BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam bidang ekonomi, arah pembangunan ekonomi nasional meliputi hal-hal pokok seperti: mengembangkan perekonomian dengan membangun keunggulan yang memiliki daya saing, mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan dan mempercepat pembangunan daerah yang efektif dan kuat. Untuk mewujudkan hal tersebut, kebijakan dan strategi pemberdayaan ekonomi rakyat harus diarahkan pada partisipasi atau peran serta seluruh rakyat dan mutlak untuk memenuhi kebutuhan seluruh rakyat sesuai dengan amanat dari pasal 33 UUD 1945. Dalam penjelasan pasal 33 UUD 1945 ini dikatakan bahwa produksi di kerjakan oleh semua, untuk semua, di bawah pimpinan atau pemilikan anggotaanggota masyarakat. Kemakmuran masyarakat yang diutamakan, bukan kemakmuran orang-seorang. Oleh sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Artinya, operasionalisasi fungsi dari pelaku ekonomi: Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) dan Badan Usaha Koperasi (Koperasi) harus berdasarkan atas asas usaha bersama dan kekeluargaan. Kedua asas tersebut telah melekat pada organisasi koperasi sejak didirikan oleh anggota-angotanya. Dengan demikian, peranan koperasi dalam mengembangkan potensi ekonomi rakyat dan dalam mewujudkan kehidupan demokrasi ekonomi adalah sangat strategis.
Tujuan utama Koperasi adalah memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Ditinjau dari aspek prinsip-prinsip organisasinya, koperasi lebih menitikberatkan pada asas pemerataan, namun seiring dengan perubahan ruang, waktu, dan nilai dalam perjalanannya, koperasi juga berperan dalam pencapaian pertumbuhan dan stabilitas ekonomi nasional. Dalam menjalankan usahanya sebagai penyokong ekonomi rakyat, koperasi memiliki berbagai macam bentuk usaha, salah satunya adalah lembaga perkreditan yang disebut sebagai koperasi simpan pinjam (KSP). KSP dikembangkan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan modal usaha para anggotanya dan menjadi lembaga keuangan yang bersifat khusus yang dapat membantu memenuhi kebutuhan dana dalam menunjang kelancaran pembangunan ekonomi. Koperasi simpan pinjam telah dikembangkan di seluruh wilayah Indonesia termasuk di Bali. Kegiatan usaha KSP tertuang dalam pasal 44 UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian yang menyatakan bahwa koperasi dapat mengumpulkan dana dan menyalurkannya melaui kegiatan usaha simpan pinjam dari dan untuk anggota dan calon anggota koperasi yang bersangkutan, koperasi lain dan anggotanya. Untuk memperkuat dasar hukum dari kegiatan usaha KSP, pemerintah kemudian mengeluarkan PP No. 9 Tahun 1995 yang disempurnakan dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri No.351/KEP/M/XII/1998 yang menyatakan bahwa untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan anggota
koperasi, maka kegiatan usaha simpan pinjam perlu di tumbuhkan dan dikembangkan. Koperasi simpan pinjam ini diharapkan dapat menjadi lembaga alternatif penyedia dana untuk membiayai dan mengembangkan usaha di sektor riil baik pertanian, perdagangan, industri, pertambangan maupun sektor nonkeuangan lainnya. Dengan demikian, kesulitan permodalan yang dialami pengusaha di sektor riil tersebut dapat teratasi. Koperasi simpan pinjam ini didukung dengan keunggulan yang dimilikinya, yaitu memberlakukan bunga pinjaman yang lebih rendah dari lembaga perkreditan swasta. Dalam usahanya untuk meningkatkan kesejahteraan para anggotanya dan untuk tetap dapat bersaing, KSP harus mampu mengelola dan memanfaatkan sumber daya dan potensi ekonomi seluruh anggota dengan efektif dan efisien agar mampu menghasilkan pelayanan yang baik sehingga kebutuhan anggota akan layanan jasa keuangan dapat terpenuhi. Untuk mencapai hal tersebut, dibutuhkan pengelola koperasi yang memiliki sehingga dapat mengelola sumber daya yang ada secara optimal. Tidak cukup hanya dengan pengelola koperasi yang baik untuk dapat menjalankan usaha yang efektif dan efisien. Umumnya dalam sebuah badan usaha atau perusahaan dibutuhkan badan pengawas yang bertugas dan memiliki wewenang untuk mengawasi manajemen perusahaan dalam mengelola sumber daya yang ada agar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut pasal 38 dan 39 UU No. 25 Tahun 1992 menjelaskan bahwa pengawas koperasi dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam rapat anggota
