BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merokok merupakan salah satu masalah kesehatan kompleks yang terjadi dalam lingkungan kesehatan dunia, termasuk di Indonesia. Tobacco Control Support Center (TCSC) (2014) mengungkapkan bahwa Indonesia menempati peringkat kelima sebagai produsen tembakau dunia dengan jumlah 135.678 ton atau sekitar 1.9% dari total produksi tembakau dunia. Angka produksi tembakau yang tinggi ini menggambarkan banyaknya permintaan konsumsi rokok, terutama konsumen dalam negeri. Tingginya konsumsi rokok dalam negeri dibuktikan dalam WHO Report on The Global Tobacco Epidemic (2015) yang menyebutkan bahwa di Indonesia terdapat 63% perokok aktif laki laki dan 3,5% perokok aktif perempuan yang berusia di atas 15 tahun. Sementara, dari hasil Riskesdas (2013), jumlah konsumen rokok dengan umur di atas 15 tahun ke atas meningkat dari 34,2% pada tahun 2007 menjadi 34,7% pada tahun 2010 dan 36.3% di tahun 2013, dengan 64,9% di antaranya adalah perokok laki laki dan 2,1% di antaranya adalah perokok perempuan. Produk rokok kini tidak lagi menjadi bahan konsumsi bagi kalangan terbatas, tetapi sudah merambah ke berbagai kalangan meliputi segala gender, usia, budaya, latar belakang sosial maupun ekonomi. WHO Report on the Global Tobacco Epidemic (2015) menyebutkan bahwa meningkatnya penggunaan produk rokok ini tidak terlepas dari faktor rendahnya harga jual rokok dan nilai pajak rokok, belum optimalnya penerapan kebijakan pemerintah tentang konsumsi 1
2 rokok, peringatan akan bahaya rokok yang sangat minimalis pada kemasan rokok, masih diperbolehkannya promosi produk tembakau oleh produsen rokok dan rendahnya kesadaran masyarakat akan bahaya dari dampak perilaku merokok. Di Indonesia sendiri, merupakan hal yang wajar ketika menemui perokok dengan usia muda. Laporan Global Youth Tobacco Survey (GYTS) (2014) menyebut 18,3% pelajar berusia 13-15 tahun telah mengonsumsi rokok secara aktif, dengan 33,9% di antaranya adalah pelajar laki laki, sementara 2,5% diantaranya adalah pelajar perempuan. Selaras dengan riset GYTS, laporan Global Adult Tobacco Survey (GATS) (2011) menyebut terdapat 51,7% konsumen rokok dalam rentang umur 15-24 tahun dan 25,1% di antaranya berstatus sebagai pelajar sekolah. Data tersebut menunjukkan tingginya angka prevalensi merokok pada usia pelajar sekolah menengah dan membuktikan bahwa generasi remaja menjadi target pasar industri rokok yang sangat menjanjikan. Tidak hanya dari segi tingginya produksi tembakau dalam negeri, produsen tembakau juga masih berusaha mencari celah untuk mempromosikan produk rokoknya. Meskipun pemerintah telah menerbitkan peraturan khusus untuk mengatur pengedaran iklan rokok dalam PP No.109 Tahun 2012, produsen rokok tetap melakukan promosi produk tembakau dengan gencar. Berdasarkan survei iklan media cetak dan elektronik AC Nielsen (2016) di kuartal pertama 2016, tercatat iklan rokok kretek mencatat belanja iklan tertinggi, yaitu sejumlah Rp.1,9 triliun dengan pertumbuhan sebesar 76%. Sementara, untuk total belanja iklan rokok kretek dalam setahun sebelumnya, survei iklan media cetak dan
3 elektronik AC Nielsen (2015) mencatat angka sejumlah Rp.4,34 triliun dengan pertumbuhan 16%. Tingginya angka belanja iklan promosi produk rokok semakin membenarkan bahwa target utama industri rokok adalah kaum remaja. Dengan dibatasinya konten iklan melalui media elektronik, para produsen rokok memasukkan konten kekinian melalui media penunjang lain, terutama media cetak luar ruang seperti billboard atau spanduk serta media online sharing video seperti Youtube, sehingga akan lebih mudah bagi remaja untuk menangkap pesan konsumsi rokok. Laporan GYTS (2014) menyebut sebanyak 58,2% remaja berusia 13-15 tahun terpapar dengan iklan rokok melalui media iklan televisi, konten video, maupun iklan dalam film dalam kurun waktu 30 hari terakhir. Sayangnya, iklan-iklan yang memuat konten promosi produk rokok yang merebak di berbagai media tidak diimbangi dengan iklan iklan serupa yang memuat konten pesan anti rokok atau bahaya dari perilaku merokok. Beberapa iklan dengan pesan bahaya merokok ditayangkan melalui televisi nasional dengan jangka waktu berbatas enam hingga tujuh pekan. Iklan-iklan tersebut ditayangkan bukan dalam jam primetime agar bisa disaksikan oleh anak anak atau remaja pelajar serta tidak memuat konten khusus dengan target perokok pemula ataupun anak remaja. Selanjutnya, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) (2013), melaporkan berdasarkan evaluasi pengawasan iklan rokok tahun 2006, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) mencatat sebanyak 14.249 iklan produk rokok yang tersebar di berbagai media dengan proporsi terbesar melalui media elektronik sebanyak 9.230 iklan.
