I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

I. PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam menopang perekonomian nasional. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang berkembang saat ini menghadapi banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

ASEAN-CHINA Free Trade Area (ACFTA).

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi disemua negara berkembang. Menurut Thee Kian Wie, kemiskinan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Usaha Besar Tahun

I. PENDAHULUAN. negaranya, yaitu sebagai pemicu pertumbuhan ekonomi, inovasi, dan progres

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, peternakan serta jasa sangat erat kaitan dan apabila telah terjalin kerjasama yang

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

BAB II TELAAH PUSTAKA. tersebut. Mengingat besarnya pengaruh bank terhadap perekonomian

PNM Permodalan Nasional Madani

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyaluran Kredit Perbankan Tahun (Rp Miliar).

BAB I PENDAHULUAN. dibanding usaha besar yang hanya mencapai 3,64 %. Kontribusi sektor

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral. dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan perekonomian dan bisnis di dunia sangat ini berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang baru, jumlah unit usaha bordir yang tercatat selama tahun 2015 adalah

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menyita pikiran pemerintah untuk segera dipecahkan. Krisis

BAB I PENDAHULUAN. di bedakan dalam beberapa jenis kredit. Pembedaan jenis-jenis kredit sangat

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan usaha yang tergolong besar (Wahyu Tri Nugroho,2009:4).

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. ternyata tidak mampu bertahan dengan baik ketika krisis ekonomi yang mengarah pada krisis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. orang. Manfaat bagi kegiatan setiap orang yakni, dapat mengakomodasi

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tahan yang kuat dalam kondisi krisis. Dengan keunggulan yang dimiliki oleh

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, pada tahun jumlah pengusaha di Indonesia sebanyak dimana 99,7% atau

I. PENDAHULUAN. Menengah) di Indonesia sangat penting dan strategis. UMKM telah lama diyakini

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah kredit melalui perbankan. penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha. Bank

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) merupakan

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang surplus

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini juga terjadi di Indonesia. Pesatnya kemajuan didunia perbankan membuat

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus

Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI

K L I P I N G. Kamis, 10 Oktober Berita terkait LPDB-KUMKM Demikian kliping ini disampaikan sebagai bahan informasi.

I. PENDAHULUAN. tahun keuangan mikro (international microfinance year 2005), dimana lembaga

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi tersebut harus dapat diusahakan dengan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan sistem pengelolaan yang berbeda, walaupun dalam beberapa hal

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

I. PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian Indonesia pasca krisis ekonomi masih. belum sepenuhnya pulih. Pertumbuhan mulai menunjukkan trend yang

BAB I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Peran strategis UMKM dalam

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Reksa Dana, yang merupakan salah satu instrumen alternatif berinvestasi di pasar

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

I. PENDAHULUAN. rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah telah menunjukkan bahwa usaha Mikro, Kecil, dan. Menengah (UMKM) di Indonesia tetap eksis dan berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rakyat banyak. Dana yang dikumpulkan oleh perbankan dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. di bidang perbankan. Bank merupakan lembaga keuangan yang peranannya

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang melanda beberapa Negara di Asia pada tahun menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi yang berubah cepat dan kompetitif dengan

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi adalah sektor UKM (Usaha Kecil Menengah). saat ini para pelaku UKM masih kesulitan dalam mengakses modal.

BAB I PENDAHULUAN. mengalokasikan dana dari pihak yang mengalami surplus dana kepada pihak yang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pemerintah melalui Perbankan dan Lembaga Kredit Mikro (LKM) berusaha meningkatkan perekonomian di Indonesia. Bukti bahwa pemerintah

Strategi Pengembangan UMKM dengan Mengatasi Permasalahan UMKM Dalam Mendapatkan Kredit Usaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kondisi global menghadapi tekanan yang berat dari krisis

PENDAHULUAN. usaha yang dibiayainya. Risiko ini dapat diatasi dengan cara memberikan

BAB I PENDAHULUAN. forum, baik yang bersifat nasional maupun internasional. Ramainya

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Indonesia

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis dalam

Ketimpangan Komposisi Kredit Perbankan. Oleh M. Firdaus (Deputy SEN ASPPUK)