serta bertanggung jawab kepada rapat anggota. Tugas pengawas adalah melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan usaha koperasi oleh pengurus serta membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya. Pengawas koperasi dapat dikatakan berfungsi sebagai auditor internal karena pengawas koperasi merupakan anggota koperasi yang diberikan tugas sebagai pengawas koperasi. Pengawas sebagai auditor internal dalam KSP bertugas untuk memastikan bahwa program dan kebijakan organisasi telah dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah direncanakan dan ditetapkan dalam rapat anggota. Pengawas wajib melakukan pemeriksaan atas semua kegiatan koperasi termasuk pemerikasaan buku-buku sebagaimana diatur dalam anggaran dasar koperasi, melakukan pemeriksaan atas pembukuan tahunan, memeriksa pelaksanaan anggaran dasar dan anggara rumah tangga dan melakukan penilaian terhadap aktivitas pengurus koperasi yang dipilih dalam rapat anggota. Hasil pemeriksaan oleh pengawas dapat dijadikan sebagai pedoman dan masukan oleh pengurus untuk dapat melakukan tindakan korektif guna mencegah terjadinya penyimpangan yang lebih jauh dari tujuan semula koperasi. Dengan adanya pengawasan yang dilakukan oleh pengawas koperasi sebagai internal auditor diharapkan dapat membantu meningkatkan kinerja koperasi. Meningat pentingnya fungsi pengawas koperasi dalam meningkatkan efisiensi pengelolaan koperasi, maka perlu didukung dengan kualitas sumber daya manusia yang memadai untuk menghasilkan kinerja pengawas yang baik dan berkualitas. Kinerja auditor adalah kemampuan dari seorang auditor
menghasilkan temuan atau hasil dari kegiatan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan daerah yang dilakukan dalam satu tim pemeriksaan (Yanhari, 2007). Indikator bagi peningatan kinerja auditor/pengawas adalah peningkatan kualitas pemeriksaan dan laporan hasil pemeriksaannya, sehingga tujuan audit akan tercapai dan akan meningkatkan fungsi dan kredibilitas pengawas koperasi. Kinerja pengawas harus terus ditingkatkan agar mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan apa yang telah diamanatkan dalam rapat anggota, mengingat masih banyaknya terjadi penyimpangan pada pengelolaan koperasi. Kinerja yang baik ditentukan oleh banyak faktor. Yanhari (2007), menemukan bahwa profesionalisme dan etika profesi berpengaruh terhadap kinerja auditor. Adi Wijaya (2006) dan Asri Megaliani (2007) menyatakan rentang waktu penyelesaian audit dan tingkat materialitas dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pengalaman kerja, hal ini memberikan penjelasan bahwa secara tidak langsung rentang waktu penyelesaian audit dan tingkat materialitas merupakan proksi dari kinerja auditor. Semakin cermat dalam menentukan perencanaan pelaksanaan audit dan pelaporan, maka laporan hasil audit akan semakin cepat selesai. Sedangkan auditor yang memiliki keahlian teknis yang teruji, menentukan tingkat materialitas akan semakin baik pula. Kota Denpasar merupakan Ibu Kota Propinsi Bali. Kota Denpasar juga merupakan pusat pemerintahan, industri dan perdagangan. Untuk menunjang kegiatan tersebut maka peran lembaga keuangan mikro sangat dibutuhkan,
