I. PENDAHULUAN. (human movement) yang dapat berupa aktivitas jasmani, permainan atau

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Pendidikan Jasmani merupakan media untuk mendorong. perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia pendidikan di Indonesia, bukan mustahil pendidikan di Indonesia akan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan gerak insani (human movement)

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem

I. PENDAHULUAN. penalaran, penghayatan nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial),

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan

I. PENDAHULUAN. fisik, intelektual, emosional, sosial dan moral-spiritual. Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam pelaksanaan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

I. PENDAHULUAN. SMAN 4 Metro adalah lembaga pendidikan menengah atas yg membantu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

I. PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas manusia untuk bersaing dalam membangun taraf hidup

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur

I. PENDAHULUAN. sistematis dan teratur. Oleh sebab itu pembelajaran yang baik akan. menentukan keberhasilan dalam menciptakan siswa yang berprestasi.

I. PENDAHULUAN. lempar. Selain dari itu gerakan yang terdapat dalam. mengemukakan bahwa atletik ibu dari semua cabang olahraga.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang. dengan menggunakan tenaga manusia kini sudah banyak diganti dengan

I. PENDAHULUAN. maupun sebagai anggota kelompok yang dilakukan secara sadar dan. kemampuan, keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan di dalam GBHN tahun 1973 yang dikutip oleh (Fuad Ihsan,

1. PENDAHULUAN. pembinaan warga masyarakat dan peserta didik melalui pendidikan jasmani dan. pembangkitan motivasi harus dimulai pada usia dini.

I. PENDAHULUAN. bukan hanya mengembangkan ranah jasmani, tetapi juga mengembangkan. Pembekalan pengalaman belajar diarahkan untuk membina, sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. membawa nama bangsa ke dunia internasional menjadi baik. Mempertahankan

I. PENDAHULUAN. maupun sebagai anggota kelompok yang dilakukan secara sadar dan. kemampuan, keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan

dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional No.20 Tahun 2003, disebutkan bahwa pendidikan adalah :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sampai kapanpun dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kemampuan yang dilakukan di dalam maupun di luar sekolah yang. berlangsung seumur hidup. Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian dari program pendidikan umum yang

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan keterampilan olah raga tetapi pada perkembangan si anak seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. dan bermakna. Menurut Morse (1964) dalam Suherman (2000: 5) membedakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan terasa kurang lengkap jika tidak ada pendidikan jasmani.

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional, (Depdiknas, 2003: 30). Karanggambas sesuai silabus adalah: atletik, senam, renang, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

2015 MOD IFIKASI PEMBELAJARAN AKTIVITAS PERMAINAN BOLAVOLI D ALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan yang berlangsung seumur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai wadah pendidikan formal mempunyai tugas pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan. Nasional, yang dimaksud dengan Pendidikan adalah usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hal ini berarti bahwa siswa harus belajar sesuatu dari padanya.

ZANUAR BUDIANTO K

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. Syarifuddin (1991, hlm. 5) mengatakan bahwa tujuan Penjas

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan. Melalui pendidikan jasmani dikembangkan beberapa aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. integral dari pendidikan secara keseluruhan. Tujuan pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. jasmani yang direncanakan secara sistematik untuk mencapai suatu tujuan yang

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) meliputi permainan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, pemerintah sangat serius dalam menangani bidang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fakhry Brillian Hidayat, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 KESULITAN-KESULITAN MENGAJAR YANG DIALAMI GURU PENJAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA SE-KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. tanpa pendidikan manusia tidak akan bisa mencapai cita-cita yang mulia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. investasi jangka panjang dalam upaya pembinaan mutu sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum pendidikan jasmani. Upaya meningkatkan keterampilan bermain

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman yang melalui proses komunikasi, dalam komunikasi harus ada timbal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani merupakan suatu aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Satryandi Ahmad Fauzi, 2013

I. PENDAHULUAN. nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), dan pembiasaan pola hidup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

EFFORTS TO IMPROVE SKILLS BALL (HEADING) THROUGH THE TOOL By:

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan yang memfokuskan pengembangan aspek kebugaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Donny Suhartono, 2013

BAB I PENDAHULUAN. aktif di dalam prosesnya dan gurulah yang menjadi center utama dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. anggaran pendidikan yang besar karena mereka sadar akan pentingnya pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan kwalitas setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak positif dalam aspek kehidupan manusia. indonesia perlu memiliki warga yang bermutu atau berkualitas tinggi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jasmani juga mencakup aspek mental, emosional, sosial dan spiritual.

