Cirebon, Jawa Barat, Indonesia, ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
Nunung Nurjanah Akademi Kebidanan Muhammadiyah Cirebon, Jawa Barat, Indonesia, ABSTRAK

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Robekan Jalan Lahir Pada Ibu Bersalin

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN RUPTURE PERINEUM PADA IBU BERSALIN SPONTAN

BAB I PENDAHULUAN. riwayatkan dalam hadist. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PIJAT PERINEUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN ABSTRAK

Primigravida. Relationship With Birth Weight Normal On Labor Perineal Rupture Primigravida

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organizatin (WHO) dinegara berkembang, kematian maternal berkisar antara per kelahiran hidup,

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI RSIA KUMALA SIWI PECANGAAN JEPARA. Oleh :

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DAN PARITAS DENGAN RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN SPONTAN DI RSIA BUNDA ARIF PURWOKERTO TAHUN 2010

JURNAL SKRIPSI. Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan Universitas UBudiyah Indonesia

Analisis Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ruptur Perineum Pada Persalinan Normal Di Rsud Dr. Sam Ratulangi Tondano Kabupaten Minahasa

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG TAHUN 2009

Penyebab Terjadinya Ruptur Perineum pada Persalinan Normal di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang

HUBUNGAN PELAKSANAAN SENAM HAMIL TERHADAP KEJADIAN KALA II LAMA DI RSUD dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2015 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat sensitif terhadap sentuhan dan cenderung mengalami robekan. BAK dan aktivitas seksual ibu pasca melahirkan.

BAB I PENDAHULUAN. penentu status kesejahteraan negara. Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER DI RSUD ROKAN HULU TAHUN 2010

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM SPONTAN DI BPM NY. NATALIA KECAMATAN GENUK KOTA SEMARANG

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN LAMANYA PELEPASAN PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RUMAH BERSALIN AL-AMIN DONOYUDAN KALIJAMBE SRAGEN

Ria Yulianti Triwahyuningsih Akademi Kebidanan Muhammadiyah Cirebon, Jawa Barat, Indonesia

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA NIFAS BERDASARKAN KARAKTERISTIK IBU DI BPM HJ. MAHMUDAH, S.S.T KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2016

HUBUNGAN FAKTOR RESIKO IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA DI RSIA NORFA HUSADA BANGKINANG TAHUN 2013

DAFTAR PUSTAKA. APN, Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini.Jakarta: JNPK-KR.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Preeklampsi Di Ruang Bersalin BLU-RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2013

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI LAHIR DENGAN DERAJAT LASERASI JALAN LAHIR PADA IBU PRIMIPARA DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK

Hubungan antara Umur dan Paritas Ibu dengan Kejadian Retensio Plasenta Eufrasia Zau, Endang BS Akbid Griya Husada Surabaya

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3. STIKES Nani Hasanuddin Makassar

HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ARJAWINANGUN TAHUN 2015

HUBUNGAN POSISI MENERAN DENGAN RUPTUR PERINEUM DI RB KARTINI PUTRA MEDIKA KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (Maternity Mortality Rate) sampai pada

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POSTPARTUM DI BLUD RS H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PARTUS LAMA DI RUANG KEBIDANAN RSUD IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015

CUT ROSMAWAR¹ ¹Tenaga Pengajar Pada STIKes U Budiyah Banda Aceh

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN BAYI LAHIR. Nofi Yuliyati & Novita Nurhidayati Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PRIMIPARA DI BPS BENIS JAYANTO TAHUN 2012

HUBUNGAN PARITAS DAN RIWAYAT SC DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh seluruh wanita

BAB I PENDAHULUAN. ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Nifas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM SPONTAN DI RSUD KEBUMEN TAHUN 2013

Hubungan Paritas Dengan Derajat Ruptur Perineum Pada Ibu Bersalin Normal Di Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN :

HUBUNGAN GRAVIDITAS DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RSUD

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan pada 2007 sebesar 228 per kelahiran hidup. Kenyataan

BAB I PENDAHULUAN. serius di negara berkembang. Menurut laporan World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO), salah satunya diukur dari besarnya angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan kehamilan adalah pengawasan kehamilan untuk. kehamilan, menegakan secara dini komplikasi kehamilan, dan menetapkan

