ANALISIS DISTRIBUSI COMPUTED TOMOGRAPHY DOSE INDEX (CTDI) PADA BODY PHANTOM

dokumen-dokumen yang mirip
Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 3, No. 4, Oktober 2014, Hal

ANALISIS PERBANDINGAN PARAMETER DAN PROFIL DOSIS MENGGUNAKAN PHANTOM STANDAR DAN TIDAK STANDAR

ANALISA CTDI PADA PERMUKAAN DAN PUSAT PHANTOM MENGGUNAKAN CT DOSE PROFILER

Analisis Pengaruh Faktor Eksposi terhadap Nilai Computed Tomography Dose Index (CTDI) pada Pesawat Computed Tomography (CT) Scan

PERBANDINGAN DOSIS RADIASI DI UDARA TERHADAP DOSIS RADIASI DI PERMUKAAN PHANTOM PADA PESAWAT CT-SCAN

Studi Uniformitas Dosis Radiasi CT Scan pada Fantom Kepala yang Terletak pada Sandaran Kepala

UJI KESESUAIAN PESAWAT CT-SCAN MEREK PHILIPS BRILIANCE 6 DENGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN NOMOR 9 TAHUN 2011

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 2, No. 1, April 2013, Hal 27-34

PENGARUH DIAMETER PHANTOM DAN TEBAL SLICE TERHADAP NILAI CTDI PADA PEMERIKSAAN MENGGUNAKAN CT-SCAN

PENENTUAN CT DOSE INDEX (CTDI) UNTUK VARIASI SLICE THICKNESS DENGAN PROGRAM DOSXYZNRC

ABSTRAK

PENGUKURAN DAN PENGHITUNGAN VOLUME PHANTOM DARI CITRA COMPUTED TOMOGRAPHY (CT) SCAN

PENGUKURAN DOSIS RADIASI PADA PASIEN PEMERIKSAAN PANORAMIK. Abdul Rahayuddin H INTISARI

PENENTUAN NILAI NOISE BERDASARKAN SLICE THICKNESS PADA CITRA CT SCAN SKRIPSI HEDIANA SIHOMBING NIM :

Analisa Kualitas Sinar-X Pada Variasi Ketebalan Filter Aluminium Terhadap Dosis Efektif

ANALISIS KOLIMASI BERKAS SINAR-X PADA PESAWAT FLUOROSCOPY (MOBILE C-ARM) DIRUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

Analisis Dosis Serap CT Scan Thorax Dengan Computed Tomography Dose Index Dan Thermoluminescence Dosimeter

UJI IMAGE UNIFORMITY PERANGKAT COMPUTED RADIOGRAPHY DENGAN METODE PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

ESTIMASI NILAI CTDI DAN DOSIS EFEKTIF PASIEN BAGIAN HEAD, THORAX DAN ABDOMEN HASIL PEMERIKSAAN CT-SCAN MEREK PHILIPS BRILIANCE 6

Pengukuran Dosis Organ Sensitif Pada Pemeriksaan Computed Tomography (CT) Abdomen Menggunakan Fantom Rando

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 3, Juli 2014 ISSN

PENGARUH TEGANGAN TABUNG (KV) TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAFI PESAWAT SINAR-X DIGITAL RADIOGRAPHY (DR) PADA PHANTOM ABDOMEN

ANALISIS NOISE LEVEL HASIL CITRA CT SCAN PADA TEGANGAN TABUNG 120 kv DAN 135 kv DENGAN VARIASI KETEBALAN IRISAN (SLICE THICKNESS)

ANALISIS SEBARAN RADIASI HAMBUR CT SCAN 128 SLICE TERHADAP PEMERIKSAAN CT BRAIN

PERBANDINGAN KUALITAS CITRA CT SCAN PADA PROTOKOL DOSIS TINGGI DAN DOSIS RENDAH UNTUK PEMERIKSAAN KEPALA PASIEN DEWASA DAN ANAK

ANALISIS IMAGE NOISE DAN NILAI DOSIS RADIASI PENGGUNAAN APLIKASI CARE DOSE 4D DAN NON CARE DOSE 4D PADA PESAWAT MSCT SIEMENS

OPTIMALISASI DOSIS RADIASI SINAR-X TERHADAP PROYEKSI PA (POSTERO-ANTERIOR) DAN LAT (LATERAL) PADA TEKNIK PEMERIKSAAN FOTO THORAX SKRIPSI

PENGARUH BLOK INDIVIDUAL BERBAHAN CERROBEND PADA DISTRIBUSI DOSIS SERAP BERKAS FOTON 6 MV LINEAR ACCELERATOR (LINAC)

