BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. penelitian yang dirumuskan dari deskripsi temuan penelitian dan pembahasan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian ini dapatlah disimpulkan bahwa penalaran dan kontekstualisasi ibadah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

THE COACHING DISCIPLINE STUDENTS THROUGH MODEL OF HABITUATION IN DAARUT TAUHID BOARDING SCHOOL BANDUNG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Ulasan terhadap hasil-hasil penelitian yang telah dipaparkan pada Bab IV. akhirnya menghasilkan sejumlah kesimpulan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kesimpulan bahwa secara garis besar guru SMP Se-Kecamatan Wonosari

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berjamaah di SMP Assalaam Bandung secara umum adalah sebuah upaya untuk

Annisa Restu Purwanti, 2015 MANAJEMEN PEMBINAAN PESERTA DIDIK FULL DAY SCHOOL

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. orang yang dapat menggunakan ilmunya untuk hal-hal yang baik (beramal sholeh)

BAB VI PENUTUP. Menanamkan nilai mahabbatulloh dapat meningkatkan keimanan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,

ABSTRAK. Kata Kunci: penerapan, pendidikan budi pekerti, boarding school

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksankan, penelitian ini

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan metode pengajaran yang tepat. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. vokasional, terlebih lagi di lembaga pendidikan yang berbasis agama. Sebab tanpa

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Analisis Tata Tertib Pondok Pesantren Al Masyhad Mamba ul. Fallah Sampangan Pekalongan. Dalam menyusun tata tertib pondok pesantren, secara asasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru merupakan pihak yang bersinggungan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter (character building) generasi bangsa. Pentingnya pendidikan

BAB IV ANALISIS PERAN GURU DALAM PROSES PENGEMBANGAN KECERDASAN. Peran Guru dalam Proses Pengembangan Kecerdasan Spiritual siswa di MI Walisongo

I. PENDAHULUAN. Sekolah Islam Terpadu pada hakekatnya adalah sekolah yang mengimplementasikan

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

PROFIL AISYIYAH BOARDING SCHOOL BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses

BAB IV FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT. dalam pesantren, pendidikan sangat berhubungan erat dengan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran dari semua

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karakter manusia pada dasarnya sudah dijamin oleh Allah sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB III PENYAJIAN DATA. Peran Pembimbing dalam Menanamkan Norma-norma Kehidupan bagi. Anak Asuh di Panti Asuhan As-Shahwah Kecamatan Tampan Kota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah yakni: input, proses, dan out put (Rivai dan Murni, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Pondok pesantren adalah suatu wadah pendidikan keagamaan yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Tabel 13 : Rekapitulasi angket indikator variabel y pengalaman religiusitas santri BAB I PENDAHULUAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. penelitian yang dirumuskan dari gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI PENELITIAN. Berdasarkan hasil Penelitian tentang pengaruh penerapan tata tertib

PEMBINAAN KARAKTER KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

Telaah Budi Pekerti dalam Pembelajaran di Sekolah (Implementasi Konsep dan Prinsip Tatakrama dalam Kehidupan Berbasis Akademis) Oleh: Yaya S.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PAI BAGI PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH YMI WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terkait peranan Guru

BAB I PENDAHULUAN. memajukan kesejahteraan umum dan mewujudkan ketertiban dunia, serta ingin

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. membacanya ibadah dan tidak ditolak kebenarannya (Al-hafidz, 2005: 1).

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sekolah didirikan untuk mengembang tugas mewujudkan inspirasiinspirasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

anak didik selalu menjadi persoalan dalam proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan dan guru dewasa ini dihadapkan pada tuntutan. yang semakin berat terutama untuk mempersiapkan anak didik agar

BAB I PENDAHULUAN. sering diartikan juga sebagai sekolah agama bagi pelajar muslim (Sumadi,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V PENUTUP. Dalam BAB IV ini dipaparkan tentang: A. Kesimpulan dan B. Saran. meningkatkan kualitas santri adalah:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN DAKWAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS KEBERAGAMAAN SANTRI PONDOK PESANTREN SALAFIYYAH AL MUNAWIR GEMAH PEDURUNGAN KOTA SEMARANG

PENDIDIKAN KARAKTER DALAMKELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan berhubungan sekali dengan

JADUAL PELAKSANAAN DAN RINCIAN BIAYA PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam waktu 6 (enam) bulan, dengan tahapan

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab terakhir ini, peneliti akan mengemukakan beberapa kesimpulan hasil dari

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

PENGEMBANGAN KARAKTER KEMANDIRIAN MELALUI PRORGAM BOARDING SCHOOL (Studi Kasus Pada Siswa Di MTs Negeri Surakarta 1 Tahun Pelajaran 2013/2014)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. menanggulangi masalah kenakalan remaja disekolah, maka penulis mengambil