HUBUNGAN PARTUS LAMA DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RUANG VK BERSALIN RSUD. DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN INVOLUSIO UTERUS PADA IBU NIFAS DI RSUD DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

HUBUNGAN ANTARA PENDAMPINGAN PERSALINAN OLEH KELUARGA DENGAN LAMANYA PERSALINAN KALA II DI BPS HJ. YUSFA F. ZUHDI GEMPOL PADING PUCUK

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN RETENSIO URINE PADA IBU NIFAS DI RSUD DR. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN DENGAN JUMLAH PERSALINAN DI WILAYAH PUSKESMAS MAMBURUNGAN KOTA TARAKAN

BAB I PENDAHULUAN. unsur penentu status kesehatan (Saifuddin, 2013). Keadaan fisiologis bisa

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian maternal (maternal mortality) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Berat

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,

ANALISIS PERBEDAAN POSISI MENERAN TERLENTANG DAN KOMBINASI TERHADAP LAMA KALA II DAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM PADA IBU BERSALIN

GAMBARAN UMUR DAN PARITAS IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT MUHAMADIYAH PALEMBANGTAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RSU PKU MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA 2016

BAB I PENDAHULUAN. akibat dari berbagai perubahan anatomik serta fisiologik yang terjadi dalam

HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP LAMANYA PROSES PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYAT KLATEN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang kelima. Indonesia berada

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSHARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2014

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS KECAMATAN CURUG TANGERANG

BAB V PEMBAHASAN. terbanyak mempunyai kelompok umur tahun yaitu sebanyak 37

BAB I PENDAHULUAN. hari) dan ada yang mengalami kelambatan dalam penyembuhannya (Rejeki,

HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLETUS DI RSB UMMI KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2015

Hubungan Pelaksanaan Asuhan Sayang Ibu Dengan Lamanya Persalinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG RESIKO TINGGI KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

Rendah. Veronica Magdalena Pinontoan 1, Sandra G.J Tombokan 2, 1. RSUP.Prof.Dr.R.D.Kandou Manado 2,3, Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado

BAB I PENDAHULUAN. ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) ini adalah mengacu pada deklarasi Millenium

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN ANTEPARTUM DI RSUD ABDOEL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

HUBUNGAN UMUR, PARITAS, DAN BERAT BAYI LAHIR DENGAN KEJADIAN LASERASI PERINEUM DI BIDAN PRAKTEK SWASTA Hj. SRI WAHYUNI, S.SiT SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN UMUR, PARITAS DAN MANAJEMEN AKTIF KALA III DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA. Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN Di bawah MDGs, negara-negara berkomitmen untuk mengurangi angka

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab tingginya angka kematian ibu terutama disebabkan karena faktor

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD R.A KARTINI JEPARA INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seorang ibu dalam usia reproduktif. Perubahan-perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat antara lain dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran Pembangunan Millenium Development Goals (MDGS) adalah 102 per

PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN Sri Handayani, Umi Rozigoh

Yeni Yuniarti 2, Suesti 3 INTISARI

FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI KASUS PERSALINAN DI UGD RSUP Dr. KARIADI VINA EKA WULANDARI G2A PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN

BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN ASFIXIA NEONATORUM

BAB I PENDAHULUAN. kematian. Setiap kehamilan dapat menimbulkan risiko kematian ibu,

GAMBARAN KEJADIAN ANEMIA BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU HAMIL DI BPM NENENG MAHFUZAH, S.Si.T.,M.,M.Kes BANJARMASIN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI RUMAH BERSALIN ATIAH

