TINJAUAN KERUSAKAN JALAN PROVINSI PADA RUAS NANGA PINOH SOKAN KABUPATEN MELAWI

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI PENANGANAN JALAN BERDASARKAN TINGKAT KERUSAKAN PERKERASAN JALAN (STUDI KASUS: JALAN KUALA DUA KABUPATEN KUBU RAYA)

1. PENDAHULUAN. Jalan memiliki syarat umum yaitu dari segi konstruksi harus kuat, awet dan kedap. Supardi 1)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

JENIS KERUSAKAN JALAN PADA PERKERASAN LENTUR LOKASI CIRI CIRI PENYEBAB AKIBAT CARA PENANGANAN

Perancangan Detail Peningkatan Ruas Jalan Cihampelas Kota Bandung Provinsi Jawa Barat BAB I PENDAHULUAN

Berdasarkan bahan pengikatnya konstmksi perkerasanjalan dapat dibedakan atas:

PENILAIAN KONDISI PERKERASAN PADA JALAN S.M. AMIN KOTA PEKANBARU DENGAN PERBANDINGAN METODE BINA MARGA DAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (PCI)

TEKNIKA VOL.3 NO.2 OKTOBER_2016

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN UMUM PERSYARATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang,

STUDI PENANGANAN JALAN RUAS BUNDER LEGUNDI AKIBAT PEKEMBANGAN LALU - LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan unsur penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. digunakan sebagai acuan dalam usaha pemeliharaan. Nilai Pavement Condition Index

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jalan raya merupakan prasaranan perhubungan untuk melewatkan lalu lintas

Djoko Sulistiono, Amalia FM, Yuyun Tajunnisa Laboratorium Uji Material Program Diploma Teknik Sipil FTSP ITS ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Peningkatan Ruas Jalan Ketapang Pasir Padi (KM PKP s/d KM PKP ) Di Kota Pangkalpinang Provinsi Kep.

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Margareth Evelyn Bolla *)

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas maupun sebagai tolak ukur tingkat keberhasilan seseorang dalam

D4 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. Setelah dilakukan analisis data dan pembahasa, maka dapat diambil kesimpulan sebagi berikut :

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Survei Kondisi Jalan

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tabel Tingkat Kerusakan Struktur Perkerasan Lentur

SISTEM DRAINASE PERMUKAAN

DENY MIFTAKUL A. J NIM. I

SPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Jalan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini perkembangan dan pertumbuhan penduduk sangat pesat.

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

BAB 1 PENDAHULUAN. ini pemerintah DKI Jakarta mencoba mengeluarkan salah satu solusi yaitu

PENDAHULUAN. Manfaat ditingkatkan/dibangunnya jalan desa untuk masyarakat pedesaan antara lain sebagai berikut ini.

BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memiliki peranan yang

Kata kunci: HRS-Base, Pengendalian Mutu, Benda Uji, Uji Marshall, Uji Ekstraksi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas utama pemerintah pada saat ini. Meningkatnya prasarana

BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saluran drainase adalah salah satu bangunan pelengkap pada ruas jalan

EVALUASI KINERJA JALAN PAJANG PARANGTEJO KABUPATEN SUKOHARJO TESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

ANALISA KONDISI KERUSAKAN JALAN RAYA PADA LAPISAN PERMUKAAN

BAB IV METODE PENELITIAN

ABSTRAK. Kata Kunci: Kerusakan Jalan, bangunan pelengkap, fasilitas pendukung.


BAB I PENDAHULUAN. Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal.

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Studi Pustaka. Metode Penelitian. Persiapan. Pengambilan Data

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DINAS BINA MARGA KESIAPAN MENGHADAPI HARI RAYA IDUL FITRI 1435 H/2014 M

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISA KONDISI KERUSAKAN JALAN PADA LAPIS PERMUKAAN JALAN MENGGUNAKAN METODE PCI (Studi Kasus : Ruas Jalan Blora Cepu ) 1 ABSTRAK

BAB IV METODE PENELITIAN

EVALUASI KONDISI JALAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF KINERJA FUNGSIONAL DAN STRUKTURAL (Studi Kasus Jalan Jayawijaya Surakarta)

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. LAPISAN PERKERASAN LENTUR

BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan volume lalu lintas jalan khususnya di Kota Yogyakarta terus

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama dalam menggerakkan roda

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN EKSPERIMENTAL CAMPURAN HRS-WC DENGAN ASPAL MINYAK DAN PENAMBAHAN ADITIF LATEKS SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadi. Aktifitas masyarakat seiring dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tahap-tahap penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 4.1.

