39 PEMANFAATAN PERSEMAIAN BERTINGKAT UNTUK PRODUKSI BIBIT DALAM KERANGKA REHABILITASI HUTAN MANGROVE SPESIFIK LOKASI Bau Toknok 1 Wardah 1 1 Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako Email: bautoknok@gmail.com ABSTRAK Pengabdian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat khususnya petani tambak dan nelayan tentang teknik pembibitan jenis vegetasi mangrove spesifik lokasi (sesuai kebutuhan lingkungan tumbuh) yang adaptif sosial agar terbentuk kelompok pembibitan mangrove yang profesional dalam kerangka rehabilitasi ekosistem mangrove, guna peningkatan fungsi ekologi ekosistem. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut yakni melaksanakan penyuluhan, pelatihan dan demplot. Berdasarkan hasil yang diperoleh, bahwa persemaian bertingkat (sesuai lingungan tumbuh) lebih mendukung pertumbuhan bibit beberapa jenis vegetasi mangrove, ketersediaan bibit berbagai jenis vegetasi mangrove dapat mewujudkan kegiatan rehabilitasi mangrove spesifik lokasi, pengetahuan teknis budidaya berbagai jenis vegetasi mangrove dapat mendorong terbentuknya Kebun Bibit Rakyat (KBR) swadaya dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya rehabilitasi ekosistem mangrove. Keywords: Persemaian, Mangrove, spesifik, lokasi. 1. PENDAHULUAN Hutan mangrove sangat menunjang perekonomian masyarakat pantai, karena merupakan sumber mata pencaharian masyarakat nelayan. Tanjung Malakosa merupakan wilayah pesisir Teluk Tomini, yang sebagian besar atau 78 % (785 kk dari 1005 kk) Masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani, petambak dan nelayan yang keberlangsungan usahanya sangat tergantung pada keberadaan ekosistem mangrove. Kurang lebih 50% atau sekitar 1155 Ha wilayah Tanjung Malakosa merupakan kawasan ekosistem mangrove pada tahun 1980an dengan tebal sabuk 300-400 m, namun sekarang ini (2012) luas ekosistem mangrove yang tersisa tinggal 35 ha akibat konversi menjadi tambak (1105 h a), pemukiman, jalan dan dermaga. Kondisi tersebut telah menyebabkan terjadinya abrasi dan intrusi air laut serta jengkauan air pasang ke daratan hingga lahan-lahan pertanian masyarakat (Toknok, 2012). Berbagai upaya rehabilitasi telah dilakukan untuk mempertahankan dan memulihkan ekosistem mangrove yang rusak, baik yang dilakukan melalui program pemerintah (7000 bibit tahun 2004 dan 1.200 bibit tahun 2006) maupun swadaya masyarakat (5000 bibit tahun 2004), namun upaya tersebut selalu mengalami kegagalan karena rendahnya pemahaman masyarakat akan teknis budidaya jenis-jenis vegetasi mangrove. Dimana kegiatan rehabilitasi mangrove sangat berbeda dengan kegiatan rehabilitasi hutan lainnya karena jenis-jenis vegetasinya mangrove terdistribusi dalan zona-zona dengan lingkungan tumbuh yang berbeda-beda. Oleh karena itu, lokasi yang akan direhabilitasi akan sangat menentukan jenis vegetasi yang akan dibibitkan dan ditanam. Dengan demikian, program Pengabdian pada masyakarat ini diharapkan dapat memotivasi dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat khususnya petani tambak dan nelayan di desa ini tentang teknik pembibitan jenis vegetasi
40 mangrove spesifik lokasi (s esuai kebutuhan lingkungan tumbuh) yang adaptif sosial (sesuai dengan karakteristik dankebutuhan masyarakat) agar terbentuk kelompok pembibitan mangrove yang profesional dalam rangka restorasi ekosistem mangrove di Tanjung Malakosa guna peningkatan fungsi ekologi ekosistem. 2. METODE PENELITIAN Metode pendekatan yang dilakukan pada Mitra melalui program IbM ini yaitu Metode Penyuluhan, Pelatihan dan Pembinaan. Metode pelaksanaannya adalah sebagai berikut: Metode Penyuluhan Kegiatan penyuluhan ini dilakukan dengan pendekatan partisipatif peserta sebagai sasaran yang dilibatkan dari awal sampai akhir kegiatan dalam program ini. Dalam kegiatan ini melibatkan 10 orang anggota yang ada pada Kelompok Tani Tambak dan Kelompok Nelayan. Kegiatan penyuluhan ini meliputi: Teori dasar yang berkaitan dengan cara pengenalan jenis vegetasi mangrove (Rusila, 2006; Kusmana dkk., 2008) Teori dasar yang berkaitan dengan benih/propagul berkualitas (Kurniasari, 2011), cara pembibitan atau keberhasilan pertumbuhan bibit mangrove (Priyono, 2010; Suyono, 2013) Desain bangunan persemaian/pembibitan mangrove (Kusmana dkk. 2008) Metode Pelatihan dan Demplot Persemaian Kegiatan pelatihan dilaksanakan dengan cara penerapan langsung teori-teori dasar yang telah diterima dari penyuluhan. Pengetahuan dasar yang harus dibekali petani tambak dan nelayan dalam pembangunan pembibitan yakni distribusi jenis-jenis vegetasi mangrove secara alami. Toknok, dkk. (2013) menyatakan bahwa jenis-jenis vegetasi mangrove Tanjung Malakosa terdistribusi dalam empat zona berdasarkan frekwensi penggenangan oleh pasang surut air laut selama satu bulan. Atas dasar itulah sehingga dibuat desain modifikasi pembibitan yang beringkat tiga berdasarkan penggenangan pasang surut air laut. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Penyuluhan Penyuluhan budidaya mangrove dilaksanakan selama tiga hari dengan peserta pelatihan terdiri dari anggota kelompok tani masing-masing mitra serta masyarakat di sekitar lokasi tempat pelaksanaan kegiatan (Gambar 1 ). Materi penyuluhan dimulai dari teknik identifikasi jenis vegetasi, teknik pengunduhan propagul, rancang bangun atau desain persemaian mangrove hingga penanaman baik di persemaian dan lapangan. Gambar 1. Pemberian materi secara teori Gambar 2. Tanggapan Peserta Penyuluhan Program penyuluhan telah melibatkan semua anggota kelompok tani sasaran di Desa Malakosa dengan metode learning by doing. Peserta penyuluhan mendengarkan dengan baik semua penjelasan materi yang disampaikan oleh tim pengabdi dan direspon secara positif.
