Pemahaman Konsep Siswa pada Materi Plantae Di Kelas X SMAN Aceh Besar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembelajaran yang sekarang ini banyak diterapkan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2015 PENGEMBANGAN ASSESMEN KINERJA UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA PADA KONSEP EKOSISTEM

JURNAL PENDIDIKAN SERAMBI ILMU (Wadah Informasi Ilmiah dan Kreativitas Intelektual Pendidikan)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang membangun spirit kewirausahaan. bidang ilmu biologi sering disebut dengan bioentrepreneurship.

NI WAYAN PUTU MEIKAPASA. Fak. Pertanian Univ. Mahasaraswati Mataram.

JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ahmad Mulkani, 2013

Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,

Keterampilan Proses Sains. Makalah disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Dasar-Dasar Pendidikan IPA. oleh Litasari Aldila Aribowo ( )

BAB III PEMBAHASAN. pembelajaran yang semakin luas membawa banyak perubahan dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. keterampilan-keterampilan tertentu yang disebut keterampilan proses. Keterampilan Proses menurut Rustaman dalam Nisa (2011: 13)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

ARTIKEL SKRIPSI. Oleh: ANITA KARLINA NPM:

BAB I PENDAHULUAN. membosankan dapat membuat siswa terdorong untuk belajar dan lebih

PENGEMBANGAN PERANGKAT PRAKTIKUM BERBASIS BIODIVERSITAS LOKAL PADA MATERI JAMUR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN. (KPS) (Ramli, 2011). Selain itu, menurut Rustaman (2003) KPS. proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kurikulum sains dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) menjadi

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS BERORIENTASI PROBLEM-BASED INSTRUCTION

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP

BAB I PENDAHULUAN. tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Kurikulum merupakan

KEMAMPUAN CALON GURU BIOLOGI DALAM MENYUSUN RUBRIK ANALITIS PADA ASESMEN KINERJA PEMBELAJARAN

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X

2016 PERBAND INGAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO D ENGAN MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK D I SMKN 1 SUMED ANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN. sikap mental siswa (Wiyanarti, 2010: 2). Kesadaran sejarah berkaitan dengan upaya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. materi, sarana, serta prasarana belajar. Variabel bebas adalah lembar kerja siswa

MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI SMA NEGERI 1 GRESIK

2015 PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN HIDROLISIS GARAM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING

I. PENDAHULUAN. interaksi antara guru dan siswa (Johnson dan Smith di dalam Lie, 2004: 5).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Masalah pada dasarnya merupakan hal yang sangat sering ditemui dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih

PENERAPAN PEMBELAJARAN METAKOGNITIF PADA MATERI LIMIT FUNGSI TRIGONOMETRI SISWA SMA NEGERI 1 BAITUSSALAM. Mulia Putra 1. Abstrak

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GAMBAR... x. DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penelitian yang terjaring menggunakan seluruh instrumen penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kritis sangat penting dimiliki oleh mahasiswa untuk

ISSN : X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017

BAB I PENDAHULUAN. khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam

Oleh: Kartimi, Ria Yulia Gloria dan Ayani. Abstrak

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep

Seminar Pendidikan Serantau 2011

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menunjukkan bahwa ilmu

2015 PENGEMBANGAN ASESMEN AUTENTIK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi dari mata pelajaran kimia di SMA adalah untuk

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN OTENTIK DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VI SD NEGERI 008 BUMI AYU

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode

I. PENDAHULUAN. dibandingkan secara rutin sebagai mana dilakukan melalui TIMSS (the Trends in

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ayu Eka Putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains merupakan semua keterampilan yang digunakan untuk

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA (Sains) merupakan salah satu konsep yang ditawarkan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN. sekolah menengah diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

KAJIAN MUATAN KPS PADA LKS BIOLOGI SMA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sistem pendidikan nasional merupakan satu kesatuan utuh

BAB I PENDAHULUAN. Penilaian atau asesmen dalam pembelajaran memiliki kedudukan yang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG PERISTIWA BENDA PADAT DALAM AIR MELALUI KEGIATAN PRAKTIKUM

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS KERJA ILMIAH PADA MATAKULIAH MIKROBIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dan pembelajaran merupakan konsep yang saling berkaitan.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai arti yang penting dalam kehidupan. Negara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu

Serambi Akademica, Vol. III, No. 2, November 2015 ISSN :

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan

BAB III METODE PENELITIAN

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN ORAL ACTIVITIES SISWA

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DALAM PEMBELAJARAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS MELALUI PRAKTIKUM SKALA MIKRO

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya manusia yang bermutu. lagi dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia bangsa

I. PENDAHULUAN. Dahar (1986) mengungkapkan bahwa hakekat IPA mencakup dua hal, yaitu IPA

I.PENDAHULUAN. Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk

2015 PENERAPAN MODEL INQUIRY PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

BAB I PENDAHULUAN. menuntut adanya suatu strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF (MPG) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PADA MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat telah

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI KOMPUTER TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA

Transkripsi:

Serambi Akademica, Vol. II, No. 1, Mei 2014 ISSN : 2337 8085 Pemahaman Konsep Siswa pada Materi Plantae Di Kelas X SMAN Aceh Besar Armi Anita Noviyanti Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Email: vfannysa@yahoo.com ABSTRAK Penelitian yang berjudul Pemahaman Konsep Siswa pada Materi Plantae ini dilakukan tentu didasari dengan pentingnya topik tersebut untuk membekali siswa agar mengetahui peranan tumbuh-tumbuhan serta dapat memanfaatkan dan melestarikan tumbuhan di kehidupan sehari-hari. Sejumlah kegiatan seperti, praktikum, diskusi dan pengamatan dilakukan selama pembelajaran biologi bertujuan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengkaji suatu konsep dan melaksanakannya dalam keadaan nyata, sehingga dibutuhkan penilaian kinerja yang dapat menilai kinerja siswa secara langsung. Penilaian kinerja yang dikembangkan mengacu pada indikator keterampilan proses sains (KPS) karena dapat melatih siswa mengembangkan keterampilan intelektual, manual, dan sosial, sehingga diharapkan pemahaman konsep siswa meningkat. Oleh sebab itu penelitian ini bertujuan mengetahui pemahaman siswa pada Konsep Plantae. Penelitian dilaksanakan di kelas X pada 7 SMAN Aceh Besar tahun akademik 2012/2013. Subjek terdiri dari 26 guru biologi dan 177 siswa kelas X dengan One Group Pretest-Postest Design. Instrumen penelitian berupa lembar observasi bagi siswa, dan soal tes pada konsep Plantae. Hasil menunjukkan rata-rata pemahaman siswa dari tes awal 3,01 terjadi peningkatan pada tes akhir yaitu 4,62. Meskipun guru masih jarang menggunakan penilaian kinerja karena sulit mengembangkan rubrik dan membutuhkan waktu yang lama, tetapi selalu memberikan lembar kerja yang mengacu pada proses belajar siswa, dengan demikian hasil observasi menunjukkan pembelajaran berlangsung aktif dan positif. Keywords: Pemahaman Konsep, Materi Kingdom Plantae PENDAHULUAN Belajar konsep merupakan hasil utama pendidikan (Dahar, 1996). Menurut Dahar (1996) konsep-konsep merupakan batu-batu pembangun ( building block) dalam berpikir. Konsep-konsep merupakan dasar bagi proses-proses mental yang tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi. Untuk memecahkan masalah, seorang siswa harus mengetahui aturan-aturan yang relevan, dan aturan ini didasarkan pada konsep-konsep yang diperolehnya. Belajar konsep merupakan belajar tentang bagaimana klasifikasi atau pengelompokkan peristiwa-peristiwa atau objek-objek dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan ciri, karakter atau atribut yang dimiliki sehingga membedakannya dengan yang lain. Pemahaman siswa terhadap suatu konsep akan lebih memudahkan siswa memahami konsep-konsep lainnya serta mengorganisasikan sehingga diharapkan pemahaman dan hasil belajarnya semakin meningkat. Sehubungan dengan hal tersebut maka yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara mengajarkan atau memperkenalkan suatu konsep yang baru kepada siswa? Secara lebih spesifik bagaimana desain pembelajaran yang mestinya dirancang oleh guru untuk memperkenalkan suatu konsep yang baru kepada siswa? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka teori-teori belajar yang menjelaskan bagaimana siswa belajar suatu konsep dan berbagai hasil penelitian dijadikan sebagai rujukan. 23