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah survei pernah dilakukan Mazzola (2003) tentang bullying di sekolah.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan menjadi faktor paling penting bagi karakteristik dan

USIA MENJELANG REMAJA MERUPAKAN MASA TRANSISI YANG KRUSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : (1) Latar Belakang, (2) Rumusan

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan secara tertib dan terencana yang bertujuan untuk

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB IV ANALISIS. 2002), hlm.22

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah penulis melakukan penelitian, mendeskripsikan dan membahas hasil penelitian

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Tantangan akan semakin besar, dan membutuhkan kelulusan dari

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kehidupan tersebut maka seseorang harus banyak belajar. Proses belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. siswa tentang penyalahgunaan HP dan Motor. Pada sub bab selanjutnya pun akan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan serius, maraknya kasus-kasus yang dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pesantren adalah tempat para santri (Dhofier, 2011). Pesantren sendiri berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Melalui pendidikan seseorang dapat meningkatkan kecerdasan,

Upaya Meningkatkan Karakter Siswa Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Sosiodrama

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pemaparan terhadap hasil penelitian tentang Pembinaan Kedisiplinan Siswa Melalui Model Pembiasaan di SMP Daarut Tauhid Boarding School yang telah dipaparkan di Bab 4 akhirnya menjadi sebuah kesimpulan. Kesimpulan yang penulis rumuskan berdasarkan atas data dan fakta yang terkumpul dari objek penelitian. Selain kesimpulan, selanjutnya peneliti membuat saran-saran berdasarkan hasil penelitian yang telah didapat, dengan harapan adanya perbaikan terutama bagi objek penelitian dan pada umumnya bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan karya ilmiah ini. A. Kesimpulan Merujuk pada haisl temuan dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan pada BAB IV, maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Kesimpulan Umum SMP Daarut Tauhid Bandung Boarding school Bandung merupakan salah satu sekolah yang berada di lingkungan yayasan pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung. Karena berada dalam lingkungan pesantren Daarut Tauhid tersebut, maka sekolah ini mempunyai ciri khas tersediri dibandingkan dengan sekolahsekolah umum lainnya. Sebagaimana yang telah kita rasakan bersama bahwa keberadaan sekolah boarding school di Indonesia telah memberikan sumbangan positif dalam membina serta mengembangkan nilai-nilai karakter bagi anak dalam proses pendidikan. Keunggulan yang ada di SMP Daarut Tauhid Boarding School Bandung dapat terlihat dari kebiasaan-kebiasaan di lingkungan sekolah dan asrama yang telah dirancang khusus di dalam kurikulum khas Pesantren Daarut Tauhid. Maka salah satu kebiasaan unggulan tersebut adalah adanya model pembiasaan kedisiplinan untuk membnagun pribadi yang sholeh seperti shalat shalat wajib berjamaah, shalat sunnah (tahajjud, dhuha, witir, dan lainnya), shaum sunnah (Senin, Kamis, shaum Daud, ayyamul bidh), pembiasaan hidup bersih dan rapi,

138 pembiasaan berperilaku yang baik serta pembiasaan dalam bergaul dengan orang lain yang berdasarkan implementasi nilai-nilai MQ. Tujuan pembiasaan di SMP Daarut Tauhid adalah untuk mencetak dan generasi unggulan yang berwawasan luas, bertauhid tinggi dan berkahluk karimah. Pengembangan kepribadian siswa mencakup aspek moral knowing (pemberian pengetahuan tentang moral) disampaikan pada dimensi sekolah dan kegiatan keboardingan di asrama melalui penyampaian materi dari guru, ustadz dan para pengajar lainnya. Moral feeling dikembangkan melalui pengalaman langsung yang tergambar dalam kehidupan sehari-hari siswa untuk berinteraksi dengan teman-temannya, seolah-olah mereka berada dalam kehidupan sosial kemasyarakatan yang nyata. Sedangkan moral action diwujudkan melalui serangkaian model pembiasaan kedisiplinan dalam seluruh kegiatan yang telah ditetapkan oleh peraturan dan sistem di lingkungan sekolah dan asrama.. Serangkaian pembiasaan kedisiplinan di SMP Daarut Tauhid Bandung, ternyata mampu memberi dampak yang besar bagi pembentukan kedisiplinan para siswa, hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator berikut: (1) Terdapat perubahan yang signifikan para periaku, sikap dan tatakrama siswa baik itu di lingkungan sekolah dan asrama, (2) Timbulnya kedisiplinan siswa dalam mengelola waktu, beribadah, belajar, menjaga kebersihan lingkungan serta mentaati peraturan, baik yang ada di lingkungan sekolah maupun asrama, (4) Timbulnya kejujuran siswa ketika melakukan kesalahan, serta (5) Timbulnya keberanian dan tanggung jawab siswa terhadap apa yang telah menjadi tugasnya. Keteladanan guru, keistiqomahan dari dalam diri siswa, aturan yang baik serta dukungan dan kerja sama dari orang tua menjadi faktor pendukung tegaknya pembinaan kedisiplinan siswa. Namun dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa kendala, baik itu yang bersifat internal maupun eksternal. Minimnya saran dan prasarana, serta adanya perbedaan latar belakang siswa menjadi penghambat dari sisi internal sekolah. Sedangkan pengaruh buruk dari perkembangan IPTEK, menjadi hambatan eksternal yang dihadapai oleh sekolah. Akan tetapi, sejuah ini, beberapa kendala tersebut masih dapat ditangani secara baik oleh semua pengurus SMP Daarut Tauhid Boarding School Bandung.

