HUBUNGAN FREKUENSI OLAHRAGA AEROBIK DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI

dokumen-dokumen yang mirip
Daftar Pustaka : 21 ( ) Kata kunci: Dismenore, Intensitas dismenore, Senam dismenore

PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu perubahan perubahan yang sangat nyata dan cepat. Anak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. juga istilah adolesens (dalam Bahasa Inggris: adolescence). Para ahli. merumuskan bahwa istilah pubertas digunakan untuk menyatakan

HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN. Nurhidayati 1*)

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA SISWI KELAS XI DI SMAN 1 SENTOLO

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore merupakan suatu gejala rasa sakit atau rasa tidak enak. diperut bagian bawah pada masa menstruasi sampai dapat menggangu

BAB I PENDAHULUAN. menstruasinya semakin mendekat. Keadaan ini tidak selalu terjadi pada setiap

PENGARUH ABDOMINAL STRETCHING EXERCISE TERHADAP DYSMENORRHEA PRIMER SISWI MAN 1 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dan 2011 yang memenuhi kriteria inklusi, dismenorea adalah salah satu

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN USIA MENARCHE DENGAN DISMENORHEA PRIMER PADA REMAJA PUTRI KELAS XI SMA NEGERI 15 PALEMBANG

Rahmawati, Murwati, Henik Istikhomah Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Kebidanan

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu periode dalam siklus kehidupan. Pada masa

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan secara proses maupun fungsi pada sistem reproduksi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa-masa yang akan dilalui dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. waktu menjelang atau selama menstruasi. Sebagian wanita memerlukan

HUBUNGAN ANTARA USIA MENARCHE DAN LAMA MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN DISMENORE PRIMER PADA REMAJA PUTRI DI SMK NEGERI 4 SURAKARTA

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja sering disebut dengan masa pubertas. Dimana masa

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang

HUBUNGAN DISMENOREA TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWI SMA MUHAMMADIYAH 5 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN USIA MENARCHE, LAMA MENSTRUASI, DAN RIWAYAT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA SISWI SMK NEGERI 8 MEDAN TAHUN 2015.

BAB I PENDAHULUAN. Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis

HUBUNGAN KECEMASAN REMAJA DENGAN KEJADIAN DISMENOREA PADA SISWI SMP X BANDUNG

2013 GAMBARAN TINGKAT STRES PADA ANAK USIA SEKOLAH MENGHADAPI MENSTRUASI PERTAMA (MENARCHE) DI SEKOLAH DASAR NEGERI GEGERKALONG GIRANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DISMENOREA DAN OLAHRAGA PADA REMAJA DI SMK MUHAMMADIYAH 1 TAMAN

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI YA II SURABAYA PROGRAM FAKULTAS SKRIPSI ANALISIS FAKTOR KEJADIAN DISMINORE...

Yuli S. BR Sitorus 1, Sri Rahayu Sanusi 2, Maya Fitria 2 ABSTRACT

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : SIYAM RAHMAWATI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan

SENAM ANTI NYERI MENSTRUASI EFEKTIF MENURUNKAN NYERI PADA REMAJA PUTRI DENGAN DYSMENORRHEA

BAB 1 PENDAHULUAN. Dismenore adalah nyeri sewaktu haid. Dismenore atau nyeri haid biasanya

I. PENDAHULUAN. Menstruasi merupakan perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi

Stikes Paguwarmas Journal of Midwivery and Pharmacist.