Armi, dan Anita Noviyanti Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pada mata pelajaran biologi terdapat standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa. Salah satu standar kompetensi yang harus dimiliki siswa adalah memahami manfaat keanekaragaman hayati. Diantara kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa adalah mendeskripsikan ciri-ciri divisio dalam Dunia Tumbuhan dan peranannya bagi kelangsungan hidup di bumi (Depdiknas, 2006). Untuk mencapai kompetensi dasar tersebut siswa dapat belajar memahami konsep Kingdom Plantae melalui berbagai kegiatan pembelajaran dengan penerapan penilaian kinerja yang dapat menilai proses belajar siswa secara langsung. Pada proses pembelajaran dalam setiap kegiatan siswa diberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan dapat menuntun siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang ingin dicapai dalam konsep kingdom Plantae. Hasil observasi dan informasi yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa saat ini hal yang perlu dilaksanakan oleh guru adalah mencari alternatif model, metode atau pendekatan pengajaran yang relevan yang dapat memfasilitasi pemahaman siswa dalam mempelajari suatu konsep tertentu sehingga penguasaan konsep siswa dalam sains semakin meningkat. Pada penelitian ini digunakan salah satu asesmen yaitu asesmen kinerja dalam pembelajaran konsep Plantae. Performance assessment atau penilaian kinerja yang diterapkan dalam proses pembelajaran dapat mendorong siswa untuk menampilkan diri sebaik mungkin untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal. Siswa yang semula pasif, dituntut aktif dalam belajar karena seluruh aktivitas dalam pembelajaran dinilai oleh guru, sehingga secara tidak langsung penerapan penilaian kinerja dalam pembelajaran dapat mendorong keaktifan dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran tersebut (Mulyana, 2005). Menurut Mulyana (2005) penilaian kinerja memberikan kesempatan kepada siswa dalam berbagai tugas dan situasi untuk memperlihatkan kemampuan dan keterampilannya yang berkaitan dengan tugas atau kegiatan yang harus dikerjakan. Penilaian kinerja mengarah pada keterampilan proses siswa yang merangsang kemampuan, baik psikomotor, afektif maupun kognitif. Permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah pemahaman siswa kelas X pada konsep Plantae melalui penerapan penilaian kinerja berbasis keterampilan proses di SMAN Aceh Besar? KAJIAN PUSTAKA Penguasaan Konsep Penguasaan konsep merupakan kemampuan siswa dalam memahami konsep secara ilmiah baik yang berupa teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Dahar, 1996). Konsep yang perlu dikuasai oleh siswa merupakan gambaran mental dari gejala alam yang mempunyai lingkup yang luas mengenai keteraturan kejadian atau objek yang dinyatakan dalam label (Novak dalam Liliasari, 2002). Untuk menguasai suatu konsep seseorang membutuhkan proses belajar, sehingga dengan belajar sejumlah konsep bisa meringankan beban memori karena dapat mengelompokkan peristiwa atau kejadian, objek dan kegiatan sehari-hari (Dahar, 1996). Namun demikian, Munandar (1992) menyatakan bahwa dalam pengajaran sains tidak dapat terlalu ditekankan berlebihan pada konsep sebagai produk tanpa mempertimbangkan proses demikian pula sebaliknya, karena sains merupakan sarana untuk melatih kebiasaan berpikir, melakukan inquiri dalam memahami dan memecahkan suatu permasalahan yang ada di lingkungan. Untuk memahami sejumlah konsep sains dengan lebih menekankan pada aspek proses, Sumaji (1998) mengemukakan agar siswa perlu diberi keterampilan seperti mengamati, menggolongkan, mengukur, berkomunikasi, bereksperimen, dan sebagainya secara bertahap sesuai dengan tingkat kemampuan berpikir anak dan materi pelajaran yang sesuai dengan kurikulum. 24

