PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KECEMASAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI UNIT HEMODIALISA RSUD ULIN BANJARMASIN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

BAB I PENDAHULUAN. disease) saat ini masih menjadi masalah yang besar, sebagaimana prediksi

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DAN KUALITAS HIDUP PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUMAHSAKIT Dr.

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi ginjal secara optimal untuk membuang zat-zat sisa dan

BAB I PENDAHULUAN. komposisi cairan tubuh dengan nilai Gloumerulus Filtration Rate (GFR) 25%-10% dari nilai normal (Ulya & Suryanto 2007).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif

*Korespondensi Penulis, Telp: , ABSTRAK

Idea Nursing Journal Vol. V No ISSN:

MOTIVASI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG DILAKUKAN HEMODIALISA DI RUANG HEMODIALISA RSUD KABUPATEN JOMBANG LIANDA AGNES PUSPITA

BAB 1 PENDAHULUAN. gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit,

HUBUNGAN PENAMPILAN PERAN DENGAN STRES PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI UNIT HEMODIALISA RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL.

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

BAB I PENDAHULUAN. CKD merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak besar pada

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya secara normal (Soematri, 2012).Secara global lebih dari 500 juta


HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD) dalam jangka waktu yang lama (Black & Hawks, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi secara akut dan kronis. Dikatakan akut apabila penyakit berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

INDIKATOR KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS YANG MENJALANI HEMODIALISA BERDASARKAN STRATEGI KOPING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. juta orang mengalami gagal ginjal. Data dari The United State Renal Data System

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK (GGK) YANG MENJALANI HEMODIALISA

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LANGSA

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh mereka yang menderita gagal ginjal (Indraratna, 2012). Terapi diet

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal. Terapi pengganti yang. adalah terapi hemodialisis (Arliza, 2006).

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG HEMODIALISA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

Tabel 1.1 Keaslian penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN JAMKESMAS DI INSTALASI HEMODIALISA RUANG DAHLIA BLU RSUP PROF. DR. R. D.

BAB I PENDAHULUAN. memperlancarkan darah dari zat toksin dan berbagai zat sisa. mengatur keseimbangan asam basa, mempertahankan volume dan

GAMBARAN KONSEP DIRI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2

BAB I PENDAHULUAN. volume, komposisi dan distribusi cairan tubuh, sebagian besar dijalankan oleh Ginjal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penderita gagal ginjal kronik menurut estimasi World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan dan kekuatan tubuh yang menyebabkan aktivitas kerja terganggu, tubuh

BAB I PENDAHULUAN. komposisi kimia darah, atau urin, atau kelainan radiologis (Joannidis et al.,

BAB 1 PENDAHULUAN. menghargai perasaan pasien yaitu dengan mencurahkan segala perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. pasien penyakit gagal ginjal kronik di Amerika Serikat adalah orang.

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MENJALANI HEMODIALISA PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA.

2025 (Sandra, 2012). Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2012

Kata kunci : Dukungan Sosial Keluarga, Hemodialisis, Penyakit Ginjal Kronis

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MEKANISME KOPING PENDERITA GASTROENTERITIS KRONIK DI RSUD. DR. HAULUSSY AMBON TAHUN *Dewiyusrianti Lina

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

Tingkat depresi berdasarkan derajat ulkus diabetik pada pasien ulkus diabetes melitus yang berobat di rsud kota semarang

HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN KECEMASAN PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA DI RSUD JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN RAWAT INAP ULANG PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUANG ALAMANDA RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. angka ini meningkat menjadi 219 pasien dan tahun 2013 menjadi 418 pasien. Bila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aktivitas sehari-hari. Sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tahun

GAMBARAN KEPATUHAN DIET PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISIS DI RSUD KABUPATEN PEKALONGAN. Manuscript

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018

TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN YANG HOSPITALISASI. Nugrahaeni Firdausi

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG KEMOTERAPI DENGAN KECEMASAN DALAM MENJALANI TINDAKAN KEMOTERAPI DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam jangka waktu yang lama (Noer, Soemyarso, 2006). Menurut (Brunner

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aktivitas sehari-hari. Menurut WHO (World Health Organization) sehat adalah

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan. Disusun oleh : ANGGIT YATAMA EMBUN PRIBADI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPUTUSAN INISIASI HEMODIALISIS PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK DI RUANG DAHLIA RSUP PROF. DR. R.