ANALISIS POSISI DETEKTOR TERHADAP STEM EFFECT DAN DOSIS RELATIF UNTUK DOSIMETRI PESAWAT LINAC 6 MV

FAKTOR FANTOM DAN ESTIMASI DOSIS EFEKTIF DARI HASIL PENGUKURAN COMPUTED TOMOGRAPHY DOSE INDEX (CTDI) SKRIPSI

Pengaruh Ketidakhomogenan Medium pada Radioterapi

EVALUASI METODE PENENTUAN HALF VALUE LAYER (HVL) MENGGUNAKAN MULTI PURPOSE DETECTOR (MPD) BARRACUDA PADA PESAWAT SINAR-X MOBILE

PENENTUAN KARAKTERISASI CERROBEND SEBAGAI WEDGE FILTER PADA PESAWAT TELETERAPI 60 Co

ilmu radiologi yang berhubungan dengan penggunaan modalitas untuk keperluan

FAKTOR KOREKSI GEOMETRI DALAM PENGUKURAN DOSIS PADA PHANTOM DENGAN MENGGUNAKAN METODE CTDI DI UDARA DAN CTDI PADA PHANTOM SKRIPSI

UJI KESESUAIAN CT NUMBER PADA PESAWAT CT SCAN MULTI SLICE DI UNIT RADIOLOGI RUMAH SAKIT ISLAM YOGYAKARTA PDHI

ANALISA PENGARUH FAKTOR EKSPOSI TERHADAP ENTRANCE SURFACE AIR KERMA (ESAK)

PENGUKURAN DOSIS RADIASI RUANGAN RADIOLOGI II RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT (RSGM) BAITURRAHMAH PADANG MENGGUNAKAN SURVEYMETER UNFORS-XI

ANALISA KURVA PERCENTAGE DEPTH DOSE (PDD) DAN PROFILE DOSE UNTUK LAPANGAN RADIASI SIMETRI DAN ASIMETRI PADA LINEAR ACCELERATOR (LINAC) 6 DAN 10 MV

PENGARUH VARIASI AIR GAP TERHADAP DOSIS SERAP PENYINARAN BERKAS ELEKTRON PADA PESAWAT LINAC SIEMENS / PRIMUS M CLASS 5633

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 2, April 2014 ISSN

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN SENTRASI DOSIS DAN JARAK BLADDER TERHADAP DISTRIBUSI DOSIS PADA PERENCANAAN BRACHYTHERAPY KANKER SERVIKS

Verifikasi TPS untuk Dosis Organ Kritis pada Perlakuan Radioterapi Area Pelvis dengan Sinar X 10 Megavolt

JImeD, Vol. 1, No. 1 ISSN X

RESPON PHOTOSTIMULABLE PHOSPHOR (PSP) PADA COMPUTED RADIOGRAPHY TERHADAP AKURASI TEGANGAN TABUNG DAN LINIERITAS KELUARAN PESAWAT SINAR-X

Tesis diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dalam bidang Ilmu Fisika SAMSUN

ANALISA PENGARUH GRID RASIO DAN FAKTOR EKSPOSI TERHADAP GAMBARAN RADIOGRAFI PHANTOM THORAX

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN TINGKAT PANDUAN PAPARAN MEDIK ATAU DIAGNOSTIC REFERENCE LEVEL (DRL) NASIONAL

The Method of CT Dosimetry Based on the CTDI (Computed Tomography Dose Index) for the Treatment of the Human's Head

ANALISIS PENERIMAAN DOSIS RADIASI DI ORGAN MATA PADA PEMERIKSAAN NASOFARING MENGGUNAKAN CT SCAN

Penentuan Entrance Skin Exposure (ESE) pada Pesawat Mammografi Mammomat 1000 dengan Filter Molybdenum (Mo) dan Rhodium (Rh)

Evaluasi Ketebalan Irisan (Slice Thickness) pada Pesawat CT- Scan Single Slice

ANALISIS HASIL PENGUKURAN PERCENTAGE DEPTH DOSE (PDD) BERKAS ELEKTRON LINAC ELEKTA RSUP DR. SARDJITO

Dhahryan 1, Much Azam 2 1) RSUD 2 )Laboratorium Fisika Atom dan Nuklir Jurusan Fisika UNDIP

UJI KESESUAIAN AKURASI DAN LINEARITAS KELUARAN RADIASI PADA PESAWAT CT-SCAN SUITABILITY ACCURACY AND LINEARITY OUTPUT RADIATION CT- SCAN TEST

PENENTUAN NILAI KOEFISIEN SERAPAN BAHAN DAN DOSIS RADIASI PADA VARIASI KOMBINASI KAYU DAN ALUMINIUM

Pengukuran Dosis Radiasi dan Estimasi Efek Biologis yang Diterima Pasien Radiografi Gigi Anak Menggunakan TLD-100 pada Titik Pengukuran Mata dan Timus

