RINGKASAN EKSEKUTIF I. PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
PELAKSANAAN UJI COBA SISTEM INFORMASI KECELAKAAN LALU LINTAS DI JALAN UNTUK DAERAH BALI DAN SUMATERA BAGIAN UTARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT SELAKU KOORDINATOR PELAKSANA TINGKAT NASIONAL ANGKUTAN LEBARAN TERPADU TAHUN 2006 (1427 H) TENTANG

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. Lembaga non struktural di lingkungan Departemen Perhubungan.Melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Indonesia saat ini sangat

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN. NOMOR : KP 291 Tahun 2006 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN

TENTANG MENTERI PERHUBUNGAN

d. penyiapan bahan sertifikasi kecakapan personil serta penyiapan sertifikasi peralatan informasi dan peralatan pengamatan bandar udara.

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK SIMPUL TRANSPORTASI

DATA INVESTIGASI KECELAKAAN PERKERETAAPIAN TAHUN Sumber: Database KNKT Desember 2013

BAHAN PAPARAN. Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 2006), hampir 83% pergerakan barang di Indonesia terjadi di pulau Jawa, 10% di

HASIL SIDANG KOMISI III

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 934 TAHUN 2017 TENTANG RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2017

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 934 TAHUN 2017 TENTANG RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2017

IV. GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Polresta Bandar Lampung. Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) meru pakan merupakan alat

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NO : KP 313 Tahun 2004 TENTANG MENTERI PERHUBUNGAN

Auditorium KNKT, Kementerian Perhubungan 28 Desember Interviewing Techniques in Accident Investigation NTSC In-House Training

BAB 1 PENDAHULUAN. kota adalah prasarana transportasi jalan. Transportasi darat merupakan prasarana

GUBERNUR LAMPUNG KEPUTUSAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR : G/ '531 /III.06/HK/2015

GUBERNUR GORONTALO KEPUTUSAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 250 / 11 / VI /2015 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Contoh 1: UNIT KEARSIPAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN UNIT KEARSIPAN I : BIRO UMUM SEKRETARIAT JENDERAL UNIT KEARSIPAN II :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR : 13 TAHUN : 2005 SERI : D NOMOR : 13

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 118 TAHUN 2016 TENTANG

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota

RUU SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL DAN HARAPAN SISTEM TRANSPORTASI YANG TERINTEGRASI, AMAN, EFEKTIF, DAN EFISIEN

2013, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negar

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 2.1 Sejarah Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

POKOK-POKOK PIKIRAN MENGENAI PENGEMBANGAN JARINGAN PELAYANAN DAN PRASARANA TRANSPORTASI DARAT TERPADU DALAM PERSPEKTIF SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL

1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengelola perusahaannya dengan baik. Pengelolaan yang dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang sesuai dengan

DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 123

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM DEKADE AKSI KESELAMATAN JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

No. 1411, 2014 BNPB. Logistik. Peralatan. Penanggulangan Bencana. Manajemen. Pedoman.

BAB I PENDAHULUAN. dan tentu saja akan meningkatkan kebutuhan akan transportasi.

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN PEMBAGIAN DAER

Rencana Strategis BMKG Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini bangsa Indonesia mengalami perkembangan dan kemajuan di segala

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA

I. PENDAHULUAN. 105º50 dan 103º40 Bujur Timur. Batas wilayah Provinsi Lampung sebelah

KESIMPULAN/KEPUTUSAN RAPAT

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 61 TAHUN 2008 T E N T A N G

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara yang terletak di

VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 107 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SISTEM INFORMASI PENDATAAN KASUS KECELAKAAN DAN TILANG PADA BAGIAN SATLANTAS DI KPPP TANJUNG PERAK

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin banyak

DINAS PERHUBUNGAN DAN LLAJ PROVINSI JAWA TIMUR

DAFTAR ISI... i. DAFTAR TABEL... iv. DAFTAR GAMBAR... v

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 90 TAHUN 2002 TENTANG

2016, No Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (

PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Neg

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. itu keselamatan menjadi prioritas utama dalam operasi penerbangan.