KARAKTERISTIK PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD KABUPATEN KOTABARU ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia (Ruggenenti dkk, 2001). Penyakit gagal ginjal kronis

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terletak di Jl. Wates Km. 5,5 Gamping, Sleman, Daerah Istimewa. Yogyakarta. RS PKU Muhammadiyah Gamping merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah. penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Kesehatan N0.36 Tahun 2009 menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap

KARYA TULIS ILMIAH TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK (GGK) DALAM MENJALANI HEMODIALISIS. DI RSUD Dr.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Ginjal merupakan salah satu organ penting dalam tubuh, dapat

GAMBARAN MEKANISME KOPING PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUANG HEMODIALISA RSUD. PROF. DR. W. Z.

ejournal Keperawatan (e-kep) Volume 3. Nomor 1. Februari 2015

HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

metode survey, dengan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang Yogyakarta sejumlah 130 pasien.

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIIT RENDAH GARAM PADA PASIEN HIPERTENSI DI KAMPUNG MEKAR SARI KABUPATEN TANGERANG

KETERKAITAN LAMA MENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN DI RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN DIET PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2)

BAB 1 PENDAHULUAN. Penurunan atau kegagalan fungsi ginjal berupa penurunan fungsi

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUNJUNGAN KONTROLPASIEN JIWA SKIZOFRENIA DI RAWAT JALAN DI RSJ PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2013

HUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Transkripsi:

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KECEMASAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI UNIT HEMODIALISA RSUD ULIN BANJARMASIN Nina Novita Sari *, Adriana Palimbo 1, Rina Al Kahfi 1 1 Stikes Sari Mulia Banjarmasin E-mail: nina_novita20@gmail.com. Telepon: 081258420991 ABSTRAK Latar Belakang: Dukungan merupakan faktor penting yang dibutuhkan seseorang ketika menghadapi masalah (kesehatan). Penderita gagal ginjal kronis dapat mengalami gangguan psikologis berupa perilaku penolakan, marah, perasaan takut, cemas, rasa tak berdaya, depresi, putus asa bahkan bunuh diri. Permasalahan psikologis yang dialami pasien gagal ginjal kronik ditunjukan dari semenjak pertama kali pasien divonis mengalami gagal ginjal. Hasil studi pendahuluan, diperoleh bahwa dari 10 pasien ginjal kronik diketahui 3 orang (30%) mendapatkan dukungan keluarga yang baik dan 7 orang (70%) tidak mendapatkan dukungan keluarga dalam menjalani terapi hemodialisis. Tujuan: Mengetahui pengaruh dukungan keluarga terhadap kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Unit Hemodialisa RSUD Ulin Banjarmasin. Metode: Metode penelitian bersifat deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan purposive sampling yaitu sebanyak 75 orang pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisa dalam penelitian ini menggunakan uji Chi Square pada derajat kepercayaan (0,05) 95%. Hasil: Responden banyak yang mendapatkan dukungan negatif dari keluarga berjumlah 40 orang (53,3%). Responden banyak yang memiliki kecemasan berat yaitu berjumlah 41 orang (54,7%). Ada pengaruh dukungan keluarga terhadap kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Unit Hemodialisa RSUD Ulin Banjarmasin (p=0,000 < α=0,05). Simpulan: Ada pengaruh dukungan keluarga terhadap kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Unit Hemodialisa RSUD Ulin Banjarmasin. Kata Kunci: Dukungan keluarga, kecemasan dan hemodialisa 1