Analisis Pengaruh Sudut Penyinaran terhadap Dosis Permukaan Fantom Berkas Radiasi Gamma Co-60 pada Pesawat Radioterapi

ANALISIS DOSIS SERAP RADIASI PADA PERBEDAAN DIMENSI DAN BENTUK LAPANGAN PENYINARAN BERKAS RADIASI FOTON 6 MV

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 4, No. 1, Januari 2015, Hal

PENGARUH SUDUT GANTRI TERHADAP KONSTANSI DOSIS SERAP DI AIR PESAWAT TELETERAPI Co-60 XINHUA MILIK RUMAH SAKIT dr. SARJITO YOGYAKARTA

Jusmawang, Syamsir Dewang, Bidayatul Armynah Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin

DOSIS RADIASI DAN FAKTOR RESIKO PADA PEMERIKSAAN COMPUTED TOMOGRAPHY SCAN WHOLE ABDOMEN 3 FASE SKRIPSI

Uji Kesesuaian Pesawat Fluoroskopi Intervensional merek Philips Allura FC menggunakan Detektor Unfors Raysafe X2 di Rumah Sakit Universitas Andalas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60

Kata kunci : Fluoroskopi intervensional, QC, dosimetri, kualitas citra.

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan Computed Tomography (CT scan) merupakan salah salah

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KELUARAN ANTARA PESAWAT SINAR-X TOSHIBA MODEL DRX-1824B DAN TOSHIBA MODEL DRX-1603B. Skripsi

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UNIVERSITAS INDONESIA ESTIMASI DOSIS RADIASI PADA PEMERIKSAAN CT ANGIOGRAFI CORONER SKRIPSI. Hendya Perbangkara

BAB IV PERHITUNGAN DOSIS SERTA ANALISIS PENGARUH UKURAN MEDAN PAPARAN TERHADAP OUTPUT BERKAS FOTON

PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Novita Rosyida

UJI KELAYAKAN PESAWAT SINAR-X TERHADAP PROYEKSI PA (POSTERO-ANTERIOR) DAN LAT (LATERAL) PADA TEKNIK PEMERIKSAAN FOTO THORAX

PENGUKURAN FAKTOR WEDGE PADA PESAWAT TELETERAPI COBALT-60 : PERKIRAAN DAN PEMODELAN DENGAN SOFTWARE MCNPX.

EVALUASI TEBAL DINDING RUANGAN PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) SINAR-X DI INSTALASI RADIOTERAPI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

UNIVERSITAS INDONESIA. Koreksi Geometri Pengukuran Dosis Pada Phantom. Menggunakan Metode CTDI SKRIPSI. Nugroho Iman Wibisono

PROFIL BERKAS SINAR X LAPANGAN SIMETRIS DAN ASIMETRIS PADA PESAWAT LINAC SIEMENS PRIMUS 2D PLUS

STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN PLANAR STATIK MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI HIGH ENERGY IODIUM-131 (I 131 )

PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60

PERKIRAAN DOSIS PASIEN PADA PEMERIKSAAN DENGAN SINAR-X RADIOGRAFI UMUM. RUSMANTO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PROFIL BERKAS RADIASI LINEAR ACCELERATOR 6MV PADA PENGGUNAAN VIRTUAL WEDGE DENGAN GAFCHROMIC FILM

PERHITUNGAN NILAI DOSIS DAN KONTRAS CITRA COMPUTED RADIOGRAPHY (CR) DENGAN VARIASI KETEBALAN DAN KOMBINASI JENIS FILTER

Buletin Fisika Vol. 8, Februari 2007 : 31-37

Analisis Persamaan Respon Dosis Thermoluminescent Dosimeter (TLD) Pada Spektrum Sinar-X Menggunakan Metode Monte Carlo

STUDI RADIOGRAFI MAKRO DENGAN VARIASI JARAK SUMBER SINAR-BAYANGAN (SID) DAN UKURAN FOKUS TERHADAP PEMBESARAN BAYANGAN

PENGARUH FAKTOR EKSPOSE TERHADAP KONTRAS RESOLUSI CT SCAN SKRIPSI HOTROMASARI DABUKKE NIM :

PENENTUAN NILAI TEBAL PARUH (HVL) PADA CITRA DIGITAL COMPUTED RADIOGRAPHY

PENENTUAN NILAI KOEFISIEN SERAPAN BAHAN PADA BESI, TEMBAGA DAN STAINLESS STEEL SEBAGAI BAHAN PERISAI RADIASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. massanya, maka radiasi dapat dibagi menjadi radiasi elektromagnetik dan radiasi

