PENINGKATAN SUHU BAYI PREMATUR MELALUI TERAPI SENTUHAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (WHO, 2011). Angka kematian neonatal sejak lahir sampai usia

Vol 1, No 1, April 2017 ISSN PENGARUH TERAPI SENTUHAN TERHADAP SUHU TUBUH PADA BAYI PREMATUR

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan kurang dari 37 minggu (antara minggu) atau dengan

PENGARUH PERAWATAN BAYI LEKAT TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN PADA BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

VOLUME 1 NO. 2 (JULI DESEMBER 2016) P-ISSN: E-ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gr disebut low birth weight infant (berat

EFEKTIFITAS PENINGKATAN SUHU TUBUH PADA PERAWATAN METODE KANGGURU DENGAN PERAWATAN INKUBATOR DI BLUD RS H. BOEJASIN PELAIHARI TANAH LAUT TAHUN 2013

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

Pengaruh penerapan Developmental care terhadap stres fisiologis pada BBLR di Ruang Perinatologi RS Panti Waluyo Surakarta. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

*Armi

ARTIKEL PERBEDAAN SUHU TUBUH SEBELUM DAN SETELAH PIJAT BAYI PADA BAYI PREMATUR DI RSUD KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. akibat ketidak matangan sistem organ tubuhnya seperti paru-paru, jantung, badan kurang 2500 gram (Surasmi dkk, 2003).

PENURUNAN KECEMASAN IBU DAN PERBAIKAN STATUS BANGUN-TIDUR BBLR MELALUI PERAWATAN METODE KANGURU

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014

Tasnim 1) JIK Vol. I No.16 Mei 2014: e-issn:

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE

BAB I PENDAHULUAN gram pada waktu lahir (Liewellyn dan Jones, 2001). Gejala klinisnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PEMBERIAN STIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR DAN MOTORIK HALUS TERHADAP PERKEMBANGAN BAYI USIA 3-6 BULAN KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH NAFAS DALAM MENGGUNAKAN PERNAFASAN DIAFRAGMA TERHADAP NYERI SAAT PERAWATAN LUKA PASIEN POST OPERASI DI RUMAH SAKIT SARI ASIH SERANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelahiran prematur merupakan masalah kesehatan perinatal yang

BAB I PENDAHULUAN. dilahirkan di negara-negara sedang berkembang (Unicef-WHO, 2004). BBLR

PENGARUH AROMATERAPI JAHE TERHADAP MUAL DAN MUNTAH AKIBAT KEMOTERAPI PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh FENNY NIM

PENINGKATAN BERAT BADAN DAN SUHU TUBUH BAYI PREMATUR MELALUI TERAPI MUSIK LULLABY

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal sesuai usianya, baik sehat secara fisik, mental,

PENGARUH PIJAT BAYI DENGAN KUALITAS TIDUR BAYI USIA 3-6 BULAN DI DESA BANDUNG KECAMATAN DIWEK KABUPATEN JOMBANG

PENGARUH PERAWATAN METODE KANGURU TERHADAP KENAIKAN BERAT BADAN PADA BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUANG PERINATOLOGI RSUD DR. RASIDIN PADANG TAHUN

PENGARUH PELATIHAN PATIENT HANDLING TERHADAP PENURUNAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG AKIBAT KERJA

Pengaruh Perawatan Metode Kanguru terhadap Respons Fisiologis Bayi Prematur

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

PENGARUH PERAWATAN METODE KANGURUU DENGAN KESTABILAN TANDA VITAL PADA BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT AN NISA TANGERANG 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan neonatus merupakan bagian dari perawatan bayi yang berumur

PENGARUH PIJAT BAYI TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN PADA BAYI USIA 3 4 BULAN DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDATON BANDAR LAMPUNG TAHUN 2012

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

EFEKTIVITAS TERAPI MUSIK KLASIK MOZART DAN KANGURU METHOD

LEMBAR METODOLOGI PENURUNAN TINGKAT NYERI ANAK PRASEKOLAH YANG MENJALANI PENUSUKAN INTRAVENA UNTUK PEMASANGAN INFUS MELALUI TERAPI MUSIK

1

BAB 1 PENDAHULUAN. saat menghadapi berbagai ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan. dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan.