I. PENDAHULUAN. berasal dari kata curir (pelari) dan curene (tempat berpacu). Pada saat itu

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, maka mereka memiliki fondasi

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan UUD 1945 alenia IV, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN FUTSAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Royan Rizalul Fiqri, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan via gerak insani (human movement) yang dapat berupa aktivitas jasmani, permainan atau olahraga untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan jasmani bukan saja mengembangkan dan membangkitkan potensi individu, tetapi juga ada unsur pembentukan yang mencakup kemampuan fisik, intelektual, emosional, sosial dan moral-spiritual. Pendidikan jasmani adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila. Karena pendidikan jasmani dan kesehatan dipandang sangat strategis dalam pembinaan kualitas fisik manusia Indonesia, maka dalam Garis Besar Haluan Negara ditegaskan bahwa pembinaan dan pengembangan olahraga merupakan bagian dari upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia yang arahnya pada peningkatan kesehatan jasmani, rohani dan mental masyarakat..

2 Mata pelajaran Pendidikan Jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), membantu siswa memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerak secara aman, efisien, dan efektif sehingga menghargai manfaat aktivitas jasmani bagi peningkatan kualitas hidup dan pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang. Materi pokok Pendidikan Jasmani diklasifikasikan menjadi enam aspek, yaitu : teknik/keterampilan dasar permainan dan olahraga; aktivitas pengembangan; uji diri/ senam; aktivitas ritmik; aquatik (aktivitas air); dan pendidikan luar kelas (out door). Sepak bola merupakan salah satu materi pendidikan jasmani yang sangat digemari oleh anak didik dan juga masyarakat. Sering kita jumpai anak-anak maupun orang dewasa yang melakukan permainan sepakbola dengan menggunakan fasilitas yang sederhana. Hal ini menunjukkan bahwa permainan sepakbola sangat di gemari oleh seluruh lapisan masyarakat baik anak-anak maupun orang dewasa. Dari materi permainan sepakbola diperlukan pembelajaran yang baik untuk mencapai hasil belajar. Selain itu juga ada beberapa faktor yg harus dikuasai oleh setiap pemain agar mampu mencapai prstasi yang tinggi dalam bermain sepakbola Menurut Timo Scheunemann (2008 : 24) Empat pilar pembelajaran dalam permainan sepakbola yang berbobot yaitu : (1) Pembentukan teknik dasar

3 pemain, (2) Meningkatkan keterampilan pemain, (3) Menanamkan pengertian permainan atau Knowledge of the game kepada pemain, (4) Pembinaan mental pemain. Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar dalam permainan sepakbola dapat dicapai apabila seorang pemain memiliki keempat aspek tersebut. Dari keempat aspek tersebut, salah satu hal yang mendasar agar terampil bermain sepakbola adalah penguasaan teknik dasar sepakbola. Hal ini disebabkan karena teknik dasar tersebut merupakan fundamental yang harus dikuasai oleh setiap pemain agar mampu bermain sepakbola secara terampil. Johan Cryuff berpendapat Jangan harap seorang pemain bisa menjadi hebat apabila pada saat ia berumur 14 tahun teknik-teknik dasar belum dikuasainya. Untuk menguasai teknik dasar tersebut dibutuhkan latihan teknik secara sistematis dan berkelanjutan. Latihan teknik tersebut bertujuan untuk memahirkan penguasaan keterampilan gerak dalam suatu cabang olahraga. Kemampuan gerak dasar yang dimiliki oleh manusia sangat berguna untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, gerak dasar manusia terdiri dari: 1. Kemampuan nonlokomotor atau kemampuan gerak di tempat, 2. Kemampuan lokomotor atau kemampuan gerak untuk memindahkan tubuh dari suatu tempat ke tempat yang lain. 3. kemampuan gerak manipulatif yang melibatkan tangan, kaki, dan tubuh untuk melakukan suatu gerakan. Salah satu teknik dasar bermain sepakbola adalah passing. Passing merupakan usaha dari seorang pemain untuk memberikan bola kepada rekannya yang