Organisasi Tanggap Darurat Terpadu Transportasi B3

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI RIAU

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut.

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

RANCANGAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG RENCANA UMUM PENGEMBANGAN TRANSPORTASI DARAT TAHUN

APLIKASI PENGOLAHAN DATA DIVISI PELAYANAN KLAIM PT. JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG PALEMBANG MENGGUNAKAN BORLAND DELPHI 2007 DAN SQL SERVER 2008

2011, No Menetapkan : Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); 2. Undang-Undang No

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II DINAS PERHUBUNGAN KOTA MEDAN. yang dibentuk berdasarkan periode Kabinet-Kabinet Republik Indonesia.Rencana

BAB II DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI SUMATERA UTARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

COMMAND CENTER DAN DATA WAREHOUSE KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2010

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

Transkripsi:

RINGKASAN EKSEKUTIF I. PENDAHULUAN Tahun 2007 merupakan akumulasi tertinggi kecelakaan transportasi nasional dan terjadi pada semua moda transportasi baik darat, laut maupun udara. Kondisi menurunnya kualitas infrastruktur dan sarana sektor transportasi, persaingan antar moda maupun sesama moda serta pertumbuhan permintaan transportasi tanpa mengembangkan sistem manajemen keselamatan (SMK) yang memadai merupakan penyebab terjadi berbagai kecelakaan yang seharusnya dapat dihindari. Upaya perbaikan membutuhkan kebijakan komprehensif dari pemerintah. Sementara kebijakan ini serta upaya upaya program penanggulangan (counter measures) serta target perbaikan membutuhkan informasi data kecelakaan yang akurat dan handal. Kenyataan di lapangaan saat ini, data kecelakaan belum dihimpun oleh pemerintah dengan baik dan masih tersebar secara sektoral, sehingga menyulitkan untuk melakukan kajian terhadap permasalahan keselamatan maupun perumusan kebijakan dan program perbaikan serta rencana pembangunan sistem keselamatan transportasi nasional. Berbagai masalah ditemukan diantaranya permasalahan institusional dan manajemen dalam penanganan kejadian kecelakaan. Kurangnya koordinasi antar instansi yang terkait, belum terwujudnya sistem informasi kecelakaan yang dapat digunakan oleh semua sub sektor transportasi dan pemangku kepentingan lainnya serta belum adanya koordinasi pendanaan sistem keselamatan termasuk institusi penyelenggara asuransi. i

Sistem Informasi kecelakaan menjadi tulang punggung untuk mewujudkan Sistem Manajemen Keselamatan sektor Transportasi terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Pendek, Menengah dan Panjang yang akan diusulkan oleh Departemen Perhubungan sesuai dengan visi dan misi tiap tiap sub sektor Perhubungan. Maksud dari studi ini adalah melakukan kajian dalam rangka penyempurnaan sistem informasi dan pelaporan kecelakaan untuk semua moda transportasi, baik dari sisi kelengkapan laporan, kesesuaian format, kejelasan sistem pelaporan maupun tanggung jawab dan klasifikasi pelaporan sesuai dengan tingkat otoritas pengguna. II. METODOLOGI Secara umum metodologi pelaksanaan studi ini, dapat digambarkan secara rinci seperti Gambar 1.1. di bawah ini : ii

