SUMMARY REPORT PENGELOLAAN ZAKAT 2015
Visi Menjadi pengelola zakat terbaik dan terpercaya di dunia. Misi 1. Mengkoordinasikan BAZNAS provinsi, BAZNAS kabupaten/kota, dan LAZ dalam mencapai target-target nasional; 2. Mengoptimalkan secara terukur pengumpulan zakat nasional; 3. Mengoptimalkan pendistribusian dan pendayagunaan zakat untuk pengentasan kemiskinan, peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan pemoderasian kesen-jangan sosial; 4. Menerapkan sistem manajemen keuangan yang transparan dan akuntabel berbasis teknologi informasi dan komunikasi terkini; 5. Menerapkan sistem pelayanan prima kepada seluruh pemangku kepentingan zakat nasional; 6. Menggerakkan dakwah Islam untuk kebangkitan zakat nasional melalui sinergi ummat; 7. Terlibat aktif dan memimpin gerakan zakat dunia; 8. Mengarusutamakan zakat sebagai instrumen pembangunan menuju masyarakat yang adil dan makmur, baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur; 9. Mengembangkan kompetensi amil zakat yang unggul dan menjadi rujukan dunia. 1
Latar Belakang Z akat adalah ibadah yang memiliki posisi yang sangat strategis baik dari aspek keagamaan, sosial, ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat. Peran strategis ini secara nyata dinyatakan di dalam AlQur'an dan Hadits, serta terefleksikan dalam sejarah Islam. Syariat zakat diturunkan kepada Rasulullah saw pada tahun kedua hijriyah. Pada masa itu, Rasulullah saw turun tangan dan mengangkat beberapa sahabat sebagai amil zakat yang bertugas menarik zakat dari para wajib zakat (muzaki), mendatanya di Baitul Maal, dan menyalurkannya kepada orang-orang yang berhak menerima zakat (mustahik). Dalam kitab Bidayah wa Nihayah karya Imam Ibnu Katsir, pada masa Khalifah Mu'awiyah ra, zakat dikelola dan dipergunakan oleh negara melalui Baitul Maal untuk mendanai kaum muslimin di wilayah perbatasan dengan Byzan um untuk membantu masyarakat miskin yang diiming-imingi harta untuk berpindah agama dan kewarganegaraan, menjaga stabilitas perekonomian dan harga kebutuhan pokok penduduk, dan bahkan untuk mendanai satuan-satuan pasukan penjaga perbatasan. Dalam catatan sejarah tersebut, pengelolaan zakat sepenuhnya dilaksanakan oleh waliyul amr, yaitu pemerintah yang memiliki kekuasaan untuk menarik zakat dari tangan para muzaki. Dari dana tersebut, zakat didistribusikan kepada para mustahik di seluruh wilayah - wilayah negeri kaum muslimin tanpa terkecuali. Dalam konteks sejarah ini, zakat merupakan bagian dari instrumen pen ng dalam ketatanegaraan. Kondisi kontemporer hari ini, pengelolaan zakat terbagi menjadi ga model. Model pertama, pengelolaan zakat diakui oleh negara yang diakomodasi dalam peraturan perundang-undangan dan bersifat wajib kepada penduduk muslim di negara tersebut. Kedua, pengelolaan zakat diakui oleh negara yang diatur dalam undang - undang, namun dak bersifat wajib kepada penduduk muslim. Ke ga, pengelolaan zakat dak diatur dalam tata perundang - undangan dan diserahkan sepenuhnya kepa-da masyarakat. Pengelolaan zakat pada model pertama merupakan kondisi ideal pengelolaan zakat sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah saw. Negara mengambil peran dalam pengelolaan zakat. BAZNAS menjadikan kurun 2016-2020 sebagai kurun kebangkitan zakat. Kebangkitan zakat merupakan momentum untuk menjadikan zakat sebagai pilar pemoderasian kesenjangan sosial, kebangkitan ekonomi kerakyatan, terobosan dalam pengentasan kemiskinan, dan pengembangan sumber pendanaan pembangunan kesejahteraan umat di luar APBN. Untuk mencapai Kebangkitan Zakat ini dibutuhkan adanya kesadaran kolek f dari pelaku perzakatan nasional, peningkatan kapasitas kelembagaan dan amil, serta implementasi regulasi zakat nasional. 2
Peran Zakat dalam Pembangunan S e daknya, ada empat peran yang dapat dilakukan oleh zakat dalam pembangunan ini. Pertama, peran moderasi kesenjangan sosial yang dapat dilakukan oleh zakat tampak secara konkret dalam distribusi harta dari para wajib zakat (muzaki) kepada orang yang berhak menerima zakat (mustahik), dengan amil zakat sebagai perantara. Dengan redistribusi harta nontransaksional ini, zakat secara teori k dapat mengurangi kesenjangan kemakmuran antara golongan kaya dan golongan miskin. Implementasi zakat secara benar diyakini dapat mengurangi ke mpangan ekonomi yang ada selama ini. Kedua, peran kebangkitan ekonomi kerakyatan merupakan agenda zakat yang secara bahasan bermakna tumbuh dan berkembang. Memberdayakan mustahik merupakan agenda memberdayakan ekonomi masyarakat miskin, membangkitkan ekonomi kerakyatan. Ke ga, zakat memiliki peran dalam mendorong munculnya model terobosan dalam pengentasan kemiskinan. Program penanggulangan kemiskinan yang ada selama ini merupakan program belas kasih dari pemerintah kepada orang-orang miskin. Keempat, zakat merupakan sumber pendanaan pembangunan kesejahteraan umat di luar APBN maupun APBD. Jika selama ini program penanggulangan kemiskinan sangat bergantung pada kucuran dana pemerintah, maka seja nya, ummat Islam di Indonesia memiliki potensi dana 286 triliun rupiah se ap tahunnya yang dapat dipergunakan secara spesifik bagi kelompok orang yang dak berdaya dalam 8 ashnaf (kategori) mustahik. 