ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STUKTUR MIKRO MATERIAL S45C DAN SS400 YANG DIGUNAKAN SEBAGAI ALAT POTONG KULIT SEPATU

dokumen-dokumen yang mirip
JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING JURNAL TEKNIK MESIN ISSN

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 4340

PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

PENGARUH VARIASI SUHU POST WELD HEAT TREATMENT ANNEALING

Laporan Praktikum Struktur dan Sifat Material 2013

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN PADA PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DENGAN MATERIAL SS 304L

ANALISA PROSES SPRAY QUENCHING PADA PLAT BAJA KARBON SEDANG

Analisa Struktur Mikro Dan Kekerasan Baja S45C ANALISA STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN BAJA S45C PADA PROSES QUENCH-TEMPER DENGAN MEDIA PENDINGIN AIR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)

STUDI PEMBUATAN BESI COR MAMPU TEMPA UNTUK PRODUK SAMBUNGAN PIPA

PENGARUH HARDENING PADA BAJA JIS G 4051 GRADE S45C TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

BAB I PENDAHULUAN. perlu dapat perhatian khusus baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya karena

Karakterisasi Material Sprocket

PENGARUH HOLDING TIME TERHADAP SIFAT KEKERASAN DENGAN REFINING THE CORE PADA PROSES CARBURIZING MATERIAL BAJA KARBON RENDAH. Darmanto * ) Abstrak

ANALISA PENGARUH HEAT TREATMENT TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BESI COR NODULAR (FCD 60)

PENGARUH TEMPERATUR DAN HOLDING TIME DENGAN PENDINGIN YAMACOOLANT TERHADAP BAJA ASSAB 760

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH WAKTU TAHAN PROSES PACK CARBURIZING

ANALISIS PENGARUH TEMPERING

Rubijanto ) ABSTRAK. Kata kunci : Perlakuan panas,proses pendinginan. ) Staf Pengajar Jurusan Mesin UNIMUS. Traksi. Vol. 4. No.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang material baja karbon sedang AISI 4140 merupakan low alloy steel

Pengaruh Variasi Media Karburasi Terhadap Kekerasan Dan Kedalaman Difusi Karbon Pada Baja ST 42

PENELITIAN TENTANG PENINGKATAN KEKERASAN PADA PERMUKAAN BUSHING DENGAN HEAT TREATMENT METODE KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan. karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu

PENGARUH PERBANDINGAN GAS NITROGEN DAN LPG PADA PROSES NITROKARBURISING DALAM REAKTOR FLUIDIZED BED TERHADAP SIFAT MEKANIS BAJA KARBON RENDAH

ANALISIS KEKERASAN PERLAKUAN PANAS BAJA PEGAS DENGAN PENDINGINAN SISTEM PANCARAN PADA TEKANAN 20, 40 DAN 60 PSi. Abstract

BAB IV DATA. Gambar Grafik kekerasan yang dihasilkan dengan quenching brine water

PENGARUH PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA JIS S45C

KARAKTERISASI BAJA CHASIS MOBlL SMK (SANG SURYA) SEBELUM DAN SESUDAH PROSES QUENCHING

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam menunjang industri di Indonesia. Pada hakekatnya. pembangunan di bidang industri ini adalah untuk mengurangi

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR HARDENING TERHADAP KEKERASAN BAJA S45C DENGAN MEDIA PENDINGIN AIR

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

PENGARUH PROSES ANNEALING PADA HASIL PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA KARBON RENDAH

ANALISA PENGARUH HEAT TREATMENT TERHADAP KETEBALAN LAPISAN ZINC DAN KETAHANAN KOROSI PADA PERMUKAAN LINK ENGINE HANGER SEBELUM PROSES PELAPISANNYA

PENGARUH MANUAL FLAME HARDENING TERHADAP KEKERASAN HASIL TEMPA BAJA PEGAS

PENGARUH PERLAKUAN PANAS DOUBLE TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL AISI 4340