Gambar 1.1. Bagan Metodologi Studi Pada tahap pertama, informasi diperoleh dengan cara survey di beberapa kota dalam bentuk sampling yang dipilih berdasarkan keterwakilan wilayah Indonesia. Survey akan dilakukan pada semua moda transportasi (darat, kereta, udara, dan laut). Wilayah Indonesia yang akan disurvey meliputi 4 pulau besar, yaitu pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Hasil survei kemudian dikumpulkan untuk membangun sistem basis data, kemudian dilanjutkan dengan tahapan tahapan selanjutnya sesuai uraian diatas. Informasi yang ditampilkan dapat menjadi rujukan bagi user yang mengakses. Dari data kecelakaan seluruh moda transpotasi dapat diketahui penyebab kecelakaan yang paling banyak terjadi pada masing masing moda. Penyebab iii

kecelakaan yang dapat di informasikan tidak hanya penyebab langsung tetapi juga penyebab tidak langsung hingga akar penyebabnya. III. HASIL SURVEI Transportasi Jalan Data kecelakaan transportasi jalan dihimpun oleh Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) POLRI. Pada instansi ini data tersebut dihimpun oleh Sub Bagian Informasi Kecelakaan Lalu Lintas (Sub Bag Info Laka) yang menghimpun seluruh data secara berjenjang dari Polres (di tingkat Kabupaten atau Kota) dan Polda (Provinsi). Hingga saat ini data Kepolisian masih bersifat pencatatan pada saat kejadian (in situ) dan belum memungkinkan hingga 30 hari setelah kejadian sesuai dengan Undang Undang No. 12 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan juncto Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 1992 tentang Lalu Lintas Jalan ataupun standar internasional (International Road Federation). Pengembangan ke 30 hari dapat dilakukan dengan merujuk rumah sakit, tetapi tidak semua rumah sakit melakukan pencatatan data korban khususnya akibat kecelakaan jalan dan dilaporkan ke pusat. Transportasi Kereta Api Pengumpulan dan Pencatatan Data Kecelakaan saat ini dilakukan oleh PT KA, yang dilakukan internal oleh Tim CO (Ongeluk Comite), jika diartikan dalam bahasa Indonesia adalah tim investigasi kecelakaan. Tim CO ini ada yang dipusat dan di daerah, jika dipusat diketuai oleh Direktur Operasional (Dirops), diwakili oleh Kasubdit Lalu Lintas, dan anggotanya berasal dari semua divisi. Sedangkan Tim CO di daerah diketuai oleh Kepala Daerah Operasi pada masing masing daerah dengan beranggotakan semua Kepala Sie. iv

Laporan ini biasanya disebut Laporan PL/H yang berisi lokasi, waktu, jenis, uraian kejadian, sebab, akibat, tindakan yang telah dilakukan, dan penjelasan petugas yang sedang bertugas sewaktu kejadian siapa saja. Laporan akan diserahkan kepada Direktur Operasional (Dirops). Transportasi Udara Data kecelakaan transportasi udara dihimpun oleh Administrator Bandara (Adban) bidang safety dan dilanjutkan kepada kepala kantor Administrator Bandara, dan selanjutnya dilaporkan kepada Ditjen Perhubungan Udara. Tetapi tidak semua bandar udara di Indonesia memiliki Administrator Bandara, maka untuk bandar udara yang tidak memiliki Administrator Bandara, laporan kejadian langsung dilaporkan kepada Ditjen Perhubungan Udara. Data kecelakaan hanya disimpan dalam bentuk berkas laporan (hard copy). Transportasi Laut Pengumpulan dan Pencatatan Data Kecelakaan saat ini dilakukan oleh Syahbandar Syahbandar melakukan penyimpanan data secara manual, disimpan di satu tempat, dan tidak mempunyai program penyimpanan data dalam bentuk soft ware. Kecelakaan Transportasi Berbasis Data Rumah Sakit Pelaporan dan pencatatan dilakukan oleh dokter/perawat jaga IRD. Data yang dilaporkan adalah data korban kecelakaan pada saat masuk di IRD bukan saat keluar dari RS. Selain rekapan tiap bulan, pihak IRD juga membuat laporan tiap triwulan dan tahunan. Tinjauan Kecelakaan Transportasi Sebagai Bagian Dari Kecelakaan Kerja v

