BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara terkait kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

BAB V PENUTUP. A. KESIMPULAN 1. Bentuk-bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) pada Mantan Pekerja Seks Komersial

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dialami perempuan, sebagian besar terjadi dalam lingkungan rumah. tangga. Dalam catatan tahunan pada tahun 2008 Komisi Nasional

- Secara psikologis sang istri mempunyai ikatan bathin yang sudah diputuskan dengan terjadinya suatu perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan

BAB I PENDAHULUAN. atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu yang berkeluarga mendambakan kehidupan yang harmonis

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan hidup, individu memiliki harapan untuk dapat terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penyelesaian yang lebih baik. Walaupun demikian, masih banyak

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang lain, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan,

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perkawinan yang didirikan berdasarkan azas-azas yang Islami

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering

2015 PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Keluarga merupakan

BAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF HUKUM POSITIF (UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004)

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB V PENUTUP. terjadi tiga macam kekerasan, meliputi kekerasan psikis, fisik, dan. penelantaran rumah tangga namun kekerasan psikis lebih dominan.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban.

BAB V PENUTUP. sebelumnya, dapat penulis ketengahkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat perceraian di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. hal

I. TINJAUAN PUSTAKA. kekerasan itu tidak jauh dari kebiasaan kita. Berdasarkan Undang-undang (UU) No. 23 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dalam dan terjadi di seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Kekerasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM PENGARUH KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA TERHADAP PSIKOLOGIS ANAK BIDANG KEGIATAN : PKM- PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penilitian ini adalah keluarga yang tinggal di Wilayah

KEKERASAN BERBASIS GENDER: BENTUK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Khoirul Ihwanudin 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. tindak kekerasan di dalam rumah tangga khususnya yang berkaitan dengan anak.

LEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang khususnya berkaitan dengan hukum, moralitas serta ketidakadilan.

BAB I PENDAHULUAN. akan ia jalani kelak (Perkins, 1995). Para remaja yang mulai menjalin hubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan kehidupan masyarakat

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia dapat diibaratkan seperti gunung

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu tempat pembentukan kepribadian seseorang. Dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dian Kurnia Putri, 2014

BAB III DESKRIPSI PASAL 44 AYAT 4 UU NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG KETENTUAN PIDANA KEKERASAN SUAMI KEPADA ISTERI DALAM RUMAH TANGGA

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

2015 KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam dirinya untuk menikah dan membangun rumah tangga bersama pasangannya.

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang Masalah. dalam sebuah pernikahan. Seperti pendapat Saxton (dalam Larasati, 2012) bahwa

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan lainnya. Dalam kehidupan rumah tangga, dibutuhkan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang sah karena terbentuk sesuai dengan aturan hukum yang. berlaku, demi kelangsungan bangsa, perkembangan pribadi, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan terhadap sesama manusia, sumber maupun alasannya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ibu NN, ibu SS dan ibu HT mendapatkan kekerasan dari suami. lain yaitu kakak kandung dan kakak iparnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. psikis, seksual, dan ekonomi, termasuk ancaman dan perampasan kebebasan

yang mendorong terjadinya KDRT dalam masyarakat Minangkabau perkotaan? Apakah Ada Hubungan antara pergeseran peran keluarga luas dan mamak dengan

STRATEGI KOPING PADA WANITA JAWA KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) merupakan fenomena sosial yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hidup semua orang pasti akan mengalami kematian, terutama kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan. diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

Peran dan Masalah yang Dihadapi Penyidik Polri dalam Proses Perkara Tindakan Kekerasan dalam Rumah Tangga

BAB I PENDAHULUAN. perih, mengiris dan melukai hati disebut unforgiveness. Seseorang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DEMAK,

Majalah Hukum Forum Akademika

FENOMENA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

FORGIVENESS PADA ANAK YANG MENGALAMI KDRT OLEH AYAH TIRINYA. Nama : Noveria Yamita Eka Putri Npm :

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. sebuah hubungan keluarga. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Desa setempat:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebahagiaan merupakan keadaan psikologis yang ditandai dengan tingginya

PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Wahyu Ernaningsih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) merupakan permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat berlindung bagi seluruh anggota keluarga. Maka rumah tangga

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. Tindak kekerasan merupakan pelanggaran hak azasi manusia dan kejahatan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tahun untuk pria (BKKBN, 2011). Penyebab terjadinya

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mampu melakukan tugas rumah tangga. Kepala keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pancaindra menurun, dan pengapuran pada tulang rawan (Maramis, 2016).