ANALISA PERUBAHAN DIMENSI BAJA AISI 1045 SETELAH PROSES PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT)

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Variasi Media Quenching Air, Oli, dan Angin Kompresor Terhadap Struktur Mikro dan Kekerasan Pada Baja AISI 1045

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pembuatan spesimen dilakukan dengan proses pengecoran metode die

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL

PENGARUH ANNEALING TERHADAP LAS MIG DENGAN GAS PELINDUNG CO2 (100%) TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO DAN MAKRO PADA BAJA STAM 390 G

PERUBAHAN SIFAT MEKANIK BAJA KONSTRUKSI JIS G4051 S17C SETELAH DILAKUKAN HARDENING DAN TEMPERING

PENGARUH ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAHAT HSS DENGAN UNSUR PADUAN UTAMA CROM

PROSES NORMALIZING DAN TEMPERING PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111

PENGARUH TEMPERATUR CARBURIZING PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP SIFAT SIFAT MEKANIS BAJA S 21 C

SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA KARBONISASI DENGAN BAHAN ARANG KAYU BK

BAB IV DATA DAN ANALISA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Sesudah dilakukan pengujian Uji Tarik dan Struktur Mikro pada Baja SS-400,

PENGARUH MULTIPLE QUECHING TERHADAP PERUBAHAN KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA BAJA ASSAB 760

Simposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian struktur mikro dilakukan untuk mengetahui isi unsur kandungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISA PERBANDINGAN MATERIAL JIS SCM 415 DAN JIS SCM 420 PADA PROSES HEAT TREATMENT

PENELITIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA KARBON RENDAH AKIBAT PENGARUH PROSES PENGARBONAN DARI ARANG KAYU JATI

PENELITIAN PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN LOW TEMPERING

Available online at Website

Perlakuan panas (Heat Treatment)

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA BAJA KARBON RENDAH (ST41) DENGAN METODE PACK CARBIRIZING

ABSTRAK. Kata kunci : SMAW, Struktur Mikro, Quenching dengan Air Laut.

PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT)

PROSES QUENCHING DAN TEMPERING PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111

SIDIK GUNRATMONO NIM : D

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja

ANALISA PERBANDINGAN MATERIAL JIS SCM 415 DAN JIS SCM 420 PADA PROSES HEAT TREATMENT

PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S

Vol.16 No.1. Februari 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

PENGARUH VARIASI WAKTU TAHAN PADA PROSES NORMALIZING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S PADA PRESSURE VESSEL

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2013 sampai dengan selesai.

PENGERASAN PERMUKAAN BAJA ST 40 DENGAN METODE CARBURIZING PLASMA LUCUTAN PIJAR

TUGAS METALURGI II PENGUJIAN METALOGRAFI BAJA 1020

PEMBUATAN MATERIAL DUAL PHASE DARI KOMPOSISI KIMIA HASIL PELEBURAN ANTARA SCALING BAJA DAN BESI LATERIT KADAR NI RENDAH YANG DIPADU DENGAN UNSUR SIC

PEMBUATAN STRUKTUR DUAL PHASE BAJA AISI 3120H DARI BESI LATERIT

PENGARUH TEMPERING PADA BAJA St 37 YANG MENGALAMI KARBURASI DENGAN BAHAN PADAT TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

BAB 1. PERLAKUAN PANAS

Proses Annealing terdiri dari beberapa tipe yang diterapkan untuk mencapai sifat-sifat tertentu sebagai berikut :

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

PERBANDINGAN KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PEGAS DAUN YANG MENGALAMI PROSES HEAT TREATMENT

ANALISIS PENGARUH MEDIA PACK CARBURIZING TERHADAP KEAUSAN DAN KEKERASAN SPROKET SEPEDA MOTOR. Sigit Gunawan 1 dan Sigit Budi Harton 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pisau egrek adalah alat yang digunakan untuk pemanen kelapa sawit. Pisau