termasuk salah satunya adalah Koperasi Simpan Pinjam. Data mengenai jumlah koperasi di Kota Denpasar dapat dilihat pada Tabel 1.1 sebagai berikut. Tabel 1.1 Jumlah Koperasi Kota Denpasar per 31 Desember 2009 Kecamatan No Jenis Koperasi Denpasar Utara Denpasar Timur Denpasar Barat Denpasar Selatan Total 1. KUD 1 1-2 4 2. Kop. Peg. Negeri 7 67 11 21 106 3. Kop. Karyawan 7 66 48 49 170 4. KSU 48 72 46 51 217 5. Kop. ABRI - 6 8 8 22 6. KOPPAS 2 2 2 2 8 7. Kop. Angkutan 1 1 2 3 7 8. Kop. Profesi - 4 4 3 11 9. KSP 26 28 20 31 105 10. Kop. Wanita 1 3 5 4 13 11. Kop. Pensiunan 1 5 3 1 10 12. Kop. Produksi - - - - - 13. Kop. Pontren - - 1 4 5 14. Kop. Pemuda - - 1-1 15. Kop. Perumahan - - - 1 1 16. Kop. Mahasiswa - 1 1 2 4 17. KOPINKRA - 1 2 2 5 18. Kop. PKL 1 - - - 1 19. Kop. Peternak - - - 1 1 20. Kop. Tani - - - 1 1 21. PUSKOMAS - 1 1-2 22. KOPTI - - 1-1 23. Koperasi lainnya 22 19 22 18 81 TOTAL 177 277 178 204 776 Sumber: Dinas Koperasi dan UKM Kota Denpasar Tahun 2009 Berdasarakan Tabel 1.1 di Kota Denpasar terdapat 776 unit koperasi yang terdiri atas 22 jenis koperasi yang berbeda dari 23 jenis koperasi yang ada. Jumlah Koperasi Simpan Pinjam (KSP) adalah sebanyak 105 unit yang tersebar di empat kecamatan yaitu, Kecamatan Denpasar Utara sebanyak 26 unit, Kecamatan Denpasar Timur sebanyak 28 unit, Kecamatan Denpasar Barat 20 dan Kecamatan Denpasar Selatan sebanyak 31 unit. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
jumlah koperasi simpan pinjam terbanyak adalah terdapat di Kecamatan Denpasar Selatan, hal ini setidaknya mengindikasikan bahwa kebutuhan akan lembaga keuangan mikro/koperasi Simpan Pinjam di Kecamatan Denpasar Selatan cukup tinggi jika dibandingkan dengan kecamatan lain yang ada di Kota Denpasar. Penelitian ini ingin mengkaji pengaruh profesionalisme, etika profesi, tingkat pendidikan dan pengalaman kerja pada kinerja pengawas koperasi sebagai internal auditor pada KSP di Kecamatan Denpasar Selatan. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah profesionalisme, etika profesi, tingkat pendidikan dan pengalaman kerja berpengaruh pada kinerja pengawas koperasi sebagai internal auditor pada KSP di Kecamatan Denpasar Selatan? 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendapatkan bukti secara empiris mengenai pengaruh profesionalisme, etika profesi, tingkat pendidikan dan pengalaman kerja pada kinerja pengawas koperasi sebagai internal auditor pada KSP di Kecamatan Denpasar Selatan. 1.3 Kegunaan Penelitian 1) Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan dan menambah wawasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pengawas koperasi simpan pinjam sebagai internal auditor.
2) Praktis Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi tambahan sebagai bahan pertimbangan bagi badan usaha koperasi dalam melakukan analisis untuk meningkatkan kinerja pengawas koperasi simpan pinjam sebagai internal auditor. 1.4 Sistematika Penulisan Secara garis besar, penelitian ini disusun ke dalam lima bab yang diuraikan sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan Bab pendahuluan ini menguraikan latar belakang masalah dan pokok permasalahan, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan. Bab II: Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis Bab ini menguraikan landasan teori yang mendukung penelitian, hasil penelitian sebelumnya yang terkait dan digunakan sebagai acuan dengan penelitian yang dilaksanakan sekarang, serta rumusan hipotesis. Bab III: Metode Penelitian Bab ini menguraikan identifikasi variabel, definisi operasional, jenis data, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data. Bab IV: Pembahasan Hasil Penelitian Bab ini menguraikan tentang karakteristik populasi, analisis data yang mencakup hasil perhitungan dan deskripsi hasil penelitian serta pembahasan dari permasalahan yang ada.
Bab V: Simpulan dan Saran Bab ini menguraikan simpulan yang diperoleh dari hasil analisis dalam pembahasan dan saran-saran yang diberikan sesuai dengan simpulan yang diperoleh dari penelitian serta keterbatasan penelitian.