BAB I PENDAHULUAN. dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA PARITAS DAN BERAT BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI BPM Hj.YATMIKA,S.S.T.,M.Kes. KOTA CIREBON PERIODE JANUARI-DESEMBER TAHUN 2014 Cicih Arianengsih 1, Ilah Sursilah 2 dan Nur Aliah 3 1 2 3 Akademi Kebidanan Muhammadiyah Cirebon, Jawa Barat, Indonesia, 45135 ABSTRAK Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) sebanyak 228 per 100 ribu KH, disebabkan oleh eklamsi, hipertensi, dan perdarahan. Ruptur perineum merupakan salah satu dari beberapa penyebab terjadinya perdarahan yang dapat menyebabkan kematian. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di BPM Hj.Yatmika, S.S.T.,M.Kes. pada periode Januari s.d Desember 2014, dari 55 persalinan terdapat 43 (78,18%) persalinan yang mengalami ruptur perineum. Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui hubungan antara paritas dan berat bayi baru lahir dengan kejadian ruptur perineum pada persalinan normal di BPM Hj. Yatmika, S.S.T., M.Kes. periode Januari s.d Desember tahun 2014. Jenis penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional. Adapun teknik pengambilan sampel penelitian ini menggunakan total sampling, yaitu dengan data sekunder dengan cara melihat SOAP Partograf. Subjek yang diteliti adalah seluruh ibu bersalin normal di BPM Hj. Yatmika, S.S.T.,M.Kes. Kota Cirebon periode Januari s.d Desember tahun 2014, yaitu sebanyak 62 pada 29 Desember 2014 s.d 03 Januari 2015. Berdasarkan hasil penelitian ibu bersalin yang mengalami ruptur perineum mayoritas berat bayi baru lahir 2500-4000 gram sebanyak 40 (64,5%) dari 62 (100%) hubungan antara paritas dengan kejadian ruptur perineum didapatkan hasil pvalue sebesar 0,087 dari nilai a 0,05 karena pvalue 0,05, maka keputusannya Ha ditolak, hubungan berat bayi baru lahir dengan kejadian ruptur perineum didapatkan hasil pvalue 0,001 dari nilai a 0,05 karena pvalue 0,05, maka keputusannya Ha diterima. Kesimpulan tidak terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian ruptur perineum, dan terdapat hubungan antara berat BBL dengan kejadian ruptur perineum. Oleh karena itu, diharapkan bidan dapat meningkatkan keterampilan dan kualitas pelayanan, sehingga dapat meminimalkan angka kejadian ruptur perineum. Kata kunci : Paritas, Berat Bayi Baru Lahir, Persalinan Normal, Ruptur Perineum Daftar Bacaan : 6 (2006 s.d 2014) A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Menurut world Health Organization (WHO), sebanyak 99 persen kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara berkembang, salah satu negara berkembang adalah Indonesia. AKI di Indonesia merupakan yang tertinggi di 97

ASEAN. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2007, angka kematian ibu mencapai 228 per 100 ribu KH. Artinya, dalam 100 ribu ibu terdapat 228 ibu yang meninggal dunia karena melahirkan, pada tahun 2011 kejadian AKI sebanyak 3 dari 5674 KH. Adapun AKI tahun 2012 sebanyak 359 per 100 ribu KH. Padahal, target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 adalah 102 per 100 ribu KH. Salah satu target MDGs untuk 2015 adalah mengurangi dua per tiga rasio kematian ibu dalam proses melahirkan 1990-2015 (Selamet Riyadi, 2007). Jumlah AKI di Kota Cirebon pada tahun 2012 sebanyak 3 orang. Pada tahun 2011 sebanyak 3 orang atau sama dengan kondisi pada tahun 2010, namun yang membedakan adalah penyebab kematian ibu. Pada tahun 2010, kematian ibu disebabkan oleh faktor penyebab langsung, yaitu 1 orang karena eklamsia dan 2 orang mengalami pendarahan karena atonia uteri. Adapun pada tahun 2011 disebabkan karena faktor tidak langsung, di mana 1 orang mengalami hipertensi kronis dan 2 orang karena decomp cordis. Faktor penyebab kematian ibu melahirkan di antaranya yaitu perdarahan yang lebih banyak(40-60%,), infeksi (20-30%), dan keracunan kehamilan (20-30%), sisanya (5%) disebabkan penyakit lain yang membunuh saat kehamilan (Anonim, 2008). Perdarahan post partum adalah perdarahan yang melebihi 500 ml lebih setelah bayi lahir. Perdarahan postpartum primer terjadi dalam 24 jam pertama dan biasanya disebabkan oleh ruptur jalan lahir, atonia uteri, dan sisa plasenta. Faktor yang mempengaruhi ruptur perineum antara lain: faktor ibu yaitu paritas dan meneran, faktor janin yaitu berat bayi baru lahir, faktor persalinan pervaginam, dan faktor penolong persalinan yaitu posisi ibu saat melahirkan serta kesalahan meneran. (Suparyanto, 2011). Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada saat bayi lahir, baik secara spontan maupun dengan alat atau tindakan. Robekan perineum umumnya terjadi pada garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat. Robekan terjadi pada hampir semua primipara. Robekan perineum dapat mengakibatkan pula robekan jaringan pararektal, sehingga rektum terlepas dari jaringan sekitarnya. Pada tempat terjadinya perlukaan akantimbul perdarahan yang bersifat arterial atau yang merembes. Ruptur Perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan (Mochtar, 2011). 98

Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita (BKKBN, 2006). Paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara, dan grande multipara. Adapun Manuaba (2008), paritas adalah wanita yang pernah melahirkan bayi aterm. Berat badan lahir adalah berat badan bayi yang ditimbang 24 jam pertama kelahiran. Semakin besar berat bayi yang dilahirkan meningkatkan risiko terjadinya ruptur perineum. Bayi besar adalah bayi yang begitu lahir memiliki bobot lebih dari 4000 gram. Robekan perineum terjadi pada kelahiran dengan berat badan bayi yang besar. Hal ini terjadi karena semakin besar berat badan bayi yang dilahirkan akan meningkatkan risiko terjadinya ruptur perineum karena perineum tidak cukup kuat menahan regangan kepala bayi dengan berat badan bayi yang besar, sehingga pada proses kelahiran bayi dengan berat badan bayi lahir yang besar sering terjadi ruptur perineum. Kelebihan berat badan dapat disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya ibu menderita Diabetes Melitus, ibu yang memiliki riwayat melahirkan bayi besar, faktor genetik, pengaruh kecukupan gizi (Saifuddin, 2008). Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Renny di BPM Hj. Oom Jamiatu, S.S.T. periode Januari sampai Desember tahun 2011, dari 140 ibu bersalin sebagian besar terjadi ruptur perineum, yaitu sebanyak 104 (74,28%) ibu bersalin, pada kelompok paritas multipara sebanyak 79 (56,43%). Data pada tahun 2013 di BPM Hj. Yatmika, S.S.T,M.Kes. Kota Cirebon, dari 93 ibu bersalin sebagian besar mengalami ruptur perineum, yaitu sebanyak 54 ibu bersalin, pada kelompok paritas multipara. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di BPM Hj. Yatmika, S.S.T.,M.Kes. Padaperiode Januari sampai Desember, dari 55 persalinan terdapat 43 (78,18%) persalinan yang mengalami ruptur. Untuk itu, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan antara Paritas dan Berat Bayi Baru Lahir Dengan Kejadian Ruptur Perineum pada Persalinan Normal di BPM Hj. Yatmika, S.S.T.,M.Kes. periode Januari sampai Desember 2014. 2. Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan identifikasi masalah sebagai berikut. 99

