RINGKASAN EKSEKUTIF I. PENDAHULUAN Tahun 2007 merupakan akumulasi tertinggi kecelakaan transportasi nasional dan terjadi pada semua moda transportasi baik darat, laut maupun udara. Kondisi menurunnya kualitas infrastruktur dan sarana sektor transportasi, persaingan antar moda maupun sesama moda serta pertumbuhan permintaan transportasi tanpa mengembangkan sistem manajemen keselamatan (SMK) yang memadai merupakan penyebab terjadi berbagai kecelakaan yang seharusnya dapat dihindari. Upaya perbaikan membutuhkan kebijakan komprehensif dari pemerintah. Sementara kebijakan ini serta upaya upaya program penanggulangan (counter measures) serta target perbaikan membutuhkan informasi data kecelakaan yang akurat dan handal. Kenyataan di lapangaan saat ini, data kecelakaan belum dihimpun oleh pemerintah dengan baik dan masih tersebar secara sektoral, sehingga menyulitkan untuk melakukan kajian terhadap permasalahan keselamatan maupun perumusan kebijakan dan program perbaikan serta rencana pembangunan sistem keselamatan transportasi nasional. Berbagai masalah ditemukan diantaranya permasalahan institusional dan manajemen dalam penanganan kejadian kecelakaan. Kurangnya koordinasi antar instansi yang terkait, belum terwujudnya sistem informasi kecelakaan yang dapat digunakan oleh semua sub sektor transportasi dan pemangku kepentingan lainnya serta belum adanya koordinasi pendanaan sistem keselamatan termasuk institusi penyelenggara asuransi. i
Sistem Informasi kecelakaan menjadi tulang punggung untuk mewujudkan Sistem Manajemen Keselamatan sektor Transportasi terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Pendek, Menengah dan Panjang yang akan diusulkan oleh Departemen Perhubungan sesuai dengan visi dan misi tiap tiap sub sektor Perhubungan. Maksud dari studi ini adalah melakukan kajian dalam rangka penyempurnaan sistem informasi dan pelaporan kecelakaan untuk semua moda transportasi, baik dari sisi kelengkapan laporan, kesesuaian format, kejelasan sistem pelaporan maupun tanggung jawab dan klasifikasi pelaporan sesuai dengan tingkat otoritas pengguna. II. METODOLOGI Secara umum metodologi pelaksanaan studi ini, dapat digambarkan secara rinci seperti Gambar 1.1. di bawah ini : ii
Gambar 1.1. Bagan Metodologi Studi Pada tahap pertama, informasi diperoleh dengan cara survey di beberapa kota dalam bentuk sampling yang dipilih berdasarkan keterwakilan wilayah Indonesia. Survey akan dilakukan pada semua moda transportasi (darat, kereta, udara, dan laut). Wilayah Indonesia yang akan disurvey meliputi 4 pulau besar, yaitu pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Hasil survei kemudian dikumpulkan untuk membangun sistem basis data, kemudian dilanjutkan dengan tahapan tahapan selanjutnya sesuai uraian diatas. Informasi yang ditampilkan dapat menjadi rujukan bagi user yang mengakses. Dari data kecelakaan seluruh moda transpotasi dapat diketahui penyebab kecelakaan yang paling banyak terjadi pada masing masing moda. Penyebab iii
kecelakaan yang dapat di informasikan tidak hanya penyebab langsung tetapi juga penyebab tidak langsung hingga akar penyebabnya. III. HASIL SURVEI Transportasi Jalan Data kecelakaan transportasi jalan dihimpun oleh Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) POLRI. Pada instansi ini data tersebut dihimpun oleh Sub Bagian Informasi Kecelakaan Lalu Lintas (Sub Bag Info Laka) yang menghimpun seluruh data secara berjenjang dari Polres (di tingkat Kabupaten atau Kota) dan Polda (Provinsi). Hingga saat ini data Kepolisian masih bersifat pencatatan pada saat kejadian (in situ) dan belum memungkinkan hingga 30 hari setelah kejadian sesuai dengan Undang Undang No. 12 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan juncto Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 1992 tentang Lalu Lintas Jalan ataupun standar internasional (International Road Federation). Pengembangan ke 30 hari dapat dilakukan dengan merujuk rumah sakit, tetapi tidak semua rumah sakit melakukan pencatatan data korban khususnya akibat kecelakaan jalan dan dilaporkan ke pusat. Transportasi Kereta Api Pengumpulan dan Pencatatan Data Kecelakaan saat ini dilakukan oleh PT KA, yang dilakukan internal oleh Tim CO (Ongeluk Comite), jika diartikan dalam bahasa Indonesia adalah tim investigasi kecelakaan. Tim CO ini ada yang dipusat dan di daerah, jika dipusat diketuai oleh Direktur Operasional (Dirops), diwakili oleh Kasubdit Lalu Lintas, dan anggotanya berasal dari semua divisi. Sedangkan Tim CO di daerah diketuai oleh Kepala Daerah Operasi pada masing masing daerah dengan beranggotakan semua Kepala Sie. iv