ABSTRACT Background: Support is another important factor that a person needs when facing problems (health). Chronic renal failure patients may experience psychological problems such as behavioral denial, anger, fear, anxiety, a sense of helplessness, depression, despair and even suicide. Psychological problems experienced by patients with chronic renal failure since it was first shown on the convicted patients with renal failure. Of the 10 patients with chronic kidney note 3 (30%) g et a good family support, and 7 (70%) have no family support in undergoing hemodialysis therapy. Objective: Knowing the influence of family support on anxiety in patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis at the Hemodialysis Unit RSUD Ulin Banjarmasin. Method: The research method is descriptive correlative with cross sectional approach. How sampling in this study conducted by purposive sampling as many as 75 patients. The data collection is done by using questionnaire. The analysis in this study using Chi Square on the degree of confidence (0.05) 95%. Result: Respondents much negative support from a family of 40 people (53.3%). Respondents many have severe anxiety that is numbered 41 (54.7%). There is the influence of family support on anxiety in patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis at the Hemodialysis Unit RSUD Ulin Banjarmasin (p = 0.000 < α = 0.05). Conclusion: Conclusion of this research showed that There is the influence of family support on anxiety in patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis at the Hemodialysis Unit RSUD Ulin Banjarmasin (p = 0.000 < α = 0.05). Keywords: Family Support, Anxiety Phase and Hemodialysis PENDAHULUAN Prevalensi gagal ginjal kronik prevalensi penyakit ginjal kronik cukup besar yaitu 12,5% (Kemenkes RI, 2015). berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia Penelitian mengungkapkan pada tahun sebesar 0,2%. Sulawesi Utara menempati urutan ke 4 tertinggi dari 33 provinsi dengan prevalensi 0,4% pada tahun 2013. Pada survei yang dilakukan oleh Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) tahun 2014 di empat kota di Indonesia, dengan memeriksa kadar kreatinin serum 1200 orang, didapatkan 2013 sebanyak 6,2% dari populasi penduduk Indonesia menderita gagal ginjal. Dari angka 6,2% itu, banyak penderita yang mengalami gagal ginjal kronik tahap lima, diprediksi mencapai 0,8% dari total populasi penderita gagal ginjal di Indonesia yaitu sekitar 104 ribu orang, sedangkan jumlah penderita gagal ginjal di Indonesia tahun 2014 mencapai 300 2

ribu orang, dimana angka ini diperkirakan akan terus meningkat untuk jangka waktu ke depan (Kemenkes RI, 2015). Kasus gagal ginjal di Kalimantan Selatan yang tertinggi pada tahun 2012 adalah kota Banjarmasin 1497 kasus, yang kedua adalah Kabupaten Banjar yaitu 742 kasus dan yang ketiga adalah Tapin dengan jumlah kasus sebanyak 641 kejadian (Kemenkes RI, 2015). Pasien gagal ginjal kronik yang memilih hemodialisis sebagai terapi pengganti fungsi ginjal akan menjalani terapi tersebut seumur hidupnya kecuali pasien menjalani transplantasi ginjal. Ketergantungan pasien gagal ginjal kronik terhadap hemodialisis seumur hidupnya, akan berdampak luas dan menimbulkan masalah baik secara fisik, psikososial, dan ekonomi. Kompleksitas masalah yang timbul pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis akan mengakibatkan timbulnya kecemasan pada pasien tersebut (Indrawati; dkk, 2009). Dukungan merupakan faktor penting yang dibutuhkan seseorang ketika menghadapi masalah (kesehatan). Dukungan keluarga pada pasien hemodialisis dibutuhkan seumur hidupnya. Pasien penyakit ginjal kronis yang harus menjalani hemodialisis membutuhkan dukungan keluarga seumur hidupnya karena sebagian besar harus menjalani hemodialisis seumur hidup. Oleh karena itu dukungan keluarga sangat berperan penting sehingga pasien bersedia menjalani hemodialisis dan dapat menerima keadaan penyakitnya (Smeltzer, 2012). Penderita gagal ginjal kronis dapat mengalami gangguan psikologis berupa perilaku penolakan, marah, perasaan takut, cemas, rasa tak berdaya, depresi, putus asa bahkan bunuh diri. Permasalahan psikologis yang dialami pasien gagal ginjal kronik ditunjukan dari semenjak pertama kali pasien divonis mengalami gagal ginjal. Beberapa pasien merasa frustasi, putus asa, marah, dan adanya perasaan tidak percaya akan hasil diagnosa dokter, bahkan ada seseorng pasien marah pada dokter, bahwa dirinya harus menjalani hemodialisis (Susalit, 2010). 3