Transkripsi:

1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak terjadinya krisis tahun 1998, perekonomian Indonesia belum sepenuhnya pulih kembali. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang berada di atas 8% sebelum terjadinya krisis, sedangkan pada saat krisis ekonomi terjadi minus, yaitu sekitar -14%. Pertumbuhan ekonomi ini meningkat secara bertahap sampai dengan akhir Desember 2006 walaupun hanya sebesar 5,5% dari target 5,8%. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 6.3%, kemudian terjadi krisis global kembali menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami penurunan kembali menjadi kurang dari 6,1% pada tahun 2008 dan terakhir pada akhir tahun 2009 pertumbuhan ekonomi semakin menurun menjadi 4,5% (BPS 2010 dan BI 2010). Kondisi ini mengakibatkan semakin banyaknya pengangguran karena tidak dapat terserap dalam ketersediaan lowongan pekerjaan formal. Kesulitan dalam pencarian kerja tersebut menyebabkan banyaknya sektor informal yang semakin tumbuh berkembang. Fenomena tersebut yang mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui kegiatan bisnis mikro dan kecil, yang cukup banyak menyumbang peningkatan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dan lapangan kerja Indonesia. Banyaknya pengusaha tersebut tercermin dari jumlah perusahaan mikro dan kecil yang mencapai lebih dari 99,99% dari jumlah seluruh perusahaan di Indonesia. Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) pada tahun 2007-2010 mencapai lebih dari 99%. Penyerapan tenaga kerja UMKM juga mencapai lebih dari 97%, sedangkan kontribusi UMKM terhadap PDB atas dasar harga berlaku mencapai lebih dari 56% dan PDB atas dasar harga konstan mencapai 58,44. Disisi lain total ekspor non migas UMKM pangsanya hanya sebesar 17,66%, hal ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan usaha besar, sedangkan investasi atas harga berlaku UMKM mencapai lebih dari 52%. Adapun peningkatan UMKM selama empat tahun terakhir (2007-2010) sebesar 4,7% (Kementerian Negara Koperasi dan UKM 2011).