LAMPIRAN A. Data Kasar A-1 DATA KASAR SIKAP TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN A-2 DATA KASAR STEREOTIP GENDER

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara terkait kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di Indonesia, saat ini sudah tidak mengenal kata usai dan terus bertambah setiap tahunnya, di mana hal tersebut dapat menimpa siapa saja tanpa memandang usia, profesi, dan tingkatan ekonomi. KDRT dapat berupa kekerasan fisik dan emosional, atau berupa ketidak tanggung jawaban kedua belah pihak dalam mengatur ekonomi. Kekerasan yang terjadi berupa pemukulan, dan cacian yang dapat menimbulkan luka fisik atau psikis. Kekerasan seksual yang dilakukan oleh pasangan, berupa pemaksaan untuk berhubungan suami istri, atau penyimpangan perilaku seksual pada pasangan. Mentri sosial juga angkat bicara menanggapi maraknya KDRT di Negara ini. Beliau menjelaskan jika kekerasan dalam rumah tangga tidak hanya terjadi antar pasangan, namun juga kekerasan orang tua pada anak. Anak menjadi korban kekerasan atau pelampiasan kekesalan orangtuanya. Berkaitan dengan hal ini beliau menghimbau agar seluruh keluarga, terutama yang berada di Indonesia memahami bahwa. Permasalahan keluarga seharusnya diselesaikan dengan baik dan bijaksana, agar tidak terjadi tindak kekerasan dalam rumah tangga (Ratnasari, F, 2014). Terkait kekerasan, pada tahun 2010. Sekitar 10-50% wanita yang pernah mengalami tindak kekerasan dalam rumah tangga yang bersifat fisik, maupun 1

2 psikis, yang menimbulkan luka tidak hanya fisik, namun juga psikis. Berkaitan dengan data kekerasan terhadap perempuan yang terdapat di Indonesia. Berdasarkan hasil survey di Badan Pusat Statistik (BPS). Perilaku kekerasan tersebut ada sebanyak 759 kasus kekerasan dalam rumah tangga, dari 8725 kasus kekerasan yang terjadi. Pada tahun 2011 kasus yang terjadi meningkat menjadi 10619, di mana 851 kasus di antaranya adalah kasus kekerasan yang terjadi di dalam kehidupan rumah tangga (BPS, 2011). Terkait dengan data kekerasan yang didapatkan oleh Diniyanti & Sidemen (2012) menjelaskan bahwa. Terdapat 32 atau 68,1% responden yang pernah mengalami kekerasan fisik, sedangkan 15 responden lainnya atau sebesar 31,9% tidak pernah mengalami kekerasan fisik. Kekerasan fisik yang dilakukan, biasanya dalam bentuk tindakan berupa pemukulan, tendangan, tamparan dan tindakan lain yang mengakibatkan luka, rasa sakit, atau cacat pada tubuh. Kasus kekerasan psikis yang dialami istri. Terdapat 26 responden atau sebesar 55,3% menyatakan pernah mengamai kekerasan psikis dan 21 responden atau 44,7% menyatakan tidak pernah mengalami kekerasan psikis. Kekerasan tersebut biasanya berbentuk cacian kasar, kata-kata menghina, kotor. Sehingga menurunkan harga diri pasangan dan kepercayaan diri, meningkatkan rasa takut, hilangnya kemampuan untuk bertindak dan menjadi tidak berdaya. Pada kasus kekerasan dalam rumah tangga yang ditangani oleh Jaringan Relawan Independen (JaRI) pada periode 2002-2007. Didapatkan data bahwa 92% dari 263 kasus kekerasan yang masuk, korbannya adalah perempuan. Diketahui pula jika 173 kasus dari 263 kasus kekerasan yang ditangani oleh

3 Jaringan Relawan Independen (JaRI) periode 2002-2007, adalah kasus KDRT. Selain itu, 83 kasus dari 140 kasus kekerasan yang ditangani oleh LBK APIK dalam empat bulan pada awal tahun 2007 pun merupakan kasus KDRT. Data dari Komnas Perempuan yang menunjukkan jika 82% dari 20.391 kasus kekerasan yang ditangani mereka juga merupakan kasus KDRT (Sirajuddin, 2015). Kasus menarik terjadi pada tahun 2014 lalu. Salah satu anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Dilaporkan oleh istrinya sendiri ke Kantor Polisi, dikarenakan melakukan tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Hal tersebut terjadi karena sang istri tidak mau diajak untuk berhubungan badan. Pelaku yang merupakan Anggota Dewan Kehormatan terancam hukuman 5 tahun penjara atas perbuatan yang ia lakukan. Selang beberapa hari setelah pelaporan tersebut, sang istri yang merupakan korban dari tindak kekerasan yang terjadi mencabut laporannya tersebut dengan alasan. Sudah memaafkan dan memaklumi perilaku yang dilakukan oleh suaminya (Detik News, 2014). Kumala & Trihandayani (2015) menjelaskan di dalam penelitiannya yang berkaitan dengan perilaku pemaafan. Diketahui jika perilaku memaafkan memiliki pengaruh terhadap kepuasan dalam menjalani pernikahan. Pengaruhnya mencapai 24,3%. Begitu pula dengan kesabaran, di mana sabar mempengaruhi kepuasan dalam menjalani pernikahan sebanyak 15%. Sabar dan memaafkan secara bersamaan memiliki pengaruh terhadap kepuasan dalam pernikahan, dan samasama saling mengontrol dan mempengaruhi. Pada dasarnya memaafkan dan sabar merupakan reaksi emosi positif, yang akan membawa individu mendapatkan kepuasannya, dalam menjalani kehidupan berumah tangga.