Angka kejadian gagal ginjal kronik di RSUD Ulin Banjarmasin dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun 2010 angka kejadian gagal ginjal kronik sebanyak 1.002 kejadian, pada tahun 2011 sebanyak 1.484 kejadian, jika cuci darah yang mereka jalani sangat mengganggu, menimbulkan rasa sakit serta tidak nyaman. 6 orang diantaranya memperlihatkan dampak alergi yang tampak dari kulit seperti terjadinya penghitaman pada permukaan kulit serta 3 orang mengatakan jika pada tahun 2012 sebanyak 1.336 kejadian, kulit mereka dicubit atau digenggam terlalu pada tahun 2013 sebanyak 1.921 kejadian, pada tahun 2014 sebanyak 2.025 kejadian dan pada tahun 2015 hingga bulan Agustus tercatat 2.461 kejadian dan kejadian ini akan terus meningkat hingga bulan Desember tahun 2015 (Unit Hemodialisis RSUD Ulin Banjarmasin, 2015). Hasi studi pendahuluan terhadap 10 pasien laki-laki dengan gagal ginjal kronik dengan kisaran usia 40-65 tahun yang melakukan hemodialisis di Unit Hemodialisa RSUD Ulin Banjarmasin pada tanggal 11 Desember tahun 2015 diketahui bahwa 10 orang mengalami penurunan berat badan yang signifikan (sekitar 10-25 Kg), serta 10 orang pasien tersebut menyatakan depresi dan keras, maka akan membiru seketika. Dari 10 pasien ginjal kronik diketahui 3 orang (30%) mendapatkan dukungan keluarga yang baik dan 7 orang (70%) tidak mendapatkan dukungan keluarga dalam menjalani terapi hemodialisis. Ada pasien yang mendapatkan dukungan penuh setiap hari diantar dan ditunggu saat menjalani hemodialisis sampai selesai. Namun ada juga pasien yang setiap menjalani hemodialisis hanya sendirian tanpa didampingi keluarga dengan alasan kesibukan dan hanya berandalkan kartu jaminan kesehatan (BPJS). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dukungan keluarga terhadap kecemasan pada pasien gagal ginjal kehilangan nafsu makan. Mereka mengatakan 4

kronik yang menjalani hemodialisis di Unit Hemodialisa RSUD Ulin Banjarmasin BAHAN DAN METODE Penelitian ini menggunakan rancangan survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi kasus adalah seluruh pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis pada bulan Oktober hingga Desember tahun 2015 sebanyak 308 orang di Unit Hemodialisa RSUD Ulin Banjarmasin. Sampel pada penelitian ini adalah sebagian responden yang menjalani hemodialisa sebanyak 75 orang pada bulan April hingga Mei tahun 2016 dengan teknik purposive sampling. HASIL Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada bulan Mei hingga April 2016 dengan jumlah responden sebanyak 75 orang mengenai pengaruh dukungan keluarga terhadap kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Unit Hemodialisa RSUD Ulin Banjarmasin, didapatkan hasil gambaran umum mengenai objek penelitian yang tersaji dalam tabel-tabel berikut: 1. Karakterisitik Responden a. Umur Responden Adapun karakteristik umur responden yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian tersaji dalam tabel 4.5 di bawah ini: Tabel 1 Distribusi Frekuensi Umur Responden Umur (Tahun) f % <25 tahun 5 6,66 25-50 tahun 28 37,33 51-75 tahun 42 56 Jumlah 75 100 Tabel 1 tersebut menunjukkan bahwa responden dengan umur 51-75 tahun memiliki jumlah terbesar yaitu berjumlah 42 orang (56%), sedangkan responden dengan umur 25-50 tahun berjumlah 28 orang (37,33%) dan umur <25 tahun berjumlah 5 orang (6,6%). b. Jenis Kelamin Responden Adapun karakteristik umur responden yang diperoleh berdasarkan 5

