KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT GEDUNG KARYA LANTAI 12 S.D 17

dokumen-dokumen yang mirip
2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1998 tentang Pemeriksaan Kecelakaan Kapal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 1, Tambahan Lem

INSTRUKSI MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR IM 4 TAHUN 2018 TENTANG PENGAWASAN DOKUMEN KEPELAUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Republik Indonesia Nomor 4152); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Keputusan Menteri Perhubungan No. 86 Tahun 1990 Tentang : Pencegahan Pencemaran Oleh Minyak Dari Kapal-Kapal

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran KATA PENGANTAR

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Informasi Teknik. : Persyaratan terbaru Australia terkait Manajemen Air Balas untuk Kapal yang Berlayar di Perairan Internasional.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Technical Information

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2018, No.1-2- Tahun 1985 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3319); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Le

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PERHUBUNGAN DAN KEPALA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM

2 Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian (Lemb

BERITA NEGARA. No.282, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Kapal Berbendera Indonesia. Kewajiban Klasifikasi. Badan Klasifikasi.

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Nega

TENTANG ORGANISASI DAN TAT A KERJA KANTOR PELABUHAN BATAM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V KELAIK LAUTAN KAPAL

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 934 TAHUN 2017 TENTANG RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2017

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN PELAYANAN PUBLIK KAPAL PERINTIS MILIK NEGARA

2014, No Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 95, Tambahan Lemba

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 48 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN PELAYANAN PUBLIK KAPAL PERINTIS

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

2014, No.1090 NOMOR PM 71 TAHUN 2013 Contoh 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Antara Pemerintah Dengan Badan Usaha Pelabuhan di Bidang Kepelabuhanan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pela

2017, No logistik guna mengembangkan pertumbuhan ekonomi nasional, perlu menyesuaikan ketentuan permodalan badan usaha di bidang pengusahaan an

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT TUMPAHAN MINYAK DI LAUT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENERBITAN PAS KECIL KAPAL KURANG DARI 7 GROSSE TONNAGE

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT TUMPAHAN MINYAK DI LAUT

LAPORAN MONITORING KONVENSI HASIL SIDANG INTERNATIONAL MARITIME ORGANIZATION (IMO) PERIODE MEI TAHUN 2013 International Maritime Organization (IMO)

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan L

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN MINISTRY OF TRANSPORTATION DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT DIRECTORATE GENERAL OF SEA TRANSPORTATION

Informasi Teknik. : Laporan Singkat Sidang Sesi ke-3 dari Sub-Committee on Implementation of IMO Instrument (III 3)

Informasi Teknik. : Laporan Singkat Sidang Sesi ke2 dari SubCommittee on Implementation of IMO Instruments (III 2)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Tabel 1. Perkiraan Masuknya Hydrocarbon Minyak Ke Lingkungan Laut

KEBIJAKAN SEKTOR PERHUBUNGAN DALAM RANGKA PENGANGKUTAN LIMBAH B3

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 84 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN LINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980 tentang Pengesahan International Convention For The Safety of Life at Sea, 1974; 6. Peratur

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR : PK.16/BPSDMP-2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 45 TAHUN 2015 TENTANG PERSYARATAN KEPEMILIKAN MODAL BADAN USAHA DI BIDANG TRANSPORTASI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT TUMPAHAN MINYAK DI LAUT

Lampiran V MARPOL 73/78 PERATURAN TENTANG PENCEGAHAN PENCEMARAN YANG DIAKIBATKAN OLEH SAMPAH DARI KAPAL. Peraturan 1. Definisi

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 934 TAHUN 2017 TENTANG RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2017

2016, No Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980 tentang Pengesahan International Convention For The Safety of Life at Sea, 1974 (SOLAS 74)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENGESAHAN MARITIME LABOUR CONVENTION, 2006 (KONVENSI KETENAGAKERJAAN MARITIM, 2006)

2016, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran N

2012, No.118. LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN Nomor : PM.8 TAHUN 2012 Tanggal : 26 JANUARI Contoh 1. Nomor : Jakarta.