UJI KESESUAIAN KUALITAS CITRA DAN INFORMASI DOSIS PASIEN PADA PESAWAT MAMMOGRAFI

ANALISIS KUALITAS RADIASI DAN KALIBRASI LUARAN BERKAS FOTON 6 DAN 10 MV PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK VARIAN CLINAC CX 4566 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemeriksaan Computed Tomography (CT scan) merupakan salah salah

VERIFIKASI PENENTUAN LAJU DOSIS SERAP DI AIR BERKAS FOTON 6 MV DAN 10 MV PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK CLINAC 2100 C MILIK RUMAH SAKIT

Pengaruh Kecepatan Potong Pada Pemotongan Polymethyl Methacrylate Menggunakan Mesin Laser Cutting

BAB III METODE PENELITIAN. yang mengenai teritori MCA yang dirawat di RSU Kariadi. akut yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Physics Communication

EVALUASI METODE PERHITUNGAN KETEBALAN PERISAI PADA RUANG DIGITAL RADIOGRAFI

Transkripsi:

Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 3, No. 4, Oktober 2014, Hal 357-362 ANALISIS DISTRIBUSI COMPUTED TOMOGRAPHY DOSE INDEX (CTDI) PADA BODY PHANTOM Nur Paramita Nira Mulyono, Eko Hidayanto, Zaenal Arifin dan Choirul Anam Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro, Semarang E-mail: niramulyono@gmail.com ABSTRACT Measurement of Computed Tomography Dose Index (CTDI) Distribution in Body Phantom has been done in Dr. Karyadi s Hospital. The purpose of this research were to find out value of CTDI in the five holes in body phantom and to determine relation between slice thickness and CTDI. This research used CT Dose Profiler in helical CT and CT Dose Profile Analyzer Software. This measurement applied protocol of abdomen with tube voltage 120 kv, time rotation 200 mas, pitch 1, scan length 160 mm, and scan time 5, 07 second. Measurement was applied variation of detector position in the five holes (center, top perifer, right perifer, bottom perifer, and left perifer) and slice thickness 1 mm, 2 mm, and 3 mm. Average CTDI value in five holes of body phantom has range about 11,97 mgy until 13,17 mgy. There are slight differences among all of five holes. It show that dose ditribution in the center and perofer of body phantom tend to be homogeneous. The fluctuation of CTDI values for 1 mm, 2 mm, and 3 mm slice thickness has nocertain pattern or trend. CTDI values have slight differences among the thickness. The measurement show that 1 mm, 2 mm, and 3 mm slice thickness has 0,5 mgy difference to CTDI value. Keyword: CTDI, five holes, body phantom, slice thickness ABSTRAK Pengukuran distribusi Computed Tomography Dose Index (CTDI) pada body phantom telah dilakukan di RSUP dr. Kariadi Semarang. Tujuan dilakukan penelitian yaitu untuk mengetahui nilai CTDI di kelima lubang pada body phantom dan mengetahui hubungan variasi slice thickness dengan CTDI. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan CT Dose Profiler pada CT Scan helical dan Software CT Dose Profile Analyzer. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan protokol abdomen yaitu tegangan tabung 120 kv, waktu rotasi 200 mas, pitch 1, panjang scanning 160 mm, dan scan time 5,07 detik. Pengukuran dilakukan dengan variasi posisi detektor pada kelima lubang body phantom (pusat, tepi atas, tepi kanan, tepi bawah, dan tepi kiri) dan variasi slice thickness 1 mm, 2 mm, dan 3 mm. Nilai rata-rata CTDI yang dihasilkan pada kelima lubang body phantom memiliki rentang antara 11,97 mgy hingga 13,17 mgy. Terdapat perbedaan nilai CTDI tetapi hanya memiliki selisih yang kecil. Hal ini menunjukkan distribusi dosis pada pusat phantom dan tepi phantom cenderung homogen. Fluktuasi nilai CTDI untuk slice thickness 1 mm, 2 mm, dan 3 mm tidak memiliki pola atau trend tertentu. Nilai CTDI tidak naik atau turun secara beraturan, namun nilai CTDI naik turun dengan selisih yang kecil. Hasil pengukuran menunjukkan perubahan slice thickness 1 mm, 2 mm, dan 3 mm berpengaruh sebesar 0,5 mgy terhadap nilai CTDI. Kata kunci: CTDI, five holes, body phantom, slice thickness PENDAHULUAN CT Scan merupakan modalitas pencitraan diagnostik yang canggih. Berdasarkan rekapitulasi ketersediaan CT Scan di RS Indonesia yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan menunjukkan Indonesia memiliki 57 CT Scan. Sebagaimana diketahui bahwa dalam PP 33 tahun 2007 membahas tentang proteksi radiasi terhadap pasien dan Perka Bapeten no 8 tahun 2011 tentang keselamatan radiasi dalam penggunaan sinar-x. Meskipun pasien memperoleh manfaat dari radiasi yang diterimanya, namun harus dijaga seminimal mungkin radiasi yang diterimanya sehingga tidak memunculkan efek stokastik maupun deterministik. Adanya kekhawatiran terhadap dosis CT Scan sehingga perlu dilakukan pengukuran dosis untuk mencegah dosis pasien yang berlebihan. Salah satu metode untuk menghitung dosis pada suatu slice sebagai kontribusi dari radiasi primer dan radiasi hambur dari slice disekitarnya dikenalkan 357