hasil penelitian tersaji dalam tabel 4.6 di bawah ini: Tabel 2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Jenis Kelamin f % Laki-laki 42 56 Perempuan 33 44 Jumlah 75 100 Tabel 2 menunjukkan bahwa responden dengan jenis kelamin lakilaki memiliki jumlah terbesar yaitu berjumlah 42 orang (56%), sedangkan responden perempuan berjumlah 33 orang (44%). 2. Uji Analisis Data Secara Univariat Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada bulan Maret hingga April 2016 dengan jumlah responden sebanyak 75 orang mengenai pengaruh dukungan keluarga terhadap kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Unit Hemodialisa RSUD Ulin Banjarmasin, didapatkan hasil gambaran umum mengenai objek penelitian yang tersaji dalam tabel-tabel berikut: a. Dukungan keluarga Tabel 3 Distribusi Frekuensi dukungan keluarga Dukungan Keluarga f % Mendukung 35 46,7 Tidak Mendukung 40 53,3 Jumlah 75 100 Responden banyak yang tidak mendapatkan dukungan dari keluarga berjumlah 40 orang ( 53,3%), sedangkan 35 orang (4 6,7%) memberikan dukungan kepada pasien yang menjalani hemodialisis di Unit Hemodialisa RSUD Ulin Banjarmasin. b. Kecemasan Tabel 4 Distribusi Frekuensi Kecemasan Kecemasan f % Tidak Cemas 34 45,3 Berat 41 54,7 Jumlah 75 100 Responden banyak yang memiliki kecemasan berat yaitu berjumlah 41 orang ( 54,7%) dan sebanyak 34 orang (45,3%) tidak cemas. 3. Uji Analisis Data Secara Bivariat Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Kecemasan Pada Pasien Gagal 6

Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis di Unit Hemodialisa RSUD Ulin Banjarmasin Tabel 5 Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Kecemasan Dukungan Keluarga Tingkat Kecemasan Pasien GGK dalam menjalani Hemodialisa Tidak Cemas % Berat % f % Negatif 0 0 40 100 40 100 Positif 34 97,1 1 2,9 35 100 Jumlah 34 44 41 54,7 75 100 p=0,000 < α=0,05 Hasil penelitian dari 75 orang kronik yang menjalani hemodialisis di Unit Hemodialisa RSUD Ulin Banjarmasin. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 75 responden tentang pengaruh dukungan keluarga terhadap kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Unit Hemodialisa RSUD Ulin responden diketahui bahwa responden Banjarmasin didapatkan hasil sebagai berikut: yang mendapat dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan tidak cemas terhadap hemodialisa yang dijalaninya berjumlah 34 orang (97,1%), sedangkan responden yang mendapat dukungan negatif dari keluarga sehingga mengalami kecemasan berat terhadap hemodialisa yang dijalaninya berjumlah 40 orang (100%). Hasil analisa dengan uji chi square diperoleh hasil bahwa nilai p=0,000 < α=0,05 atau dapat dikatakan bahwa ada pengaruh dukungan keluarga terhadap 1. Dukungan keluarga pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis di Unit Hemodialisa RSUD Ulin Banjarmasin Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 75 orang pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis di Unit Hemodialisa RSUD Ulin Banjarmasin, diketahui bahwa keluarga responden tidak dukungan berjumlah 40 orang (53,3%), sedangkan 35 orang (46,7%) memberikan dukungan kepada pasien yang menjalani kecemasan pada pasien gagal ginjal 7