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KESYAHBANDARAN UTAMA

2017, No sehingga perlu dilakukan perpanjangan jangka waktu penggunaannya; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lemb

Lampiran IV MARPOL 73/78 PERATURAN UNTUK PENCEGAHAN PENCEMARAN OLEH KOTORAN DARI KAPAL. Peraturan 1. Definisi

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

PERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Perancangan Fire Control and Safety Plan pada Kapal Konversi LCT menjadi Kapal Small Tanker

KEMENTERIAN PERHU BUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT GEDUNG KARYA LANTAI 12 S.D 17

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

KEWAJIBANKLASIFIKASIBAGIKAPALBERBENDERAINDONESIA PADABADANKLASIFIKASI

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM

2013, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar

BUPATI LAMPUNG TIMUR PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENDAFTARAN DAN PENANDAAN KAPAL PERIKANAN DI KOTA DUMAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KM.1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT PERSETUJUAN BERLAYAR (PORT CLEARANCE)


BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

a. bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

Oleh. Capt. Purnama S. Meliala, MM

pres-lambang01.gif (3256 bytes)

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDOl\IESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STATUS REKOMENDASI KESELAMATAN SUB KOMITE INVESTIGASI KECELAKAAN PELAYARAN KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI. Penerima Receiver.

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN PENCEMARAN DI PERAIRAN DAN PELABUHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 04 TAHUN 2005

PEDOMAN PENYELENGGARAAN DIKLAT KETERAMPILAN KHUSUS PELAUT INTERNATIONAL MARITIME DANGEROUS GOODS (IMDG) CODE

Transkripsi:

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT GEDUNG KARYA LANTAI 12 S.D 17 JL. MEDAN MERDEKA BARAT No. 8 1 TEL : 3811308, 3505006, 38 13269, 34470171 TLX : 3844492, 3458540 3842440 JAKARTA-10110 PST : 42 13, 4227, 4209, 4135 FAX : 38 11786, 3845430, 3507576 SURATEDARAN NoMoR: 'CJm. co~/ 7 3 / 9 /;JPt- _ 17 TENT ANG PERUBAHAN JADWAL IMPLEMENTASI KONVENSI INTERNASIONAL UNTUK PENGENDALIAN DAN MANAJEMEN AIR BALLAS DAN SEDIMEN DARI KAPAL, 2004 BAGI KAPAL BERBENDERA INDONESIA 1. Sehubungan dengan: a. Pasal 48 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 29 Tahun 2014 tentang Pencegahan Pencemaran Lingkungan Maritim; dan b. Surat Edaran Direktur Perkapalan dan Kepelautan Nomor: UM.003/8/6/DK-17 tanggal 25 April 2017 tentang Penerapan Konvensi lnternasional untuk Pengendalian dan Manajemen Air Ballas dan Sedimen dari Kapal, 2004 (The International Convention for the Control and Management of Ships' Ballast Water and Sediments, 2004) bagi Kapal-kapal Berbendera Indonesia. 2. Mengacu butir 1 (satu) di atas, dapat disampaikan bahwa International Maritime Organization (IMO) menyetujui perubahan jadwal Implementation of Ballast Water Management Convention bagi kapal berbendera Indonesia yang berlayar ke luar negeri dalam memenuhi standar peraturan D-2 sebagai berikut: a. kapal baru yang dibangun pada atau setelah tanggal 8 September 2017 harus memenuhi standar peraturan D-2 sejak tanggal penyerahan; b. kapal existing yang dibangun sebelum tanggal 8 September 2017, sesuai perubahan jadwal Implementation of Ballast Water Management Convention dengan melaksanakan 1st Renewal Survey Pencegahan Pencemaran oleh Minyak lnternasional (International Oil Pollution Prevention) MARPOL Annex I, pemenuhan standar peraturan D-2 paling lambat pada tanggal 8 September 2024; c. pelaksanaan 1s 1 Renewal Survey /OPP dapat dilaksanakan sesuai tanggal pemberlakuan pada konvensi apabila: 1. Survei diselesaikan paling lambat hingga 8 September 2019 sesuai Reg. B3110.1.1; atau 2. Survei diselesaikan di antara tanggal 8 September 2014 sampai dengan 7 September 2017 sesuai Reg. B3110.1.2. Id. pelaksanaan... I Model Takah 02 I