139 2. Kesimpulan Khusus a. Model pembiasaan (habituasi) merupakan bagian dari sistem nilai budaya yang berfungsi sebagai petunjuk atau pedoman untuk menanamkan kedisiplinan seseorang, yang harus dimulai sejak kanak-kanak melalui jalur pendidikan informal di dalam keluarga dan masyarakat serta pendidikan formal di sekolah. b. Pembinaan nilai-nilai kedisiplinan melalui model pembiasaan di SMP Daarut Tauhid Boarding School Bandung meliputi semua aktifitas kegiatan siswa yang berdasarkan pada nilai-nilai sebagai makhluk Tuhan, sebagai makhluk sosial serta nilai-nilai sebagai makhluk individu, yang bersumber kepada Al-Quran dan Al-Hadits serta nilai-nilai luhur Pancasila. c. Proses pembiasaan dalam membina kedisiplinan siswa di lingkungan pendidikan formal harus dilaksanakan secara holistic dan dirancang dalam suatu sistem yang terarah. Seluruh kegiatan pembelajaran di selingkungan sekolah boarding school merupakan kesatupaduan yang melebur dalam totalitas hidup sehari-hari siswa. d. Perpaduan antara sikap disiplin siswa dengan model pembiasaan yang diterapkan di SMP Daarut Tauhid Boarding School Bandung akan menjadi pengarah dan pedoman juga untuk mewujudkan kejujuran dan tanggung jawab siswa yang nantinya tercermin di dalam kehidupan sehari-hari. e. Keteladanan, keistiqomahan, sistem atau aturan yang baik serta kerja sama dari berbagai pihak menjadi faktor pendukung terhadap tegaknya kedisiplinan siswa. f. Terdapat beberapa kendala baik bersifat internal maupun eksternal dalam pelaksanaan pembinaan kedisiplinan siswa, diantaranya perbedaan karakteristik dan latar belakang keluarga siswa, masih minimnya sarana dan prasarana serta efek negatif dari adanya kemajuan IPTEK. B. Rekomendasi Berdasarkan hasil penelitian tentang Pembinaan Kedisiplinan Siswa melalui Model Pembiasaan mengilhami berbagai pandangan yang kiranya merupakan rekomendasi atau masukan yang diharapkan adanya perbaikan di masa

140 yang akan datang kepada beberapa pihak dalam upaya meningkatkan pembiasaan kedisiplinan siswa di SMP Daarut Tauhid Boarding School antara lain: 1. Guru SMP Daarut Tauhid Boarding School Bandung Untuk memaksimalkan hasil pembinaan kedisiplinan siswa melalui pembiasaan, maka perlu adanya komitmen dan konsistensi dari semua pendidik yang ada di lingkungan SMP DTBS Bandung. Apabila semua guru memiliki komitmen, dedikasi, dan konsistensi maka diharapkan siswa dalam melaksanakan kedisiplinannya juga akan konsisten. Guru sebagai pendidik di sekolah merupakan model dalam membina nilai kedisiplinan yang paling efektif, dimana siswa akan melihat langsung perilaku guru ketika mengajar di kelas. Oleh karena itu, guru ditantang untuk mampu berkata dan perilaku yang baik, datang tepat waktu ke sekolah, tidak pernah absen ngajar kecuali ada kepentingan yang tidak bisa ditinggalkan dan harus lebih tegas dalam mengambil suatu sikap. 2. Siswa SMP Daarut Tauhid Boarding School Bandung Sudah seharusnya penanaman kedisiplinan siswa dibina sejak dini, melalui pembinaan, pengewasan serta bimbingan dari semua pihak, karena pada dasarnya siswa merupakan generasi penerus bangsa yang akan melanjutkan estapeta perjuangan para pahlawan. Siswa harus siap menerima segala apa yang telah diatur dan diwajibkan di lingkungan dunia pendidikan seperti sekolah, karena semata-mata itu untuk kebaikan mereka. Dengan demikian, siswa SMP DTBS Bandung harus senantiasa lebih meningkatkan kualitas perilaku mereka, yang mencakup: jangan mudah terbawa oleh pergaulan yang negatif dan harus lebih hati-hati dalam memilih teman jangan sampai berteman dengan orang pemalas serta tidak semangat untuk belajar. 3. Para pengajar PKn Para pengajar PKn di lingkungan sekolah umum lainnya diharapkan mampu mengambil sisi positif serta keunggulan model pembiasaan kedisiplinja yang telah diterpakan di SMP Daarut Tauhid Boarding School Bandung ini yang syarat