Data kecelakaan kerja didapatkan dari Disnaker tingkat kota/kabupaten, Disnaker tingkat 1, ataupun dari pihak Jamsostek. Jika ada kecelakaan kerja pada pekerjanya, setiap perusahaan wajib lapor dalam waktu 2 x 24 jam ke Disnaker Kota setempat dan jamsostek. Kemudian Pengawas di Disnaker kota melakukan investigasi ke TKP membuat penetapan kecelakaan untuk keperluan klaim ke Jamsostek. Sistem Pelaporan data kecelakaan kerja yang berkala juga dilakukan oleh disnaker tingkat kota hingga tingkat 1 sebagai laporan ke menteri. IV. KESIMPULAN Dari Studi Sistem Informasi Dan Pelaporan Kecelakaan Transportasi yang ditinjau dari aspek sistem keorganisasian, pelaporan dan akses informasi data kecelakaan pada kondisi saat ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Data kecelakaan transportasi jalan dihimpun oleh Ditlantas POLRI. Data tersebut dihimpun oleh Sub Bagian Informasi Kecelakaan Lalu Lintas (Sub Bag Info Laka) yang menghimpun seluruh data secara berjenjang dari Polres dan Polda. 2. Saat ini data Kepolisian masih bersifat pencatatan pada saat kejadian (in situ) dan belum memungkinkan hingga 30 hari setelah kejadian sesuai dengan Undang Undang No. 12 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan jo Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 1992 tentang Lalu Lintas Jalan ataupun standar internasional (International Road Federation). Pengembangan ke 30 hari dapat dilakukan dengan merujuk rumah sakit, tetapi tidak semua rumah sakit melakukan pencatatan data korban khususnya akibat kecelakaan jalan dan dilaporkan ke pusat. 3. Pengumpulan dan pencatatan data kecelakaan Kereta Api saat ini dilakukan oleh PT KA, yang dilakukan internal oleh Tim CO (Ongeluk Comite), jika vi

diartikan dalam bahasa Indonesia adalah tim investigasi kecelakaan. Tim CO ini yang membuat laporan. 4. Laporan ini biasanya disebut Laporan PL/H yang berisi lokasi, waktu, jenis, uraian kejadian, sebab, akibat, tindakan yang telah dilakukan, dan penjelasan petugas yang sedang bertugas sewaktu kejadian siapa saja dan selanjutnya akan diserahkan kepada Direktur Operasional (Dirops). 5. Data kecelakaan transportasi udara dihimpun oleh Administrator Bandara (Adban) bidang safety dan dilanjutkan kepada kepala kantor Administrator Bandara, dan selanjutnya dilaporkan kepada Ditjen Perhubungan Udara. 6. Untuk bandar udara yang tidak memiliki Administrator Bandara, laporan kejadian langsung dilaporkan kepada Ditjen Perhubungan Udara. 7. Data kecelakaan hanya disimpan dalam bentuk berkas laporan (hard copy). 8. Pengumpulan dan pencatatan data kecelakaan transportasi laut saat ini dilakukan oleh Syahbandar. 9. Syahbandar melakukan penyimpanan data secara manual, disimpan di satu tempat, dan tidak mempunyai program penyimpanan data dalam bentuk soft ware. 10. Pelaporan dan pencatatan kecelakaan berbasis rumah sakit dilakukan oleh dokter/perawat jaga IRD. Data yang dilaporkan adalah data korban kecelakaan pada saat masuk di IRD, bukan saat keluar dari RS. Pihak IRD juga membuat laporan tiap bulan, triwulan, dan tahunan. 11. Data kecelakaan kerja didapatkan dari Disnaker tingkat kota/kabupaten, Disnaker tingkat 1, ataupun dari pihak Jamsostek. 12. Jika ada kecelakaan kerja pada pekerjanya, setiap perusahaan wajib lapor dalam waktu 2 x 24 jam ke Disnaker Kota setempat dan jamsostek. Kemudian Pengawas di Disnaker kota melakukan investigasi ke TKP membuat penetapan kecelakaan untuk keperluan klaim ke Jamsostek. 13. Sistem Pelaporan data kecelakaan kerja yang berkala juga dilakukan oleh disnaker tingkat kota hingga tingkat 1 sebagai laporan ke menteri. vii