d. pelaksanaan 2'1d Renewal SuNey /OPP dapat dilaksanakan sesuai tanggal pemberlakuan pada konvensi apabila 1s 1 Renewal SuNey /OPP telah selesai sebelum 8 September 2019 sepanjang masih ada kekurangan pada survey sebagaimana tersebut pada butir C.2 yang belum terpenuhi. 3. Kapal berbendera Indonesia yang berlayar di perairan domestik yang memiliki kapasitas tangki ballas 1500 meter kubik atau lebih dapat diberikan Sertifikat Nasional Manajemen Air Ballas yang mengacu kepada standar peraturan 0-1 (Pertukaran Air Ballas) dengan memiliki Ballast Water Management Plan (BWMP) yang telah disahkan oleh Oirektur Jenderal paling lambat 1 Maret 2018. 4. Oemikian Surat Edaran ini ditetapkan agar dapat dipatuhi serta dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Oikeluarkan di Pada tanggal JAKARTA : OJ.~ SEPTEMBER 2017 tama Muda (IV/c). 19571023 197903 1 002 Tembusan: 1. Sekretaris Oirektorat Jenderal Perhubungan Laut; 2. Oirektur Lalu Lintas dan Angkutan Laut; 3. Oirektur Kepelabuhanan; 4. Oirektur Perkapalan dan Kepelautan; 5. Direktur Kenavigasian; 6. Oirektur Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai; 7. Para Kepala Kantor Kesyahbandaran Utama; 8. Kepala Kantor Pelabuhan Batam; 9. Para Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan; 10. Para Kepala Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan; 11. Oirektur Utama PT Biro Klasifikasi Indonesia (Persero); 12. Ketua Umum OPP Indonesian National Shipowners Association (INSA); 13. Ketua Umum OPP Gabungan Pengusaha Nasional Angkutan Sungai, Oanau dan Penyeberangan (GAPASOAP).

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT GEDUNG KARY A LT. 12 s/d 17 JL. MEDAN MERDEKA BARAT No. 8 I TEL : 3811308, 3505006, 3813269, 3447017 I TU< : 3844492, 3458540 3842440 JAKARTA- 10110 Psi. : 4213, 4227, 4209, 4135 Fax. : 3811786, 3845430, 350751 SURAT-EDARAN Nomor: <l~t:r:j~/&/6/tllt:-!7 TENT ANG PENERAPAN KONVENSI INTERNASIONAL UNTUK PENGENDALIAN DAN MANAJEMEN AIR. BALLAS DAN SEDIMEN DARI KAPAL, 2004 (BWM CONVENTION, 2004) BAGI KAPAL - KAPAL BERBENDERA INDONESIA. 1. Sehubungan dengan telah diratifikasinya aturan lnternasional tentang Konvensi lnternasional untuk Pengendalian dan Manajemen Air Sallas dan Sedimen dari Kapa!, 2004 (BWM Convention, 2004) melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 132 Tahun 2015 yang akan diberlakukan secara lnternasional pada tanggal 8 September 2017. 2. Penerapan BWM Convention bertujuan untuk mengurangi dampak dari spesies invasif di laut melalui pembuangan air ballas kapal dan sedimen dari suatu perairan ke perairan yang lain. Oleh k,arena!tu, dibuat mekanisme untuk mengurangi risiko pertukaran spesies invasif melalui air ballas metalui standar manajemen air ballas (Section 0) antara lain : a. Ballast Water Exchange Standard (01); b. Ballast Water Performance Standard (02); 3. Menunjuk butir 2 (dua) di atas, disampaikan kembali hal - hal sebagai berikut: a. Semua kapal berbendera Indonesia yang berlayar ke luar negeri harus memenuhi ketentuan Konvefisi lnfefnasional untul< Pengendalian dan Manajemen Air Sallas dan Sedimen dari Kapal, 2004 (BWM Convention, 2004), yakni: 1) Kapal dengan tonase kotor GT 400 atau lebih yang membawa air balas dan berlayar di perairan intemasional wajib di survey dan disertifikasi Manajemen Air Ballas dan Sedimen dari Kapal; 2) Kapal y9ng dibangun sebelum ata.u sesudah tahun 2009 dengan kapasitas air balas 1500 m 3 sampai dengan 5000 m 3 wajib melaksanakan pertukaran air balas sesuai ketentuan 01 sampai dengan tahun 2020 setelah tahun 2020 harus memenuhi standar peraturan 02; 3) Kapal yang dibangun pada atau setelah 2009 tapi tidak lebih dari 2012 dengan kapasitas air balas 5000 m 3 atau lebih harus melasanakan manajemen air bal~s ses~ai dengan ketentuan 01 sampai dengan tahun 2020, setelah tahun 2020 harus memenuhi standar peraturan 02; 4) Kapa! yang dibangun pada atau setelah 2012 dengan kapasitas air balas 5000 m 3 atau lebih harus menerapkan standar peraturan 02; 5) Persyaratan manajemen air balas tidak diterapkan pada kapal yang membuang air balas pada fasilitas penampungan. b. Peraturan 01 mewajibkan kapal untuk melakukan pertukaran air balas dengan jarak 200 nm dari garis pantai terdekat dan kedalam paling tidak 200 m, untuk kasus tertentu apabila kapal tidak mendapatkan jarak 200 nm dari garis pantai terdekat, pertukaran air balas dapat dilakukan pada jarak paling tidak 50 nm dari garis pantai terdekat dengan kedalaman paling tidak 200 m; c. Peraturan 02 mewajibkan kapal memasang peralatan manajemen air balas yang sudah disetujui oleh IMO sesuai guideline GB; I Model Takah 02 I