BAB II KONSEP DASAR STABILISASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI KONDISI KERUSAKAN JALAN PADA LAPIS PERMUKAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA (STUDI KASUS RUAS JALAN HARAPAN JAYA) KOTA PONTIANAK

PENGARUH PENAMBAHAN FILLER SEMEN DAN LAMA RENDAMAN BANJIR TERHADAP KARAKTERISTIK CAMPURAN SMA

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

PENENTUAN KONDISI PERKERASAN JALAN ABSTRAK

Dalam usaha penanganan jaringan jalan diperlukan suatu sistem evaluasi yang

ANALISIS KINERJA JALAN TANJUNG ANOM DALEMAN KABUPATEN SUKOHARJO TESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tergantung volume lalu lintas.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR AKIBAT MENINGKATNYA BEBAN LALU LINTAS PADA JALAN SINGKAWANG-SAGATANI KECAMATAN SINGKAWANG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Konsep penelitian ini adalah untuk mendapatkan tebal lapis perkerasan dengan

Transkripsi:

TINJAUAN KERUSAKAN JALAN PROVINSI PADA RUAS NANGA PINOH SOKAN KABUPATEN MELAWI Abstrak Elsa Tri Mukti 1) Jaringan jalan dapat meningkatkan tingkat efektifitas dan efisiensi produksi serta kualitas interaksi sosial masyarakat, yang pada gilirannya menentukan daya saing daerah secara keseluruhan. Total panjang jalan nasional dan propinsi yang berada di Kalimantan Barat adalah 3.093,25 km, dari total panjang tersebut untuk jalan nasional sebanyak 14,47% mengalami rusak sampai rusak berat, sedangkan untuk jalan propinsi sebanyak 37,49% yang mengalami kerusakan. Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk memperoleh deskripsi mengenai kondisi kerusakan jalan khususnya jalan propinsi pada ruas Nanga Pinoh Sokan Kabupaten Melawi dan untuk mengidentifikasi penyebab kerusakan dan alternatif solusi penanganannya sehingga diperoleh rencana penanganan yang tepat guna dan efisien. Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan pada ruas jalan Nanga Pinoh Sayan Kota Baru Sokan pada dasarnya dapat dibagi dalam 5 (empat) akumulasi jenis kerusakan utama yaitu : Kerusakan Lepas (tipe I), Kerusakan Lepas dan Lubang (tipe II), Kerusakan Retak, Lepas dan Lubang (tipe III), Kerusakan Retak dan Lepas (tipe IV), Kerusakan Gelombang, Lepas dan Lobang (tipe V). Penanganan kerusakan jalan ini dapat dilakukan dengan baik bila memperhatikan tipe dari kerusakan yang ada sedemikian sehingga daya dukung jalan yang diinginkan dapat diperoleh dengan baik. Selain itu hasil evaluasi dilapangan terlihat bawah faktor pendukung penyebab kerusakan adalah muatan berlebih dari kendaraan khususnya perkebunan (sawit), kurangnya penyediaan sistem drainase yang memadai dan lemahnya perhatian dari pemerintah untuk melakukan perbaikan baik dalam pemeliharaan rutin maupun pemeliharaan berkala yang sistematik dan berkesinambungan dalam rangka memperpanjang umur layan dari jaringan jalan yang ada. Kata-kata kunci: kerusakan jalan, penanganan 1. PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi yang dilaksanakan pada masa sebelumnya telah menghasilkan kemajuan berarti di berbagai sektor ekonomi. Namun harus diakui pula bahwa masih banyak permasalahan yang harus dibenahi. Secara umum, permasalahan pembangunan daerah Kalimantan Barat dirasakan masih cukup berat, terutama dalam kaitannya dengan penurunan kemiskinan dan pengangguran, peningkatan kesejahteraan dan perbaikan kualitas hidup manusia, pengembangan ekonomi kerakyatan, penyediaan prasarana infrastruktur sosial ekonomi, dan perbaikan di sektor riil. Efek berantai dari krisis ekonomi tahun 1997 telah berimbas pada pencapaian perekonomian daerah, dan akibatnya pertumbuhan ekonomi periode 1998-2003 menjadi stagnan, dan hanya tumbuh rata-rata 1,30% per tahun. Pelajaran 1) Staf pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura 125

JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 9 NOMOR 1 JUNI 2009 Tabel 1 Kondisi permukaan jalan: status jalan nasional dan propinsi di propinsi Kalimantan Barat No Status jalan Panjang jalan Kondisi permukaan Baik Sedang Rusak Rusak berat 1 Nasional (km) 1.575,32 665,24 462,47 359,76 87,85 (%) 50,93 21,51 14,95 11,63 2,84 2 Propinsi (km) 1.517,93 380,73 425,16 416,47 295,57 (%) 49,07 12,31 13,74 13,46 9,56 (km) 3.093,25 1.045,97 887,63 776,23 383,42 TOTAL (%) 100,00 33,82 28,69 25,09 12,40 Sumber : Dinas PU Propinsi Kalimantan Barat, Bidang Bina Marga, Juli 2005 berharga dibalik dampak krisis tersebut mengharuskan pemerintah daerah untuk memperluas berbagai langkah strategis dan kebijakan melalui penataan kembali instrumen perekonomian daerah untuk mendorong aktivitas sektor riil dan investasi. Sampai akhir tahun 2003, proses stabilisasi dan pemulihan ekonomi daerah dirasakan masih berjalan lambat. Perkembangan selama tahun 2004 telah menampakkan tanda-tanda perbaikan dan kembali bergairahnya kegiatan sektor riil. Meskipun demikian, permasalahan dan tantangan pembangunan daerah empat tahun mendatang akan menentukan agenda, sasaran serta program pembangunan yang akan dilaksanakan. Jaringan jalan dapat meningkatkan tingkat efektifitas dan efisiensi produksi serta kualitas interaksi sosial masyarakat, yang pada gilirannya menentukan daya saing daerah secara keseluruhan. Total panjang jalan nasional dan propinsi yang berada di Kalimantan Barat adalah 3.093,25 Km, sedangkan untuk kondisi permukaan jalannya dapat dilihat pada Tabel 1. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa secara keseluruhan hanya 33,81% dari total panjang jalan nasional dan propinsi yang berada dalam kondisi permukaan jalan yang baik. Sedangkan sisanya yaitu 66,19% dalam kondisi sedang sampai rusak berat. 126

Tinjauan Kerusakan Jalan Provinsi pada Ruas Nanga Pinoh Sokan Kabupaten Melawi (Elsa Tri Mukti) Dana yang terbatas dan jenis penanganan yang tidak tepat, tentunya akan semakin memperparah kondisi ruas jalan yang bersangkutan. Dirasa perlu untuk mencari penyebab-penyebab kerusakan struktur jalan yang ada, untuk kemudian direkomendasikan penanggulangannya. Hal ini perlu agar dana yang ada tidak salah sasaran dan mubazir. Tujuan penelitian ini adalah 1. Memperoleh deskripsi mengenai kondisi kerusakan jalan khususnya jalan propinsi pada ruas Nanga Pinoh Sokan Kabupaten Melawi 2. Mengidentifikasi penyebab kerusakan dan alternatif solusi penanganannya sehingga diperoleh rencana penanganan yang tepat guna dan efisien. 2. SURVEY DAN PAPARAN DATA HASIL SURVEY 2.1 Inventarisasi Potongan Melintang Jalan dan Saluran Samping Survey pertama yang dilakukan pada tingkat jaringan jalan adalah survey potongan melintang pada jalan. Survey dilakukan tiap stasiun, tiap stasiun berjarak 200 m. Data yang dikumpulkan tiap stasiun adalah sebagai berikut : a. Lebar jalan b. Lebar bahu jalan c. Ukuran saluran samping d. Daerah samping. 2.2 Survey Kondisi Jalan 2.2.1 Prosedur Pengujian Sebelum memulai survey, para petugas survey sudah mengenali dengan baik item-item yang termasuk dalam survey yang dijelaskan dibawah ini agar itemitem tersebut dapat dikenali dengan mudah dan cepat. Survey dilakukan sepanjang ruas jalan dengan mengamati kondisi jalan tiap stasiun. Jarak tiap stasiun 200 m. 2.2.2 Deskripsi Kondisi Jalan Pada bagian ini akan dijelaskan tentang ragam kondisi jalan mulai dari jenis permukaan, bahu jalan, saluran samping sampai ke trotoar yang akan diamati selama survey. a. Jenis Lapis Permukaan Lataston (HRS) Lapisan Penetrasi Macadam (Lapen) Latasir (HRSS) Pelaburan b. Jenis kerusakan Retak-retak Gelombang Amblas Lobang-lobang Lepas-lepas Belahan Alur-alur Tambalan c. Kondisi bahu jalan Berfungsi Kurang berfungsi Tidak berfungsi 127

JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 9 NOMOR 1 JUNI 2009 Terurus Kurang terurus Tidak terurus d. Kondisi saluran samping Berfungsi Kurang berfungsi Tidak berfungsi Terurus Kurang terurus Tidak terurus 2.3 Paparan Data Hasil Survey Secara umum jalan ini memiliki lebar yang sama yaitu 4,50 meter dengan lebar bahu rata-rata baik di kiri maupun kanan kurang lebih memilki lebar 1,0 meter yang merupakan bahu tanah dengan kondisi kurang terurus. Untuk drainase secara umum tidak memiliki drainase yang memadai dan hanya sebagian kecil saja yang masih berfungsi dan memiliki fisik yang memadai. Drainase yang ada merupakan drainase tanah berbentuk trapesium dengan ukuran lebar bawah antara 25 cm 60 cm, lebar atas antara 50 75 cm dan kedalaman saluran antara 30 40 cm. Struktur perkerasan jalan eksisting secara umum sama yaitu lapis permukaan HRS (Hot Rolled Sheet), LPA-nya berupa lapisan soil cement dan LPB-nya berupa fondasi Telpord. Gambar 1 Kondisi Ruas Jalan Nanga Pinoh 128

Tinjauan Kerusakan Jalan Provinsi pada Ruas Nanga Pinoh Sokan Kabupaten Melawi (Elsa Tri Mukti) Gambar 2 Kondisi Jalan Nanga Pinoh Sayan Untuk segmen jalan Nanga Pinoh kondisi jalan secara umum sedang sampai rusak dengan kerusakan utama adalah lepas dan lobang disamping kerusakan permukaan seperti retak dan terdapat bekas perbaikan permukaan setempat. Kondisi kerusakan jalan untuk masing masing segmen dapat dilihat pada Gambar 1 s.d. Gambar 4. Selanjutnya untuk segmen Na. Pinoh Sayan kondisi jalan secara umum sedang sampai rusak dengan kerusakan utama adalah lepas, lobang dan gelombang disamping kerusakan permukaan seperti retak dan terdapat bekas perbaikan permukaan setempat. Untuk segmen Na. Sayan Kota Baru kondisi jalan secara umum sedang sampai rusak parah dengan kerusakan utama adalah lepas, lobang dan gelombang di samping kerusakan permukaan seperti retak dan terdapat bekas perbaikan permukaan setempat. Bahkan pada beberapa segmen terdapat bagian jalan yang tidak dapat dilewati terutama pada musim hujan karena lubag yang terjadi cukup parah dan bila hujan menjadi tergenang. 129

JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 9 NOMOR 1 JUNI 2009 Gambar 3 Kondisi Jalan Nanga Sayan Kota Baru Sedangkan untuk segmen terakhir yaitu ruas Kota Baru Nanga Sokan kondisi jalan secara umum sedang sampai rusak dengan kerusakan utama adalah lepas, lobang dan gelombang disamping kerusakan permukaan seperti retak dan terdapat bekas perbaikan permukaan setempat. 3. ANALISIS DATA 3.1 Analisis Umur Jalan dan Penanganan Umur rencana jalan adalah jumlah tahun dari saat jalan tersebut dibuka untuk lalu lintas kendaraan sampai diperlukan suatu perbaikan yang bersifat struktural (sampai diperlukan overlay lapisan perkerasan). Selama umur rencana tersebut pemeliharaan perkerasan jalan tetap harus dilakukan, seperti pelapisan non-struktural yang berfungsi sebagai lapis aus. Umur rencana untuk perkerasan lentur jalan baru umumnya diambil 20 tahun dan untuk peningkatan jalan diambil 10 tahun. Jalan propinsi ruas Nanga Pinoh dibangun pada tahun 1990-an, dan dari kondisi jalan yang tampak terlihat bahwa telah dilakukan peningkatan untuk ruas jalan tersebut pada beberapa segmen dalam tahun anggaran 2006. Namun demikian juga terlihat bahwa jalan yang 130