ANALISA SIFAT FISIS DAN MEKANIK BAJA KARBURISING DENGAN BAHAN ARANG TEMPURUNG KELAPA

I. PENDAHULUAN. mengalami pembebanan yang terus berulang. Akibatnya suatu poros sering

MODIFIKASI MESIN FLAME HARDENING SISTEM PENCEKAMAN BENDA KERJA SECARA VERTIKAL PADA BAJA S45C

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN KETANGGUHAN DENGAN PROSES HEAT TREATMENT PADA BAJA KARBON AISI 4140H

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan.

ANALISA PENGGUNAAN TEMPURUNG KELAPA UNTUK MENINGKATKAN KEKERASAN BAHAN PISAU TIMBANGAN MEJA DENGAN PROSES PACK CARBURIZING

ANALISA KEKERASAN PADA PISAU BERBAHAN BAJA KARBON MENENGAH HASIL PROSES HARDENING DENGAN MEDIA PENDINGIN YANG BERBEDA

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

TIN107 - Material Teknik #9 - Metal Alloys 1 METAL ALLOYS (1) TIN107 Material Teknik

Analisa Temperatur Nitridisasi Gas Setelah Perlakuan Annealing pada Baja Perkakas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penguatan yang berdampak terhadap peningkatan sifat mekanik dapat

Transkripsi:

67 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 0, No., Oktober 2015 ANALISIS PENGARUH TERHADAP KEKERASAN DAN STUKTUR MIKRO MATERIAL S5C DAN SS00 YANG DIGUNAKAN KULIT SEPATU Hadi Wardoyo Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana, Jakarta E-mail: ruwet270681@gmail.com Abstrak -- Untuk mengetahui pengaruh yang terjadi pada material S5C dan SS00 setelah mengalami perlakuan panas dan bekerja pada temperatur tertentu sebagai alat potong kulit sepatu dalam waktu tertentu sehingga mendapatkan perbandingan hasil pengujian dari masing-masing material. Menggunakan metode Brinell dan metode Vickers serta metode metalography untuk mengetahui setruktur mikro yang terjadi akibat porses perlakuan panas yang dialami oleh material tersebut. Hasil pengujian kekerasan menunjukkan adanya perubahan kekerasan yang meningkat akibat perlakuan panas. Dari data yang didapat dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa nilai kekerasan suatu material tidak terlalu bepengaruh terhadap hasil pemotongan kulit sepatu, sehingga untuk pemotongan kulit sepatu tidak harus menggunakan material yang memiliki tingkat kekerasan tinggi melainkan bisa juga dengan menggunakan material dengan tingkat kekerasan sedang atau lebih rendah. Kata kunci: perlakuan panas, struktur mikro, material S5C dan SS00 1. PENDAHULUAN Tingginya standar mutu material yang sering menjadi tuntutan konsumen serta proses pembuatan cetakan dikerjakan dengan cara machaining maupun pengecoran sampai terbentuk cetakan dimana selama proses pengerjaan tersbut tidak pernah lepas dari perlakuan panas terhadap material produksi baik disengaja maupun tidak disengaja yang berpengaruh pada kualitas dari produk yang dihasilkan. Berdasarkan tuntutan tersebut perusahaan berinisiatif menyediakan material produksi dengan karakteristis yang berbeda-beda untuk memenuhi tuntutan konsumen dan persaingan harga yang kompetitif serta untuk dapat tetap bertahan (survive). Perlakuan panas yang lain yang diterima oleh material cetakan adalah saat material sudah menjadi cetakan dan setelah menjadi cetakan. Setelah cetakan sudah jadi, perlakuakn panas dilakukan dengan cara cetakan dipanaskan dalam suhu tinggi dalam waktu tertentu. Sedangkan perlakuan panas terhadap cetakan sebagaimana fungsinya proses pencetakan dilakukan dalam keadaan suhu tinggi (panas) dan dalam waktu yang lama serta berulang-ulang dengan tujuan untuk menghasilkan hasil cetakan yang baik dan sesuai dengan keinginan. Pembuatan alat potong kulit sepatu dibutuhkan material yang tahan terhadap perlakuan panas untuk mendapatkan hasil pemotongan yang baik serta tahan lama dan material yang biasa digunakan adalah S5C. Dimana setelah di lakukan beberapa kali percobaan dengan menggunakan material SS00 ternyata hasil dari pemotongan material kulit sepatu sebanyak 1000 kali pemotongan menghasilkan hasil pemotongan yang sama baiknya jika dibandingkan dengan menggunakan material S5C. Masalah-masalah yang dapat dirumuskan dan akan dibahas berdasarkan latar belakang di atas dalam tulisan ini antara lain: perubahan nilai kekerasan material setelah mengalami proses pemanasan dari kedua material tersebut, perbedaan struktur mikro material setelah mengalami proses pemanasan dari kedua material tersebut, Apakah material SS00 bisa dijadikan material pengganti dari material S5C? Untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai permasalahan yang dibahas tidak terlalu melebar jauh dari tujuan maka perlu ditentukan batasanbatasan masalah yang dibahas. Batasan-batasan masalah tersebut meliputi: kondisi material setelah mengalami proses machaining dan hardening serta setelah dipakai sebagai alat potong, hanya menguji material setelah mengalami proses pemanasan dan sebagai alat cetak setelah melakukan 1000 kali penyetakan (pemotongan) dari material S5C dan SS00, dan pengujian kekerasan dilakukan dengan menggunakan metode BRINELL dan VICKERS, sedangkan pengujian steruktur logam menggunakan metode metalography. Tujuan penulusan: 1. Untuk mengetahui pengaruh yang terjadi terhadap kekerasan pada material S5C dan SS00 setelah mengalami perlakuan panas dan bekerja pada temperatur tertentu sebagai alat potong kulit sepatu dalam waktu tertentu sehingga mendapatkan perbandingan hasil pengujian dari masingmasing material. 2. Untuk mengetahui perubahan struktur mikro logam yang terjadi karena proses

Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 0, No., Oktober 2015 68 pemanasan dari masing-masing material dengan melakukan uji metalography. Untuk mengetahui apakah material SS00 mampu digunakan sebagai material pengganti dari material S5C. 2. METODOLOGI PENELITIAN Pada eksperimen ini digunakan metodologi penelitian seperti gambar diagram alir berikut: Indikator / Problem Pernyataan misi Pengumpulan Data Obyek Penelitian Menentukan Konsep / Jenis Pengujian Pengujian Material Analisa Hasil Pengujian Kesimpulan Gambar. Diagram alir perancangan. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa ini memakai perlakuan panas (Heat Treatment) untuk untuk mengetahui pengaruhnya terhadap sifat mekanisnya dalam hal ini kekerasan dan struktur mikronya dari material S5C dan S00. Metode pengujian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat kekerasan material adalah metode Brinell dan metode Vickers serta metode metalography untuk mengetahui setruktur mikro yang terjadi akibat porses perlakuan panas yang dialami oleh material tersebut. Material berbentuk plat dengan ukutan (PxLxT) 100 x 100 x 12 milimeter sebanyak delapan buah dengan pembagian: empat buah untuk material tipe S5C dan empat buah lagi untuk material tipe SS00. Masing-masing material tersebut akan mengalami proses perlakuan panas hardening (pengerasan) dimana proses pemanasannya tersebut terjadi dalam tiga tahap yaitu yang pertama saat material mengalami proses machining, yang kedua pemanasan untuk pengerasan material (hardening) pada temperatur 860 o C dengan waktu penahanan panas selama 15 menit, kemudian didinginkan dengan cepat (quenching) dengan media air. Proses pemanasan selanjutnya terjadi saat material dipakai sebagai alat potong, dimana temperatur yang diberikan mencapai 00 o C secara terus menerus sampai 8 jam. Peralatan-peralatan yang digunakan dalam proses pengujian metode Brinell dan metode Vickers serta metode metalography adalah: Mesin Grinding dan olising Mesin uji kekerasan Frank Finotest Mikroskop Optik Metalloplan Kamera Digital Tabel 1. Hasil pengujian spesiment S5C dengan menggunakan metode Brinell S5C KEKERASAN (HBN) 179.0 176.0 169.6 191.8 191.8 190.9 195. 189.1 189.1 190.9 207.0 176.0 16.0 169.6 176.0 182.8 RATA (HBN) 2 191. 201.7 Tabel 2. Hasil pengujian spesiment SS00 menggunakan metode Brinell SS00 KEKERASAN (HBN) 108. 96. 95. 96. 110. 107.5 10.7 101.9 105.6 105.6 10.7 101.9 112.1 10.7 95. 109. RATA (HBN) 100.8 2 102.6 10.25 100.9