Nur Paramita Nira Mulyono, dkk Analisis Distribusi... istilah Comuted Tomography Dose Index (CTDI). Hingga saat ini yang menjadi referensi dosis yang diterima pada pemeriksaan CT Scan umumnya menggunakan phantom polymethyl methacrylate (PMMA) yang berbentuk silinder atau yang lebih dikenal dengan head atau body phantom. Body Phantom (32 cm) memiliki ukuran yang lebih besar dari head phantom (16 cm). Oleh karena itu, penerimaan dosis pada body phantom kurang homogen daripada head phantom [1]. Pada body phantom dosis yang diterima pada pusat phantom kira-kira hanya menerima 50% dari tepi phantom [2,3]. Pada penelitian ini dilakukan penelitian tentang pengukuran nilai CTDI terdadap variasi slice thickness menggunakan CT Dose Profiler di pusat dan perifer (tepi) pada body phantom menggunakan variasi slice thickness yang lebih kecil yaitu 1 mm, 2 mm, dan 3 mm. DASAR TEORI Terdapat dua metode pada CT Scan yaitu metode axial dan metode helical. CT scan metode axial (sekuen) adalah dasar dari CT scan mode step and shoot. Meja tidak bergerak selama akuisisi data. Sistem memerlukan 360 derajat data proyeksi dengan tabung sinar-x yang hidup, kemudian tabung mati, lalu meja bergerak tanpa penyinaran, lalu diperoleh scan, dan begitu seterusnya. Proses ini diulang sampai seluruh area anatomi ter-cover. Metode Helical (spiral) prinsipnya meja bergerak dengan kecepatan konstan sambil gantry berputar mengelilingi pasien. Keuntungan scanning helical lebih cepat karena mengeliminasi gerakan start/stop pada meja seperti CT axial [4]. Profil dosis adalah distribusi dosis sepanjang sumbu z ataau paralel terhadap sumbu rotasi. Profil dosis dapat dipengaruhi oleh kolimator, jarak antara kolimasi dan tabung sinar-x, penumbra dan radiasi hambur. Profil dosis dapat diukur pada udara dan phantom [5]. Integral di sepanjang sumbu Z pada profil dosis kemudian dibagi dengan NT diperoleh nilai CTDI. NT adalah kolimasi. Secara matematis ditunjukkan pada persamaan berikut: (1) Terdapat beberapa modifikasi dan adaptasi dari CTDI. CTDI100 mempresentasikan akumulasi dosis dari beberapa scan pada pertengahan dari panjang scan 100 mm scan dan tidak memperhitungkan akumulasi dosis dari panjang scan yang melebihi panjang scan 100 mm. CTDI100 memiliki batasan pengukuran -50 mm hingga +50 mm [2]. Secara matematis persamaan ditulis sebagai berikut: (2) Nilai rerata CTDI yang diperoleh dari lima lubang pada phantom diperoleh nilai CTDIw. Secara matematis persamaan ditulis sebagai berikut: (3) dengan CTDI100,c di pusat dan CTDI100,p di tepi phantom. Dosis rata-rata pada seluruh volume dari rangkaian scan disebut CTDIvol yang merupakan pembagian CTDIw dengan pitch. Pitch adalah pergeseran meja dibagi dengan kolimasi. Untuk mode helical [6]: (4) Dari nilai CTDIvol diperoleh nilai DLP (Dose Length Product) yang merupakan jumlah dosis serap dari keseluruhan rangkaian scan. DLP tergantung dari CTDIvol dan panjang scan. (5) Dimana L adalah panjang scan (cm). Satuan DLP adalah mgy cm. METODE PENELITIAN Pengukuran distribusi nilai CTDI dilakukan di RSUP dr. Kariadi Semarang. Phantom yang digunakan adalah body phantom PMMA (polymethil metacrylate) dengan diameter 32 cm dan panjang 15 cm yang memiliki 5 lubang dengan pusat (A) dan 4 titik lainnya yaitu tepi atas (B), tepi kanan 358

Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 3, No. 4, Oktober 2014, Hal 357-362 (C), tepi bawah (D), dan tepi kiri (E) seperti yang terlihat pada gambar 1. CTDI dari kelima lubang pada phantom dan nilai CTDI dari variasi slice thickness. HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Dosis CT Dose Profile Analyzer diperoleh profil dosis. Gambar 2 menunjukkan profil dosis untuk slice thickness 1 mm (garis lurus) dan 2 mm (garis putus-putus). Gambar 1. Titik-titik pengukuran pada body phantom PMMA Pesawat CT Scan yang digunakan pesawat CT Scan Siemens Somatom Sensation 64 dengan menggunkan CT Scan metode helical. Alat ukur yang digunakan adalah CT Dose Profiler dan elektrometer Barracuda yang diproduksi oleh RTI Electronic. Hasilnya ditampilkan pada laptop menggunkan Software CT Dose Profile Analyzer. Body phantom diletakkan ditas meja pemeriksaan kemudian diatur sedemikian rupa agar pertengahan phantom tepat berada pada pertengahan laser (isosenter). Setelah mengatur posisi phantom lalu mengatur protokol pemeriksaan pada konsul untuk dilakukan topogram terlebih dahulu untuk menentukan posisi phantom dan panjang scanning yang diperlukan. Protokol pemeriksaan yang digunakan adalah protokol pemeriksaan abdomen yaitu dengan tegangan tabung 120 kv, arus rotasi tabung 200 maseff, pitch 1, scan time 5,07 detik, panjang scan 160 mm, dan variasi slice thickness 1 mm, 2 mm, dan 3 mm. Setelah dilakukan topogram lalu memasukkan CT Dose Profiler pada lubang pusat phantom yang kemudian dihubungkan dengan elektrometer dan elektrometer dihubungkan dengan laptop. Scanning dilakukkan untuk setiap variasi slice thickness 1 mm, 2 mm, dan 3 mm dengan parameter lain konstan dan setiap variasi slice thickness dilakukan pada kelima posisi lubang phantom. Hasil dari penelitian ini adalah nilai Gambar 2. Grafik profil dosis pada pusat phantom (A) Tampak pada gambar bahwa profil dosis di pusat phantom, garis tepinya bergerigi dan setiap profil dosis hanya memiliki satu dosis puncak. Profil dosis untuk slice thickness 1 mm memiliki dosis puncak 5,8 mgy, sedangkan untuk slice thickness 2 mm memiliki dosis puncak 3,006 mgy, dan untuk slice thickness 3 mm memiliki dosis puncak 5,778 mgy. Profil dosis pada daerah tepi dapat dilihat pada gambar 3 sampai gambar 6 dengan setiap profil dosis merupakan superposisi dari slice thickness 1 mm sampai 3 mm. Gambar 3. Grafik profil dosis pada tepi atas 359

Nur Paramita Nira Mulyono, dkk Analisis Distribusi... Gambar 4. Grafik profil dosis pada tepi kanan Gambar 5. Grafik profil dosis pada tepi bawah Gambar 6. Grafik profil dosis pada tepi kiri Terlihat profil dosis dari tepi phantom dengan slice thickness 1 mm dan 3 mm memiliki pola yang sama. Kedua garis hampir berhimpit satu sama lain dengan empat puncak kecil dan satu puncak tertinggi. Profil dosis tersebut ratarata memiliki 9 sampai 10 puncak yang diawali dengan puncak kecil kemudian sampai puncak tertinggi lalu kembali ke puncak kecil. Ketika dosis minimal pada sumbu-z maka pada profil dosis akan membentuk lembah yang disebut cold spots sedangkan ketika terdapat puncak yang saling overlapping maka disebut hot spots [7]. Adanya puncak dan lembah ini karena perbedaan jarak detektor (CT Dose Profiler) dan sumber sinar-x. Bila posisi detektor berada pada tepi atas maka jarak antara detektor dan tabung sinar-x tidak sama saat tabung berotasi. Saat tabung berada di atas tabung maka jarak antara sumber sinar-x dengan detektor lebih dekat sedangkan saat posisi sumber sinar-x dibawah maka jarak sumber sinar-x dengan detektor lebih jauh. Oleh karena itu, dengan adanya perbedaan jarak tersebut maka saat posisi sumber sinar-x dan detektor lebih dekat sehingga dosis yang dihasilkan maksimal dan pada profil dosis membentuk puncak sedangkan saat posisi sumber sinar-x dan detektor lebih jauh maka dosis yang dihasilkan minimal dan pada profil dosis membentuk lembah. Berbeda dengan profil dosis yang ada di pusat phantom. Profil dosis hanya memiliki satu dosis puncak dan bentuknya tidak memiliki banyak puncak dan lembah. Penyebabnya karena pengukuran dosis di pusat phantom dilakukan dengan meletakkan detektor di pusat phantom yaitu tepat pada isosenter sehingga jarak antara sumber sinar-x dan detektor selalu sama. Dengan demikian, ketika tabung berputar jarak antara tabung sinar-x dan detektor selalu sama sehingga tidak ada dosis maksimal dan minimal. Garis pada profil dosis di tepi tidak bergerigi seperti profil dosis di pusat phantom. Hal tersebut disebabkan karena hamburan yang menuju pusat phantom meningkat sehingga dalam profil dosis terlihat garis-garis yang bergerigi. Sedangkan profil dosis di tepi phantom memiliki garis yang tidak bergerigi dan lebar profil yang sempit karena daerah disekitar tepi phantom lebih banyak menerima radiasi primer daripada radiasi hambur [8]. Pengukuran Nilai CTDI pada Body Phantom Dari profil dosis tersebut dapat diperoleh nilai CTDI. Hasil pengukuran pada tabel 1 menunjukkan rata-rata nilai CTDI dari kelima posisi detektor pada body phantom 360

Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 3, No. 4, Oktober 2014, Hal 357-362 yang dilakukan masing-masing sebanyak tiga kali pengukuran. Tabel 1. Nilai CTDI berdasarkan variasi posisi detektor Rata-rata ± Standar Deviasi Posisi CTDI Detektor 100 CTDI w CTDI vol (mgy) (mgy) (mgy) A 11,13±0,23 11,97±0,29 11,97±0,29 B 12,30±0,96 13,17±1,00 13,17±1,00 C 11,43±0,06 12,23±0,06 12,23±0,06 D 11,67±0,21 12,50±0,27 12,50±0,27 E 11,67±0,32 12,47±0,32 12,47±0,32 Nilai CTDI di pusat phantom merupakan nilai CTDI terkecil diantara pada titik-titik pengukuran lainnya sedangkan nilai CTDI pada tepi atas merupakan nilai CTDI tertinggi diantara nilai CTDI pada tepi phantom. Namun, perbedaan nilai CTDI pada kelima lubang pada phantom hanya memiliki selisih yang kecil yang ditunjukkan dengan standar deviasi yang kecil. Hal ini menunjukkan distribusi dosis pada pusat phantom dan tepi phantom cenderung homogen. Dosis pada tepi bawah phantom menunjukkan dosis yang lebih rendah dibandingkan dengan dosis pada tepi phantom lainnya. Hal tersebut diakibatkan adanya atenuasi dari meja pemeriksaan tetapi untuk jenis CT Scan yang modern meja pemeriksaan tidak menyebabkan atenuasi yang besar [9]. Adanya variasi dosis pada tepi phantom diakibatkan perbedaan sudut awal pergerakan tabung (tube start angle). Biasanya tabung bergerak dari arah 0 (arah jam 12). Namun, untuk CT Scan yang modern sudut awal pergerakan tabung tidak dapat dikontrol oleh penggunanya. Sehingga tidak dapat diketahui posisi awal pergerakan tabung [7]. Distribusi dosis pada obyek dapat diakibatkan karena penggunaan filter. Filter pada CT Scan sering disebut dengan bow tie filter karena bentuknya seperti dasi kupu-kupu. Filter tersebut membentuk berkas sinar-x dengan menurunkan intensitas sinar-x pada bagian tepi. Bila tidak menggunakan filter maka distribusi dosis di tepi memiliki dosis yang jauh lebih tinggi daripada pusat. Apabila menggunakan filter yang ideal distribusi dosis pada obyek hampir homogen. Apabila menggunakan filter yang kurang ideal maka distribusi dosis di pusat lebih besar daripada di tepi [4]. Dari penjelasan tersebut, distribusi homogen yang diperoleh dari penelitian ini diakibatkan karena CT Scan yang digunakan pada penelitian merupakan CT Scan yang modern sehingga faktor meja tidak menyebabakan atenuasi yang besar. Faktor lain yaitu sudut pergerakan awal tabung yang tidak diketahui karena sebelum melakukan scanning tabung melakukan pemanasan selama kurang lebih 5 detik yang disebut delay time. Kemudian dapat pula diakibatkan karena penggunaan filter yang ideal. Penggunaan filter yang ideal menyebabkan homogenitas pada obyek. Hubungan CTDI dengan Slice thickness Hasil nilai CTDIvol dari pengukuran, dan konsul dengan variasi slice thickness 1 mm, 2 mm, dan 3 mm pada pusat body phantom ditunjukkan pada tabel 2. Nilai CTDI vol hasil pengukuran nilainya bervariasi sedangkan nilai CTDI vol pada konsul nilainya selalu sama pada semua variasi slice thickness. Pengukuran nilai CTDI terhadap variasi slice thickness di pusat body nilai CTDI mengalami kenaikan sebesar 4% dari slice thickness 1 mm menuju 2 mm dari 11,8 mgy menjadi 12,3 mgy. Kemudian menurun sebesar 4% pada slice thickness 3 mm menjadi 11,8 mgy. Tabel 2. Pengukuran nilai CTDI dari pengukuran dan konsul di pusat body phantom Slice thickness (mm) CTDIvol (mgy) Konsul Pengukuran Selisih (%) 1 13,42 11,8 12 2 13,42 12,3 8 3 13,42 11,8 12 Menurut Radiation Protection in Radiology (Kanada) dan Atomic Energy Regulatory Board (India) menyatakan 361