Adakah hubungan antara paritas dan berat bayi baru lahir dengan kejadian ruptur perineum pada persalinan normal di BPM Hj. Yatmika, S.S.T., M.Kes.periode Januari s.d Desember tahun 2014? 3. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Ingin mengetahui hubungan antara paritas dan berat bayi baru lahir dengan kejadian ruptur perineum pada persalinan normal di BPM Hj. Yatmika, S.S.T., M.Kes. periode Januari sampai Desember tahun 2014. b. Tujuan Khusus 1. Mengetahui hubungan paritas ibu bersalin pada persalinan normal di BPM Hj. Yatmika, S.S.T., M.Kes. periode Januari sampai Desember tahun 2014. 2. Mengetahui hubungan berat bayi baru lahir pada persalinan normal di BPM Hj. Yatmika, S.S.T., M.Kes. periode Januari sampai Desember tahun 2014. 3. Mengetahui hubungan kejadian rupture perineum pada persalinan normal di BPM Hj. Yatmika, SST.,M.Kes. Periode Januari sampai Desember tahun 2014. 4. Mengetahui hubungan antara paritas dengan kejadian ruptur perineum pada persalinan normal di BPM Hj. Yatmika, SST., M.Kes. periode Januari sampai Desember tahun 2014. 5. Mengetahui hubungan antara berat bayi baru lahir dengan kejadian ruptur perineum pada persalinan normal di BPM Hj. Yatmika, S.S.T., M.Kes. periode Januari sampai Desember tahun 2014. B. METODOLOGI 1. Metode dan Prosedur Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei yang bersifat analitik dengan rancangan Cross Sectional. Pelaksanaan penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, untuk mengetahui perbandingan motivasi berprestasi antara mahasiswa yang tinggal di luar asrama dengan yang tinggal di asrama. 100

2. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa Diploma III Kebidanan Jalur Umur (dasar SMU) pada Program Studi Kebidanan Cirebon yang berjumlah 115 orang. Teknik pengambilan sampel adalah total sampling. C. HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 29 Desember 2014 s.d 03 Januari 2015 mengenai Hubungan antara paritas dan berat bayi baru lahir dengan kejadian ruptur perineum pada persalinan normal periode Januari s.d Desember 2014 Kota Cirebon, diperoleh data ibu bersalin di BPM Hj. Yatmika, S.S.T., M.Kes. yang tertulis pada SOAP partograf sebanyak 62 orang. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Paritas Ibu Paritas Frekuensi (%) Primipara 29 46.8 Multipara 30 48.4 Grandemultipara 3 4.8 Jumlah 62 100 Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan sebagian besar ibu bersalin adalah multipara sebanyak 30 orang (48.4%). Tabel 2. DistribusiFrekuensi Berat Bayi Baru Lahir BBBLR Frekuensi (%) <2500 8 12.9 2500-4000 54 87.1 >4000 0 0 Jumlah 62 100 Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan sebagian besar berat bayi baru lahir adalah 2500-4000 sebanyak 54 orang (87.1%). Tabel 3. Distribusi Frekuensi Ruptur Perineum Ruptur Frekuensi (%) Perineum Ya 41 66.1 Tidak 21 33.9 Jumlah 62 100 101

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan sebagian besar ibu bersalin normal mengalami ruptur perineum sebanyak 41 orang (66.1%). Tabel 4. Hubungan Paritas dengan Ruptur Perineum Ruptur Ruptur Perineum Perineum Ya Tidak Total Paritas f % f % f % Primipara 23 37.1 6 9.7 29 46.8 Multipara 17 27.4 13 21 30 48.4 Grande multipara 1 1.6 2 3.2 3 4.8 Total 41 66.1 21 33.9 6 100 P Value 0.087 Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan sebagian besar ibu bersalin normal yang mengalami ruptur perineum, yaitu pada paritas primipara sebanyak 23 orang (37.1%). Data tersebut kemudian diuji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh pvaluesebesar 0,087 dari nilai a 0,05 karena pvalue 0,05, maka keputusannya Ha ditolak, artinya tidak ada hubungan antara paritas ibu bersalin dengan kejadian ruptur perineum pada persalinan normal di BPM Hj. Yatmika, S.S.T.,M.Kes. Kota Cirebon periode Januari s.d Desember 2014. BBBL Tabel 5. Hubungan Berat Bayu Baru Lahir dengan Ruptur Perineum Ruptur Perineum Ruptur Perineum Ya Tidak Total f % f % f % P value <2500 1 1.6 7 11.3 8 12.9 2500-4000 40 64.5 14 22.6 54 87.1 >4000 0 0 0 0 0 0 Total 41 66.1 21 33.9 62 100 0.001 Berdasarkan Tabel 5 dapat diuraikan bahwa dari 62 ibu bersalin mayoritas mengalami ruptur perineum sebanyak 40 orang (64.5%). Berada pada berat bayi baru lahir, yaitu 2500-4000 gram. Data tersebut tersebut kemudian diuji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh p value sebesar 0,001dari nilai. 102