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi, yang memaksa

Hubungan Stress Pada Remaja Usia Tahun dengan Gangguan Menstruasi (Dismenore) di SMK Negeri Tambakboyo Tuban

BAB I PENDAHULUAN. fisik, terjadi perubahan karakteristik jenis kelamin sekunder menuju kematangan seksual

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MENSTRUASI TERHADAP UPAYA PENANGANAN DISMENORE PADA SISWI SMA NEGERI 1 BUNGKU TENGAH

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Yunita Andriani

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA DENGAN TINGKAT DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI KELAS X DAN XI DI SMAN 1 TELADAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN SINDROM PRAMENSTRUASI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA SISWI KELAS XI JURUSAN AKUTANSI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PEMBERIAN DARK CHOCOLATE TERHADAP DISMENORHEA PRIMER PADA MAHASISWI KEPERAWATAN.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN SISWI SMA KELAS XI TENTANG MENSTRUASI DENGAN PERILAKU PENANGANAN DISMENORRHEA

Hubungan Olahraga Dengan Kejadian Dismenorea Mahasiswi Tingkat 1 Akademi Keperawatan Pemkab Ngawi

BAB I PENDAHULUAN. yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa. remaja adalah anak

[Type the document title]

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMA MTA SURAKARTA

Hubungan Aktifitas Fisik dengan Derajat Dysmenorrhea Primer pada Remaja

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Masa pubertas merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi remaja.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN DISMINORHEA PRIMER PADA SISWI SMA PGRI 2 PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

POLA DYSMENORRHEA PRIMER PADA REMAJA DI MAN 1 SEMARANG

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI AKADEMI KEBIDANAN CIPTO MEDAN

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA WANITA USIA SUBUR SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

SIKAP IBU TERHADAP KECEMASAN REMAJA PUTRI (KELAS VI) DALAM MENGHADAPI MENARCHE DI SD NEGERI GEBANGSARI 04 SEMARANG

JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. hampir 90% wanita mengalami dismenore, dan 10-15% diantaranya

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN USIA MENARCHE DI SMPN 7 BANJARMASIN. Erni Yuliastuti

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG DISMENORE DI AKADEMI KEBIDANAN SARI MULIA BANJARMASIN ABSTRAK

PENGARUH KEIKUTSERTAAN SENAM AEROBIK TERHADAP SIKLUS MENSTRUASI PADA MAHASISWI DI BENGAWAN SPORT CENTRE SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DISMINORE DI SMAN 5 PEKANBARU

EFEKTIFITAS SENAM DENGAN MODUL DALAM MENGURANGI DISMENORE PADA REMAJA SMA DI KOTA SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti susah diatur dan lebih sensitif terhadap perasaannya (Sarwono, 2011).

Aktivitas Olahraga dengan Kejadian Sindrom Premenstruasi pada Anggota Perempuan UKM INKAI UNS

HUBUNGAN ANTARA KEBUGARAN FISIK DENGAN DISMENORE PRIMER PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 DENPASAR TAHUN 2014

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN dan 2000, kelompok umur tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI (INDEKS MASSA TUBUH) DENGAN KEJADIAN DISMENOREA PRIMER PADA REMAJA DI AKADEMI KEBIDANAN BINA HUSADA TANGERANG

HUBUNGAN ANTARA USIA MENARCHE DAN LAMA MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN DISMENORE PRIMER PADA REMAJA PUTRI DI SMK NEGERI 4 SURAKARTA

2015 PROFIL KONSENTRASI BELAJAR SISWI YANG MENGALAMI DISMENORE

HALAMAN SAMPUL HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN ANEMIA DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMA BATIK 1 SURAKARTA

EFEKTIVITAS PEMBERIAN GUIDED IMAGERY TERHADAP NYERI DISMINORE PADA REMAJA DI SMPN III COLOMADU KARANGANYAR

Abstrak. Analisis Kejadian Dismenore Primer Pada Remaja Putri Kelas XI SMK YAPSIPA Kota Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perempuan memiliki siklus menstruasi yang berbeda-beda, namun hampir 90% wanita memiliki siklus hari dan hanya 10-15%

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat, termasuk pertumbuhan serta kematangan dari fungsi organ reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. produksi zat prostaglandin (Andriyani, 2013). Disminore diklasifikasikan

HUBUNGAN PENGETAHUAN SISWI KELAS VIII TENTANG DISMINORE DENGAN PERILAKU DALAM UPAYA PENANGANAN DISMINORE DI SMPN 12 KOTA BATAM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PILATES EXERCISE TERHADAP NYERI PRIMARY DYSMENORRHEA PADA SISWI DI SMKN SUKARESIK KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2017 ABSTRAK

ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT STRESS DENGAN KEJADIAN PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS) PADA KARYAWATI BAGIAN PRODUKSI

PENGARUH SENAM DYSMENORRHEA TERHADAP TINGKAT NYERI DYSMENORRHEA PADA MAHASISWA KEBIDANAN SEMERTER IV POLTEKKES MAJAPAHIT KABUPATENMOJOKERTO.