Tinjauan Kerusakan Jalan Provinsi pada Ruas Nanga Pinoh Sokan Kabupaten Melawi (Elsa Tri Mukti) Gambar 4 Kondisi Jalan Kota Baru Na. Sokan sudah dilakukan peningkatan tersebut saat ini di beberapa titik sudah mengalami kerusakkan kembali. 3.2 Analisis Kerusakan Ruas Nanga Pinoh Sayan Kota Baru Sokan pada dasarnya dapat dibagi dalam 5 (lima) akumulasi jenis kerusakan utama yaitu : a) Kerusakan Lepas (tipe I) b) Kerusakan Lepas dan Lubang (tipe II) c) Kerusakan Retak, Lepas dan Lubang (tipe III) d) Kerusakan Retak dan Lepas (tipe IV) e) Kerusakan Gelombang, Lepas dan Lobang (tipe V) Adapun segmen jalan yang terkena masing masing akumulasi kerusakan tersebut alan ditangani dengan cara yang bebeda pula. Secara umum, kerusakan yang terjadi dikarena beberapa sebab utama yaitu : a) Jeleknya campuran pada saat pelaksanaan pekerjaan b) Buruknya metode pelaksanaan pekerjaan lapangan 131

JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 9 NOMOR 1 JUNI 2009 c) Muatan kendaraan yang berlebih d) Kurangnya sistem drainase yang memadai 3.2.1 Analisis Kerusakan Lepas (Tipe I) Lepas-lepas dapat terjadi secara meluas disebabkan hal sebagai berikut: a) Campuran material lapis permukaan jelek, seperti : Kadar aspal rendah, sehingga film aspal tipis dan mudah lepas. Agregat kotor sehingga ikatan aspal dan agregat tidak baik. Temperatur campuran tidak memenuhi persyaratan. b) Lapisan permukaan tipis sehingga air banyak meresap dan mengumpul dalam lapisan perkerasan. c) Sistem drainase jelek, sehingga air banyak meresap dan mengumpul dalam lapisan perkerasan. d) Retak-retak yang terjadi tidak segera ditangani sehingga air meresap masuk dan mengakibatkan terjadinya lubang-lubang kecil. e) kurangnya ikatan antara lapis permukaan dan lapis dibawahnya, f) atau terlalu tipisnya lapis permukaan. 3.2.2 Analisis Kerusakan Lepas dan Lubang (Tipe II) Secara keseluruhan kedua jenis kerusakan ini memiliki sebab yang sama, hanya saja biasanya lubang terjadi bilamana kerusakan lepas dibiarkan dan tidak diantisipasi dengan baik. Adapun penyebab kerusakan tipe ini adalah : a) Campuran material lapis permukaan jelek, seperti : Kadar aspal rendah, sehingga film aspal tipis dan mudah lepas. - Agregat kotor sehingga ikatan aspal dan agregat tidak baik. - Temperatur campuran tidak memenuhi persyaratan. b) Lapisan permukaan tipis sehingga air banyak meresap dan mengumpul dalam lapisan perkerasan. c) Sistem drainase jelek, sehingga air banyak meresap dan mengumpul dalam lapisan perkerasan. d) Retak-retak yang terjadi tidak segera ditangani sehingga air meresap masuk dan mengakibatkan terjadinya lubang-lubang kecil. e) kurangnya ikatan antara lapis permukaan dan lapis dibawahnya, f) atau terlalu tipisnya lapis permukaan. 3.2.3 Analisis Kerusakan Retak, Lepas dan Lubang (Tipe III) Pada kerusakan tipe ini, selain lepas dan lubang, faktor kerusakan yang terlihat meluas adalah terjadinya retak retak di sepanjang segmen jalan. Adapun penyebab kerusakan retak tersebut adalah : 132