Serambi Akademica, Vol. II, No. 1, Mei 2014 ISSN : 2337-8085 Pengertian Pemahaman Konsep Pemahaman berasal dari kata paham dalam kamus bahasa Indonesia diartikan menjadi benar. Seseorang dikatakan terhadap sesuatu hal, apabila orang tersebut mengerti benar dan mampu menjelaskannya. Berdasarkan taksonomi Bloom, pemahaman merupakan jenjang kognitif C2 yang dalam bahasa inggris disebut comprehension, istilah ini kemudian mengalami perluasan makna menjadi understanding. Menurut Bloom (dalam Stiggins, 1994:102), comprehension is understand the meaning, paraphrase a concept. Sedangkan menurut Arifin (2005:64) pemahaman adalah suatu kemampuan yang dimiliki siswa untuk mengubah, mengadakan interpretasi dan membuat ekstrapolasi. Dari beberapa pengertian yang disampaikan oleh para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum pemahaman konsep merupakan kemampuan mengkonstruk makna atau konsep berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru kedalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa. Karena penyusun skema adalah konsep, maka pengetahuan konseptual merupakan dasar pemahaman. Menurut Firman ( dalam Dahar, 2003:24-25), seorang siswa dikatakan telah memahami suatu konsep jika memiliki kemampuan menangkap arti dari informasi yang diterima antara lain: 1. Menafsirkan bagan, diagram atau grafik 2. Menerjemahkan suatu pernyataan verbal kedalam formula matematis 3. Memprediksikan berdasarkan kecenderungan tertentu (interpolasi dan ekstrapolasi) 4. Mengungkapkan suatu konsep dengan kata-kata sendiri. Sedangakan menurut Bloom (dalam Stiggins, 2004:103) ada tiga tipe kemampuan pemahaman yaitu: 1) translasi (kemampuan menerjemahkan), 2) interpretasi (kemampuan menafsirkan), 3) ekstrapolasi (kemampuan meramalkan). Performance assessment (Penilaian Kinerja) Performance assessment atau penilaian kinerja merupakan penilaian yang mengharuskan siswa untuk menunjukkan kinerja, bukan menjawab atau memilih jawaban yang tersedia (Zainul, 2001). Menurut Stiggins (1994) performance assessment adalah suatu bentuk tes dimana siswa diminta untuk melakukan aktivitas khusus di bawah pengawasan penguji (guru) yang akan mengobservasi penampilannya dan membuat keputusan tentang kualitas hasil belajar yang ditunjukkannya. Penilaian kinerja memberikan kesempatan kepada siswa dalam berbagai tugas dan situasi untuk memperlihatkan kemampuan dan keterampilannya yang berkaitan dengan tugas atau kegiatan yang harus dikerjakan. Penilaian kinerja mengarah pada keterampilan proses siswa yang merangsang kemampuan, baik psikomotor, afektif maupun kognitif. Manfaat penilaian kinerja yaitu untuk mengidentifikasi bagaimana para siswa menggunakan informasi untuk memperlihatkan kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas dan menghasilkan sesuatu dalam situasi yang menggambarkan kehidupan sebenarnya. Manfaat lainnya adalah bahwa sekali instrument penilaian kinerja dikembangkan, maka instrument tersebut dapat digunakan terus menerus. Ada beberapa target yang akan dicapai melalui penilaian kinerja yaitu sebagai berikut. 1) Knowledge atau pengetahuan siswa, 2) Reasoning yang berarti penalaran atau aplikasi pengetahuan dalam konteks pemecahan masalah, 3) Skill, yaitu kecakapan siswa dalam bertanya, berkomunikasi, karya siswa, berpendapat, penampilan, 4) Product, yaitu kemampuan berbagai macam kreasi karya cipta, 5) Affect yaitu menggambarkan tentang tingkah laku, minat, nilai, motivasi, dan konsep diri (Stiggins, 1994). Di bawah ini ditampilkan contoh penilaian kinerja yan berorientasi dengan keterampilan proses sains. Jenis-jenis Keterampilan Proses Keterampilan proses terdiri atas sejumlah keterampilan yang satu sama lain sebenarnya tak dapat dipisahkan, namun ada penekanan khusus dan karakteristik dalam masing-masing 25