2 Tabel 1 Jumlah unit usaha dan perkembangan di Indonesia tahun 2007-2010 NO. INDIKATOR SATUAN TAHUN 2007 TAHUN 2008 TAHUN 2009 TAHUN 2010 PERKEMBANGAN JUMLAH PANGSA JUMLAH PANGSA JUMLAH PANGSA JUMLAH PANGSA JUMLAH (%) (%) (%) (%) (%) 1 UNIT USAHA (A + B) (Unit) 50150263 51414262 52769280 53828569 3678306 4,70 A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) (Unit) 50145800 99,99 51409612 99,99 52764603 99,99 53823732 99,99 3677932 4,70 - Usaha Mikro (UMi) (Unit) 49608953 98,92 50847771 98,90 52176795 98,88 53207500 98,86 3598547 4,64 - Usaha Kecil (UK) (Unit) 498565 0,99 522124 1,02 546675 1,04 573601 1,08 75036 9,86 - Usaha Menengah (UM) (Unit) 38282 0,08 39717 0,08 41133 0,08 42631 7,43 4349 7,34 B. Usaha Besar (UB) (Unit) 4463 0,01 4650 0,01 4677 0,01 4838 11,35 375 4,04 2 TENAGA KERJA (A +B) (Orang) 93027341 96780483 98886003 102241486 9214145 5,64 A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) (Orang) 90491930 97,27 94024278 97,15 96211332 97,30 99401775 97,22 8909845 5,72 - Usaha Mikro (UMi) (Orang) 84452002 90,78 87810366 90,73 90012694 91,03 93014759 90,98 8562757 5,93 - Usaha Kecil (UK) (Orang) 3278793 3,52 3519843 3,64 3521073 3,56 3627164 3,55 348371 3,05 - Usaha Menengah (UM) (Orang) 2761135 2,97 2694069 2,78 2677565 2,71 2759852 2,70-1283 2,44 B. Usaha Besar (UB) (Orang) 2535411 2,73 2756205 2,85 2674671 2,70 2839711 2,78 304300 3,03 3 PDB ATAS DASAR HARGA BERLAKU (A + B) (Rp. Milyar) 3745549,3 4693809,0 5294860,9 6068762,8 2323213,5 29,29 A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) (Rp. Milyar) 2107868,1 56,28 2613226,1 55,67 2993151,7 56,53 3466393,3 57,12 1358525,2 32,65 - Usaha Mikro (UMi) (Rp. Mily ar) 1209622,5 32,29 1510055,8 32,17 1751644,6 33,08 2051878,0 33,81 842255,5 35,88 - Usaha Kecil (UK) (Rp. Mily ar) 386404,3 10,32 472830,3 10,07 528244,2 9,98 597770,2 9,85 211365,9 26,42 - Usaha Menengah (UM) (Rp. Mily ar) 511841,3 13,67 630339,9 13,43 713262,9 13,47 816745,1 13,46 304903,8 29,57 B. Usaha Besar (UB) (Rp. Milyar) 1637681,2 43,72 2080582,9 44,33 2301709,2 43,47 2602369,5 42,88 964688,3 25,08 4 PDB ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 (A (Rp. Milyar) 1883549,1 1997938,0 2089058,5 2217947,0 334397,9 11,01 A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) (Rp. Milyar) 1100670,9 58,44 1165753,2 58,35 1212599,3 58,05 1282571,8 57,83 181900,9 10,02 - Usaha Mikro (UMi) (Rp. Mily ar) 620864,0 32,96 655703,8 32,82 682259,8 32,66 719070,2 32,42 98206,2 9,66 - Usaha Kecil (UK) (Rp. Mily ar) 204395,4 10,85 217130,2 10,87 224311,0 10,74 239111,4 10,78 34716,0 10,12 - Usaha Menengah (UM) (Rp. Mily ar) 275411,4 14,62 292919,1 14,66 306028,5 14,65 324390,2 14,63 48978,8 10,74 B. Usaha Besar (UB) (Rp. Milyar) 782878,2 41,56 832184,8 41,65 876459,2 41,95 935375,2 42,17 152497,0 12,40 5 TOTAL EKSPOR NON MIGAS (A + B) (Rp. Milyar) 794872,1 983540,4 953089,9 1112719,9 317847,8 13,13 A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) (Rp. Milyar) 140363,8 17,66 178008,28 18,10 162254,5 17,02 175894,9 15,81 35531,1-1,19 - Usaha Mikro (UMi) (Rp. Mily ar) 12917,5 1,63 16464,8 1,67 14375,3 1,51 16687,5 1,50 3770,0 1,35 - Usaha Kecil (UK) (Rp. Mily ar) 31619,5 3,98 40062,5 4,07 36839,7 3,87 38001,0 3,42 6381,5-5,15 - Usaha Menengah (UM) (Rp. Mily ar) 95826,8 12,06 121481,0 12,35 111039,6 11,65 121206,4 10,89 25379,6-0,23 B. Usaha Besar (UB) (Rp. Milyar) 654508,3 82,34 805532,1 81,90 790835,3 82,98 936825,0 84,19 282316,7 16,30 6 INVESTASI ATAS DASAR HARGA BERLAKU (A(Rp. Milyar) 866894,5 1217706,2 1588502,8 1923437,2 1056542,7 57,96 A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) (Rp. Milyar) 455239,3 52,51 597362,7 49,06 781357,0 49,19 927117,5 48,20 471878,2 55,20 - Usaha Mikro (UMi) (Rp. Mily ar) 68968,1 7,96 96029,4 7,89 123896,2 15,86 150784,4 7,84 81816,3 57,02 - Usaha Kecil (UK) (Rp. Mily ar) 179682,8 20,73 228215,8 18,74 288328,5 232,72 343048,9 17,84 163366,1 50,32 - Usaha Menengah (UM) (Rp. Mily ar) 206588,4 23,83 273117,5 22,43 369132,3 128,02 433284,2 22,53 226695,8 58,64 B. Usaha Besar (UB) (Rp. Milyar) 411655,2 47,49 620343,5 50,94 187145,9 50,70 966319,7 50,24 554664,5 55,77 7 INVESTASI ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2(Rp. Milyar) 387311,0 437372,1 453582,7 511248,0 123937,0 16,89 A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) (Rp. Milyar) 199090,0 51,40 218121,4 49,87 224008,7 49,39 247139,5 48,34 48049,5 13,30 - Usaha Mikro (UMi) (Rp. Mily ar) 32486,0 8,39 36890,8 8,43 37144,9 8,19 42240,1 8,26 9754,1 14,50 - Usaha Kecil (UK) (Rp. Mily ar) 80022,8 20,66 83696,9 19,14 85714,9 18,90 93856,6 18,36 13833,8 12,14 - Usaha Menengah (UM) (Rp. Mily ar) 86581,1 22,35 97533,7 22,30 101149,0 22,30 111042,8 21,72 24461,7 13,85 B. Usaha Besar (UB) (Rp. Milyar) 188221,0 48,60 219250,7 50,13 229573,9 50,61 264108,5 51,66 75887,5 20,46 Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UKM 2011. Disamping hal tersebut tingginya angka kemiskinan juga menyebabkan penurunan daya beli masyarakat dan menyebabkan penurunan level kegiatan usaha dari kegiatan usaha besar menjadi kecil dan dari kegiatan usaha kecil