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

HUBUNGAN PELAKSANAAN SENAM HAMIL DENGAN KETIDAKNYAMANAN IBU HAMIL TRIMESTER III DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI SUPADMI, KUNDEN BULU, SUKOHARJO ABSTRAK

HUBUNGAN STATUS GIZI, STRESS, OLAHRAGA TERATUR DENGAN KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI SMA ST. THOMAS 2 MEDAN TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Haid adalah perdarahan dari kemaluan yang terjadi pada seorang wanita yang

JIMKESMAS JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 2/NO.6/ Mei 2017; ISSN X,

Transkripsi:

HUBUNGAN FREKUENSI OLAHRAGA AEROBIK DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI THE RELATIONSHIP BETWEEN FREQUENCY OF AEROBIC WITH DYSMENORRHEA ON ADOLESCENT GIRLS Rusiana Sri Haryanti 1, Danik Kurniawati 2 Prodi D III Kebidanan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta email: rusianamolyn@gmail.com dan email: danikkurniawati95@gmail.com Abstrak Dismenore adalah nyeri saat haid, biasanya dengan rasa kram dan terpusat di abdomen bawah. Keluhan nyeri haid dapat terjadi bervariasi dari yang ringan sampai berat. Angka kejadian dismenore di Jawa Tengah mencapai 56 %. Latihan olahraga aerobik mampu mengurangi gejala gangguan menstruasi seperti dismenore.berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Aerobic Syariah Surakarta, mayoritas remaja tidak teratur mengikuti senam aerobik mengalami dismenore.mengetahui hubungan frekuensi olahraga aerobik dengan kejadian disminore pada remaja putri.metode penelitian ini menggunakan analisis korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sample pada penelitian ini yaitu 30 responden dengan tekhnik sampel menggunakan purposive sampling. Instrumen penelitian menggunakan cheklist. Analisa data menggunakan chi square.mayoritas remaja dengan frekuensi olahraga aerobik tidak teratur yaitu ada 19 orang (63,3%), sedangkan mayoritas dengan kejadian nyeri dismenore dalam kategori sedang yaitu ada 15 orang (50.0%). Nilai N = 30, df = 2 dan α = 5% diperoleh x 2 hitung 7,177, sedangkan x 2 tabel 5,99, sehingga disimpulkan bahwa x 2 hitung (7,177) > x 2 tabel (5,99) ha diterima dan ho ditolak. Terdapat hubungan antara frekuensi olahraga aerobik dengan kejadian dismenore pada remaja putri. Kata Kunci: Frekuensi olahraga, kejadian dismenore, remaja putri. Abstract Dysmenorrhea is pain on menstruation, usually with a sense of cramp and centralized in the abdomen bottom. Complaints of painful menstruation can occur varying from a light to severe. Incidence dysmenorrhea in central java reached 56%. Exercise sports aerobic can reduce symptoms menstrual disorders as dysmenorrhea. Based on the introduction study which was done in Aerobic Syariah Surakarta, the majority of teenagers who followed gymnastic aerobic irregularly experienced dysmenorrhea. It is known that there was a correlation between the frequency of sports aerobic with the genesis disminore in adolescent girls. The method of this research used analysis correlation with cross sectional approach. The sample was 30 respondents taken with purposive sampling. The instrument of the research was cheklist.data analyzed by using chi square.the majority of the youth with the frequency of sports aerobic irregular were 19 people ( 63.3 % ), meanwhile, majority of with a pain dysmenorrhea in medium category were 15 people ( 50.0 % ). Value n = 30, df = 2 and α = 5 % obtained x 2 count 7,177, while x 2 table 5,99, so that it is concluded that x 2 count ( 7,177 ) > x 2 table (5,99) Ha was received and Ho was rejected.there was a correlation between the frequency of sports aerobic with the genesis dysmenorrhea in adolescent girls. Keywords: Frequency sports, the incident dimenore, adolescent girls. 44

