi kerakyatan, terobosan dalam pengentasan kemiskinan, dan pengembangan sumber pendanaan pembangunan kesejahteraan umat di luar APBN. Untuk mencapai Kebangkitan Zakat ini dibutuhkan adanya kesadaran kolek f dari pelaku perzakatan nasional, peningkatan kapasitas kelembagaan dan amil, serta implementasi regulasi zakat nasional. 2

Peran Zakat dalam Pembangunan S e daknya, ada empat peran yang dapat dilakukan oleh zakat dalam pembangunan ini. Pertama, peran moderasi kesenjangan sosial yang dapat dilakukan oleh zakat tampak secara konkret dalam distribusi harta dari para wajib zakat (muzaki) kepada orang yang berhak menerima zakat (mustahik), dengan amil zakat sebagai perantara. Dengan redistribusi harta nontransaksional ini, zakat secara teori k dapat mengurangi kesenjangan kemakmuran antara golongan kaya dan golongan miskin. Implementasi zakat secara benar diyakini dapat mengurangi ke mpangan ekonomi yang ada selama ini. Kedua, peran kebangkitan ekonomi kerakyatan merupakan agenda zakat yang secara bahasan bermakna tumbuh dan berkembang. Memberdayakan mustahik merupakan agenda memberdayakan ekonomi masyarakat miskin, membangkitkan ekonomi kerakyatan. Ke ga, zakat memiliki peran dalam mendorong munculnya model terobosan dalam pengentasan kemiskinan. Program penanggulangan kemiskinan yang ada selama ini merupakan program belas kasih dari pemerintah kepada orang-orang miskin. Keempat, zakat merupakan sumber pendanaan pembangunan kesejahteraan umat di luar APBN maupun APBD. Jika selama ini program penanggulangan kemiskinan sangat bergantung pada kucuran dana pemerintah, maka seja nya, ummat Islam di Indonesia memiliki potensi dana 286 triliun rupiah se ap tahunnya yang dapat dipergunakan secara spesifik bagi kelompok orang yang dak berdaya dalam 8 ashnaf (kategori) mustahik. 3

Laporan Keuangan 4

5

6

7

PEMBERDAYAAN EKONOMI program Program pemberdayaan ekonomi melalui pelatihan, pemberian modal kerja, dan pendampingan Indikator Keberhasilan 8 Memiliki sumber pendapatan Pendapatan mencukupi kebutuhan Suistainable (usaha yang berkelanjutan) Saving (Mampu untuk menabung Bankable

program LAYANAN AKTIF BAZNAS Sebuah layanan aktif Baznas untuk memudahkan mustahik dalam mengakses layanan bantuan. Memberikan pelayanan kepada mustahik yang memerlukan bantuan darurat dengan prinsip cepat, tepat dan akurat dalam jangka waktu maksimal tiga hari kerja untuk unit mobile dan lima hari kerja untuk unit konter. Sasaran: Mustahik ashnaf fakir, miskin, mualaf, ibnu sabil, ghorimin dan fii sabilillah. Jenis Layanan: Bantuan akses tempat tinggal. Bantuan akses pengobatan. Bantuan akses pendidikan. Bantuan akses konsumsi. Bantuan akses transportasi. Bantuan akses pakaian. Bantuan hutang untuk pemenuhan biaya hidup dasar 9

program BAZNAS TANGGAP BENCANA Menjadikan BAZNAS sebagai lembaga yang tanggap bencana, Tangguh dalam pengurangan risiko bencana, kuat membangun kemandirian masyarakat dalam situasi bencana dan cepat memberikan bantuan darurat. PENGURANGAN RISIKO BENCANA Melakukan pendidikan dan pelatihan pengurangan risiko bencana berbasis komunitas Memobilisasi sumber daya masyarakat dan jaringan relawan dalam upaya kesiapsiagaan bencana Melakukan kajian dan riset berkelanjutan dalam rangka pengurangan risiko bencana dan penguatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana Melakukan pengembangan sistem informasi manajemen bencana Membangun suistainable livelihood approach (SLA) di wilayah rawan bencana RESPON DARURAT BENCANA Mengembangkan dan memfasilitasi jaringan kerelawanan Indonesia Menguatkan tugas dan fungsi Tim Respon Darurat Menyegerakan upaya pemenuhan kebutuhan dasar dan pemulihan pasca bencana Memfasilitasi kelompok rentan dalam situasi bencana Aktif dalam masa relokasi dan pembangunan kembali pasca bencana KELEMBAGAAN Melakukan upaya penanggulangan kemiskinan pasca bencana Melakukan penguatan organisasi Baznas dari tingkat pusat hingga ke tingkat kota/kabupaten terkait pengembangan lembaga Baznas Tanggap Bencana 10

RUMAH SEHAT BAZNAS Program pelayanan kesehatan yang komprehensif meliputi preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif yang dikhususkan bagi masyarakat miskin secara GRATIS dengan menggunakan program sistem membership. Yogyakarta Sidoarjo Makassar Jakarta Rumah Sehat BAZNAS hingga Oktober 2014 telah terbangun di 4 kota yaitu Jakarta, Sidoarjo, Yogyakarta dan Makassar. Sejak januari 2011 hingga September 2014, empat RSB ini telah melayani 124.336 kunjungan, dengan peserta sebanyak 25.435 Kepala Keluarga. Layanan Luar Gedung 11 Layanan Dalam Gedung Program Ukhuwah Kesehatan Program Komunitas Sehat Dokter Keluarga Pra Sejahtera Sentra Kesehatan Pondok Sehat Terpadu Program Anak Sekolah Sehat Unit Laboratorium Layanan Dokter Spesialis Pelayanan Ambulance Unit Gawat Darurat Poli Gigi dan Mulut Unit Farmasi Ruang Rawat Inap Konsultasi Psikologi Dokter Umum Khitanan Masal

program Zakat Community Development Zakat Community Development merupakan Program pengembangan komunitas dengan mengintegrasikan aspek sosial (pendidikan, kesehatan, agama, lingkungan, dan aspek sosial lainnya) dan aspek ekonomi secara komprehensif yang pendanaan utamanya bersumber dari zakat, infak, dan sedekah sehingga terwujud masyarakat sejahtera dan mandiri. Saat ini dirasakan manfaatnya oleh 7.501 mustahik di 49 Kabupaten/ Kota di Indonesia. Pendekatan Program 12 Komunitas: pendekatan kelompok masyarakat yang teroganisir memiliki kesamaan aktifitas. Kewilayahan: pendekatan lokasi sebagai sasaran program dengan permasalahan secara geografis dan kependudukan. Wilayah sasaran program meliputi masyarakat : perkotaan, pedesaan, dan pesisir.