Tentang Islam Yang Direstui Oleh Negara di Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang diajarkan dari sudut pandang Islam, 1 di Indonesia tidak dapat

4 Alasan Mengapa Buku ini Penting?

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

PANDANGAN POLITIK TAN MALAKA TENTANG KONSEP NEGARA REPUBLIK

RELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL SKRIPSI ANWAR ILMAR

Pancasila dalam Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan mengenai dinamika Partai

I PENDAHULUAN. Islam tidak hanya sebagai sebuah agama yang hanya mengatur ibadah ritual tetapi

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

Pendidikan Pancasila. Berisi tentang Pancasila sebagai ideologi negara. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi Bisnis

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

Pertemuan Presiden Jokowi dengan Romahurmuziy Selasa, 22 November 2016

Kontroversi Agama dan Pancasila

DINAMIKA POLITIK MUHAMMADIYAH PADA MASA SUKARNO SAMPAI MASA SOEHARTO PADA TAHUN SKRIPSI. Oleh FAJAR IWANTORO NIM

Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa-2

Dinamika Politik Muhammadiyah

Mam MAKALAH ISLAM. Kementerian Agama Pilar Konstitusi Negara

PENDIDIKAN PANCASILA

A. Pengertian Orde Lama

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bab ini berisi interpretasi penulis terhadap judul skripsi Penerimaan Asas

BAB V. Penutup. pengaruh kapitalisme guna mewujudkan revolusi sosialis di Indonesia, berangkat dari

BAB I PENDAHULUAN. Belanda yang kedua ke Indonesia, tahun 1598, dengan tujuan Banten dan Maluku.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis

Nasionalisme Liberalisme Sosialisme Demokrasi Pan-Islamisme

SEBAB MUNCULNYA NASIONALISME

TUGAS AKHIR STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. : Oby rohyadi. Nomer mahasiswa : Program studi : STRATA 1. : Teknik Informatika

Sosialisme Indonesia

PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

I. PENDAHULUAN. proses penyelenggaraan pemerintahan. Menurut Abdulkarim (2007:15), pemerintah yang berpegang pada demokrasi merupakan pemerintah yang

PEDOMAN PRAKTIKUM.

BUKU PANDUAN LOMBA CERDAS CERMAT SEJARAH HIMPUNAN MAHASISWA PENDIDIKAN SEJARAH 2016

BAB III Pemisahan Agama dan Politik dalam Islam di Indonesia oleh Pemerintah Hindia Belanda

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010.

Habib Rizieq: "Indonesia bukan Negara Demokrasi"

Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim

SISTEM POLITIK INDONESIA. 1. Pengertian Sistem Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks dan terorganisasi.

PARTISIPASI UMAT ISLAM DALAM PEMBANGUNAN POLITIK (Perjuangan Kemerdekaan dan Mengisi Kemerdekaan) Oleh : Wahyuddin G. Abstrak

RUU Ormas Dalam Perspektif Gerakan Da wah Islam 1

KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN

2015 PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA

Tugas Akhir Matakuliah Pancasila SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pemilihan umum (Pemilu) dimaknai sebagai sarana kedaulatan

PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS TEKNIK PANCASILA TEKNIK GEOLOGI PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI MAKALAH

1. Menjelaskaan kekuasaan dalam pelaksanaan konsitusi.

BAB V PENUTUP. Indonesia dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Mekkah mempunyai pas jalan haji, harus menunjukkan dan

Oleh: Abdi Kurnia Djohan, SH.MH, Dosen Agama Islam Universitas Indonesia dan Ketua Lembaga Dakwah Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. minyak Belanda ini mendorong diberlakukannya Undang-Undang Pemerintah

REFORMASI TENTANG UNDANG-UNDANG KEPARTAIAN DI INDONESIA. Drs. ZAKARIA

I. PENDAHULUAN. tanda bukti kepemilikan. Tanah adat tersebut hanya ditandai dengan ciri-ciri fisik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah nasional Indonesia tidak lepas dari pemerintahan Soekarno dan Soeharto, seperti

Pancasila dalam kajian sejarah perjuangan bangsa

PANCASILA ERA PRA KEMERDEKAAN

Hubungan Islam Dan Orde Baru. Written by Wednesday, 08 September :03

PENDIDIKAN PANCASILA

Menawarkan Pancasila Menjadi Ideologi Dunia

Pancasila era Orde Lama reformasi

PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA

SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA SHINTA HAPPY YUSTIARI, S.AP, MPA

SMP. 1. Jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negara 2. Susunan ketatanegaraan suatu negara 3. Pembagian & pembatasan tugas ketatanegaraan

SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2017/2018. Hari / Tanggal : SENIN, 27 NOPEMBER 2017

Kekerasan Sipil dan Kekuasaan Negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

KISI-KISI SEJARAH KELAS XI IPS

PEMETAAN STANDAR ISI

Partai PDIP dan Pembasmian PKI Melalui Supersemar.