hemodialisis di Unit Hemodialisa RSUD Ulin Banjarmasin. Hasil kuesioner menunjukkan bahwa rata-rata responden menyatakan setuju mengenai pernyataan Keluarga selalu memperhatikan pantangan makanan bagi anda (pernyataan No. 8) dan Keluarga selalu memberikan informasi terbaru mengenai penyakit anda (pernyataan No. 13) dan rata-rata responden menyatakan tidak setuju dilakukan responden membuat keluarga tidak selalu bisa mengantarkan pasien GGK untuk menjalani hemodialisa karena sibuk bekerja. Menurut Friedman (2008), tugas dan fungsi kesehatan keluarga adalah, mengenal masalah kesehatan yang dialami keluarga, membuat keputusan tindakan tentang masalah yang dihadapi, melakukan perawatan pada anggota keluarga yang sakit, menciptakan dan mengenai pernyataan Keluarga bersedia mempertahankan kondisi/suasana mengantarkan anda setiap kali akan lingkungan, sehingga menunjang menjalani hemodialisis (pernyataan kesehatan setiap anggota keluarga serta No.10) dan Keluarga bersedia menjemput mempertahankan hubungan anda setiap kali selesai menjalani hemodialisis (pernyataan No. 11). Jarak dan waktu tempuh yang diperlukan responden ke tempat pelayanan kesehatan untuk mendapatkan hemodialisis membuat responden memerlukan bantuan dari keluarga untuk mengantar dan menjemput, sedangkan frekuensi dari hemodialisis yang (mempergunakan) fasilitas kesehatan yang ada. Menurut Ratna (2010) dukungan dari keluarga merupakan faktor penting seseorang ketika menghadapi masalah (kesehatan) dan sebagai strategi preventif untuk mengurangi stress dan pandangan hidup. Dukungan keluarga sangat diperlukan dalam perawatan pasien, dapat membantu menurunkan kecemasan 8

pasien, meningkatkan semangat hidup dan komitmen pasien untuk tetap menjalani pengobatan. Menurut Sundari (2011) dukungan yang diberikan keluarga sangat berperan dalam keberhasilan perawatan anggota keluarga yang sakit. Keberhasilan perawat merawat anggota keluarga yang sakit di rumah sakit tidak akan ada artinya apabila tidak diteruskan dirumah, yang kemudian akan mengakibatkan klien kambuh kembali. Peran serta keluarga dalam merawat pasien berpengaruh pada tingkat kesembuhan responden, seperti mendampingi pasien dalam setiap pengobatan ataupun ikut berperan serta dalam membentuk keyakinan, sikap dan perilaku pasien terhadap penyakit yang dideritanya. Sejalan dengan penelitian Weti (2011), bahwa ada pengaruh antara keterlibatan keluarga dengan kepatuhan pasien dalam pengobatan hemodialisis. Keterlibatan keluarga dapat diartikan sebagai suatu bentuk hubungan sosial yang bersifat menolong dengan melibatkan aspek perhatian, bantuan dan penilaian dari keluarga. Keluarga juga merupakan faktor yang berpengaruh dalam menentukan program pengobatan pada penderita derajat dimana seseorang terisolasi dari pendampingan orang lain, isolasi sosial secara negatif berhubungan dengan kepatuhan pengobatan. 2. Kecemasan pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis di Unit Hemodialisa RSUD Ulin Banjarmasin Dari hasil penelitian dapat dipertegas bahwa Responden banyak yang memiliki kecemasan berat yaitu berjumlah 41 orang (54,7%), 34 orang (45,3%) tidak cemas. Hal ini sesuai dengan pendapat Sundari (2011) bahwa kecemasan menjadi masalah psikologis yang umu, namun pada kenyataan yang terjadi di lapangan, dari 30 responden (100%) proporsi jumlah responden yang mengalami kecemasan ringan merupakan yang paling tinggi. 9