Nur Paramita Nira Mulyono, dkk Analisis Distribusi... penyimpangan nilai CTDI dengan konsul adalah ±20%. Dari hasil pengukuran dan penghitungan menunjukkan penyimpangan terhadap konsul masih dalam batas toleransi. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa selisih antara pengukuran dan konsul masih dalam batas toleransi yang menunjukkan bahwa alat yang digunakan dalam pengukuran dinyatakan layak untuk digunakan. Dari hasil penelitian ini diperoleh nilai CTDI yang sama pada slice thickness 1 mm dan 3 mm, sedikit berbeda pada slice thickness 2 mm. Pada slice thickness 1 mm menuju 2 mm memiliki selisih sebesar 0,5 mgy sedangkan dari slice thickness 2 mm menuju 3 mm memiliki selisih 0,5 mgy. Fluktuasi nilai CTDI tersebut secara keseluruhan tidak memiliki pola atau trend tertentu. Nilai CTDI tidak naik atau turun secara beraturan, namun nilai CTDI naik turun dengan selisih yang kecil yaitu 0,5 mgy. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan slice thickness berpengaruh kecil pada nilai CTDI. Hal ini menguatkan hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan perubahan slice thickness berpengaruh kecil terhadap nilai CTDI. Bila ditinjau dari kualitas citra perubahan slice thickness tidak mempengaruhi dosis radiasi tetapi slice thickness yang kecil dapat meningkatkan noise apabila parameter lain konstan. Bila parameter lain konstan tetapi dengan variasi slice thickness maka jumlah foton sinar-x yang dihasilkan tetap sama tetapi proporsinya berkurang untuk pembentukan tiap slice thickness sehingga dapat meningkatkan noise [4,11]. KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah: a. Dari hasil penelitian diperoleh nilai CTDI di kelima lubang pada phantom berkisar antara 11,97 mgy sampai 13,17 mgy dengan selisih yang kecil. Dari hasil pengukuran menunjukkan distribusi dosis pada pada kelima lubang pada body phantom cenderung homogen. b. Perubahan slice thickness berdampak kecil pada nilai CTDI pada slice thickness 1 mm, 2 mm, dan 3 mm. DAFTAR PUSTAKA [1] AAPM. 2008. AAPM Report No.96. The Measurement, Reporting, and Management of Radiation Dose in CT. Collage Park: American Association of Physicists in Medicine. [2] McNitt-Gray, Michael F. 2002. AAPM/RSNA Physics Tutorial for Residents : Topics in CT Radiation Dose in CT. RadioGraphics. 22, 1541 1553. [3] Goldman, Lee W. 207. Principles of CT: Multislice CT. Department of Radiation Theraphy and Medical Physics. Vol. 36. No.2. [4] Bushberg, Jerold. 2011. The Essential Physics of Medical Imaging. Edisi ketiga. Philadelphia : Lippincott Williams and Wilkins. [5] Nagel, H.D. 2007. CT Parameters that Influence the Radiation Dose. Jerman: Philips Medical Systems. [6] Linton, Otha W dan Fred A. Mettler. 2003. National Conference on Dose Reduction in CT, with an Emphasis on Pediatric Patients. AJR. 181, 321 329. [7] Zhang, Di dan Maria Zankl. 2009. Reducing radiation dose to selected organs by selecting the start tube angle in MDCT helical scans: A Monte Carlo based Study. Medical Physics. Vol 36, 5654-5664. [8] Nakonechny. 2005. Novel Methods of Measuring Single Scan Dose and Cumulative Dose in CT. Medical Physic. Vol 32, 98-109. [9] Oliveira, Bruni Beraldo, Arnaldo Prata Mourão2 dan Teógenes Augusto da Silva. 2011. CT Dose Profiles and MSAD Calcullations in A Chest Phantom. International Nuclear Atlantic Conference. 362