HUKUM ACARA PEMBUBARAN PARTAI POLITIK

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Ekonomi Kerakyatan dan Subversi Neokolonialisme

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

RUANG LINGKUP MATA KULIAH PANCASILA

I. PENDAHULUAN. suatu keputusan politik, pemerintahan atau kenegaraan. sebagai proses atau upaya penciptaan dari (1) lembaga -lembaga yang

BAB V KESIMPULAN. Pertama, mengenai tingkat kehidupan manusia dari masa pra sejarah sampai

Masa Pemerintahan Orde Lama. Masa Pemerintahan Orde Baru

BAB II PEMBAHASAN. sosialistis yang berazazkan Marxisme. PKI ingin menjadikan Indonesia sebagai

PANCASILA DALAM SEJARAH PERJUANGAN BANGSA

Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

I. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun

I. PENDAHULUAN. Margakaya pada tahun 1738 Masehi, yang dihuni masyarakat asli suku Lampung-

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jatuhnya pemerintahan Orde Baru sesungguhnya, sebagaimana dikatakan Amien

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER

Ulangan Akhir Semester (UAS) Semester 1 Tahun Pelajaran

Mata Kuliah Kewarganegaraan Modul ke:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Transkripsi:

State Islam: Tentang Islam Yang Direstui Oleh Negara di Indonesia 13 September 2017 https://indoprogress.com/2017/09/state-islam-tentang-islam-yang-direstui-oleh-negara-di-indonesia/ Dendy Raditya Atmosuwito Harian IndoPROGRESS SEJAK masa kampanye pemilihan Presiden tahun 2014 sampai sekarang, hampir tiga tahun menjalankan roda pemerintahan di Indonesia, Joko Widodo dan jajarannya sering dianggap sebagai rezim yang anti terhadap Islam. Anggapan tersebut diperkuat dengan beberapa kebijakan rezim ini yang dianggap anti Islam. Contohnya, pembubaran salah satu organisasi massa Islam yang dianggap anti-pancasila dengan penerbitan Perppu Ormas. Status Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim paling banyak di antara negara-negara lain di seluruh dunia membuat penulis memunculkan sebuah pertanyaan menarik. Mungkinkah Joko Widodo dan rezimnya secara politis bisa benar-benar anti dengan Islam? Kajian tentang hubungan Islam dengan politik atau Negara di Indonesia sangat melimpah. Diantaranya ada yang berfokus pada aspek masyarakat seperti Ali dan Effendy (1986), Effendy (1994; 2004), Syamsuddin (1992), Feillard (1995), Hefner (1993; 2000). Atau yang berfokus pada aspek Negara seperti Nieuwenhuijze (1958), F Boland (1971), Lev (1972), Noer (1978), Hamzah (1998), Ma arif (1983, 1985), Bruinessen (1995, 1996), 1