Laporan ini biasanya disebut Laporan PL/H yang berisi lokasi, waktu, jenis, uraian kejadian, sebab, akibat, tindakan yang telah dilakukan, dan penjelasan petugas yang sedang bertugas sewaktu kejadian siapa saja. Laporan akan diserahkan kepada Direktur Operasional (Dirops). Transportasi Udara Data kecelakaan transportasi udara dihimpun oleh Administrator Bandara (Adban) bidang safety dan dilanjutkan kepada kepala kantor Administrator Bandara, dan selanjutnya dilaporkan kepada Ditjen Perhubungan Udara. Tetapi tidak semua bandar udara di Indonesia memiliki Administrator Bandara, maka untuk bandar udara yang tidak memiliki Administrator Bandara, laporan kejadian langsung dilaporkan kepada Ditjen Perhubungan Udara. Data kecelakaan hanya disimpan dalam bentuk berkas laporan (hard copy). Transportasi Laut Pengumpulan dan Pencatatan Data Kecelakaan saat ini dilakukan oleh Syahbandar Syahbandar melakukan penyimpanan data secara manual, disimpan di satu tempat, dan tidak mempunyai program penyimpanan data dalam bentuk soft ware. Kecelakaan Transportasi Berbasis Data Rumah Sakit Pelaporan dan pencatatan dilakukan oleh dokter/perawat jaga IRD. Data yang dilaporkan adalah data korban kecelakaan pada saat masuk di IRD bukan saat keluar dari RS. Selain rekapan tiap bulan, pihak IRD juga membuat laporan tiap triwulan dan tahunan. Tinjauan Kecelakaan Transportasi Sebagai Bagian Dari Kecelakaan Kerja v
Data kecelakaan kerja didapatkan dari Disnaker tingkat kota/kabupaten, Disnaker tingkat 1, ataupun dari pihak Jamsostek. Jika ada kecelakaan kerja pada pekerjanya, setiap perusahaan wajib lapor dalam waktu 2 x 24 jam ke Disnaker Kota setempat dan jamsostek. Kemudian Pengawas di Disnaker kota melakukan investigasi ke TKP membuat penetapan kecelakaan untuk keperluan klaim ke Jamsostek. Sistem Pelaporan data kecelakaan kerja yang berkala juga dilakukan oleh disnaker tingkat kota hingga tingkat 1 sebagai laporan ke menteri. IV. KESIMPULAN Dari Studi Sistem Informasi Dan Pelaporan Kecelakaan Transportasi yang ditinjau dari aspek sistem keorganisasian, pelaporan dan akses informasi data kecelakaan pada kondisi saat ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Data kecelakaan transportasi jalan dihimpun oleh Ditlantas POLRI. Data tersebut dihimpun oleh Sub Bagian Informasi Kecelakaan Lalu Lintas (Sub Bag Info Laka) yang menghimpun seluruh data secara berjenjang dari Polres dan Polda. 2. Saat ini data Kepolisian masih bersifat pencatatan pada saat kejadian (in situ) dan belum memungkinkan hingga 30 hari setelah kejadian sesuai dengan Undang Undang No. 12 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan jo Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 1992 tentang Lalu Lintas Jalan ataupun standar internasional (International Road Federation). Pengembangan ke 30 hari dapat dilakukan dengan merujuk rumah sakit, tetapi tidak semua rumah sakit melakukan pencatatan data korban khususnya akibat kecelakaan jalan dan dilaporkan ke pusat. 3. Pengumpulan dan pencatatan data kecelakaan Kereta Api saat ini dilakukan oleh PT KA, yang dilakukan internal oleh Tim CO (Ongeluk Comite), jika vi
diartikan dalam bahasa Indonesia adalah tim investigasi kecelakaan. Tim CO ini yang membuat laporan. 4. Laporan ini biasanya disebut Laporan PL/H yang berisi lokasi, waktu, jenis, uraian kejadian, sebab, akibat, tindakan yang telah dilakukan, dan penjelasan petugas yang sedang bertugas sewaktu kejadian siapa saja dan selanjutnya akan diserahkan kepada Direktur Operasional (Dirops). 5. Data kecelakaan transportasi udara dihimpun oleh Administrator Bandara (Adban) bidang safety dan dilanjutkan kepada kepala kantor Administrator Bandara, dan selanjutnya dilaporkan kepada Ditjen Perhubungan Udara. 6. Untuk bandar udara yang tidak memiliki Administrator Bandara, laporan kejadian langsung dilaporkan kepada Ditjen Perhubungan Udara. 7. Data kecelakaan hanya disimpan dalam bentuk berkas laporan (hard copy). 8. Pengumpulan dan pencatatan data kecelakaan transportasi laut saat ini dilakukan oleh Syahbandar. 