Hal ini dapat dikaitkan bahwa mayoritas responden telah lama menjalani hemodialisa sehingga secara tidak langsung telah mengalami fase adaptasi dan juga memperoleh asuransi dari BUMN untuk pembiayaan terapi. Sesuai dengan pendapat Ballard (1981) dalam Smeltzer & Bare (2011) bahwa tidak hanya stressor akibat masalah kesehatan saja yang dialami seseorang yang menderita masalah kesehatan kronis, namun perubahan peran dalam kehidupan dan kebutuhan uang akibat penyakit yang dialami akan meningkatkan stressor. Selain itu, Smeltzer & Bare (2011) mengungkapkan bahwa seseorang dengan stressor tertentu akan mengalami fase adaptasi yang mana masing-masing individu mempunyai kemampuan mengatasi masalah atau berespon dengan tingkat yang berbeda-beda. Pendapat Ratna (2010), kecemasan secara signifikan meningkatkan keseluruhan beban penyakit pada pasien dengan kondisi medis yang kronis. Kecemasan juga dikaitkan dengan meningkatnya morbiditas penyakit. Keadaan ini juga membantu mengarahkan pasien keluarganya kepada sumbersumber yang ada untuk mendapatkan bantuan serta dukungan. Pada situasi ini pasien memerlukan hubungan yang erat dengan seseorang atau keluarga sebagai tempat berbagi pada saat-saat stres dan kehilangan semangat (Smeltzer & Bare, 2011). Pada kondisi yang memaksa seseorang untuk rutin menjalani hemodialisa dan ketidakpastian periode lamanya terapi tersebut dijalani merupakan stressor yang kuat untuk memicu terjadinya kecemasan. Selain itu, seorang pasien dengan gagal ginjal kronis juga masih menanggung pikiran tentang proses perjalanan penyakit yang dialaminya seperti, gejala-gejala yang ditimbulkan penyakit, komplikasi penyakit dan terapi dialisa, batasan makan 10

dan minum yang merupakan bagian dari terapi, masalah finansial, psikologis dan psikososial. Hal tersebut sangat perlu diperhatikan bila seorang tenaga kesehatan dan keluarga menghadapi pasien yang mengalami masalah kesehatan kronis, sebab penyakit kronis dapat menimbulkan masalah psikosomatis sehingga memerlukan perawatan dan penanganan yang komprehensif dan holistik. Penanganan yang tepat baik cara maupun waktunya akan berpengaruh pada keberhasilan, namun faktor dari motivasi pribadi individu untuk berubah dan berusaha juga sangat menentukan hasil. 3. Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Kecemasan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis di Unit Hemodialisa RSUD Ulin Banjarmasin Hasil penelitian dari 75 orang responden diketahui bahwa responden yang mendapat dukungan keluarga dengan tidak ada kecemasan terhadap hemodialisa yang dijalaninya berjumlah 34 orang (97,1%), sedangkan responden yang tidak mendapat dukungan dari keluarga dengan kecemasan berat terhadap hemodialisa yang dijalaninya berjumlah 40 orang (100%). Hasil analisa dengan uji chi square diperoleh hasil bahwa nilai p=0,000<α=0,05 atau dapat dikatakan bahwa ada pengaruh dukungan keluarga terhadap kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Unit Hemodialisa RSUD Ulin Banjarmasin. Smeltzer & Bare (2011) menjelaskan bahwa seseorang terhadap permasalahan tergantung pada tingkat kesesuaian antara keterampilan dan kapasitas seseorang dan sumber dukungan sosial keluarga. Dukungan sosial keluarga yang dimaksud adalah hubungan yang mendalam dan sering berinteraksi dan yang hanya benar-benar dirasakan bila ada keterlibatan perhatian yang mendalam dan bukan hubungan permukaan dengan orang sekitar. Kualitas kritis dalam jaringan ini 11