PENDAHULUAN Prevalensi dismenore dalam beberapa penelitian menunjukkan frekuensi yang cukup tinggi. Dalam suatu systemic review WHO, rata-rata insidensi terjadinya dismenore pada wanita muda antara 16,8 81%. Di Inggris dilaporkan 45-97% wanita dengan keluhan dismenore, dimana prevalensi hampir sama ditemui di negara-negara Eropa. Prevalensi terendah dijumpai di Bulgaria (8,8%) dan prevalensi tertinggi di negara Finlandia (94%) (Latthe, et al, 2006). Di Indonesia angka kejadiannya diperkirakan 45-59 % di kalangan wanita usia produktif. Angka kejadian dismenore di Jawa Tengah mencapai 56 %, walaupun pada umumnya tidak berbahaya, namun acapkali dirasa mengganggu bagi wanita yang mengalaminya (Riyanto, 2009). Dismenore adalah nyeri saat haid, biasanya dengan rasa kram dan terpusat di abdomen bawah. Keluhan nyeri haid dapat terjadi bervariasi mulai dari yang ringan sampai berat (Suparto, 2011 ). Sebagian besar wanita, latihan olahraga aerobik mampu mengurangi gejalagejala gangguan menstruasi seperti dismenore yaitu mengurangi kelelahan dan stress. Latihan ini dapat berupa jalan cepat, jogging, senam, bersepeda, dan berenang. Latihan olahraga aerobik juga mampu memperbaiki kesehatan hati atau jantung dan mampu membantu mengendalikan tekanan berat, serta latihan fisik juga meningkatkan rangsangan simpatis yaitu suatu kondisi yang menurunkan detak jantung dan mengurangi sensasi cemas (Laila, 2011 ). Olahraga merupakan salah satu aktivitas yang bisa memberikan banyak manfaat bagi tubuh kita.latihan fisik juga bisa membantu kita untuk menurunkan tingkat stress.dengan berolahraga secara teratur, hormon stress akan menurun dan endorphin akan meningkat sehingga kita akan merasa nyaman setelah melakukan aktivitas fisik (Linda. 2015 ). Dengan olahraga dapat meningkatkan pasokan darah ke organ reproduksi sehingga memperlancar peredaran darah.olahraga teratur seperti jalan cepat, jogging, berlari, berenang, bersepeda atau aerobik dapat memperbaiki kesehatan secara umum dan menjaga siklus menstruasi agar tetap teratur.beberapa wanita mencapai keringanan melalui olahraga, yang tidak hanya mengurangi stress tapi juga meningkatkan produksi endorphin di otak, penawar sakit alami tubuh.tidak ada pembatasan aktifitas selama haid. Olahraga latihan aerobik dapat membantu memproduksi bahan alami yang dapat memblok rasa sakit ketika haid (Proverawati & Misaroh, 2009). Salah satu jenis olahraga yang paling banyak diikuti oleh remaja adalah aerobic. latihan olahraga aerobik mampu mengurangi gejalagejala gangguan menstruasi seperti dismenore yaitu mengurangi kelelahan dan stress. Dalam hal ini, terapi penurunan dismenore yang berupa latihan aerobik ini merupakan salah satu teknik relaksasi. Olahraga atau latihan fisik dapat menghasilkan hormon endorphin.dimana olahraga terbukti dapat meningkatkan kadar endorphin empat sampai lima kali di dalam darah. Sehingga, semakin banyak melakukan senam atau olahraga maka akan semakin tinggi pula kadar endorphin (Suparto, 2011). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 29 Desember 2015 di Aerobic Syariah Surakarta, pada 10 remaja yang sudah mengalami haid didapatkan 7 remaja mengalami dismenore dan 3 remaja tidak mengalami dismenore, dikarenakan jarang mengikuti olahraga aerobik, dengan frekuensi olahraga 1-2 kali dalam seminggu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan frekuensi olahraga aerobik dengan kejadian dismenore pada remaja putri di Aerobic Syariah Surakarta. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian cross sectional. Lokasi penelitian dilaksanakan di Aerobic Syariah Surakarta, pada bulan Mei sd Juni 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang berusia 18 sampai dengan 21 tahun yang mengikuti senam aerobik di Aerobic Syariah Surakarta dengan jumlah 50 orang dan besar sampelnya sebanyak 30 remaja putri. Teknik sampling yang digunakan adalah metode Purposive Sampling. Pada penelitian ini yang menjadi variabel independent adalah frekuensi olahraga aerobik dan yang menjadi variabel dependent adalah kejadian disminore pada remaja putri. Analisa bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji Chi Kuadrat. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Aerobic Syariah Surakarta, distribusi responden dapat disajikan dalam table berikut: 45