d. Bagi kapal berbendera Indonesia yang berlayar di dalam negeri, pemberlakuan Konvensi / aturan lntemasional tentang Konvensi lntemasional untuk Pengendalian dan Manajemen Air Ballas dan Sedimen dari Kapal, 2004 (BWM Convention, 2004) mengacu pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 29 Tahun 2014 tentang Pencegahan Pencemaran Lingkungan Maritim; e. Bagi Port State Control Officer agar segera mempersiapkan untuk pelaksanaan aturan atau penerapan ketentuan Konvensi lntemasional untuk Pengendalian dan Manajemen Air Ballas dan Sedimen sari Kapal; 2Q04 (BWM Gonvention, 2004) terhadap kapal-kapal asing yang masuk pelabuhan Indonesia. 4. Terkait butir 3 {tiga) huruf a, maka disampaikan hal- hal sebagai berikut: a: Pedoman Guidelines GB hingga saat ini masih menunggu untuk memperoleh pengesahan dari Sidang IMO MEPC Ke - 71 terkait dengan Ballast Water Perfonnance Standard; b. Mengingat sesuai ketentuan Resolusi IMO A. 1088 (28) tanggal 28 Januari 2014 (terlampir) menetapkan bahwa pemasangan peralatan BWM dapat disesuaikan dengan survey pembaharuan (Renewal) Sertifikat IOPP, maka pemilik kapal berbendera Indonesia yang berlayar lntemasional dapat mengajukan permohonan pembaharuan (Renewal) IOPP sebelum pembertakuan Konvensi BWM yakni sebelum tanggal 8 September 2Q17; sehingga mesa berlaku sertifikat IOPP akan disesuaikan dengan jadwal docking Special Survey kapal terdekat setelah tahun 2020; c. Dengan masa berlaku sertifikat IOPP sampai dengan jadwal docking Special Survey kapal, diharapkan pemilik kapal dapat menjadwalkan pemasangan peralatan manajemen air balas sesuai dengan ketentuan pedoman Guidelines GB. 5. oemil<ian aisampaikan unti.ik dilaksanakan aengan penull tanggung jawat>. : JAKARTA : l).r A ril 2017 lt.t..!:..n:;fh~~eralperhubunganlaut, PALAN DAN KEPELAUTAN