TERAPI PIJAT OKSITOSIN MENINGKATKAN PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM. Sarwinanti STIKES Aisyiyah Yogyakarta

HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEMATIAN NEONATAL DI RSUD. DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,

BAB I PENDAHULUAN. Berat bayi lahir rendah (BBLR) didefinisikan oleh World Health

ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KLOROFIL TERHADAP PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN DAN PENURUNAN FREKUENSI DENYUT JANTUNG PASCA OLAHRAGA

BAB I PENDAHULUAN. pencapaiannya dalam MDGs (Millenium Development Goals) yang sekarang

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETAHANAN HIDUP BAYI NEONATAL DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SOEDIRAN WONOGIRI SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa dihindari. Lanjut usia (lansia) menurut Undang-Undang Republik

HUBUNGAN PREMATURITAS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD JEND. AHMAD YANI KOTA METRO TAHUN 2016

PROPORSI BERAT BADAN LAHIR RENDAH PADA BAYI KEMBAR YANG LAHIR DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh: ANDRIO GULTOM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan dengan desain penelitian pretest posttest with control group

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. selama beberapa tahun terakhir. Penurunan kematian bayi dari tahun 1990 hingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. umur kehamilan minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB I LATAR BELAKANG. dalam kondisi aktivitas fisik yang kurang. Frekuensi aktivitas fisik yang kurang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak

EFEKTIFITAS PIJAT BAYI TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN BAYI PREMATUR DI RUANG PERINATOLOGI RUMAH SAKIT IMELDA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berat badan kurang dari 2500 gram pada saat lahir (Hasan & Alatas, 2005).

PENGARUH PELATIHAN TEHNIK MENYUSUI YANG BENAR PADA IBU NIFAS PRIMIPARA TERHADAP KETRAMPILAN DALAM MENYUSUI

BAB I PENDAHULUAN. kematian neonatal yaitu sebesar 47,5%. 1 Penyebab kematian neonatal. matur 2,8%, dan kelainan konginetal sebesar 1,4%.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan. Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang.

PERAN LATIHAN FISIK TERHADAP NAFSU MAKAN PADA INDIVIDU OVERWEIGHT ATAU OBESITAS YANG MENDAPATKAN KONSELING GIZI TENTANG LOW CALORIE DIET

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kabupaten Bonebolango dengan batas-batas sebagai berikut:

PENGARUH FREKUENSI PIJAT BAYI TERHADAP PERTUMBUHAN (BERAT BADAN) BAYI USIA 1-3 BULAN DI DESA KARANGSARI DAN PURBADANA

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB). AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian bayi di negara ASEAN dan SEARO tahun 2009 berkisar 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diabetes, penyakit lupus, atau mengalami infeksi. Prematuritas dan berat lahir

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran bayi dengan Bayi Berat Lahir Rendah hingga saat ini masih

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia pada masa mendatang (Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005). Upaya dalam kesehatan telah dipersiapkan yang bertujuan untuk

ABSTRAK PENGARUH MADU TERHADAP PENINGKATAN MEMORI JANGKA PENDEK

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan diarahkan pada meningkatnya mutu SDM yang berkualitas. Salah

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kejadian yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia karena

1998, WHO telah merekomendasikan penambahan suplemen asam folat sebesar 400 µg (0,4 mg) per hari bagi ibu hamil untuk mencegah kelainanan tabung

BAB III METODE PENELITIAN

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : RINI INDARTI PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH

TINGKAT NYERI ANAK USIA 7-13 TAHUN SAAT DILAKUKAN PEMASANGAN INFUS DI RSUD KOTA SEMARANG

KELANGSUNGAN HIDUP BAYI PADA PERIODE NEONATAL BERDASARKAN KUNJUNGAN ANC DAN PERAWATAN POSTNATAL DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. konsep diri, pola koping dan perilaku sosial (Hidayat, 2008).

PENGARUH TEKANAN PANAS TERHADAP DENYUT NADI TENAGA KERJA DI BAGIAN X PT. Y SURAKARTA

SKRIPSI PELATIHAN TARI GALANG BULAN MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK PADA PELAJAR SMP DI YAYASAN PERGURUAN KRISTEN HARAPAN DENPASAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya untuk memperbaiki kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak telah

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr.Kariadi/FK Undip Semarang. (PBRT), Neonatal Intensive Care Unit (NICU) dan ruang rekam medik RSUP

Transkripsi:

PENINGKATAN SUHU BAYI PREMATUR MELALUI TERAPI SENTUHAN Ema Hikmah 1,2*, Yeni Rustina 3, Hening Pujasari 3 1. Poltekkes Kemenkes Bandung, Jawa Barat 40161, Indonesia 2. Program Studi Magister Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia 3. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia *Email: mamah_beera@ymail.com Abstrak Terapi sentuhan merupakan salah satu terapi nonfarmakologis yang dapat diberikan pada bayi prematur. Tujuan penelitian mengidentifikasi pengaruh terapi sentuhan terhadap suhu dan nadi bayi prematur di ruang perinatologi RS X Tangerang. Desain penelitian menggunakan kuasi eksperimen dengan pre dan post test. Teknik pengambilan sampel dengan cara consecutive sampling. Responden berjumlah 30 bayi prematur, dengan 15 bayi pada kelompok intervensi dan 15 bayi pada kelompok kontrol. Pengujian rata-rata suhu dan nadi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi menggunakan uji t-test. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan rata-rata suhu bayi prematur secara signifikan pada kelompok intervensi (p= 0,000, α= 0,05). Kesimpulannya, terapi sentuhan dapat meningkatkan suhu bayi prematur. Disarankan agar terapi sentuhan dapat diterapkan dalam asuhan keperawatan pada bayi prematur. Kata kunci: bayi prematur, nadi, suhu, terapi sentuhan Abstract Therapeutic touch is one of non pharmacologic therapy that can be given to premature babies. The purpose of study was to identify the effects of therapeutic touch on the temperature and pulse of premature babies at Perinatal Unit, X Hospital in Tangerang. Quasi-experimental research design was used with pre and post test. Sampling technique was by consecutive sampling. Respondents were 30 premature infants, with 15 infants in the intervention group and 15 infants in the control group. The average temperature and pulse in the control group and intervention group was measured by t-test. The results showed an increase in the average temperature of premature infants in the intervention group were significant (p= 0,000, α= 0,05). In conclusion, therapeutic touch can increase the temperature of premature infants. It is recommended that therapeutic touch can be applied in nursing care in preterm infants. Keywords: premature infants, pulse, temperature, touch therapy Pendahuluan Angka kematian dan kesakitan bayi dipengaruhi berbagai faktor, salah satunya adalah keadaan pada waktu bayi dilahirkan. Berdasar data di Indonesia menggambarkan bahwa setiap tahun diperkirakan sekitar 350.000 bayi lahir dengan prematur atau berat badan lahir rendah. Pola penyakit penyebab kematian menunjukkan bahwa proporsi penyebab kematian neonatal pada kelompok umur 0 7 hari tertinggi prematur dan berat badan lahir rendah (35%), kemudian asfiksia (33,6%) (Depkes, 2008). Jumlah bayi prematur saat ini semakin meningkat. Data yang diungkapkan oleh World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa satu dari sepuluh kelahiran adalah bayi prematur. Prematuritas ini menyebabkan angka kematian perinatal cukup tinggi. Berdasarkan studi yang dilakukan antara pertengahan tahun 1990 hingga 2007, ditemukan sekitar 85% bayi di Asia lahir sebelum waktunya yakni 37 minggu. Jumlah tersebut sekitar 77 juta bayi sedangkan di Afrika terdapat lebih dari 47 juta bayi prematur dilahirkan setiap tahunnya. Sementara di Eropa, kelahiran bayi prematur mencapai sekitar 6,2% setiap tahun pada tahun 2006, sedangkan di Amerika Latin dan Karibia 9,1%. Bayi prematur adalah bayi yang dilahirkan dengan usia gestasi atau kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan rendah (Wong & Hockenberry, 2004). Pada bayi prematur, kematangan semua organ tubuh bayi belum tercapai dengan baik.