4 harus dilakukan dengan benar karena dalam sepakbola 70% permainan, pemain menggunakan passing agar bola bisa sampai ke gawang lawan. Seorang guru sering sekali dihadapkan dengan beragamnya karakteristik siswa dalam suatu kelas. Karakteristik siswa itu antara lain adalah jenis kelamin, postur tubuh, hobi, sifat, motivasi. Hal ini yang terjadi pada pembelajaran teknik dasar sepak bola khususnya passing pada siswa kelas X D SMA N 1 Terbanggi Besar. Pada saat pembelajaran sepakbola khususnya teknik dasar mengoper bola keragaman siswa tersebut menjadi kendala yang harus menjadi perhatian bagi guru untuk dapat mecari sebuah solusinya. Pada saat penulis melakukan observasi, guru menggunakan alat berupa bola kaki yang terbuat dari lapisan kulit.adapun permasalahan dan akibat yang ditimbulkan antara lain adalah sebagai berikut: 1. Rendahnya hasil pembelajaran siswa dalam hal passing. 2. Merasa takut mengoper bola karena rasa sakit yang ditimbulkan setelah melakukannya kebanyakan dirasakan oleh siswa putri. 3. Siswa kurang tertarik untuk mempelajarai teknik passing. 4. Belum optimalnya penggunaan alat (bola) dan sumber belajar. Akibat yang ditimbulkan dari masalah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tidak terselesaikannya seluruh bahan kurikulum dalam pengajaran; hal ini terjadi karena terbatasnya waktu yang tersedia dengan jumlah bahan yang relatif banyak. 2. Hasil belajar siswa di SMA tersebut belum mencapai tingkat keberhasilan yang diharapkan.

5 Peranan dan fungsi guru Penjas yang baik apabila memiliki inisiatif, kreatifitas dan inovatif serta selektif dalam menentukan metode dan penggunaan alat penunjang pelaksanaan proses belajar mengajar yang cocok, fleksibel, ekonomis dan disukai anak didiknya apabila memakai alat tersebut saat proses kegiatan belajar mengajar. Guru perlu memaksimalkan penggunaan peralatan dan mengorganisasikan kelompok agar siswa sebanyak mungkin bergerak aktif sepanjang pelajaran. Bila peralatan yang tersedia terbatas jumlahnya, gunakan pendekatan, dan modifikasi aktivitas. Penggunaan pembelajaran yang kontekstual merupakan implementasi dari penyusunan materi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik lingkungan sekitar sekolah. Dalam menentukan sebuah alat penunjang keberhasilan terhadap tugas gerak yang diberikan, kita harus memilih alat-alat yang mengarah pada pembentukan gerakan yang kita harapkan tersebut. Yaitu dengan alat yang sederhana dan fleksibel tetapi disenangi oleh anak didik. Khusus untuk anak-anak terutama pemula, untuk pelajaran dapat menggunakan bola yang terbuat dari karet, karena bola karet bersifat elastis mudah sekali memantul, hal ini akan mendorong kepekaan anak dalam mengendalikan bola (Sukatamsi 2004:1.58) Ketergantungan guru Pendidikan Jasmani pada sarana dan prasarana yang standar dan belum digunakannya modifikasi alat yang tepat menyebabkan pola pembelajaran yang kurang variatif dan cenderung membosankan siswa. Keterbatasan sarana yang dimiliki sekolah membuat guru hanya memberikan