41 Pelatihan dan Demplot Materi yang disuluhkan dalam kegiatan pengabdian ini terbagi atas beberapa topik terkait dengan budidaya mangrove. Setiap teori yang disampaikan langsung diterapkan atau dipraktekkan dilapangan sehingga selesai penyuluhan maka langsung terbangun persemaian yaitu: 1. Teknik/cara pengenalan jenis-jenis vegetasi mangrove atas dasar karakteristik masing-masing jenis dilanjutkan dengan berlatih cara praktis identifikasinya di lapangan, serta pemilihan propagule yang baik dan berkualitas. Lebih jelasnya di gambar berikut. disajikan pada gambar berikut. Gambar 6. Pemancangan Tiang Gambar 7. Pemasangan Paranet Gambar 3. Kegiatan Identifikasi & Propagul R. mucronata Gambar 4. Pengunduhan Propagul Gambar 8. Pengukuran Perbedaan Ketinggian air dengan water pas 3. Teknik penanaman mangrove yang dapat meningkatkan keberhasilan kegiatan rehabilitasi mangrove dalam gambargambar berikut. Gambar 5. Seleksi Propagul 2. Rancang Bangun Persemaian berdasarkan Kebutuhan Lingkungan tumbuh dari masing-masing jenis vegetasi mangrove. Proses pembangunan persemaian Gambar 9. Penataan Polybag pada persemaian Bertingkat
42 Gambar 12. Bibit X. ganatum Gambar 10. Penanaman Propagul Jenis-jenis propagul yang disemaikan yakni Sonneratia alba, Bruguiera gymnorrhiza, Ceriops tagal, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata dan Xylocarpus granatum. Jenis-jenis tersebut ditempatkan sesuai kebutuhannya akan penggenangan pasang surut air laut yakni pada bagian bawah (s elalu tergenang) ditempatkan S. alba, dibagian tengah R. apiculata, R. Mucronata, dibagian atas B. gymnorrhiza, C. tagal dan X. granatum. Benih tersebut tumbuh dengan baik dan dipelihara hingga lima bulan (Gambar 5) kecuali S. Alba yang bertahan hanya sampai satu bulan. Ini mungkin desebabkan karena lokasi persemaian ditempatkan di muara sehingga air yang dominan menggenangi adalah air sungai dengan kisaran salinitasnya dibawah sementara S. Alba membutuhkan salinitas antara 10-30%. 4. KESIMPULAN Gambar 13. B. Gymnorrhiza Berdasarkan hasil dan pembahasan pengabdian ini maka dapat disimpulkan beberapa hal antara lain: Persemaian bertingkat ( sesuai lingungan tumbuh) lebih mendukung pertumbuhan bibit beberapa jenis vegetasi mangrove. Ketersediaan bibit berbagai jenis vegetasi mangrove dapat mewujudkan kegiatan rehabilitasi mangrove spesifik lokasi. Pengetahuan teknis budidaya berbagai jenis vegetasi mangrove dapat mendorong terbentuknya Kebun Bibit Rakyat (KBR) swadaya dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya rehabilitasi ekosistem mangrove. Gambar 11. Bibit R. Mucronata dan R. Apiculata REFERENSI Kurniasari, T. 2011. Mempersiapkan Bibit di Persemaian. Wetlands International Indonesia Programme, Bogor. 6 h. http://www.wetlands.org/linkclick.aspx?fileticket=%2bslhswefw%2ba%3d&tabi d=56 Kusmana, C., Istomo., Wibowo, C., Budi, R.W., Siregar, I.Z., Tiryana, T., dan Sukardjo,
S., 2008. Manual Of Mangrove Silviculture In Indonesia. Colaboration Between Directorat General Of Land Rehabilitation And Social Forestry, Ministry Of Forestry And With Korea International Cooperation Agency (K OICA). The Project Rehabilitation Mangrove Forest and Coastal Area Damaged by Tsunami in Aceh. Jakarta. Priyono, A., 2010. Panduan Praktis Teknik Rehabilitasi Mangrove Di Kawasan Pesisir Indonesia. Kerjasama Kementrian Kelautan dan Perikanan dengan MFF-IUCN dan KeSEMat, Semarang. Rusila, Y. N., Khazali, M., Suryadiputra, I. N. M., 2006. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Ditjen PKA dan Wetlands International Indonesia Programme. Bogor. Suryono, A. 2013. Sukses Usaha Pembibitan Mangrove, Sang Penyelamat Pulau. Pustaka Baru Press. Yogyakarta. Toknok, B. 2012. Restorasi Ekosistem Mangrove Tanjung Malakosa Di Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah. Disertasi Program Doktor Ilmu Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda. Toknok, B., Wardah dan Arianingsih, I. 2013. Zonasi Vegetasi pada Dua Komunitas Mangrove Pantai Di Kecamatan Balinggi Teluk Tomini. Jurnal Forestsains vol 11 No. 1: 21-28 43