3 menjadi kegiatan usaha mikro sehingga kondisi ini yang semakin meningkatkan porsi jumlah usaha mikro. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2009 mencapai lebih dari 32 juta orang atau sekitar 14,15% (Tabel 2). Tabel 2 Jumlah penduduk miskin Indonesia tahun 2005-2010 Tahun Jumlah penduduk miskin (000) Persentase jumlah penduduk miskin 2005 35.100 16,70 2006 39.050 18,00 2007 37.168 16,58 2008 34.903 15,40 2009 32.530 14,15 Sumber : Badan Pusat Statistik 2010. Sebagian besar kegiatan usaha mikro tersebut adalah bisnis yang berhubungan dengan basic consumption, sedangkan usaha yang berhubungan dengan ekspor adalah produk-produk yang berkaitan dengan usaha pertanian dan handicraft, dimana faktor komponen impornya sangat kecil dibandingkan dengan bisnis manufacturing (Seibel 2003). Oleh karena itu bisnis mikro relatif lebih tahan terhadap pengaruh gejolak perekonomian sehingga jumlah usaha mikro terus meningkat dari tahun ke tahun mencapai di atas 90%. Bahkan sebelum krisis tahun 2008 microfinance telah tumbuh dengan pesat selama tiga dekade. Para ahli mengkhawatirkan bahwa kegoncangan pinjaman internasional akibat krisis akan berpengaruh buruk terhadap keuangan mikro. Seperti yang diperkirakan CGAP bahwa banyak LKM kesulitan mendapatkan akses dana dan portofolio kreditnya tidak berkembang, bahkan menyusut. Namun hal ini tidak demikian, bahkan dengan naik turunnya keuangan internasional ternyata tidak berpengaruh terhadap tabungan di LKM di Indonesia, sehingga LKM tidak terpengaruh oleh risiko global. Contohnya dari Bali dengan adanya krisis keuangan global, Lembaga Keuangan Mikro malah tumbuh semakin kuat. Bahkan tabungan di LKM Bali pada saat Krisis keuangan di Asia terjadi malah tumbuh surplus dengan alasan mereka tidak mau ekspansi berlebihan karena belum yakin akan keuntungannya. Tahun 2008 tahun pertama terjadinya krisis keuangan global ternyata jumlah orang yang meminjam malah meningkat 3,5% dan orang yang