4 Tidak hanya iklan di berbagai media, para produsen rokok juga menyusup menjadi sponsor utama dalam berbagai kegiatan yang melibatkan generasi muda. Seperti acara konser atau festival musik dan acara keolahragaan. BBC Indonesia (2010) memberitakan bahwa produsen rokok bahkan membuat kontrak dengan beberapa musisi tanah air untuk menyanyikan lagu tema promosi rokok dalam iklan televisi nasional. Selain itu, beberapa jenis olahraga seperti bulu tangkis dan olahraga otomotif masih menjadikan produk rokok sebagai sponsor utama. Untuk itu, dibutuhkan peringatan tentang bahaya merokok yang lebih komprehensif dan persuasif untuk masyarakat secara luas, terutama remaja, agar lebih sadar terhadap bahaya dari perilaku merokok. Para remaja memiliki pilihan untuk hidup lebih sehat tanpa terpengaruh untuk memulai perilaku merokok. Masyarakat secara luas masih menganggap bahwa rokok tidak memberikan efek signifikan secara langsung, sehingga rokok tidak membahayakan jiwa. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, peneliti berinisiatif untuk melakukan penelitian terkait dengan penyebarluasan informasi bahaya rokok, khususnya bagi remaja pelajar sekolah menengah. Para remaja siswa sekolah menengah dilibatkan dalam penelitian karena mereka menjadi target utama industri rokok sebagai perokok pemula sebagai proses regenerasi dari konsumen rokok yang sudah ada saat ini. Khusus daerah Yogyakarta, meskipun telah terbit peraturan gubernur DIY dalam Pergub No.42 Tahun 2009 tentang Kawasan Dilarang Merokok, termasuk kawasan pendidikan (sekolah), hal tersebut tidak mengurangi minat para remaja siswa sekolah menengah untuk tetap mengonsumsi rokok di luar jam dan kawasan sekolah.
5 Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Agustus 2016 ke beberapa sekolah memperlihatkan perilaku merokok yang masih intensif terjadi di lingkungan sekolah, terutama saat jam istirahat pelajaran dan jam pelajaran usai. Kurangnya peringatan yang intensif dari pihak sekolah dan pendidikan kesehatan khusus untuk bahaya perilaku merokok membuat siswa merasa bebas untuk berkumpul dan mengonsumsi rokok di lingkungan sekolah. Untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pendidikan kesehatan tentang bahaya dari perilaku merokok khusus dengan target remaja sekolah menengah. Pendidikan kesehatan dengan tujuan perubahan perilaku merokok melibatkan beberapa aspek sebelum individu memutuskan untuk mengubah perilaku merokoknya. Peningkatan pengetahuan akan bahaya dari perilaku merokok dan kesadaran akan pentingnya hidup lebih sehat tanpa asap rokok menjadi proses penting sebelum individu bertindak untuk mengubah perilakunya. Dengan meningkatnya pengetahuan, diharapkan akan meningkatkan kesadaran individu dan mengubah sikap individu untuk berhenti dari perilaku merokok. Untuk itu, peneliti berinisiatif untuk melakukan penelitian menggunakan pengetahuan dan sikap untuk meningkatkan kesadaran para siswa akan bahaya perilaku merokok agar kemudian para siswa diharap dapat mengubah perilakunya untuk berhenti dari merokok. Peneliti menggunakan media poster dan leaflet sebagai media penyampai pesan bahaya rokok karena keunggulan yang dimiliki. Media poster sangat mudah digunakan dan ditempel dalam satu lingkup lingkungan tertentu. Konten poster
6 yang singkat dan jelas dengan tampilan yang dibuat menarik perhatian, memudahkan pembaca untuk menangkap pesan yang akan disampaikan dalam waktu singkat. Menurut Mohamad (2009), penggunaan media poster dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap secara signifikan terhadap siswa sekolah menengah atas. Namun, isi konten poster yang tidak terperinci menjadi kelemahan dalam penggunaannya. Media leaflet juga memiliki keunggulan serupa, yaitu mudah digunakan dan disebarluaskan dalam satu kelompok lingkungan tertentu dalam satu waktu dengan konten isi yang lebih terperinci dibandingkan dengan konten dalam poster. Media leaflet juga lebih fleksibel untuk dibawa dan dibaca setiap saat oleh responden. Menurut Utami (2010), penggunaan media leaflet memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengetahuan dan sikap tokoh masyarakat untuk berhenti merokok. Namun, konten leaflet yang lebih terperinci membutuhkan waktu dan minat untuk membaca isi pesan di dalamnya menjadi kelemahan dalam penggunaan media leaflet. Untuk itulah peneliti tertarik untuk membandingkan efektivitas penggunaan media poster dan leaflet sebagai media pesan anti rokok guna meningkatkan pengetahuan dan sikap positif untuk berhenti dari perilaku merokok. Penggunaan kedua bentuk media ini dikhususkan dengan target remaja pelajar sekolah menengah, sehingga diharapkan berdampak positif bagi sikap para siswa untuk berhenti dari perilaku konsumsi rokok.
7 B. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini, sesuai dengan latar belakang di atas adalah Bagaimana perbedaan pengaruh penggunaan media poster dan leaflet berisi pesan anti rokok terhadap pengetahuan dan sikap untuk mulai berhenti dari perilaku merokok pada siswa di SMA 17-1 Yogyakarta dan SMK Ibu Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan efektivitas promosi kesehatan mengenai bahaya rokok menggunakan media poster dan leaflet terhadap pengetahuan sikap para siswa di SMA 17-1 Yogyakarta dan SMK Ibu Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta untuk berhenti dari perilaku merokok. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui pengaruh pemberian intervensi promosi kesehatan menggunakan media poster berisi pesan anti rokok terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap untuk mulai berhenti dari perilaku merokok pada siswa SMK Ibu Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta. b. Mengetahui pengaruh pemberian intervensi promosi kesehatan menggunakan media leaflet berisi pesan anti rokok terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap untuk mulai berhenti dari perilaku merokok pada siswa SMA 17-1 Yogyakarta.
8 D. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis Penelitian ini dapat memperluas dan menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang penggunaan media promosi kesehatan anti rokok yang efektif digunakan pada remaja atau siswa sekolah mengah atas. 2. Manfaat praktis a. Bagi remaja atau siswa Penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap terhadap bahaya perilaku merokok di seluruh kalangan siswa sekolah menengah atas pada umumnya dan di kalangan siswa perokok aktif khususnya agar dapat mengubah keinginan para siswa untuk mulai berhenti dari perilaku merokok. b. Bagi institusi sekolah dan pemerintah Penelitian ini dapat memberi masukan kepada pejabat institusi dan pemerintah terkait agar dapat menerapkan kebijakan anti rokok dan pengawasan yang sesuai dengan siswa sekolah menengah atas dan menggunakan cara-cara edukasi atau promosi yang mudah diterima oleh siswa di sekolah kemudian hari. c. Bagi perawat komunitas Penelitian ini dapat membantu perawat komunitas di kemudian hari untuk memilih dan menggunakan media promosi kesehatan yang tepat dan sesuai dengan siswa sekolah menengah atas terkait dengan masalah perilaku merokok.
9 d. Bagi peneliti Penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan peneliti dalam melaksanakan penelitian sesuai dengan kaidah penelitian yang berlaku, serta menambah wawasan dan pengetahuan terkait dengan media promosi yang tepat untuk perilaku merokok pada remaja, khususnya siswa sekolah. E. Keaslian Penelitian Sejauh pengamatan dan penelusuran yang telah dilakukan peneliti, penelitian tentang efektivitas penggunaan media iklan anti rokok terhadap niat untuk mengurangi atau berhenti dari konsumsi rokok, terutama menggunakan media poster, belum pernah dilakukan sebelumnya. Namun, terdapat beberapa penelitian terkait dengan topik penelitian kali ini yang serupa, di antaranya adalah: 1. Mohamad (2011) telah melakukan penelitian dengan judul Peningkatan Pengetahuan Bahaya dan Sikap terhadap Bahaya Rokok bagi Kesehatan melalui Poster dengan Partisipasi Siswa di Kabupaten Gorontalo. Penelitian tersebut merupakan penelitian quasi experiment dengan rancang pretest posttest menggunakan kelompok kontrol. Subjek penelitian adalah muridmurid SMPN 1, SMPN 2 dan SMPN 3 di Kota Gorontalo. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti terletak pada hasil akhir penelitian, intervensi menggunakan poster tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengetahuan dan sikap siswa responden dalam penelitian ini.
10 2. Ratnawati (2011) telah melakukan penelitian berjudul Diskusi Interaktif dengan Menggunakan Audiovisual untuk Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Positif Remaja terhadap Perilaku Tidak Merokok pada Remaja di SMA Negeri Banda Aceh. Penelitian tersebut merupakan penelitian quasi experiment dengan rancangan pretest posttest menggunakan kelompok kontrol. Subjek penelitian adalah siswa laki laki kelas 1 dan 2 IPS di SMA Negeri Kota Banda Aceh. Persamaan dengan penelitian ini adalah tema penelitian yang membahas penggunaan rokok pada remaja, variabel pengetahuan dan sikap, serta rancangan dan disain penelitian yang digunakan. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti terletak pada media yang digunakan dalam promosi kesehatan, penelitian ini menggunakan media poster dan leaflet untuk mengukur pengetahuan dan sikap siswa sekolah menengah atas. Hasil penelitian juga menunjukkan perbedaan, yaitu penelitian Ratnawati memiliki pengaruh yang signifikan dengan menggunakan media audio visual untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap responden. 3. Lizam (2009) telah melakukan penelitian berjudul Meningkatkan Sikap Positif terhadap Perilaku Tidak Merokok dan Kecenderungan untuk Berhenti Merokok melalui Pelatihan. Penelitian tersebut merupakan penelitian quasi experiment dengan rancangan pretest posttest menggunakan kelompok kontrol. Subjek penelitian adalah siswa laki-laki kelas 2 IPS SMA Kabupaten Aceh Barat Daya. Persamaan dengan penelitian ini adalah tema penelitian yang membahas penggunaan rokok pada remaja, variabel yang diteliti yaitu sikap, serta rancangan dan disain penelitian yang digunakan. Perbedaan
11 terletak pada hasil penelitian yang dilakukan peneliti yang menyebutkan bahwa metode pelatihan memberikan peningkatan positif pada pengetahuan dan sikap untuk kecenderungan berhenti merokok pada responden. 4. Nurhayati (2010) telah melakukan penelitian dengan judul Pendidikan Kesehatan dalam Meningkatkan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku terhadap Merokok pada Remaja di SMP Negeri Banda Aceh. Persamaan dengan penelitian ini adalah tema penelitian yang diangkat, variabel pengetahuan dan sikap, serta kesamaan karakteristik responden, yaitu pelajar sekolah menengah. Perbedaan dengen penelitian yang dilakukan peneliti terletak pada perbedaan karakteristik responden dan hasil penelitian dimana metode pendidikan kesehatan memiliki pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap. Sedangkan metode poster dan leaflet yang digunakan peneliti tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengetahuan maupun sikap responden.