Tinjauan Kerusakan Jalan Provinsi pada Ruas Nanga Pinoh Sokan Kabupaten Melawi (Elsa Tri Mukti) a) Bahan perkerasan yang kurang baik, tanah dasar atau bagian perkerasan dibawah lapisan permukaan kurang stabil. b) Tidak baiknya sokongan dari arah samping drainase yang kurang baik. c) Kondisi drainase dibawah bahu jalan lebih buruk daripada dibawah perkerasan jalan, atau akibat lintasan kendaraan berat dibahu jalan. d) Perubahan volume pada lapisan pondasi dan tanah dasar. e) Kurang baiknya ikatan antara lapis permukaan dan lapis dibawahnya, kurang baiknya ikatan dapat disebabkan oleh adanya debu, minyak air, atau beton non adhesif lainnya. 3.2.4 Analisis Kerusakan Retak dan Lepas (Tipe IV) Pada kerusakan tipe ini, selain lepas dan lubang, faktor kerusakan yang terlihat meluas adalah terjadinya retak retak di sepanjang segmen jalan. Adapun penyebab kerusakan retak tersebut adalah : a) Bahan perkerasan yang kurang baik, tanah dasar atau bagian perkerasan dibawah lapisan permukaan kurang stabil. b) Tidak baiknya sokongan dari arah samping drainase yang kurang baik. c) Kondisi drainase dibawah bahu jalan lebih buruk daripada dibawah perkerasan jalan, atau akibat lintasan kendaraan berat dibahu jalan. d) Perubahan volume pada lapisan pondasi dan tanah dasar. e) Kurang baiknya ikatan antara lapis permukaan dan lapis dibawahnya, kurang baiknya ikatan dapat disebabkan oleh adanya debu, minyak air, atau beton non adhesif lainnya. 3.2.5 Analisis Kerusakan Gelombang, Lepas dan Lubang serta Alur atau Amblas (Tipe V) Secara keseluruhan kedua jenis kerusakan ini memiliki sebab yang sama, hanya saja biasanya lubang terjadi bilamana kerusakan lepas dibiarkan dan tidak diantisipasi dengan baik. Adapun penyebab kerusakan tipe ini adalah : a) Campuran material lapis permukaan jelek, seperti : Kadar aspal rendah, sehingga film aspal tipis dan mudah lepas. Agregat kotor sehingga ikatan aspal dan agregat tidak baik. Temperatur campuran tidak memenuhi persyaratan. b) Lapisan permukaan tipis sehingga air banyak meresap dan mengumpul dalam lapisan perkerasan. c) Sistem drainase jelek, sehingga air banyak meresap dan mengumpul dalam lapisan perkerasan. d) Retak-retak yang terjadi tidak segera ditangani sehingga air meresap 133

JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 9 NOMOR 1 JUNI 2009 masuk dan mengakibatkan terjadinya lubang-lubang kecil. e) kurangnya ikatan antara lapis permukaan dan lapis dibawahnya, f) atau terlalu tipisnya lapis permukaan. Untuk kerusakan Gelombang, penyebab kerusakan ini adalah rendahnya stabilitas campuran yang dapat berasal dari terlalu tinggi kadar aspal, terlalu banyak menggunakan agregat halus, agregat berbentuk bulat dan permukaannya licin atau aspal yang dipergunakan mempunyai penetrasi yang tinggi. Gelombang ini dapat juga terjadi jika lalu lintas dibuka sebelum perkerasan mantap. 3.3 Analisis Rencana Penanganan 3.3.1 Penanganan Kerusakan Berdasarkan jenis kerusakan jalan ada, maka rencana penanganan yang dilakukan untuk tiap segmen diuraikan berikut ini. 3.3.1.1 Kerusakan Tipe I (Lepas) Jika kerusakan berupa pelepasan butir maka dapat diperbaiki dengan memberikan tambahan diatas lapisan yang mengalami pelepasan butir tersebut setelah lapisan tersebut dibersihkan dan dikeringkan. Sedangkan bila kerusakannya berupa pengelupasan lapisan permukaannya dapat diperbaiki dengan cara digaruk, diratakan dan dipadatkan kemudian dilapisi dengan buras. 3.3.1.2 Kerusakan Tipe II (Lubang dan Lepas) a) Lobang-lobang Perbaikan untuk jenis kerusakan ini dapat dilakukan dengan cara membongkar dan dilapisi kembali, dengan cara perbaikan yang bersifat permanen juga disebut deep pacth (tambalan dalam), yang dilakukan sebagai berikut : 1. Bersihkan lobang dari air dan material-material yang lepas. 2. Bongkar bagian lapis permukaan dan pondasi sedalam-dalamnya sehingga mencapai lapisan yang kokoh. 3. Beri lapisan tack coat sebagai lapisan pengikat. 4. Isikan campuran aspal dengan hati-hati sehingga tidak tejadi segregasi. 5. Padatkan lapisan campuran dan bentuk permukaan sesuai dengan lingkungannya. b) Lepas-lepas Jika kerusakan berupa pelepasan butir maka dapat diperbaiki dengan memberikan tambahan diatas lapisan yang mengalami pelepasan butir tersebut setelah lapisan tersebut dibersihkan dan dikeringkan. Sedangkan bila kerusakannya berupa pengelupasan lapisan permukaannya dapat diperbaiki dengan cara digaruk, diratakan dan dipadatkan kemudian dilapisi dengan buras. 134