akan saling bertukar dalam komunikasi yang intim dan adanya solidaritas dan kepercayaan. Keluarga sebagai lingkungan sosialisasi yang utama bagi seorang individu diharapkan mampu memberikan bantuan dan dorongan yang dibutuhkan pasien dengan kecemasan. Dukungan ini diharapkan dapat mengembalikan keberfungsian sosial pasien dengan masalah psikososial kecemasan dengan tidak mengabaikan kebutuhan dan harapan dari anggota keluarga lain. Sebab dengan adanya perhatian dan dampingan dari anggota keluarga, seseorang akan merasa diperhatikan, merasa aman, dan memiliki tempat bercerita serta kumpulan harapan yang dapat memberikan persepsi dan energi yang positif sehingga mampu mengekspesikan dengan lebih baik impian dan harapannya dimasa yang akan datang. Kesimpulannya, dukungan keluarga yang tepat dan sesuai dengan yang dibutuhkan pasien kecemasan dapat memperbaiki kehidupan dan memberikan energi baru untuk menjalani kehidupan yang lebih baik serta berfokus pada peningkatan makna hidup. Sebaliknya, dukungan yang tidak tepat dapat menambah beban pikiran dan akan sangat mempengaruhi tingkatan kecemasan pasien, untuk itu keluarga dan pemberi pelayanan kesehatan diharapkan mampu memberikan motivasi serta dukungan yang baik sehingga pasien yang menjalani dialisis kronis mampu mengendalikan stressor yang dialami yang dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dengan masalah kesehatan kronis. UCAPAN TERIMAKASIH Dalam kesempatan ini, peneliti banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dari hati yang terdalam peneliti mengucapkan terima kasih kepada Pembimbing I, Pembimbing II dan Penguji serta kepada Direktur RSUD Ulin Banjarmasin dan Kepala Ruangan Hemodialisa beserta segenap petugas kesehatan. 12

DAFTAR PUSTAKA De Goeij, dkk. 2011. Association of blood pressure with decline in renal function and time until the start of renal replacement therapy in pre-dialysis patients: a cohort study. BMC Nephrology. Friedman, Marilyn. 2008. Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktik, trans, Deborai, Asy,H. EGC. Jakarta. Indrawati, M. 2009. Bahaya Gagal Ginjal Kronik Cetakan Pertama. Jakarta: Pendidikan untuk Kehidupan. Kemenkes RI. 2015. Infodantin: Gagal Ginjal Kronik. Jakarta: Direktorat Kementrian Kesehatan RI. Prodjosudjadi, W., 2014. Glomerulonefritis. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi keempat. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Stuart. Gail. W. 2010. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi ke 3. Jakarta: EGC. Sundari. 2011. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Derajat Kecemasan pada Pasien Gagal Ginjal dalam Menjalani Proses Hemodialisis di Klinik Pengobatan Yulius. Jurnal Kesehatan: Edisi 5Hal 9-12. [Internet] tersedia di http//:www.healthy.co.id. [diakses: 8 Februari 2016]. YDGI. 2009. Penyakit Ginjal Kronik, Epidemi Global Baru. Diakses pada 15 Maret 2012 Weti, A.N. 2011. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Derajat Kecemasan pada Pasien Gagal Ginjal dalam Menjalani Proses Hemodialisis di RSUD Paku Alam. Jurnal Kesehatan: Edisi 2 Hal 14-16. [Internet] tersedia di http//:www.healthy.co.id. [diakses: 8 Februari 2016]. Ratna. W. 2010. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kecemasan Pasien Gagal Ginjal dalam Menjalani Proses Hemodialisis di Balai Pengobatan Ukhuwah Malang. Jurnal Kesehatan: Edisi 6 Hal 11-14. Universitas Airlangga [Internet] tersedia di http//:www.healthy.co.id. [diakses: 8 Februari 2016]. Smeltzer, Suzanne & Brenda G Bare. 2011. Buku ajar keperawatan medical bedah. Jakarta: EGC. Suprajitno. 2014. Asuhan Keperawatan Keluarga. Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta; EGC. Susalit, E. Suharjono. 2010. Upaya peningkatan kualitas hidup pasien GGK. Jakarta 13