180 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 14, No. 3, November 2011; hal 179-184 Keadaan ini menyebabkan perawatan bayi prematur harus dilakukan dengan baik terutama menjaga kestabilan suhu dan frekuensi denyut jantung. Apabila semua sistem diperhatikan dengan baik maka bayi dapat bertahan dan tumbuh kembang dengan baik. Menurut Wong dan Hockenberry (2004), bayi yang dilahirkan dengan berat badan kurang dari 2500 gram, duapuluh kali lebih besar akan mengalami kematian di bulan pertama kehidupannya dibanding dengan bayi yang lahir dengan berat badan yang normal. Risiko akan meningkat lebih tinggi pada bayi yang di lahirkan dengan berat badan kurang dari 1500 gram. Gangguan yang terjadi pada bayi prematur disebabkan belum matangnya semua organ bayi, diantaranya yaitu gangguan susunan saraf pusat. Gangguan ini sering mengakibatkan perdarahan otak, leukomalasia (pengapuran) otak dan henti nafas. Henti nafas adalah bayi secara mendadak berhenti nafasnya karena pengaturan nafas di otak dan otot bantu nafas pada bayi prematur belum sempurna. Bayi yang lahir prematur juga mempunyai paruparu yang belum berfungsi dengan baik, salah satunya karena produksi surfaktan yang masih sedikit, sehingga pengembangan paru pada bayi prematur belum berkembang dengan baik dan biasanya bayi mengalami sesak nafas. Jantung pada bayi prematur sering mengalami ketidaksempurnaan penutupan pembuluh darahnya atau yang sering disebut Patent Ductus Arteriosus (PDA) yang dapat menyebabkan denyut jantung semakin cepat, sindroma gawat nafas dan gagal jantung (Wong & Hockenberry, 2004). Kualitas hidup bayi prematur harus ditingkatkan. Perawat di ruang perinatologi sebaiknya dapat melakukan perawatan dengan memperhatikan konservasi energi bagi bayi dan mencari metode perawatan terhadap bayi prematur sesuai dengan perkembangan yang ada saat ini, salah satunya adalah memberikan terapi sentuhan pada bayi prematur. Terapi sentuhan di Indonesia sudah diketahui secara turun-temurun. Terapi sentuhan pada bayi merupakan gerakan sentuhan lambat dan lembut. Banyak penelitian tentang terapi sentuhan pada bayi ini, diantaranya adalah membuktikan bahwa terapi sentuhan pada bayi dapat meningkatkan pertumbuhan berat badan, meningkatkan suhu dan membuat bayi lebih nyaman dan lebih tenang pada saat tidur (Dieter, et al., 2003). Hasil penelitian Diego, Field, dan Reif (2008), mengungkapkan penelitian mengenai terapi sentuhan yang dilakukan pada bayi prematur dapat meningkatkan suhu tubuh dibandingkan dengan bayi prematur yang tidak dilakukan terapi sentuhan. Penelitian yang lain tentang terapi sentuhan juga dilakukan oleh Dieter, et al. (2003). Hasil penelitian ini adalah pada kelompok bayi yang dilakukan terapi sentuhan mengalami kenaikan berat badan secara signifikan. Kenaikan berat badan dengan terapi sentuhan juga memberikan hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan Lahat, et al. (2007). Penelitian yang ada mengenai terapi sentuhan belum ada yang mengaitkan dengan kestabilan suhu dan frekuensi nadi sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh terapi sentuhan pada bayi prematur terhadap kestabilan suhu dan frekuensi nadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh terapi sentuhan pada bayi prematur terhadap suhu dan frekuensi nadi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan pertimbangan bagi perawat untuk memberikan terapi sentuhan pada bayi prematur di ruang perinatologi. Metode Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuasi-eksperimen, dengan tipe nonequivalent control group design pre dan post test. Intervensi yang diberikan adalah memberikan terapi sentuhan pada kelompok perlakuan. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 15 bayi prematur untuk masingmasing kelompok sehingga total sampel adalah 30 orang.