4 menabung juga naik sebesar 3,6%. Dilain pihak total aset meningkat 30%, kredit outstanding meningkat 30,5% dan jumlah tabungan meningkat 33% (Seibel dan Ketut 2003). Jumlah UMKM yang sangat besar membutuhkan pembiayaan usaha yang sangat besar pula. Akan tetapi, yang terjadi adalah jumlah sumber pembiayaan tidak dapat memenuhi permintaan pembiayaan usaha ini. Khusus untuk pembiayaan usaha mikro yang jumlahnya mencapai 50.697.659 ternyata hanya dapat dilayani oleh 50.104 outlet yang ada (Seibel 2003) sebagaimana disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Keragaan LKM formal dan semiformal (Approx 2003) Simpanan (rekening) Jumlah Simpanan Peminjam Sisa Pinjaman Jumlah Rp. Jumlah Rp. Rata rata Outlet (000 orang) % (milyar) % (orang) % (milyar) % (Rp. 000) Bank BRI unit 3.924 27.640 62 19.645 74 2.648 8 7.810 39 2.949 BPR 2.213 4.698 10 5.066 19 1.745 5 5.628 28 2.225 Tipe Unit Simpan Pinjam 35.218 10.141 23 1.157 4 10.141 31 3.629 18 358 koperasi 1.123 551 1 151 1 551 2 708 4 1.285 Kredit Union(KSP) 1.071 296 NIL 249 1 296 1 272 1 920 BMT 2.938 NIL 46 NIL 73 0 51 0 701 Swamitra/Bukopin 177 55 NIL 56 NIL 32 0 127 1 3.960 Lembaga LDKP 1.428 834 2 218 1 419 1 328 2 783 BKD 5.240 539 1 16 NIL 648 2 179 1 276 Pegadaian 772 0 0 0 0 15.692 49 1.355 7 86 Total Semua Lembaga 54.104 44.754 100 26.604 100 32.245 100 20.087 100 13.543 umber: Seibel 2003. S Pada Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2003 BRI Unit memiliki outlet mencapai 3.924, BPR sebanyak 2.213 dan BKD sebanyak 5.240 outlet. Walaupun BRI Unit tidak memiliki outlet terbanyak, namun memiliki jumlah rekening simpanan yang terbesar mencapai 27,64 juta (62%), sedangkan BPR sebanyak 4,698 juta (10%), unit simpan pinjam sebesar 10,141 juta (23%), koperasi hanya sebanyak 551.000 (1%), dan BKD sebanyak 539.000 orang (1%), sisanya LDKP sebanyak 834.000 (2%). Jumlah simpanan dalam bentuk rupiah, BRI Unit juga yang terbesar mencapai Rp. 19,65 triliun (74%), BPR sebanyak Rp. 5,07 triliun (19%), Unit Simpan Pinjam (USP) sebesar Rp. 1,16 triliun (4%),

5 koperasi hanya sebanyak Rp. 151 milyar (1%), LDKP sebanyak Rp. 218 milyar (1%), sedangkan BKD hanya sebanyak Rp. 16 milyar. Jumlah peminjam dan besarnya pinjaman pada Tabel 3, BRI Unit memiliki nasabah (peminjam) sebanyak 2,648 juta (8%), BPR sebesar 1,745 juta (5%), USP memiliki nasabah yang terbesar, yaitu mencapai 10,141 juta (31%), Koperasi 551.000 (%), Kredit Union sebanyak 296.000 (1%), BMT hanya 73.000, Swamitra/Bukopin hanya 32.000, LDKP sebesar 419.000, dan BKD sebesar 648.000 (2%). Untuk besarnya sisa pinjaman dalam bentuk rupiah, BRI Unit yang terbesar yaitu mencapai Rp. 7,8 triliun (39%), kemudian diikuti oleh BPR sebesar Rp.5,62 triliun (28%), USP sebesar Rp. 3,6 triliun (18%), dan BKD hanya sebesar Rp. 179 milyar (1%). Salah satu kendala keterbatasan pembiayaan Usaha Mikro oleh LKM adalah kompleksitas permasalahan internal maupun eksternal yang dihadapinya. Khususnya LKM yang bukan Bank mempunyai kendala terbesar tentang keterbatasan sumber dana yang tersedia, karena mereka terbentur peraturan Undang-Undang yang tidak dapat mencari dana dengan membuka fasilitas simpanan kecuali dari anggotanya. Sedangkan LKM yang mempunyai dana terbesar untuk menyalurkan kredit Mikro adalah lembaga yang berbentuk Bank. Sedangkan Bank yang menyalurkan kredit Mikro terbesar di Indonesia adalah BRI Unit, BPR dan BKD. Untuk lebih banyak dapat memberikan kredit kepada para pengusaha mikro maka sangat diperlukan sustainabilitas pertumbuhan lembaga LKM tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Jumlah permintaan pembiayaan usaha mikro sebanyak lebih dari 50 juta pengusaha mikro sedangkan jumlah lembaga formal dan semi formal yang dapat memberikan pembiayaan bisnis mikro dan kecil hanya sebanyak 56 ribu. Hal ini menimbulkan permasalahan yang dapat menghambat pelayanan pembiayaan usaha mikro dan kecil. Adanya gap yang besar tersebut perlu dikaji secara comprehensive dari sisi penawaran dan faktor-faktor apa saja yang menghambat sustainabilita pertumbuhan financial LKM sehingga dapat meningkatkan jumlah pemberian pinjaman usaha mikro.