9. Syahbandar melakukan penyimpanan data secara manual, disimpan di satu tempat, dan tidak mempunyai program penyimpanan data dalam bentuk soft ware. 10. Pelaporan dan pencatatan kecelakaan berbasis rumah sakit dilakukan oleh dokter/perawat jaga IRD. Data yang dilaporkan adalah data korban kecelakaan pada saat masuk di IRD, bukan saat keluar dari RS. Pihak IRD juga membuat laporan tiap bulan, triwulan, dan tahunan. 11. Data kecelakaan kerja didapatkan dari Disnaker tingkat kota/kabupaten, Disnaker tingkat 1, ataupun dari pihak Jamsostek. 12. Jika ada kecelakaan kerja pada pekerjanya, setiap perusahaan wajib lapor dalam waktu 2 x 24 jam ke Disnaker Kota setempat dan jamsostek. Kemudian Pengawas di Disnaker kota melakukan investigasi ke TKP membuat penetapan kecelakaan untuk keperluan klaim ke Jamsostek. 13. Sistem Pelaporan data kecelakaan kerja yang berkala juga dilakukan oleh disnaker tingkat kota hingga tingkat 1 sebagai laporan ke menteri. vii
V. REKOMENDASI Rekomendasi merupakan hasil akhir sesuai dengan tujuan studi ini, yaitu pengembangan Sistem Informasi dan Pencatatan Data Kecelakaan Transportasi. Penanganan kecelakaan transportasi melibatkan berbagai instansi dan pemangku kepentingan (stake holders). Untuk memudahkan dokumentasi seluruh kecelakaan transportasi diperlukan organisasi nasional yang menghimpun data kecelakaan transportasi. Di kemudian hari, konsultan merekomendasikan Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Departemen Perhubungan sebagai sebagai instansi penyimpanan data, dokumentasi serta pelaporan seluruh penyelenggaraan tranportasi. Dasar penunjukkan Pusdatin sebagai instansi penyimpanan data, dokumentasi, dan pelaporan kecelakaan transportasi nasional karena sesuai dengan tupoksi Pusdatin, yaitu sebagai pusat data dan informasi. Akses ini kemudian dimungkinkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Perhubungan (Balitbang Dephub) dan Direktorat Jendral teknis (termasuk Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, dan Kepolisian Negara Republik Indonesia/POLRI) untuk menganalisis dan mengkaji data tersebut. Akses ini juga dimungkinkan untuk pihak lembaga lembaga penelitian termasuk perguruan tinggi. Aliran data kecelakaan transportasi dapat dilihat pada Gambar 7.1. Penggunaan data kecelakaan lalu lintas disesuaikan dengan kebutuhan informasi. Untuk itu perlu dilakukan hirarki penggunaan data disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi lembaga lembaga tersebut. Sebagai contoh data data yang memiliki kepentingan pro justica menjadi data yang tetap dipegang kerahasiaannya oleh pihak Kepolisian (Direktorat Lalu Lintas untuk viii
transportasi jalan dan Badan Reserse dan Kriminal untuk transportasi lainnya), atau yang bersifat khusus untuk penyidikan penyebab kecelakaan seperti KNKT. Gambar 1.2. Aliran Data Kecelakaan Transportasi Pengembangan ke 30 hari dapat dilakukan dengan merujuk rumah sakit, tetapi tidak semua rumah sakit melakukan pencatatan data korban khususnya akibat kecelakaan jalan dan dilaporkan ke pusat. ix
Untuk itu, konsultan juga merekomendasikan kebijakan dan regulasi untuk mempertegas tugas pokok dan fungsi dari organisasi pencatatan dan pelaporan data kecelakaan bagi pihak yang ditunjuk, berupa Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri; Menteri Perhubungan, Kapolri, Menteri Pekerjaan Umum, dan Menteri Kesehatan, atau jika memungkinkan berupa Keputusan Presiden (Keppres). Ke depannya, diharapkan ada suatu badan/organisasi yang bersifat nasional sebagai badan yang mengeluarkan cetak biru (blue print) keselamatan nasional. Untuk itu, Pusdatin Dephub pada kemudian hari diharapkan bisa menjadi Badan Keselamatan Transportasi Nasional. Data kecelakaan terpadu akan berada dalam wewenang Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Departemen Perhubungan, sementara itu data cuaca dan iklim akan disediakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Informasi infrastruktur dan Lalulintas Nasional khusus Transportasi Jalan didapatkan dari Ditjen Bina Marga. Ketiga data tersebut akan dikirimkan ke Badan Litbang Departemen Perhubungan (Balitbang Dephub) untuk dilakukan kajian dan analisis untuk kepentingan penelitian, sehingga menghasilkan suatu data/informasi kecelakaan transportasi yang komprehensif. x
Gambar 1.3. Pengembangan Sistem Organisasi xi