Armi, dan Anita Noviyanti keterampilan proses tersebut. Keterampilan proses harus dilaksanakan secara utuh dari setiap aspek yang saling terkait dan seluruhnya merupakan satu kesatuan. Jenis jenis ketrampilan proses adalah mengamati (observasi), mengklassifikasikan, manfsirkan, meramalkan, melakukan komunikasi, mengajukan pertanyaan, mengajukan hipotesis, merencanakan percobaan, menggunakan alat/bahan/sumber, menerapkan kosnsep, dan melakukan percobaan/penyelidikan. Tinjauan Materi Plantae dalam Kurikulum KTSP Konsep yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Kingdom Plantae atau dunia tumbuh-tumbuhan. Apa sajakah yang termasuk anggota dunia tumbuhan, bagaimana ciricirinya, bagaimana cara perkembangbiakannya, dan apa saja manfaatnya bagi kehidupan? Semua pertanyaan itu akan dijawab dalam kingdom plantae (Pujianto, 2008). METODE PENELITIAN Tempat dan Subyek Penelitian Penelitian dilaksanakan pada 7 SMAN Kabupaten Aceh Besar di Provinsi Aceh. Subyek penelitian adalah guru yang mengajar Biologi pada 7 SMAN dengan jumlah 26 orang. Sedangkan subyek siswa dipilih siswa kelas X dikarenakan materi Kingdom Plantae diajarkan di Kelas X. Masing-masing sekolah dipilih satu kelas, sehingga total subyek siswa adalah 177. Jumlah subyek siswa dan guru ditampilkan dalam Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Siswa dan Guru yang Menjadi Sampel Penelitian Nama Sekolah Jumlah Guru Jumlah Siswa SMAN 1 Darul Imarah 4 30 SMAN 1 Ingin Jaya 4 26 SMAN 1 Sibreh 3 21 SMAN 1 Indrapuri 3 24 SMAN 1 Krung Barona Jaya 5 29 SMAN 1 Baitussalam 4 25 SMAN 1Mesjid Raya 3 22 Jumlah 26 177 Sumber: Data Guru dan Siswa di 7 SMAN Aceh Besar Tahun 2013 Instrumen Penelitian a. Soal Tes: Soal disusun sebanyak 30 butir pertanyaan pada konsep kingdom plantae dengan lima opsion jawaban disertai alasan. b. Lembar Penilaian Kinerja dan lembar Kerja Siswa (LKS) disusun oleh guru dan peneliti dengan menggunakan indikator keterampilan proses sains. HASIL PENELITIAN Hasil tes yang telah dilakukan ditemukan rata-rata pemahaman konsep siswa dari tes awal terjadi peningkatan pada tes akhir. Hasil tersebut ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3. Rata-rata Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa pada Materi Plantae NO SUB KONSEP PLANTAE RATA-RATA TES AWAL 1 Ciri-ciri Tumbuhan 2,3 4,73 2 Divisi Lumut 2,5 3,09 3 Divisi Paku 3,34 5,23 4 Divisi Berbiji 4,72 7,63 5 Peranan Tumbuhan 2,2 2,44 Jumlah 3,01 4,62 RATA-RATA TES AKHIR 26

Serambi Akademica, Vol. II, No. 1, Mei 2014 ISSN : 2337-8085 Pada tabel di atas terlihat peningkatan pemahaman konsep siswa pada materi Plantae dari tes awal 3,01 meningkat menjadi 4,62 pada tes akhir. Untuk lebih jelasnya peningkatan tersebut di tampilkan dalam Gambar 1. Gambar 1. Rata-rata Pemahaman Konsep Siswa Meskipun peningkatan yang terjadi rata-rata menunjukkan angka yang tidak terlalu tinggi. Akan tetapi hasil penghitungan yang telah dilakukan pada konsep plantae yang berhubungan dengan berpikir kritis bahwa kelompok atas meningkat signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis dibanding kelompok rendah pada taraf α = 0,05 yaitu T hit 2,6 > T tab t 0.95(109) 1,67. Penghitungan terhadap aktivitas siswa saat pembelajaran di tampilkan dalam Tabel 5. Tabel5. Rata-Rata Pengamatan Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran Menggunakan Penilaian Kinerja Aspek yang di Aktivitas Siswa Nilai Pertemuan Rata nilai I II III IV -rata Kelengkapan 1. Membawa jenis tumbuhan 84 90,6 100 100 93,7 bahan praktikum yang ditugaskan (lumut, paku dan berbiji) Keaktifan siswa 1. Fokus mengamati objek 100 100 100 100 100 2. Mengidentifikasi persamaan 100 100 100 100 100 dan perbedaan objek 3. Membandingkan ciri-ciri 100 100 100 100 100 objek 4. Memberikan pendapat dan 69,3 78,6 85,3 100 83,3 bertanya 5. Menggunakan bahan sesuai 98,6 100 100 100 99,7 kebutuhan praktikum 6. Menggunakan alat 90,6 100 100 0 96,8 praktikum dengan benar Kemampuan menginter 1. Menghubungkan hasil dengan contoh-contoh lain 61,3 68 94,6 100 80,9 8 Pretasi yang relevan 2. Membuat kesimpulan hasil 100 100 100 100 100 Kemampuan siswa memanfaat kan waktu pengamatan 1. Menyelesaikan tugas tepat waktu 2. Membersihkan alat-alat praktikum dan meletakkan ke tempat penyimpanan 100 100 94,6 100 98,7 100 100 100 0 100 27