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Olahraga Aerobik Frekuensi Aerobik Frekuensi Presentase Tidak 19 11 30 63,3 % 36,7 % 100,0 % Diketahui bahwa mayoritas dengan frekuensi olahraga aerobik tidak teratur yaitu ada 19 orang (63,3%). Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Dismenore Nyeri Dismenore Frekuensi Presentase Ringan 10 33,3% Sedang 15 50,0% Berat 5 16,7% 30 100,0% Diketahui bahwa mayoritas kejadian nyeri dismenore dalam kategori sedang yaitu ada 15 orang (50.0%). Tabel 3. Tabulasi Silang HubunganFrekuensi Olahraga Aerobik Dengan Kejadian Dismenore Pada Remaja Putri Frekuensi Aerobik Tidak Nyeri Dismenore Ringan Sedang Berat 3 12 4 19 10.0% 40.0% 13.3% 63.3% 7 3 1 11 23.3% 10.0% 3.3% 36.7% 10 15 5 30 33.3% 50.0% 16.7% 100.0% Diketahui bahwa hasil-hasil deskripsi tabulasi silang dimana dari 19 orang (63,3%) yang tidak teratur olahraga aerobik, mayoritas dengan kejadian nyeri dismenore dalam kategori sedang yaitu ada 12 orang (40,0%). Sedangkan dari 11 orang (63,3%) yang teratur olahraga aerobik, mayoritas dengan kejadian nyeri dismenore dalam kategori ringan yaitu ada 7 orang (23,3%). Berdasarkan uraian diatas ada kecenderungan bahwa semakin tidak teratur olahraga aerobik maka semakin besar resiko kejadian dismenore dalam kategori berat. 1. Frekuensi Olahraga Aerobik Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh mengenai frekuensi olahraga aerobik pada tabel 1 menunjukkan bahwa responden melakukan olahraga aerobik tidak teratur (1-2 x/minggu) yaitu ada 19 orang (63,3%) dan responden yang melakukan olahraga teratur (3-5 x/minggu) yaitu ada 11 orang (36,7%). Berdasarkan teori olahraga dapat meningkatkan pasokan darah ke organ reproduksi sehingga memperlancar peredaran darah. Olahraga teratur seperti jalan cepat, jogging, berlari, berenang, bersepeda atau aerobik dapat memperbaiki kesehatan secara umum dan menjaga siklus menstruasi agar tetap teratur. Beberapa wanita mencapai keringanan melalui olahraga, yang tidak hanya mengurangi stress tapi juga meningkatkan produksi endorphin di otak, penawar sakit alami tubuh. Tidak ada pembatasan aktivitas selama haid. Olahraga latihan aerobik dapat membantu memproduksi bahan alami yang dapat memblok rasa sakit ketika haid (Proverawati & Misaroh, 2009). Hal ini sesuai dengan Penelitian Afita bahwa dengan pemberian senam aerobik low impact sangat efektif untuk menurunkan dysmenorrhea primer.hal ini sesuai dengan pendapat Rahma dalam Laila (2011) bahwa kejadian dysmenorrhea menurun pada remaja dengan adanya melakukan olahraga dibandingkan tidak melakukan olahraga, sehingga para remaja dianjurkan untuk melakukan olahraga. Adapun penelitian yang lain yaitu Yetti dalam Laila (2011) remaja yang rutin melakukan olahraga mengalami penurunan dysmenorrhea. Berdasarkan penelitian di atas, penulis berasumsi bahwa sebagian besar remaja yang tidak teratur mengikuti senam aerobik berdasarkan wawancara mendalam kepada responden dengan alasan dikarenakan keterbatasan waktu serta biaya yang harus dikeluarkan untuk mengikuti senam aerobik. Sehingga banyak responden yang mengikuti senam areobik 1-2 kali dalam seminggu.akan tetapi hal ini sesungguhnya dapat diatasi dengan melakukan olah raga sendiri dirumah, yaitu dapat berupa jalan cepat, jogging, senam, bersepeda, dan berenang. 46