Ramage (1995), Azra dan Umam (1998), serta Porter (2002). Dari berbagai kajian tersebut terdapat satu benang merah yang dapat kita tarik. Siapapun yang berkuasa di Indonesia, secara politis tidak mungkin lepas dari Islam. Islam dan Kekuasaan di Indonesia dari Masa ke Masa Hubungan antara Islam dan Negara di Indonesia bisa kita tarik sejarahnya sampai pada masa kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Ketika itu Islam menjadi faktor yang sangat penting bagi para penguasa kerajaan untuk mempertahankan kekuasaanya. Para penguasa membangun aliansi dengan para ulama dan memberikan para ulama tersebut jabatan sebagai penasihat penguasa. Masjid-masjid juga banyak didirikan pada zaman tersebut, utamanya di dekat istana-istana kerajaan yang beberapa diantaranya masih bisa kita lihat sampai sekarang. Gelar yang dipakai oleh para penguasa kala itu pun kental dengan nuansa Islam seperti Sunan, Sultan, atau Khalifatullah. Pada masa itu juga kebiasaan untuk menitipkan putra-putri para penguasa pada ulama-ulama terpercaya untuk belajar agama Islam di pesantren milik ulama-ulama tersebut lazim dilakukan. Ketika Belanda berhasil menguasai secara politik dan ekonomi, sebagian besar wilayah yang sekarang disebut sebagai Indonesia, mereka yang notabene adalah pihak asing yang tentu saja tidak beragama Islam dan secara umum oleh umat muslim di wilayah tersebut dianggap sebagai kafir pun ternyata tak dapat lepas dari urusan-urusan yang berkaitan dengan Islam. Daniel Dhakidae mencatat bahwa salah satu kebijakan pemerintah kolonial Belanda yang sangat penting adalah kebijakan di bidang agama, dan dari semua kebijakan agama yang terpenting adalah kebijakan politik terhadap Islam yang ia katakan sebagai Islamic politicy (Dhakidae, 2003). Bentuk konkret dari kebijakan politik agama pada masa kolonial Belanda adalah dibentuknya Kantor Urusan Pribumi (Kantoor Voor Inlandsche Zaken). Melalui kantor inilah semua kebijakan politik menyangkut relasi sosial keagamaan dengan pribumi dikelola dengan sistematik dan modern, yang jejaknya dapat dilihat hingga saat ini (Saidi, dkk, 2004). Pemerintahan militer bala tentara Jepang yang melanjutkan estafet penjajahan di kepulauan Indonesia juga menaruh perhatian besar terhadap hubungannya dengan Islam. Salah satu kebijakan pemerintahan militer bala tentara Jepang berkaitan dengan Islam yang cukup penting adalah pendirian kantor urusan agama (Shumubu) dan Majelis Islam A la Indonesia (MIAI) yang kemudian bertransformasi menjadi Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi). 2

Pada akhir masa penjajahan Jepang, kelompok elit masyarakat modern Indonesia terbagi menjadi beberapa kelompok yaitu kelompok Islam, kelompok Nasionalis, Sosialis, Komunis, dan Kristen (Anshari, 1997). Masing-masing kelompok ini mengusung ideologinya sendiri-sendiri. Namun dalam perjuangan ideologi negara, faksi-faksi ini bisa disederhanakan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang menginginkan Indonesia berdasarkan agama yaitu Islam, dan kelompok yang menginginkan Indonesia berdasarkan ideologi non-agama yaitu kelompok Nasionalis (Latif, 2005). Untuk memecahkan ketegangan tersebut maka dibentuk panitia 9 (Maarif, 1985). Melalui pergumulan yang sulit pada tanggal 22 Juni 1945 dicapai satu modus vivendi dengan merumuskan suatu gentle agreementtentang Pembukaan Undang-undang Dasar yang oleh Yamin dokumen ini dinamakan Piagam Jakarta The Jakarta Charter (Maarif, 1985). Akan tetapi, pada tanggal 18 Agustus 1945, tepat sehari setelah Indonesia menyatakan kemerdekaan-nya, atas keberatan dari kelompok nasionalis sekuler dan kelompok Kristen dari Indonesia bagian Timur, tujuh kata dalam Piagam Jakarta tersebut dihapus dari naskah pembukaan UUD 1945 (Anshari, 1997). Penghapusan tujuh kata tersebut tidak membuat penguasa di Indonesia pasca kemerdekaan lepas dari hubungan dengan Islam secara politik. Pasca kemerdekaan, menurut Dhakidae (2003), baik presiden Sukarno maupun Soeharto masih melanjutkan kebijakan pada bidang agama ala pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Bahkan Dhakidae menyebut Sukarno dan Soeharto sebagai Hurgronjesian karena seolah-olah mengikuti saran dari Christian Snouck Hurgronje dalam urusan Islam seperti pemerintah kolonial Hindia Belanda (Dhakidae, 2003). Hurgronje mengatakan bahwa ada dua jenis Islam di Indonesia yaitu Islam agama dan Islam politik. Menurut Hurgronje, pemerintah kolonial Hindia Belanda harus memberikan kebebasan seluas-luasnya, bahkan, kalau perlu, mendukung Islam agama. Bagi Hurgronje, pemerintah kolonial Hindia Belanda tidak boleh sekali-kali menghalangi mereka yang ingin pergi haji ke tanah suci Mekkah dan urusan peribadatan Islam lainnya. Tetapi di sisi lain pemerintah kolonial Hindia Belanda tidak boleh memberikan kesempatan sedikitpun pada Islam politik dan kalau perlu menghalanginya dengan kekerasan (Dhakidae, 2003). Rekomendasi Hurgronje ini dilanjutkan dengan sangat baik oleh rezim Demokrasi Terpimpin Sukarno dan juga rezim Orde Baru Soeharto. Kedua rezim tersebut memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada Islam agama dan mengambil tindakan tegas dan keras pada Islam politik. Contohnya, Sukarno mengambil tindakan keras terhadap DI-TII/NII yang dipimpin oleh Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo serta membubarkan partai Islam Masyumi pada tahun 1960 setelah beberapa petingginya 3