69 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 0, No., Oktober 2015 Tabel. Hasil pengujian spesiment S5C dengan menggunakan metode Vickers S5C KEKERASAN (HV) 188.0 185.0 178.0 202.0 202.0 201.0 206.0 1 1 201.0 218.0 185.0 175.0 178.0 185.0 192.0 RATA (HV) 182. 2 201.5 212.5 182.7 Struktur mikro material S5C yang tidak mengalami perlakuan panas menunjukkan bahwa fasa ferrite perlite pada kondisi anil. Gambar 2. Struktur mikro material S5C setelah mengalami proses machining Struktur mikro Menunjukkan bahwa pada daerah tepi dengan daerah yang telah mengalami proses machining, fasa Martensite lebih dominan. Tabel. Hasil pengujian spesiment SS00 dengan menggunakan metode Vickers SS00 KEKERASAN (HV) 11.0 101.0 100.0 101.0 116.0 11.0 109.0 10.0 107.0 111.0 111.0 109.0 107.0 118.0 109.0 10.0 10.0 100.0 10.0 115.0 RATA (HV) 105.8 2 107.8 108.5 106 Gambar. Struktur mikro material S5C setelah mengalami proses pemanasan pada temperature 860 o C selama 15 menit Hasil pemotretan dengan menggunakan mikroskop, menunjukkan Fasa Martensite terlihat dominan dan merata setelah material S5C mengalami proses pemanasan pada pada saat dipakai sebagai alat potong. Pemeriksaan metalografi (mikro) dengan menggunakan optic dibatasi pada pembesaran max 500x, pemeriksaan dilakukan pada setiap specimen, baik untuk material S5C maupun SS00. Seperti terlihat pada gambar-gambar berikut ini. Gambar. Struktur mikro material S5C setelah mengalami proses pemanasan pada pada saat dipakai sebagai alat potong Gambar 1. Struktur mikro material S5C yang tidak mengalami perlakuan panas Fasa Bainite yang kekerasanya mendekati kekerasan Fasa Martensite lebih mendominasi hampir di seluruh bagian specimen, setelah spesimen mengalami proses pemanasan yang

Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 0, No., Oktober 2015 70 lama (sekitar 8 jam) saat digunakan sebagai alat potong kulit sepatu. Struktur mikro material SS00 yang tidak mengalami perlakuan panas menunjukkan bahwa telah terjadi pertumbuhan besar butir ferit, sedangkan ferit dengan karbida perlit halus pada sela-sela butir ferit kasar, sedangkan di bagian tengah material berupa ferritik dan sedikit perlit. Gambar 7. Struktur mikro material SS00 setelah mengalami proses pemanasan pada temperature 860 o C selama 15 menit Gambar 5. Struktur mikro material SS00 sebelum mengalami proses pemanasan Setelah mengalami proses machining terjadi pertumbuhan besar butir feri pada daerah tepi dan karbida perlit pada daerah terluar, sedangkan di bagia tengah material yang terjadi adalah berupa feritik butir dan halus. Gambar 8. Struktur mikro material SS00 setelah mengalami pemanasan pada saat dipakai sebagai alat potong S 5 C (HV) 212.5 201.5 Gambar 6. Struktur mikro material SS00 setelah mengalami proses machining 182. 182.7 Hasil pemeriksaan metallografi menunjukkan struktur mikro di daerah tepi telah terjadi pertumbuhan besar butir ferrit kasar, sedangkan ferit dengan karbida perlit halus terbentuk pada sela-sela ferit kasar. Pada bagian tengah material masih berupa ferritik butir kasar dan halus, setelah material SS00 setelah mengalami proses pemanasan pada temperature 860 o C selama 15 menit. Pada pemeriksaan sample material SS00 yang ke empat menunjukkan hasil yang hampir sama dengan hasil pemeriksaan sebelumnya yaitu pada daerah tepi telah terjadi pertumbuhan besar butir ferit sedangkan ferit halus dengan karbida perlit terjadi di sela-sela butir ferit kasar. Pada bagian tengan material berupa ferritik butir kasar dan perlit (tanda panah pada Gambar 8). Gambar 9. Grafik hubungan antara nilai Kekerasan Vicker s terhadap perlakuanpanas pada contoh material S5C Besar nilai kekerasan yang di peroleh sangat dipengaruhi oleh fasa yang terbentuk dan jumlah fasa. Terlihat pada Gambar terbentuk jumlah fasa sebanyak empat yaitu fasa Martensite sangat keras dan di dominasi oleh fasa Bainite yang hampir sekeras Martensite selain daripada fasa Ferrite dan Pearlite. Sedangkan terbentuknya fasa di pengaruhi oleh perlakuan panas yang di berikan sebelumnya pada bahan atau material, di ketahui bahwa

71 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 0, No., Oktober 2015 sampel material S5C yang tidak mengalami perlakuan panas pada daerah tepi menunjukkan adanya fasa Ferrite-Pearlite pada kondisi anil. Jadi proses perlakuan panas mempengaruhi dan meningkatkan nilai kekerasannya. S 5 C (HBN) SS 00 (HBN) 201.7 191. 10. 102.6 100.8 100.9 Gambar 10. Grafik hubungan antara nilai Kekerasan Brinell terhadap perlakuanpanas pada contoh material S5C Hasil pengujian kekeasan yang dilakukan terhadap material SS 00 menunjukka nilai kekerasan rata-rata material setelah mengalami perlakuan panas, yaitu sebesar 107 HV atau 101.9 HBN. 105.8 SS 00 (HV) 108.5 107.8 106 Gambar 11. Grafik hubungan antara nilai kekerasan Vicker s terhadap perlakuan panas pada contoh material SS 00 Gambar 12. Grafik hubungan antara nilai kekerasan Brinell terhadap perlakuan panas pada contoh material SS 00 Seperti yang ditunjukkan dari Gambar 2 sampai dengan Gambar yang diperoleh pada pengamatan metalografi terhadap material S 5 C dapat dilihat struktur mikro yang terbentuk pada bahan yang diberi perlakuan panas adalah fasa Martensite dan fasa Bainite, sedangkan pada bahan yang tidak diberikan perlakuan panas bentuk fasanya Ferrite bagian yang terang dan fasa Pearlite pada bagian yang gelap. Pada saat mengalami proses machining dengan temperatur yang terlalu besar fasa Martensite baru mulai tampak belum terdistribusi karena masih Terlihat banyak fasa Ferrite dan fasa Pearlite. Selanjutnya fasa Martensite mulai terdistribusi dan penyebarannya merata. Perlakuan panas temperatur pemanasan 860 o C terlihat fasa fasa Ferrite, Pearlite dan Martensite berkurang penyebarannya dan di dominasi oleh fasa Bainite sehingga meningkatkan nilai kekerasannya. Sedangkan hasil pemeriksaan struktur mikro pada material SS 00 yang telah mengalami perlakuan panas tidak terlihat adanya perbedaan struktur mikro yang mencolok antara sample material satu dengan yang lainya. Yang terjadi adalah kondisi struktur mikro pada daerah tepi rata-rata terjadi pertumbuhan besar butir ferit dan ferit dengan karbida perlit halus pada sela-sela butir ferit besar, sedang pada daerah tengah struktur mikro berupa feritik dan sedikit perlit (Gambar 5-8) Kulit hasil pemotongan yang dilakukan sebanyak 1000 kali pemotongan juga menunjukan hasil yang sama bagusnya baik menggunakan

Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 0, No., Oktober 2015 72 material S5C atau SS00, walaupun tingkat kekerasan dari kedua material tersebut berbeda. Kulit hasil pemotongan yang dilakukan sebanyak 1000 kali pemotongan juga menunjukan hasil yang sama bagusnya baik menggunakan material S5C atau SS00, walaupun tingkat kekerasan dari kedua material tersebut berbeda.. KESMPULAN 1) Hasil pengujian kekerasan menggunakan metode Vicker s dan Brinell, untuk material S5C maupun SS00 menunjukkan adanya perubahan kekerasan akibat pengaruh perlakuan panas yang terjadi pada material tersebut. 2) Dengan perlakuan panas yang sama, material S5C lebih keras dibandingkan material SS00. ) Hasil uji metalography untuk material S5C menunjukan fasa fasa Ferrite, Pearlite dan Martensite berkurang penyebarannya dan di dominasi oleh fasa Bainite sehingga meningkatkan nilai kekerasannya setelah mengalami proses pelakuan panas. Namun berbeda dengan material SS00, justru tidak ada perbedaan perubahan struktur mikro yang mencolok antara spesiment material satu dengan yang lainya baik yang mengalamai perlakuan panas hardening maupun perlakuan panas sebagai alat potong. Yang terjadi adalah kondisi struktur mikro pada daerah tepi rata-rata terjadi pertumbuhan besar butir ferit dan ferit dengan karbida perlit halus pada sela-sela butir ferit besar, sedang pada daerah tengah struktur mikro berupa feritik dan sedikit perlit. ) Hasil pemotongan yang dilakukan sebanyak 1000 kali pemotongan terhadap kulit sepatu menunjukan hasil yang sama bagusnya baik menggunakan material S5C atau SS00, sehingga material SS00 bisa dijadikan alternative material pengganti dari material S5C sebagai alat pemotong kulit sebatu dengan jumlah pemotongan 1000 kali pemotongan. Dari data yang didapat dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa nilai kekerasan suatu material tidak terlalu bepengaruh terhadap hasil pemotongan kulit sepatu, sehingga untuk pemotongan kulit sepatu dengan jenis kappa tidak harus menggunakan material S5C yang memiliki tingkat kekerasan tinggi melainkan bisa juga dengan menggunakan material SS00 yang memiliki tingkat kekerasan lebih rendah. Hasil pengujian dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk memilih material SS00 sebagai alat potong kulit sepatu sebagai pengganti dari material S5C, untuk mengurangi beban biaya produksi yang harus dikeluarkan. DAFTAR PUSTAKA [1]. Daryanto, 2010., Proses Pengolahan Besi dan Baja (Ilmu Metalurgi), Cetakan-1, Satu Nusa, Bandung. [2]. Djaprie S., (George E. Dieter)., 1996, Metalurgi Mekanik (Edisi Ke-), Erlangga, Jakarta. []. Khurmi R.S., Gupta J.K., A Textbook Of Machine Design (S.I.Units), First Multicolour Edition. []. Surdia T., Saito S., 1992 Pengetahuan Bahan Teknik, cetakan kedua PT.Pradnya Paramita, Jakarta