6 materi sebatas pemberian teknik dasar dengan menggunakan 2 buah bola kulit. Sehingga masing-masing siswa memiliki sedikit kesempatan untuk mempraktikkan teknik dasar passing. Berdasarkan uraian-uraian di atas bahwa guru perlu mengadakan perbaikan dalam metode atau model pembelajaran dengan menggunakan modifikasi alat agar tercapainya keberhasilan pembelajaran. Pentingnya menyediakan atau membuat atau memperbanyak alat-alat sederhana sebagai bantuan alat pembelajaran diharapkan dapat memberdayakan siswa agar lebih banyak bergerak dalam situasi yang menarik dan gembira tanpa kehilangan arti Pendidikan Jasmnai itu sendiri. Selain itu diharapkan dengan penggunaan modifikasi alat yang menarik dapat menambah motivasi siswa untuk mencoba teknik dasar passing dan berlatih secara berulang-ulang. Dengan demikian proses pembelajaran dapat berjalan efektif sesuai dengan yang diharapkan. Dari permasalahan yang muncul inilah peneliti tertarik untuk menerapkan suatu cara penyampaian belajar gerak dasar mengoper (passing) yaitu menggunakan bola karet dan sebagai solusinya mengadakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dengan judul Upaya Meningkatkan Keterampilan Mengoper Bola (Passing) Melalui Modifikasi Alat pada Siswa Kelas X D di SMAN 1 Terbanggi Besar, dengan harapan melalui penelitian ini akan tercapai pembelajaran sepakbola khususnya passing yang efektif sekaligus menyenangkan. Dan tujuan utama dalam mengajarkan keterampilan gerak tersebut adalah pengembangan keterampilan untuk

7 berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, serta membantu dirinya bertindak efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugas sehari-harinya B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Rendahnya keterampilan mengoper bola (passing) siswa kelas X D SMAN 1 Terbanggi Besar. 2. Pembelajaran teknik mengoper bola siswa kelas X D SMAN 1 Terbanggi Besar kurang efektif. 3. Belum optimalnya penggunaan alat dalam mempelajari teknik mengoper bola (passing). C. BatasanMasalah Mengingat waktu dan biaya dalam penelitian ini, maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini dibatasi pada masalah Peningkatan kemampuan gerak dasar passing dalam sepakbola pada siswa kelas X D SMA Negeri 1 Terbanggi Besar. D. RumusanMasalah Apakah melalui modifikasi alat permainan berupa bola karet dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran sehingga memperbaiki keterampilan mengoper bola dalam permainan sepakbola pada siswa kelas X D SMA Negeri 1 Terbanggi Besar?.

8 E. TujuanPenelitian Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan rumusan masalah, menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memberikan kemudahan siswa dalam mempelajari teknik dasar passing dalam permainan sepakbola pada siswa kelas X D SMA Negeri 1 Terbanggi Besar. 2. Meningkatkan kemampuan passing dalam permainan sepakbola pada siswa kelas X D SMA Negeri 1 Terbanggi Besar. F. Manfaat Penelitian 1. Bagi guru pendidikan jasmani dapat memberikan gambaran dan menambah pengetahuan dalam memilih model pembelajaran yang lebih tepat dalam upaya meningkatkan kemampuan passing. 2. Bagi pembaca dapat dijadikan sebagai sumber bacaan dan pembanding apabila ingin melakukan kajian sejenis. 3. Bagi peneliti dapat mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memotivasi siswa sehingga kemampuan teknik dasar passing dapat meningkat. Dan juga memberikan pengalaman berharga untuk pembelajaran Pendidikan Jasmani di masa yang akan datang. G. RuangLingkupPenelitian Ruang Lingkup Objek dan Subyek 1. Tempat penelitian Di lapangan SMA Negeri 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah.

9 2. Objek penelitian yang diamati adalah meningkatkan keterampilan mengoper bola (passing) melalui bantuan alat bola karet. 3. Subyek penelitian yang diamati adalah siswa kelas X D SMA Negeri 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah.