BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia membutuhkan banyak wirausahawan untuk menjadikan negara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mencapai 13,86% pada Agustus 2010, yang juga meningkat dua kali lipat dari

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008).

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan banyak sekali pengangguran khususnya di Kota Denpasar. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengangguran dapat menjadi masalah di sebuah Negara. Dan bukanlah hal

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia saat ini menghadapi masalah keterbatasan kesempatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengangguran dan kemiskinan masih menjadi masalah besar di Indonesia,

manusianya.setiap tahun ribuan mahasiswa yang lulus dari perguruan tinggi tersebut di Indonesia. Hal ini seharusnya dapat memberikan keuntungan besar

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. dapat menampung pencari kerja, akibatnya banyak rakyat Indonesia baik yang

2015 PENGARUH SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN EFIKASI DIRI TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kaya sumber daya manusia dengan jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia, sehingga membuat

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN yang akan diberlakukan mulai tahun ini, tidak hanya membuka arus

BAB I PENDAHULUAN. semua orang terlahir dengan bakat berwirausaha, namun sifat-sifat kewirausahaan

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN VOKASIONAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Program Mahasiswa Wirausaha Bagi Kopertis dan Perguruan Tinggi Swasta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya, dan belum sebanyak negara-negara lain yang telah. mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Jumlah entrepreneur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi. menciptakan SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sarjana dan keinginan untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. wirausahawan menawarkan kesempatan kepada individu untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. orang tidak mendapatkan kesempatan untuk bekerja.

BAB I PENDAHULUAN. Riskha Mardiana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. fantastis dan memiliki potensi yang strategis jika dipandang sebagai potensi

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dibandingkan. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yaitu satu visi, satu identitas, satu komunitas dibuat sebuah upaya untuk merealisasikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah No. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Jumlah Kiki Liasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan diuraikan latar belakang masalah, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Mata Kuliah Kewirausahaan Terhadap Minat Mahasiswa Menjadi Wirausaha Pada Program Studi Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Pontianak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah pengangguran di kalangan masyarakat. Pengangguran di Indonesia terjadi

BAB I PENDAHULUAN. terbatas. Suryana (2006 : 4) mengatakan secara makro, peran wirausaha adalah

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut

BAB I PENDAHULUAN. menjadi professional accountant khususnya di era ASEAN Economic

BAB I PENDAHULUAN. berkreasi serta melakukan inovasi secara optimal yaitu mewujudkan gagasangagasan

BAB I PENDAHULUAN. menitikberatkan pada konsep risiko (Sumarsono, 2013). Kemudian pada abad 18

BAB I PENDAHULUAN. sebagian pihak yang menjadikan kewirausahaan ini sebagai trend-trend-an. enggannya lulusan perguruan tinggi untuk berwirausaha.

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Pengangguran di Indonesia sekarang ini terus bertambah,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jurusan Akuntansi, Manajemen, dan IE (Ilmu Ekonomi). Mahasiswa Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi maju atau lebih berkembang dengan sangat pesat, seperti

RUMAH SINGGAH SOCIOPRENEUR SEBAGAI UPAYA UNTUK MENGURANGI JUMLAH PENGANGGURAN TERDIDIK DI PROVINSI JAMBI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional dari negara-negara di dunia. Untuk mengimbangi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

IRRA MAYASARI F

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan (entrepreneurship)merupakan salah satu alternatif bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2015, Indonesia akan memasuki ASEAN Community. Pergerakan bebas dari

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia yaitu tingginya tingkat pengangguran. Berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan merupakan salah satu bidang ekonomi yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini pengangguran menjadi permasalahan di suatu negara khususnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Tingkat Pengangguran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dimilikinya. Dengan bekerja, individu dapat melayani kebutuhan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan agar daya saing Asean meningkat serta bisa menyaingi Cina dan India

PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DAN LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA MAHASISWA FKIP UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. lapangan tidak begitu adanya. Pengangguran terdidik bagi para lulusan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taufik Pardita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (PTP) di Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penduduk. Masalah yang timbul adalah faktor apa yang mendasari proses

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tenaga kerja di Indonesia akhir-akhir ini semakin kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja di Indonesia. Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengembangan sumber daya manusia dewasa ini telah menjadi hal yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mahasiswa yang selesai menempuh jenjang pendidikan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baru dapat dikatakan bermanfaat apabila dapat dikelola oleh sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. macam suku bangsa, kebudayaan dan sumber daya alam serta didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan lapangan kerja menjadi suatu fenomena yang umum terjadi di Indonesia. Tidak terkecuali para sarjana

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan menimbulkan banyak pengangguran

ENTREPREUNERSHIP. KOESNOTO SOEPRANIANONDO FKH-Unair Surabaya. Editor : Kholid Fathoni, S.Kom., M.T.

sampel yang digunakan sebanyak 180 responden, dengan menggunakan teknik

BAB I PENDAHULUAN. menuju keadaan yang lebih baik pada kurun waktu tertentu dan dengan adanya. pembangunan ekonomi dari suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan (Saiman, 2009:22). Masalah pengangguran telah menjadi momok

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini Indonesia sedang menghadapi ASEAN Economic Community atau

BAB I PENDAHULUAN. Peranan pendidikan pada pembangunan sekarang, merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Persaingan di bidang pelayanan kesehatan semakin meningkat seiring dengan

HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY INTELLIGENCE DENGAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah. pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Andika, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia membutuhkan banyak wirausahawan untuk menjadikan negara ini pemimpin bagi negara-negara lain terutama dalam menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) tahun 2015. Namun, pengangguran sarjana di Indonesia menunjukkan angka yang terus meningkat beberapa tahun belakangan ini. Hal ini merupakan suatu masalah yang perlu diperhatikan. Data terakhir dari BPS (2014) menunjukkan bahwa jumlah penganggur terdidik yang telah menamatkan pendidikan diploma dan sarjana sampai dengan Februari 2014 mencapai 593 ribu orang. Secara persentase, angka pengangguran di Indonesia memang turun tipis. Namun, jumlah tersebut akan selalu bertambah setiap tahunnya seiring dengan bertambahnya lulusan perguruan tinggi yang tidak dapat tertampung di dunia kerja. Ironisnya, permasalahan pengangguran terdidik lebih kompleks dibandingkan dengan pengangguran non terdidik karena pengangguran terdidik lebih menginginkan bekerja di sektor formal dengan gaji tinggi dan prestise di masyarakat, sedangkan pengangguran non terdidik bersedia untuk bekerja di sektor non formal. Masalah ini sebenarnya dapat diperkecil dengan memperbanyak jumlah wirausaha sebagai alternatif pilihan yang tepat untuk mengatasi pengangguran. Hal ini sesuai dengan pendapat sosiolog David Mc Clelland (Sutrisno, 2002) bahwa suatu negara bisa menjadi makmur bila ada entrepreneur sedikitnya 2% dari jumlah penduduk. Indonesia hanya memiliki 0,18% atau sekitar 400.000-an wirausaha dari jumlah penduduknya. Senada 1

2 dengan yang dikemukakan untuk mengatasi permasalahan sosial ini terdapat tiga upaya yang dapat ditempuh, yaitu: (1) meningkatkan kualitas sumber daya manusia, yang dilakukan dengan jalan pendekatan kerja secara profesional; (2) menciptakan lapangan kerja baru; dan (3) menumbuh kembangkan kewirausahaan. Ciputra (2008) menyatakan bahwa penyerapan tenaga kerja tidak bisa hanya bergantung pada perusahaan yang sudah ada, dibutuhkan 4,4 juta wirausaha sejati untuk membantu menyelesaikan masalah ketenagakerjaan. Berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang diungkap Menko Kesra Agung Laksono (Bisnis, November 2013), minat lulusan lembaga pendidikan untuk berwirausaha sangat rendah. Ada kecenderungan bagi para pemuda berpendidikan SLTA (61,88%) dan sarjana (83,20%), memilih jadi pekerja atau karyawan dibanding dengan menjadi wirausaha. Staf Ahli Bidang Kebijakan Perdagangan Luar Negeri dan Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus, Kemendag, Karyanto Suprih menyatakan bahwa perguruan tinggi harus menjadi pusat Entrepreneursip. Jadi, mahasiswa harus didorong agar memiliki jiwa wirausaha. Namun, sebagian besar lulusan perguruan tinggi di Indonesia masih memiliki cita-cita untuk bekerja di instansi baik pemerintah maupun swasta. Rendahnya minat mahasiswa untuk berwirausaha menjadi pemikiran serius bagi berbagai pihak, baik pemerintah, dunia pendidikan, dunia industri, maupun masyarakat (Republika, November 2013). Penelitian yang dilakukan Eka A. (2012) menampilkan minat berwirausaha mahasiswa di Yogyakarta yang relatif rendah (48,67%). Tentu hal ini merupakan tantangan bagi pihak sekolah dan perguruan tinggi sebagai lembaga penghasil lulusan. Berbagai upaya dilakukan untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan terutama membuka mindset mahasiswa yang selama ini hanya berminat sebagai pencari kerja (job seeker). Hal ini diakui pula oleh Menteri Tenagakerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar (Tribunnews, November 2013) bahwa pengangguran terdidik bisa dikategorikan

3 sebagai darurat SDM (sumber daya manusia) karena mereka seharusnya berkarya untuk negeri. Robert T. Kiyosaki (2007) dalam buku Rich Dad Poor Dad, menjelaskan adanya suatu Quadrant: E adalah Employee (Karyawan) yang bekerja untuk orang lain, mengerahkan waktu, tenaga dan pikiran untuk sebuah perusahaan milik orang lain atau negara. Sementara S = Self Employed mempekerjakan dirinya sendiri, mengerahkan waktu, tenaga dan pikiran untuk profesi yang dikerjakan secara mandiri, sehingga menghasilkan uang hanya saat ia bekerja. Berbeda dengan B yang merupakan Business Owner (Pengusaha), memiliki usaha yang tersistem dan mempekerjakan orang lain, sehingga sistem yang akan bekerja dan menghasilkan rupiah bahkan ketika ia tidak sedang bekerja. Dan I adalah Investor yang berinvestasi dan memiliki aset barang atau modal yang menghasilkan uang berlipat di kemudian hari. Mahasiswa dalam pengertian ini diharapkan dapat memulai karirnya secara mandiri sebagai Self Employed sesuai dengan passion masing-masing, misalnya menjadi Dokter, MC, Presenter, Host Radio/TV, Pembicara Seminar, Freelance Graphic Designer, Freelance Model, Online Shop Owner dan sebagainya. Kemudian secara bertahap dapat mengembangkan sistem dan mempekerjakan karyawan sehingga memperoleh imbalan kewirausahaan. Senada dengan Longenecker (2001) yang menjabarkan imbalan

4 kewirausahaan berupa hasil finansial yang bebas dari batasan gaji standar, kebebasan dalam berkarir dan kepuasan menjalani hidup. Wirausaha mendapat hasil finansial yang tidak hanya mengganti modal berupa waktu dan dana yang diinvestasikan, namun juga memberikan imbalan yang pantas bagi risiko dan inisiatif yang diambil dalam mengoperasikan usahanya. Kebebasan dalam berkarir diartikan sebagai kebebasan untuk mengelola usahanya secara fleksibel, terlepas dari pengawasan dan aturan birokrasi organisasi atau perusahaan, dapat mengatur jadwal dan membuat keputusam sendiri, mengambil risiko dan memungut laba sendiri sehingga mencapai kepuasan dari keputusan yang dibuat berdasarkan faktor ekonomi dan lingkungan lainnya. Wirausaha juga memperoleh imbalan kepuasan dalam menjalani hidup, bebas dari rutinitas, kebosanan dan pekerjaan yang tidak menantang. Dapat menikmati pekerjaan sebagai suatu keceriaan bukan sebuah beban/rutinitas belaka (Longenecker, 2001). Seorang wirausaha berperan baik secara internal maupun eksternal. Secara internal seorang wirausaha berperan dalam mengurangi tingkat kebergantungan terhadap orang lain, meningkatkan kepercayaan diri, serta meningkatkan daya beli pelakunya. Secara eksternal, seorang wirausaha berperan dalam menyediakan lapangan kerja bagi para pencari kerja. Dengan terserapnya tenaga kerja oleh kesempatan kerja yang disediakan oleh seorang wirausaha, tingkat pengangguran secara nasional menjadi berkurang (Wikipedia, 2014). Peran keluarga terutama orang tua sangat penting bagi mahasiswa dalam menentukan karier masa depannya karena keluarga merupakan tempat pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Kebutuhan fisik dan psikologi seseorang yang paling utama terpenuhi dari lingkungan keluarga sehingga dukungan sosial emosional yang berasal dari orang tua dapat berperan dan berpengaruh besar terhadap diri mahasiswa (Irwanto, 2002).

5 Hal ini senada dengan pendapat Schwarzer & Leppin (Smet, 1994) bahwa dukungan sosial dapat dilihat sebagai fakta sosial atas dukungan yang sebenarnya terjadi atau diberikan oleh orang lain kepada seseorang (perceived support) dan sebagai kognisi seseorang yang mengacu pada persepsi terhadap dukungan yang diterima (received support). Beberapa penelitian menunjukkan nilai individualisme lebih berpengaruh secara signifikan kepada intensi berwirausaha karena lebih menekankan pada nilai kebebasan, prestasi dan kebebasan (Mariano et al., dalam Leon et al., 2007). Nilai-nilai ini cenderung sulit dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya sehingga lebih dapat memunculkan minat kewirausahaan yang berasal dari diri sendiri. Meskipun begitu, sejumlah peneliti menggunakan lebih banyak variabel yang dinamis dan modelnya tidak hanya berkaitan dengan variabel personal tetapi juga aspek sosial untuk menjelaskan dan memprediksi entrepreneurial behaviour (Alexei et al., dalam Leon et al., 2007). Penelitian dalam skripsi ini lebih menekankan pada bagaimana dukungan sosial orang tua mempengaruhi keyakinan seseorang mengenai minatnya untuk berwirausaha, khususnya bagi mahasiswa. Penelitian perlu dilakukan karena dengan bekal pendidikan tinggi yang diperoleh di bangku kuliah dan idealisme yang terbentuk, mahasiswa diharapkan mampu mengembangkan diri menjadi seorang wirausahawan dan bukan sebaliknya seorang sarjana hanya bisa menunggu lowongan kerja bahkan menjadi pengangguran yang pada hakekatnya merupakan beban pembangunan (Alma, 2011). Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk membahas permasalahan dan menuangkannya ke dalam bentuk skripsi dengan judul: Hubungan antara Dukungan Sosial Orang Tua dengan Minat Berwirausaha pada Mahasiswa.

6 B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial orang tua dengan minat berwirausaha pada mahasiswa. C. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi pengembangan Psikologi Industri dan Organisasi dan Psikologi Sosial, mengenai minat berwirausaha pada mahasiswa kaitannya dengan dukungan sosial. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan khususnya orang tua, terutama dalam hubungan antara dukungan sosial orang tua dalam mengembangkan minat berwirausaha dalam diri anaknya. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi sumber referensi untuk penyelenggaraan konseling atau penyuluhan bagi orang tua sehingga dapat memberikan dukungan sosial yang cukup untuk menumbuhkan minat berwirausaha pada mahasiswa.