4 Perilaku pemaafan juga menjadi salah satu topik bahasan dalam penelitian yang di lakukan oleh Rahmawati (2015) di mana keterbukaan mampu membuat seseorang memaafkan segala kesalahan yang pernah dilakukan oleh orang lain. Tingkat keterbukaan diri yang tinggi, akan memudahkan seseorang untuk dapat memahami satu sama lain. Penelitian ini juga menjelaskan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kepercayaan terhadap orang tua dengan perilaku memaafkan. Faktor yang mendukung perilaku memaafkan berupa empati, kualitas hubungan, karakteristik kepribadian, atribusi terhadap pelaku dan kesalahannya dengan mempertimbangkan seberapa parah luka yang diderita oleh korban. Pada dasarnya, empati dan perilaku memaafkan merupakan satu kesatuan. Kemampuan untuk berempati sangat erat kaitannya dengan pengambil alihan peran. Melalui empati kepada pihak yang menyakiti. Seseorang dapat memahami perasan pihak yang menyakitinya dan memunculkan perilaku pemaafan. Dalam membina hubungan rumah tangga. Harapan untuk mempertahankan rumah tangga seawet mungkin merupakan keinginan semua pasangan. Pemaafan merupahan hal penting untuk dapat mempertahankan rumah tangga. Permasalahan merupakan hal yang wajar dalam suatu hubungan pernikahan, bagaimana pasangan menghadapi permasalahan yang terjadilah, yang nantinya akan menentukan pasangan tersebut dapat melalui permasalahan tersebut atau tidak. Atribusi dan emosi merupakan faktor yang membuat pernikahan dapat bertahan meskipun digoncang permasalahan. Bagaimana pasangan bereaksi terhadap perilaku negatif pasangannya yang lain, kesediaan untuk memaafkan pasangannya hingga tercapai pernikahan yang awet (Frank D, 2002).

5 Berdasarkan hasil wawancara awal yang dilakukan dengan narasumber, yang menjadi pendamping korban kekerasan dalam rumah tangga kabupaten Wonosobo. Pada tahun 2016 terdapat 170 kasus kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi di kabupaten Wonosobo, dan semakin meningkat di bulan November 2016. Dari 170 kasus kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi, sebagian besar korban memilih untuk mengakhiri pernikahannya. Namun tidak sedikit yang masih bertahan. Terdapat 60 korban kekerasan yang masih menjalani kehidupan rumah tangganya. Padahal dampak dari kekerasan dalam perkawinan telah berdampak negative pada perempuan. Seperti dalam aspek psikologis yang membuat perempuan stress dan nervous juga apatis. Begitu pula pada aspek ekonomi. Membuat perempuan tergantung seutuhnya kepada suami. Aspek social, perempuan menjadi terisolasi, dengan lingkungan sosial dan masyarakat, karena terlalu memikirkan beban yang ada dalam keluarga (Huda, 2005). Berdasarkan uraian fenomena yang telah penulis cantumkan di atas, terdapat peningkatan jumlah korban kekerasan setiap tahunnya di Kabupaten Wonosobo. Pentingnya penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan fenomena perilaku pemaafan pada korban kekerasan rumah tangga. Dikarenakan hal tersebut untuk mencari tahu lebih lanjut terkait topik penelitian tersebut, dirumuskanlah judul penelitian berupa Perilaku Pemaafan pada Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga.

6 B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Memahami faktor yang mendorong korban untuk memaafkan pelaku KDRT. 2. Memahami tahapan pemaafan korban KDRT. 3. Memahami dinamika psikologi perilaku pemaafan pada korban KDRT. C. Manfaat 1. Manfaat teoritis a. Secara akademik, penelitian diharapkan bisa menjadi kajian teoritis ilmiah yang lebih mendalam sehingga dapat dijadikan acuan konseptual ilmiah bagi pengkaji perilaku pemaafan pada korban KDRT. b. Memberi bukti empiris bagi akademisi mengenai perilaku memaafkan korban KDRT. 2. Manfaat Praktis a. Menjadi bahan pertimbangan untuk peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian serupa. b. Menjadi bahan pertimbangan bagi korban KDRT untuk berpikir dan bertindak.