6 Latar belakang yang telah diuraikan di atas menunjukkan bahwa banyak hal yang mempengaruhi sustainabilitas pertumbuhan finansial LKM di Indonesia, baik dari sisi internal LKM itu sendiri maupun dari sisi eksternal. Dari sisi internal, misalnya pengaruh dari kinerja keuangan LKM, kinerja organisasi dan SDM, dan eligibilitas, sedangkan dari sisi eksternal, misalnya regulasi pemerintah, kondisi ekonomi makro, income per capita lokal, dan persaingan bisnis. Contohnya pengaruh global financial crisis pada awal triwulan IV tahun 2007 telah menyebabkan kesulitan likuiditas dan menurunnya kemampuan lembaga keuangan. Hal tersebut ditunjukkan dengan meningkatnya non performing Loan (NPL) perbankan di Indonesia, demikian juga terjadi di LKM. Terjadinya peningkatan populasi usaha mikro, peningkatan NPL pada bank-bank komersial pada tahun 2007-2008, belum optimalnya pertumbuhan finansial LKM merupakan fenomena tersendiri yang menarik untuk dikaji dan diteliti. Oleh karena itu, hal tersebut merupakan alasan utama mengapa penelitian ini dilakukan. Penelitian ini dimulai dengan melakukan identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan finansial LKM baik pengaruh internal maupun eksternal LKM. Berdasarkan uraian-uraian di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana kondisi internal dan eksternal yang diprediksi dapat mempengaruhi sustainabilitas pertumbuhan finansial LKM di provinsi Jawa Timur? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi sustainabilitas pertumbuhan finansial LKM? 3. Bagaimana sebaiknya usaha LKM agar sustainabilitas pertumbuhan finansialnya dapat tercapai, sehingga semakin dapat memperluas jangkauannya dalam memberikan pinjaman kepada pengusaha mikro? 4. Bagaimana model dan strateginya sustainabilitas pertumbuhan finansial LKM.

7 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk melakukan analisa kinerja, mengidentifikasi dan menganalisis kondisi penyaluran kredit mikro pada LKM dengan rincian sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi indikator-indikator internal dan eksternal yang diprediksi dapat mempengaruhi sustainabilitas pertumbuhan finansial LKM di provinsi Jawa Timur. 2. Menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sustainabilitas pertumbuhan finansial LKM. 3. Menganalisis bagaimana sebaiknya usaha LKM dapat mencapai sustainabilitas pertumbuhan finansial. 4. Mendapatkan model dan strategi agar sustainabilitas pertumbuhan finansial LKM dapat tercapai. 5. Memberi rekomendasi atas temuan butir 1 sampai dengan 4 tersebut di atas yang dapat digunakan sebagai alternatif peningkatan penyaluran kredit Mikro melalui perbankan. 1.4 Batasan Penelitian Penelitian ini lebih difokuskan kepada LKM formal dalam bentuk bank yang banyak berperan terhadap pembiayaan usaha mikro di Indonesia. Struktur LKM yang diteliti hanya institusi formal yang menyalurkan kredit mikro, yaitu BRI Unit, BPR dan BKD di propinsi Jawa Timur. Lingkup kajian meliputi data pertumbuhan finansial LKM yaitu rating bank, kinerja keuangan, faktor internal terkait seperti kompetensi SDM, penetapan suku bunga dan eligibilitas dan faktor eksternal lainnya yang terkait dengan sustainabilitas pertumbuhan finansial adalah regulasi pemerintah, persaingan bank, dan income per capita. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi bagi para pembuat kebijakan kredit usaha mikro agar dapat meningkatkan pemberian pembiayaan dan juga kepada lembaga keuangan agar dapat mengembangkan usaha pemberian pinjaman mikro. Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