2. Kejadian Dismenore Pada Remaja Putri Dalam penelitian ini diketahui bahwa mayoritas dengan kejadian nyeri dismenore dalam kategori sedang yaitu ada 15 orang (50.0%). Dan minoritas responden dengan kejadian nyeri dismenore dalam kategori berat yaitu ada 5 orang (16,7%). Jadi sebagian besar remaja putri mengalami nyeri yang masih tertolong dengan obat namun aktifitas seharihari terganggu. Dismenore menyebabkan rasa nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa menjalar kepunggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus-menerus ada (Manan, 2011). Biasanya, rasa nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi. Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), penyebab dari Dismenore berdasarkan jenisnya yaitu dismenore primer antara lain disebabkan oleh beberapa faktor, (1) faktor psikis yaitu para wanita yang emosinya tidak stabil lebih mudah mengalami nyeri menstruasi, (2) faktor endokrin dimana timbulnya nyeri menstruasi diduga karena kontraksi rahim (uterus) yang berlebihan. (3) faktor prostaglandin yaitu nyeri menstruasi timbul karena peningkatan produksi prostaglandin oleh dinding rahim saat menstruasi. Anggapan ini mendasari pengobatan dengan anti prostaglandin untuk meredakan nyeri menstruasi. Dan faktor hormonal, faktor alergi dan lanlain. Faktor penyebab terjadinya dismenore sekunder antara lain adalah endometriosis dan fibriods (myoma). Menurut Proverawati dan Misaroh (2009) beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor resiko timbulnya rasa nyeri pada saat menstruasi yaitu; (1) Menstruasi pertama (menarche) diusia dini kurang dari 12 tahun), (2) wanita yang pernah melahirkan anak hidup (nulipara), (3) darah menstruasi berjumlah banyak atau massa menstruasi yang panjang, (4) perokok, (5) adanya riwayat nyeri menstruasi pada keluarga Obesitas atau kegemukan/ kelebihan berat badan. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Istiqomah (2009) tentang efektifitas senam aerobik dalam mengurangi dismenore pada remaja putri di SMU N 5 Semarang bahwa tingkat dismenore setelah melakukan senam dismenore menunjukkan perubahan skala nyeri dengan skala nyeri ringan sebanyak 11 orang dan nyeri berat tidak ada. Berdasarkan penelitian ini remaja yang mengalami dismenore dalam tingkat sedang sebanyak 15 orang. Penulis berasumsi bahwa hal ini dikarenakan remaja masih jarang melakukan olahraga aerobik. 3. Hubungan frekuensi olahraga aerobik dengan kejadian dismenore pada remaja putri Berdasarkan hasil penelitian dari 19 orang (63,3%) yang tidak teratur olahraga aerobik, minoritas dengan kejadian nyeri dismenore dalam kategori ringan yaitu ada 3 orang (10,0%), dan mayoritas dengan kejadian nyeri dismenore dalam kategori sedang yaitu ada 12 orang (40,0%). Sedangkan dari 11 orang (63,3%) yang teratur olahraga aerobik, minoritas dengan kejadian nyeri dismenore dalam kategori berat yaitu ada 1 orang (3,3%), dan mayoritas dengan kejadian nyeri dismenore dalam kategori ringan yaitu ada 7 orang (23,3%). Pengujian statistik menghasilkan nilai uji chi square (X 2 hitung) sebesar 7,177.Dimana X 2 hitung> X 2 tabel (7,177 > 5,991) sehingga diputuskan bahwa ada hubungan signifikan antara frekuensi olahraga aerobik dengan kejadian dismenore pada remaja putri di Aerobic Syariah Surakarta. Menurut Ramaiah (2006) menyebutkan bahwa, salah satu cara yang sangat efektif untuk mencegah nyeri dismenore ini adalah melakukan aktifitas olahraga. Beberapa latihan dapat meningkatkan pasokan darah ke organ reproduksi sehingga memperlancar peredaran darah. Olahraga teratur seperti berjalan kaki, jogging, berlari, bersepeda, renang atau senam aerobik dapat memperbaiki kesehatan secara umum dan menjaga siklus menstruasi yang teratur. Berdasarkan uraian diatas ada kecenderungan bahwa semakin tidak teratur olahraga aerobik maka semakin besar resiko kejadian dismenore dalam kategori berat. Hal ini dikarenakan ketika seseorang melakukan olahraga atau senam, maka endorphin akan keluar dan ditangkap oleh reseptor di dalam hipothalamus dan sistem limbik yang berfungsi untuk mengatur emosi. Menurut Suparto (2011). Peningkatan hormone 47