terlibat PRRI/Permesta. Soeharto pun mengambil tindakan yang sama dengan Sukarno, yaitu merepresi Islam politik dengan kebijakan fusi partai-partai politik Islam menjadi Partai Persatuan Pembangunan dan pemberlakuan asas tunggal Pancasila. Meskipun bertindak keras terhadap Islam politik, namun Sukarno dan Soeharto pun tetap membutuhkan Islam untuk menopang stabilitas rezim mereka masing-masing. Sukarno, misalnya, dalam konsepsinya tentang revolusi tetap menyertakan kelompok agama (Islam) sebagai salah satu kekuatan revolusioner di Indonesia selain kelompok Nasionalis dan Komunis. Konsepsi Islam yang dikehendaki oleh Sukarno untuk menopang rezimnya adalah Islam yang revolusioner atau dalam istilah Sukarno Api Islam. Soeharto tak jauh berbeda dengan pendahulunya, kebijakannya mendirikan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), serta Bank Syariah Muammalah adalah beberapa contoh usahanya untuk menarik simpati umat muslim. Penutup: State Islam dan Mungkinkah Secara Politis Penguasa di Indonesia Anti Terhadap Islam? Kebijakan-kebijakan politik berkaitan dengan Islam yang telah dilakukan oleh para penguasa dari masa kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara, kolonial Hindia Belanda, bala tentara Jepang, Sukarno, dan Soeharto adalah usaha untuk menciptakan apa yang disebut oleh Van Bruinessen (1996) sebagai State Islam (pemahaman Islam yang direstui Negara) atau yang disebut oleh Hefner (2000) sebagai Regimist Islam (pemahaman Islam yang direstui oleh Rezim). Pada masa kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara, State Islam yang berlaku adalah pemahaman Islam yang mendukung apapun kemauan Raja. Pada masa kolonial Hindia Belanda dan pendudukan bala tentara Jepang, State Islam yang berlaku adalah pemahaman Islam yang melanggengkan penjajahan kedua pihak tersebut di Indonesia. Pada masa rezim Demokrasi Terpimpin Sukarno, State Islam yang berlaku adalah pemahaman Islam yang mendukung tercapainya revolusi di Indonesia yang selalu dicita-citakan Sukarno. Pada masa Soeharto, State Islam yang berlaku adalah pemahaman Islam yang mendukung seluruh program pembangunannya dan tidak mempertanyakan kekuasaanya. Sejarah telah membuktikan bahwa setiap rezim yang berkuasa di Indonesia tidak mungkin tidak, pasti membutuhkan State Islam. Lalu bagaimanakah State Islam atau pemahaman Islam yang direstui oleh Negara yang berlaku pada masa pasca reformasi khususnya di era Joko Widodo saat ini? Dengan 4

berbagai program infrasturktur yang terus-terusan dikejar oleh rezim Joko Widodo maka State Islam yang berlaku adalah pemahaman Islam yang ramah modal dan mau menyetujui pembangunan-pembangunan infrastruktur fisik rezim yang saat ini berkuasa. Usaha rezim Joko Widodo untuk membangun pemahaman Islam yang ramah modal dan proyek infrastruktur ini dapat kita lihat dari usahanya merangkul organisasi-organisasi Islam untuk selalu mempromosikan Islam yang damai, ramah, rahmatan lil alamin (meskipun sangat bisa kita kritik bahwa pemahaman Islam yang direstui oleh rezim ini hanya damai, ramah, dan menjadi rahmat bagi para investor saja). Jadi mungkinkah secara politis Joko Widodo dan rezimnya anti terhadap Islam? Kalau ingin tetap berkuasa, setidaknya sampai 2019 dan seluruh program pembangunannya lancar, jawabannya tentu saja tidak mungkin.*** Penulis adalah Mahasiswa Manajemen dan Kebijakan Publik Fisipol UGM angkatan 2014, anggota Himpunan Mahasiswa Islam komisariat Fisipol UGM 5