141 dengan nilai-nilai agama dan karakter budaya bangsa yang merupakan acuan dalam mencetak generasi bangsa yang unggul. 4. Pembina Kesiswaan SMP Daarut Tauhid Boarding School Bandung Kualitas kedisiplinan siswa di sekolah sangat ditentukan oleh bimbingan dari pembina kesiswaan. Pembina kesiswaan mempunyai tugas untuk mengarahkan dan membimbing siswanya agar sesantiasa berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku. Dengan demikian pembinaan terhadap siswa pun harus lebih ditingkatkan, dengan cara selalu mengecek kehadiran seluruh siswa, melakukan kerja sama dengan wali kelas dan pengsuh di asrama supaya dapat diketahui siswa yang sedang bermasalah. Selain itu harus adanya koordinasi yang efektif dengan orang tua siswa. Pada hakikatnya pelaksanaan pembiasaan-pembiasaan di SMP DTBS Bandung sebagaimana yang telah didesain di dalam kurikulum harus benar-benar diimplementasikan secara nyata dalam kehidupan di lingkungan sekolah dan asrama. 5. Mudaris dan Pengasuh Asrama SMP Daarut Tauhid Boarding School Bandung Mudaris dan pengasuh asrama mempunyai peran yang sama dalammelakukan pembinaan terhadap seluruh kegiatan siswa di asrama. Sesuai dengan tugasnya, mudaris dan pengasuh asrama mempunyai peran sebagai orang tuua (tempah anak mencurahkan permasalahannya), sebagai teman (membangun hubungan yang hangat dengan anak dan saling mempercayai), sebagai konselor (membantu siswa untuk menyelesaikan permasalahan psikologis), dan sebagai fasilitator (memfasilitasi anak dalam proses pembelajaran selama di Pesantren). Berdasarkan peran tersebut, tentunlah keberadaan mudaris dan pengasuh asrama sangat penting bagi siswa selama berada di asrama. Dengan demikian keduanya harus mampu membimbing siswanya dengan lebih baik lagi, memantau dengan lebih ketat terhadao segala kegiatan siswa khususnya dalam kegiatan keboardingan, dan harus membangun hubungan yang lebih baik dengan semua siswa jangan sampai membdeda-bedakannya.

142 6. Pembinaan Siswa (BINSIS) SMP Daarut Tauhid Boarding School Bandung BINSIS perperan sebagai penegak dan pembimbing kedisiplinan siswa selama berada di asrama dan mempunyai fungsi untuk memberikan pembinaan dan pemahaman terhadap santri. Adapun tuga BINSIS yaitu: a) menggali informasi (tabayun) dengan santri yang melanggar, b) melakukan konseling terhadap santri yang melanggar, c) memberikan teguran yang mendidik, d) memberikan nasehat yang membangun, e) memberikan sanksi yang mendidik kepada siswa, e) mengkontrol aktivitas santri dalam pondok, sera f) mengecek dan mengamati kedisiplinan siswa. Apabila dilihat dari peran dan tugasnya, BINSIS merupakan figur yang sangat menetukan dalam menegakan mendisiplinkan siswa. Kedisiplinan akan berjalan dengan baik apabila penegakan sanksinya tegas. Dengan demikian, BINSIS harus lebih tegas terhadap siswa yang melanggar peraturan, lebih awal dalam mengikuti kegiatan-kegiatan siswa serta harus dekat dengan siswa, supaya lebih disegani bukan ditakuti. 7. Peneliti Selanjutnya Banyak sekali hal-hal menarik yang bisa dikaji di SMP Daarut Tauhid Bandung ini. Untuk itu, diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengembangkan hasil penelitian ini akan tetapi lebih menekankan kepada pengaruh model pembiasaan yang diterapkan di SMP DTBS Bandung terhadap kecerdasan emosional siswa. Hal ini dianggap penting karena peneliti menilai bahwa model pembiasaan di SMP DTBS Bandung mampu mengubah pola pikir siswa, sehingga tercipta karakter-karakter baik dalam setiap perkataan dan perbuatannya.

143