3
Laporan Keuangan 4
5
6
7
PEMBERDAYAAN EKONOMI program Program pemberdayaan ekonomi melalui pelatihan, pemberian modal kerja, dan pendampingan Indikator Keberhasilan 8 Memiliki sumber pendapatan Pendapatan mencukupi kebutuhan Suistainable (usaha yang berkelanjutan) Saving (Mampu untuk menabung Bankable
program LAYANAN AKTIF BAZNAS Sebuah layanan aktif Baznas untuk memudahkan mustahik dalam mengakses layanan bantuan. Memberikan pelayanan kepada mustahik yang memerlukan bantuan darurat dengan prinsip cepat, tepat dan akurat dalam jangka waktu maksimal tiga hari kerja untuk unit mobile dan lima hari kerja untuk unit konter. Sasaran: Mustahik ashnaf fakir, miskin, mualaf, ibnu sabil, ghorimin dan fii sabilillah. Jenis Layanan: Bantuan akses tempat tinggal. Bantuan akses pengobatan. Bantuan akses pendidikan. Bantuan akses konsumsi. Bantuan akses transportasi. Bantuan akses pakaian. Bantuan hutang untuk pemenuhan biaya hidup dasar 9
program BAZNAS TANGGAP BENCANA Menjadikan BAZNAS sebagai lembaga yang tanggap bencana, Tangguh dalam pengurangan risiko bencana, kuat membangun kemandirian masyarakat dalam situasi bencana dan cepat memberikan bantuan darurat. PENGURANGAN RISIKO BENCANA Melakukan pendidikan dan pelatihan pengurangan risiko bencana berbasis komunitas Memobilisasi sumber daya masyarakat dan jaringan relawan dalam upaya kesiapsiagaan bencana Melakukan kajian dan riset berkelanjutan dalam rangka pengurangan risiko bencana dan penguatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana Melakukan pengembangan sistem informasi manajemen bencana Membangun suistainable livelihood approach (SLA) di wilayah rawan bencana RESPON DARURAT BENCANA Mengembangkan dan memfasilitasi jaringan kerelawanan Indonesia Menguatkan tugas dan fungsi Tim Respon Darurat Menyegerakan upaya pemenuhan kebutuhan dasar dan pemulihan pasca bencana Memfasilitasi kelompok rentan dalam situasi bencana Aktif dalam masa relokasi dan pembangunan kembali pasca bencana KELEMBAGAAN Melakukan upaya penanggulangan kemiskinan pasca bencana Melakukan penguatan organisasi Baznas dari tingkat pusat hingga ke tingkat kota/kabupaten terkait pengembangan lembaga Baznas Tanggap Bencana 10
RUMAH SEHAT BAZNAS Program pelayanan kesehatan yang komprehensif meliputi preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif yang dikhususkan bagi masyarakat miskin secara GRATIS dengan menggunakan program sistem membership. Yogyakarta Sidoarjo Makassar Jakarta Rumah Sehat BAZNAS hingga Oktober 2014 telah terbangun di 4 kota yaitu Jakarta, Sidoarjo, Yogyakarta dan Makassar. Sejak januari 2011 hingga September 2014, empat RSB ini telah melayani 124.336 kunjungan, dengan peserta sebanyak 25.435 Kepala Keluarga. Layanan Luar Gedung 11 Layanan Dalam Gedung Program Ukhuwah Kesehatan Program Komunitas Sehat Dokter Keluarga Pra Sejahtera Sentra Kesehatan Pondok Sehat Terpadu Program Anak Sekolah Sehat Unit Laboratorium Layanan Dokter Spesialis Pelayanan Ambulance Unit Gawat Darurat Poli Gigi dan Mulut Unit Farmasi Ruang Rawat Inap Konsultasi Psikologi Dokter Umum Khitanan Masal
program Zakat Community Development Zakat Community Development merupakan Program pengembangan komunitas dengan mengintegrasikan aspek sosial (pendidikan, kesehatan, agama, lingkungan, dan aspek sosial lainnya) dan aspek ekonomi secara komprehensif yang pendanaan utamanya bersumber dari zakat, infak, dan sedekah sehingga terwujud masyarakat sejahtera dan mandiri. Saat ini dirasakan manfaatnya oleh 7.501 mustahik di 49 Kabupaten/ Kota di Indonesia. Pendekatan Program 12 Komunitas: pendekatan kelompok masyarakat yang teroganisir memiliki kesamaan aktifitas. Kewilayahan: pendekatan lokasi sebagai sasaran program dengan permasalahan secara geografis dan kependudukan. Wilayah sasaran program meliputi masyarakat : perkotaan, pedesaan, dan pesisir.