endorphin terbukti berhubungan erat dengan penurunan rasa nyeri. Berdasarkan penelitian di atas maka penulis berasumsi bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yang menyatakan ada hubungan frekuensi olahraga aerobik dengan kejadian disminore pada remaja putri terbukti. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 30 responden remaja putri yang mengikuti senam aerobik di Aerobic Syariah Surakarta dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Mayoritas dengan frekuensi olahraga aerobik tidak teratur yaitu ada 19 orang (63,3%). 2. Mayoritas dengan kejadian nyeri dismenore dalam kategori sedang yaitu ada 15 orang (50,0%). 3. Ada hubungan signifikan antara frekuensi olahraga aerobik dengan kejadian dismenore pada remaja putri di Aerobic Syariah Surakarta, Dimana X 2 hitung> X 2 tabel (7,177 > 5,991). REFERENSI Istiqomah, 2009. Efektivitas Senam Dismenore Dalam Mengurangi Dismenore Pada Remaja Putri Di Smu N 5 Semarang diakses tanggal 2 Januari 2016. https:// core.ac.uk/download/pdf/11709709.pdf Laila, Nur Najmi. 2011. Buku Pintar Menstruasi. Jogjakarta: Buku Biru. Latthe. et al. 2006. WHO Systemic Review Of Prevalence Of Chronic Pelvic Pain : A Negleted Reproductive Health Morbidity. BMC Public Health: Birmingham. UK. Linda. 2015. Senam Kecantikan. FlashBook: Yogyakarta Manan, El. 2011. Miss V. Yogyakarta: Buku Biru. Proverawati dan Misaroh. 2009. Menarche Pertama Penuh Makna. Yogyakarta: Nuha Medika. Riyanto. 2009. Nyeri Haid pada Remaja.Majalah Gemari Majalah Keluarga Mandiri. Edisi 12 November 2002. http://www. gemari.or.id/artikel/498.shtml Ramaiah. 2006. Gangguan Menstruasi. Digiosa Media: Yogyakarta Suparto, Ahmad. 2011. Efektifitas Senam Dismenore dalam Mengurangi Dismenorepada Remaja Putri.Phederal.Vol 4 No.1. 48