8 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Sebagai suatu sumbangan keilmuan dalam bidang perbankan. Model tersebut diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan menjadi acuan pemerintah dan praktisi perbankan dalam meningkatkan kesuksesan penyaluran kredit mikro 2. Bagi Peneliti Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti dalam memberikan tambahan pengetahuan baik dalam proses melakukan penelitian itu sendiri maupun pemahaman terhadap aspek manajemen yang diteliti serta sebagai aktualisasi dari pemahamn teori dan praktek yang selama ini ditekuni. 3. Bagi Pemerintah a. Penelitian ini juga bermanfaat bagi regulator untuk penerapan kebijakan penyaluran kredit mikro di perbankan. b. Melengkapi framework dari teori yang telah ada, khususnya untuk dipakai dalam konteks penerapan kebijakan kredit mikro perbankan. 4. Bagi Akademisi Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan literatur dan dapat menjadi landasan untuk penelitian selanjutnya di bidang penyaluran kredit mikro, khususnya melalui perbankan. 1.6 Novelty (Kebaruan) 1) Pengembangan di bidang metodelogi. Kebaruan dari penelitian ini dari sisi metodelogi, adalah mencoba melakukan pendekatan dengan mengabsorbsi sebanyak mungkin kompleksitas yang muncul untuk kemudian dianalisis secara komprehensif dengan tools analisis biplot dan ekonometrik, yaitu regresi logistik ordinal. Selain itu dalam penelitian ini dilakukan juga analisis kinerja keuangan dan manajemen operasionalnya dengan pendekatan CAMEL dan score card BKD. Faktor lainnya yang dikaji selain faktor internal dan kinerja bank (LKM) dan rasio keuangan adalah faktor eksternal, seperti regulasi, bentuk LKM, income per capita, persaingan bisnis.

9 Dengan demikian pendekatan dalam penelitian lebih komprehensif yang dijelaskan dari model yang dihasilkan. 2) Di bidang substansi sustainabilitas pertumbuhan keuangan. Hasil penelitian ini setelah dibandingkan dengan beberapa penelitian terdahulu yang dikaji, menunjukkan kemajuan dan kebaruan terutama membandingkan dengan Adongo dan Strock (2005), menunjukkan bahwa penelitian ini memiliki kebaruan dalam hal proxy penentuan sustainabilitas pertumbuhan keuangan LKM yang nyata dalam bentuk bank dan adanya penambahan beberapa faktor diterminasi yang diteliti. Proxy yang dipakai adalah skor penilaian kesehatan perbankan berdasarkan rating bank dengan pendekatan CAMEL dengan tiga tingkat penilaian cukup, baik dan sangat baik (skala 1 s/d 3) sehingga dapat menggunakan analisis regresi ordinal logistik, sedangkan faktor-faktor diterminasinya lebih komprehensif. Di lain pihak Adongo dan Strock yang hanya menggunakan selisih antara suku bunga maksimum yang diberikan dengan suku bunga break even point (BEP) dalam menduga sustainabilitas pertumbuhan keuangannya (FINSUS), demikian juga rasio keuangannya tidak dominan. Alat analisis yang digunakannya juga berbeda, yaitu multivariate ANCOVA. Demikian juga penelitian ini berbeda dengan hasil temuan Nyamsogoro (2010), yang lebih luas cakupannya, tidak hanya melihat sustainabilitas pertumbuhan berdasarkan keuangan. Selain itu, Nyamsogoro (2010) juga menggunakan analisis regresi panel data, sedangkan penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik ordinal. Adapun Woradithee (2011) mengukur sustainabilitas berdasarkan tingkat pelunasan pembayaran.

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB 10