D. PEMBAHASAN 1. Hubungan Antara Paritas dengan Kejadian Ruptur Perineum Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 4 menunjukkan bahwa mayoritas ibu bersalin yang mengalami ruptur perineum terjadi pada kelompok paritas primipara, yaitu sebanyak 23 ibu bersalin (37,1%). Data tersebut kemudian diuji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh p value sebesar 0,087 dari nilai a 0,05 karena p value 0,05, maka keputusannya Ha ditolak, artinya tidak ada hubungan antara paritas ibu bersalin dengan kejadian rupturperineumpada persalinan normal di BPM Hj. Yatmika, S.S.T.,M.Kes. Kota Cirebon periode Januari s.d Desember 2014. a 0,05 karena pvalue 0,05, maka keputusannya Ha diterima, artinya ada hubungan antara berat bayi baru lahir dengan kejadian ruptur perineum pada persalinan normal di BPM Hj. Yatmika, S.S.T.,M.Kes. Kota Cirebon periode Januari s.d Desember 2014. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang ada, paritas dapat mempengaruhi ruptur perineum spontan dikarenakan struktur jaringan daerah perineum pada primipara dan multipara berbeda elastisitasnya. Pada primipara yang baru mengalami kehamilan pertama dapat ditemukan perineum yang kaku sehingga lebih mudah dan retan terjadi ruptur perineum spontan, sedangkan pada multipara yang sudah pernah melahirkan bayi yang viable lebih dari 1 kali daerah perineumnya lebih elastis. Selain itu, ibu primipara belum pernah mendapat pengalaman mengalami persalinan apabila dibandingkan dengan ibu multipara. Hal ini mempengaruhi penatalaksanaan atau pertolongan persalinan yang akan dilakukan oleh bidan (Suririnah, 2008). Ruptur perinieum terjadi hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Ruptur perineum pada umumnya terjadi di garis tengah dan menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat sudut arcus pubis lebih kecil dari pada normalnya sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih kebelakang, kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar daripada anak lahir dengan pembedaan vaginal (Prawirohardjo, 2006). Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Hastuti (2010) menunjukkan bahwa pada ibu primipara lebih berisiko terjadi ruptur perineum 2,96%. Hasil penelitian ini ada kesesuaian dengan teori yang menyatakan paritas mempunyai pengaruh terhadap kejadian ruptur perineum. 103

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara paritas ibu bersalin dengan kejadian ruptur perineum karena tidak semua paritas dapat mempengaruhi terjadinya ruptur perineum, meskipun multipara atau grandemultipara dapat mengalami ruptur perineum dikarenakan perineum kaku dan cara meneran yang salah. 2. Hubungan Antara Berat Bayi Baru Lahir dengan Kejadian Ruptur Perineum Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan pada Tabel 5 dapat diuraikan bahwa dari 62 ibu bersalin mayoritas mengalami ruptur perineum sebanyak 40 orang (64.5%). Berada pada berat bayi baru lahir, yaitu 2500-4000 gram. Data tersebut tersebut kemudian diuji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh p value sebesar 0,001 dari nilai a 0,05 karena p value 0,05, maka keputusannya Ha diterima, artinya ada hubungan antara berat bayi baru lahir dengan kejadian ruptur perineum pada persalinan normal di BPM Hj. Yatmika, S.S.T.,M.Kes. Kota Cirebon periode Januari s.d Desember 2014. Robekan perineum terjadi pada kelahiran dengan berat badan bayi yang besar. Hal ini terjadi karena semakin besar berat badan bayi yang dilahirkan akan meningkatkan risiko terjadinya ruptur perineum karena perineum tidak cukup kuat menahan regangan kepala bayi dengan berat badan bayi yang besar, sehingga pada proses kelahiran bayi dengan berat badan bayi lahir yang besar sering terjadi ruptur perineum. Kelebihan berat badan dapat disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya ibu menderita Diabetes Melitus, ibu yang memiliki riwayat melahirkan bayi besar, faktor genetik, pengaruh kecukupan gizi. (Saifuddin, 2008). Menurut Verney (2008: 764), semakin besar berat bayi yang dilahirkan akan meningkatkan risiko terjadinya ruptur perineum, karena perineum tidak cukup kuat menahan regangan kepala bayi dengan berat badan bayi yang besar, sehingga pada proses kelahiran bayi dengan berat badan bayi lahir yang besar sering terjadi ruptur perineum. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Henny (2013) berat bayi lahir dengan berat yang besar dapat menyebabkan terjadinya ruptur perineum sebanyak 69 orang (57,5%). Faktor lain yang memengaruhi ruptur perineum antara lain posisi persalinan, perineum kaku, pemimpin saat persalinan, cara meneran dan ekstraksi vakum, dan janin besar. 104

Penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan peneliti sebelumnya yaitu Henny (2013) dan verney (2008), karena berat bayi yang besar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur perineum. E. KESIMPULAN DAN SARAN 1. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yangtelah dilakukan pada 29 Desember 2014 s.d 03 Januari 2015 di BPM Hj. Yatmika, S.S.T.,M.Kes. mengenai Hubungan antara paritas dan berat bayi baru lahir dengan kejadian ruptur perineum pada persalinan normal periode Januari s.d Desember 2014, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Mayoritas paritas ibu bersalin yaitu multipara. 2. Mayoritas berat bayi baru lahir yaitu 2500-4000 gram. 3. Mayoritas Ibu bersalin mengalami ruptur perineum. 4. Tidak terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian ruptur perineum pada persalinan normal. 5. Terdapat hubungan antara berat bayi baru lahir dengan kejadian ruptur perineum pada persalinan normal. 2. SARAN Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka dapat dikemukakan beberapa saran atau rekomendasi sebagai berikut. a. Bagi Petugas Kesehatan Diharapkan bagi tenaga kesehatan, khususnya bidan dapat meningkatkan kualitas pelayanan Intra Natal Care (INC), terutama dalam deteksi dini terhadap faktor predisposisi ruptur perineum sehingga sedini mungkin ibu dapat menghindari faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya ruptur perineum. b. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan bagi pihak akademik untuk lebih meningkatkan dan melengkapi perpustakaan dengan buku-buku, khususnya yang berkaitan dengan kejadian ruptur perineum sehingga dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk mahasiswa dan tercapai hasil penelitian yang maksimal. c. Bagi Peneliti Lain Diharapkan bagi peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara paritas dan berat bayi baru lahir dengan kejadian ruptur 105

perineum pada persalinan normal dengan menambah variabel yang diteliti, dan diharapkan pula dapat memberikan perubahan yang lebih baik dan berkembang dari peneliti sebelumnya. F. DAFTAR PUSTAKA Akhmad, H. (2013). Bacaan Doa Ketika Hendak Bersalin. Diakses 7 Desember 2014. Dari http://m-alwi.com/doa-untuk-kemudahan-melahirkan.html BKKBN. (2006). Deteksi Dini Komplikasi Persalinan. Jakarta: BKKBN. Gulardi. (2013). Asuhan Persalinan Normal. JNPK-KR. Komplikasi Ruptur Perineum.Diakses 08 Desember 2014 Darihttp://www.bascommetro.com/2011_12_01_archive.html Lintang. (2014). Faktor yang memengaruhi ruptur perineuma. Diakses 08 Desember 2014. Dari http://harsonosites.com/2014/06/05/faktor-faktor-yangberhubungan-dengan-rupture-perineum/. Nochtar. (1990). Sinopsis Obstetri jilid 1. Jakarta: EGC. Notoatmodjo, S. (2010). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2010). Prosedur Penelitian dan Teknik AnalisisData. Jakarta:Rineka Cipta. Saifuddin, A. (2008). Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Sielly. (2014). Persalinan Normal. Diakses 08 Desember 2014. Dari http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=persalinan_normal&oldid=8076482 Suparyanto. (2010). Pengertian Paritas. Diakses 08 Desember 2014. Dari http://drsuparyanto.blogspot,com/2010/10/konsep-paritas-partus.html 106