Armi, dan Anita Noviyanti Pembahasan Pemahaman konsep siswa pada konsep kingdom plantae. Setelah dilakukan penghitungan ditemukan rata-rata pencapaian konsep siswa yaitu untuk sub materi ciri-ciri tumbuhan dan dasar klasifikasi rata-rata 4.73. Sub materi ciri-ciri lumut dan klasifikasinya 3.09, ciri-ciri paku dan klasifikasinya 5.23, ciri-ciri tumbuhan biji dan klasifikasinya 7.63, sedangkan sub materi peranan tumbuhan 2.44. Dari lima sub materi yang dipelajari dalam konsep plantae rata-rata tertinggi dicapai pada sub materi ciri-ciri tumbuhan biji dan klasifikasinya. Pemahaman siswa yang paling baik terdapat pada sub materi tumbuhan biji, selanjutnya sub materi tumbuhan paku. Hal ini dapat dimungkinkan karena minat belajar siswa terhadap materi tumbuhan biji dan paku lebih tinggi dibanding dengan sub materi yang lain, karena pada saat pembelajaran, siswa langsung dihadapkan dengan objek tumbuh-tumbuhan. Selain itu pada saat pembelajaran materi tumbuhan biji, siswa lebih banyak melakukan kegiatan-kegiatan pengamatan langsung, kemudian mengelompokkan, membandingkan biji terbuka dan biji tertutup, dikotil dan monokotil selanjutnya melakukan diskusi dan melaporkan hasil. Menurut peneliti ingatan siswa lebih baik pada materi ini disebabkan kegiatan-kegiatan belajar yang dilakukan. Hal lain dimugkinkan karena frekwensi soal untuk tumbuhan biji lebih banyak dibanding sub materi yang lain. Dalam penelitian ini meski berbagai kegiatan telah dilakukan namun masih banyak terdapat kekurangan terutama dari pihak guru. Dalam penelitian terlihat guru masih lemah dalam menyampaikan konsep-konsep tentang lumut, paku, dan tumbuhan berbiji. Waktu yang tersedia juga sangat terbatas. Berkaitan dengan penerapan asesmen kinerja masih banyak terdapat kendala, karena guru belum begitu memahami dalam penyusunan apalagi yang berkaitan dengan keterampilan proses. Hasil observasi kegiatan siswa dalam pembelajaran mencapai nilai yang maksimal yaitu rata-rata 100. Meskipun ada beberapa kegiatan yang belum mencapai nilai maksimal, akan tetapi pembelajaran terlihat berlangsung baik dan siswa aktif melaksanakan tugas-tugas yang diberikan. Berkaitan dengan penilaian kinerja Wulan (2008) mengatakan penilaian kinerja dapat menilai proses dan produk pembelajaran. Pada pembelajaran biologi penilaian kinerja lebih menekankan proses apabila dibandingkan dengan hasil. Penilaian proses secara langsung tentu lebih baik karena dapat memantau kemampuan siswa secara otentik. Namun seringkali penilaian proses secara langsung tersebut tidak dimungkinkan karena pengerjaan tugas siswa memerlukan waktu lama sehingga siswa harus mengerjakannya di luar jam pelajaran sekolah. Untuk mengatasi hal tersebut, penilaian terhadap proses dan usaha siswa dapat dilakukan terhadap produk. Misalnya untuk menilai kemampuan siswa membuat herbarium, maka guru biologi dapat melihat hasil/ produk herbarium siswa. Melalui produk tersebut dapat dilihat kemampuan siswa dalam melakukan tahapan pembuatan herbarium dan usahanya. Usaha dan kemajuan belajar mendapatkan penghargaan dalam penilaian kinerja. Hal tersebut menyebabkan penilaian kinerja memiliki keunggulan untuk pembelajaran biologi apabila dibandingkan dengan tes tradisional yang berorientasi pada pencapaian hasil belajar. Penelitian Iskandar (1998) tentang penerapan penilaian kinerja dalam kegiatan laboratorium pada konsep reproduksi tumbuhan biji di madrasah Aliyah, melaporkan bahwa dalam menerapkan penilaian kinerja guru masih mengalami hambatan berupa kesulitan dalam menilai kinerja siswa dengan banyaknya tugas yang harus dilakukan oleh siswa. Selain itu jumlah siswa yang banyak menyebabkan guru merasa kesulitan untuk mengamati aktivitas siswa satu persatu. Berhubungan dengan berpikir kritis pada pembelajaran plantae dengan menerapkan asesmen kinerja yang berorintasi pada keterampilan proses sains yang telah dilakukan memberikan pengaruh yang baik serta mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Walaupun belum semua sekolah penelitian menggunakan asesmen kinerja dengan berbasis keterampilan proses, tetapi kemampuan awal siswa terbukti meningkat setelah pembelajaran 28