Tinjauan Kerusakan Jalan Provinsi pada Ruas Nanga Pinoh Sokan Kabupaten Melawi (Elsa Tri Mukti) 3.3.1.3 Kerusakan Tipe III (Retak, Lubang dan Lepas) a) Retak Retak halus untuk pemeliharaannya dapat digunakan lapis latasir atau buras. Retak halus atau retak rambut dalam waktu yang lama dapat berkembang menjadi retak yang lebih besar (retak kulit buaya). Untuk retak yang lebih besar sebaiknya bagian yang mengalami retak akibat air yang merembes masuk ke lapis pondasi dan tanah dasar diperbaiki dengan cara dibongkar dan membuang bagian-bagian yang basah, kemudian dilapis kembali dengan bahan yang sesuai. Perbaikan harus disertai dengan perbaikan drainase disekitarnya. Kerusakan yang disebabkan oleh beban lalu lintas harus diperbaiki dengan memberi lapis tambahan. b) Lobang-lobang Perbaikan untuk jenis kerusakan ini dapat dilakukan dengan cara membongkar dan dilapisi kembali, dengan cara perbaikan yang bersifat permanen juga disebut deep pacth (tambalan dalam), yang dilakukan sebagai berikut : 1. Bersihkan lobang dari air dan material-material yang lepas. 2. Bongkar bagian lapis permukaan dan pondasi sedalam-dalamnya sehingga mencapai lapisan yang kokoh. 3. Beri lapisan tack coat sebagai lapisan pengikat. 4. Isikan campuran aspal dengan hati-hati sehingga tidak tejadi segregasi. 5. Padatkan lapisan campuran dan bentuk permukaan sesuai dengan lingkungannya. c) Lepas-lepas Jika kerusakan berupa pelepasan butir maka dapat diperbaiki dengan memberikan tambahan diatas lapisan yang mengalami pelepasan butir tersebut setelah lapisan tersebut dibersihkan dan dikeringkan. Sedangkan bila kerusakannya berupa pengelupasan lapisan permukaannya dapat diperbaiki dengan cara digaruk, diratakan dan dipadatkan kemudian dilapisi dengan buras. 3.3.1.4 Kerusakan Tipe IV (Retak dan Lepas) a) Retak Retak halus untuk pemeliharaannya dapat digunakan lapis latasir atau buras. Retak halus atau retak rambut dalam waktu yang lama dapat berkembang menjadi retak yang lebih besar (retak kulit buaya). Untuk retak yang lebih besar sebaiknya bagian yang mengalami retak akibat air yang merembes masuk ke lapis pondasi dan tanah dasar diperbaiki dengan cara dibongkar dan membuang bagian-bagian yang basah, kemudian dilapis kembali dengan bahan yang sesuai. Perbaikan 135

JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 9 NOMOR 1 JUNI 2009 harus disertai dengan perbaikan drainase disekitarnya. Kerusakan yang disebabkan oleh beban lalu lintas harus diperbaiki dengan memberi lapis tambahan. b) Lepas-lepas Jika kerusakan berupa pelepasan butir maka dapat diperbaiki dengan memberikan tambahan diatas lapisan yang mengalami pelepasan butir tersebut setelah lapisan tersebut dibersihkan dan dikeringkan. Sedangkan bila kerusakannya berupa pengelupasan lapisan permukaannya dapat diperbaiki dengan cara digaruk, diratakan dan dipadatkan kemudian dilapisi dengan buras. 3.3.1.5 Kerusakan Tipe V (Gelombang, Lubang dan Lepas) Penyebab kerusakan ini adalah rendahnya stabilitas campuran yang dapat berasal dari terlalu tinggi kadar aspal, terlalu banyak menggunakan agregat halus, agregat berbentuk bulat dan permukaannya licin atau aspal yang dipergunakan mempunyai penetrasi yang tinggi. Gelombang ini dapat juga terjadi jika lalu lintas dibuka sebelum perkerasan mantap. Jika lapis permukaan yang bergelombang itu mempunyai lapis pondasi agregat, perbaikan yang tepat adalah dengan menggaruk kembali, dicampur dengan lapis pondasi, dipadatkan kembali dan diberi lapis permukaan baru. Jika lapis permukaan dengan bahan pengikat mempunyai ketebalan > 5 cm, maka lapis tipis yang mengalami gelombang tersebut diangkat dan diberi lapis permukaan yang baru. 3.3.2 Penyediaan Drainase Samping Salah satu faktor penyebab kerusakan jalan yang ada adalah tidak tersedianya saluran drainase yang memadai di sepanjang jalan yang ditinjau. Berdasarkan hasil survey dan analisa ternyata kurang lebih 70 % dari panjang jalan yang ada tidak dilengkapi oleh penyediaan drainase samping yang memadai. Kondisi ini berimplikasi pada kurang baiknya pengaliran limpasan air hujan yang pada akhirnya menyebabkan kerusakan pada lapis permukaan (aspal) yang bila terjadi terus menerus berakibat rusaknya struktur lapis pondasi dan dibawahnya. Penanganan yang harus dilakukan adalah penyediaan sistem drainase yang memadai disepanjang jaringan jalan sesuai dengan kondisi curah hujan dan catctment area-nya. 3.3.3 Manajemen Muatan Angkutan Barang Beban muatan kendaraan angkutan barang terutama yang berlebihan pada akhirnya menjadi faktor yang memperparah kerusakan jalan. Untuk itu perlu dilakukan manajemen muatan untuk angkutan barang ini. Beberapa metode yang dapat digunakan di antaranya: a) Menyediakan depot bongkar muat angkutan barang 136

Tinjauan Kerusakan Jalan Provinsi pada Ruas Nanga Pinoh Sokan Kabupaten Melawi (Elsa Tri Mukti) b) Memaksimalkan peran jembatan timbang c) Membatasi masuknya angkutan barang ke pusat kota atau pada jaringan jalan yang berada di pemukiman atau berlalulintas padat d) Pembatasan pergerakan pada waktu waktu tertentu. 4. SIMPULAN Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut : a) Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan pada ruas jalan Nanga Pinoh Sayan Kota Baru Sokan pada dasarnya dapat dibagi dalam 5 (empat) akumulasi jenis kerusakan utama yaitu : Kerusakan Lepas (tipe I), Kerusakan Lepas dan Lubang (tipe II), Kerusakan Retak, Lepas dan Lubang (tipe III), Kerusakan Retak dan Lepas (tipe IV), Kerusakan Gelombang, Lepas dan Lobang (tipe V). b) Penanganan kerusakan jalan ini dapat dilakukan dengan baik bila memperhatikan tipe dari kerusakan yang ada sedemikian sehingga daya dukung jalan yang diinginkan dapat diperoleh dengan baik. Selain itu hasil evaluasi dilapangan terlihat bawah faktor pendukung penyebab kerusakan adalah : (1) muatan berlebih dari kendaraan khususnya perkebunan (sawit), (2) kurangnya penyediaan sistem drainase yang memadai (3) lemahnya perhatian dari pemerintah untuk melakukan perbaikan baik dalam pemeliharaan rutin maupun pemeliharaan berkala yang sistematik dan berkesinambungan dalam rangka memperpanjang umur layan dari jaringan jalan yang ada. Daftar Pustaka Box, G. E. P.; Hunter, W. G.; dan Hunter, J. S. Statistic for Experimenters :An Introduction to Design, Data Analysis, and Model Building. New York: John Wiley & Sons, Inc. Kennedy, J. B. dan Neville, A. M. 1964. Basic Statistical Methods for Engineers and Scientists. Harper & Row, Publishers. Khisty, Jotin C. dan Lall, Kent B. 2003. Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi. Edisi Ketiga. Jilid I. Bandung: Erlangga. 137

JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 9 NOMOR 1 JUNI 2009 138