V. REKOMENDASI Rekomendasi merupakan hasil akhir sesuai dengan tujuan studi ini, yaitu pengembangan Sistem Informasi dan Pencatatan Data Kecelakaan Transportasi. Penanganan kecelakaan transportasi melibatkan berbagai instansi dan pemangku kepentingan (stake holders). Untuk memudahkan dokumentasi seluruh kecelakaan transportasi diperlukan organisasi nasional yang menghimpun data kecelakaan transportasi. Di kemudian hari, konsultan merekomendasikan Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Departemen Perhubungan sebagai sebagai instansi penyimpanan data, dokumentasi serta pelaporan seluruh penyelenggaraan tranportasi. Dasar penunjukkan Pusdatin sebagai instansi penyimpanan data, dokumentasi, dan pelaporan kecelakaan transportasi nasional karena sesuai dengan tupoksi Pusdatin, yaitu sebagai pusat data dan informasi. Akses ini kemudian dimungkinkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Perhubungan (Balitbang Dephub) dan Direktorat Jendral teknis (termasuk Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, dan Kepolisian Negara Republik Indonesia/POLRI) untuk menganalisis dan mengkaji data tersebut. Akses ini juga dimungkinkan untuk pihak lembaga lembaga penelitian termasuk perguruan tinggi. Aliran data kecelakaan transportasi dapat dilihat pada Gambar 7.1. Penggunaan data kecelakaan lalu lintas disesuaikan dengan kebutuhan informasi. Untuk itu perlu dilakukan hirarki penggunaan data disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi lembaga lembaga tersebut. Sebagai contoh data data yang memiliki kepentingan pro justica menjadi data yang tetap dipegang kerahasiaannya oleh pihak Kepolisian (Direktorat Lalu Lintas untuk viii

transportasi jalan dan Badan Reserse dan Kriminal untuk transportasi lainnya), atau yang bersifat khusus untuk penyidikan penyebab kecelakaan seperti KNKT. Gambar 1.2. Aliran Data Kecelakaan Transportasi Pengembangan ke 30 hari dapat dilakukan dengan merujuk rumah sakit, tetapi tidak semua rumah sakit melakukan pencatatan data korban khususnya akibat kecelakaan jalan dan dilaporkan ke pusat. ix

Untuk itu, konsultan juga merekomendasikan kebijakan dan regulasi untuk mempertegas tugas pokok dan fungsi dari organisasi pencatatan dan pelaporan data kecelakaan bagi pihak yang ditunjuk, berupa Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri; Menteri Perhubungan, Kapolri, Menteri Pekerjaan Umum, dan Menteri Kesehatan, atau jika memungkinkan berupa Keputusan Presiden (Keppres). Ke depannya, diharapkan ada suatu badan/organisasi yang bersifat nasional sebagai badan yang mengeluarkan cetak biru (blue print) keselamatan nasional. Untuk itu, Pusdatin Dephub pada kemudian hari diharapkan bisa menjadi Badan Keselamatan Transportasi Nasional. Data kecelakaan terpadu akan berada dalam wewenang Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Departemen Perhubungan, sementara itu data cuaca dan iklim akan disediakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Informasi infrastruktur dan Lalulintas Nasional khusus Transportasi Jalan didapatkan dari Ditjen Bina Marga. Ketiga data tersebut akan dikirimkan ke Badan Litbang Departemen Perhubungan (Balitbang Dephub) untuk dilakukan kajian dan analisis untuk kepentingan penelitian, sehingga menghasilkan suatu data/informasi kecelakaan transportasi yang komprehensif. x

Gambar 1.3. Pengembangan Sistem Organisasi xi