Serambi Akademica, Vol. II, No. 1, Mei 2014 ISSN : 2337-8085 konsep plantae. Peningkatan tersebut dapat mencapai nilai tes awal dengan rata-rata 33,7 terjadi peningkatan pada nilai tes akhir 72.3. Meskipun rata-rata N-Gain menunjukkan nilai -0.72 yaitu berada pada kategori rendah. PENUTUP Pertama, pembelajaran Plantae dengan menerapkan penilaian kinerja dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Kedua, observasi siswa dalam pembelajaran plantae berlangsung positif dan siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Ketiga, pada umumnya guru masih jarang menggunakan penilaian kinerja, tetapi telah menggunakan LK siswa yang mengacu pada keterampilan proses. Daftar Pustaka Agustina, W.T. (2004). Pembelajaran Bioteknologi Bermuatan Nilai Sains Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Berpikir Kritis, dan Sikap Ilmiah Siswa SMP. Tesis. UPI. Tidak diterbitkan. Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar, Jakarta: Erlangga. Departemen Pendidikan Nasional (BS NP). Kurikulum KTSP 2006 SMA Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan penilaian Mata Pelajaran Biologi. Jakarta: Departemen pendidikan Nasional. Dimyati, Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Kurniati, T. (2001). Pembelajaran Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Tesis PPs UPI. Bandung: Tidak diterbitkan. Liliasari. (1999). Pengembangan Model Pembelajaran Berdasarkan Konstruktivisme untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Makalah: Pusat Studi Komputer Sains IKIP Bandung: Tidak diterbitkan Iskandar. (1996). Penerapan Penilaian Kinerja dalam Kegiatan Laboratorium pada Konsep Reproduksi Tumbuhan Biji di Madrasah Aliyah. Tesis. UPI. Tidak diterbitkan. Munandar, A. (1992). Dasar-dasar Pendidikan MIPA. IKIP Bandung. Diktat Kuliah. Mulyana, E.H. (2005). Asesmen Dalam Pembelajaran Sains SD. www.goecities.com/ parthens/ 8658. Pujianto, S. (2008). Pembelajaran Biologi Kelas X, Platinum, Pustaka Mandiri Solo : PT Tiga Serangkai. Stiggins, R.J. (1994). Student Centered Classroom Assessment. New Yor: Macmillan College Publishing Company. Wulan, A. R. (2008). Penilaian kinerja dan Portofolio pada Pembelajaran Biologi. Artikel ilmiah. FPMIPA-UPI. 29