Peningkatan suhu bayi prematur melalui terapi sentuhan (Ema Hikmah, Yeni Rustina, Hening Pujasari) 181 Teknik pengambilan sampel menggunakan cara consecutive sampling, yaitu dengan cara semua subyek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek penelitian terpenuhi. Pengumpulan data dilakukan pada 14 Mei 14 Juni 2010 di ruang perinatologi RS X Tangerang. Alat yang digunakan dalam penelitian berupa termometer digital untuk mengukur suhu dan pulse oxymetri unt uk mengukur frekuensi nadi bayi prematur. Kegiatan penelitian ini meliputi tindakan terapi sentuhan pada kelompok intervensi yang diberi sebanyak tiga kali dalam sehari. Tindakan ini dilakukan pada pagi hari setelah minum ASI/ PASI, pada siang hari setelah minum ASI/ PASI dan satu jam kemudian setelah terapi sentuhan yang kedua. Tindakan terapi sentuhan dilakukan selama 15 menit selama lima hari berturut-turut. Pengukuran suhu dan frekuensi nadi dilakukan dua kali yaitu; pengukuran pada pagi hari sebelum tindakan terapi sentuhan yang pertama dan pengukuran yang kedua sesaat setelah dilakukan terapi sentuhan yang ketiga. Pengukuran suhu dan frekuensi nadi pada kelompok kontrol dilakukan satu jam sebelum minum ASI/ PASI pada pagi hari dan pengukuran yang kedua satu jam setelah minum ASI/ PASI pada siang hari. Analisis data penelitian ini diolah dengan program statistik. Analisis yang dilakukan secara univariat, bivariat, dan multivariat. Analisa univariat untuk menjelaskan variabel jenis kelamin, berat badan, usia gestasi, usia dan suhu lingkungan. Analisis bivariat untuk sampel berpasangan digunakan uji t-test dependen dan untuk data yang tidak berpasangan dilakukan uji t-test independen. Analisis multivariat menggunakan regresi linier untuk semua variabel dependen bersifat numerik. Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas jenis kelamin bayi prematur pada penelitian ini adalah perempuan sebanyak 66,7% (lihat tabel 1). Selain itu, hasil penelitian ini juga menggambarkan data yang bersifat numerik (lihat tabel 2). dianalisis didapatkan bahwa rerata usia gestasi bayi prematur adalah 31,70 minggu dengan standar deviasi 2,25. Bayi prematur mempunyai usia rerata 10,87 hari dengan standar deviasi 4,22. Berat badan bayi prematur menunjukkan rerata 1767,67 gram dengan standar deviasi 330,65. Suhu lingkungan yang diterima oleh bayi prematur adalah rerata 32,17 ºC dengan standar deviasi 1,62. Perbandingan Rerata Selisih Suhu dan Nadi dan Terapi Sentuhan pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Rerata suhu pada bayi prematur sebelum dilakukan terapi sentuhan pada kelompok intervensi adalah 36,69, dengan standar deviasi 0,15 dan setelah diberikan terapi sentuhan didapatkan rerata suhu 36,87 dengan standar deviasi 0,19. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang bermakna antara suhu pada bayi prematur sesudah pemberian terapi sentuhan terhadap kelompok intervensi, dengan peningkatan rerata suhu pada bayi prematur 0,18 (p= 0,000, α = 0,05). Rerata nadi pada bayi prematur sebelum dilakukan terapi sentuhan pada kelompok intervensi adalah 135,67, dengan standar deviasi 5,15, dan setelah diberikan terapi sentuhan didapatkan bahwa rerata nadi 134,27 dengan standar deviasi 5,93. Analisis lebih lanjut menunjukkan tidak adanya perbedaan yang bermakna antara nadi pada bayi prematur sebelum dan sesudah pemberian terapi sentuhan. Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Perempuan Jenis Kelamin Intervensi Kontrol Total n % n % n % 7 46,7% 3 20 10 33,3% Laki-laki 8 53,3% 12 80 20 66,7%

182 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 14, No. 3, November 2011; hal 179-184 Dapat disimpulkan bahwa tidak adanya perbedaan yang bermakna antara bayi yang diberikan terapi sentuhan sebelum dan sesudah intervensi 1,40 (p= 0,30, α = 0,05) (lihat tabel 3). Suhu dan Nadi Sesudah Intervensi antara Kelompok Intervensi dan Kontrol Perbedaaan suhu dan nadi diidentifikasi sebagai nilai perbedaan post test antara kedua kelompok. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rerata peningkatan suhu bayi prematur yang dirawat di ruang perinatologi pada kelompok intervensi adalah 0,18 dengan standar deviasi 0,11, sedangkan pada pada kelompok kontrol adalah 0,003 dengan standar deviasi 0,29. Analisis lanjut didapatkan bahwa tidak adanya perbedaan yang bermakna selisih rerata suhu antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p= 0,057, α= 0,05), juga tidak ada perbedaan yang signifikan selisih rerata penurunan nadi antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p= 0,70, α= 0,05). Pembahasan Pemberian terapi sentuhan pada bayi prematur dapat meningkatkan suhu bayi prematur. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Diego, Field, dan Reif (2008) yang menjelaskan bahwa terapi sentuhan bermakna terhadap kenaikan suhu bayi prematur. Penelitian mengenai terapi sentuhan ini banyak dikaitkan dengan kenaikan berat badan bayi prematur dan hampir rata-rata berpengaruh signifikan terhadap kenaikan berat badan bayi prematur. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Glass, et al. (1975), tentang dampak suhu lingkungan terhadap berat badan bayi. Hasil penelitian ini menunjukkan pada kelompok dengan suhu abdominal 36ºC memperlihatkan peningkatan pertambahan berat dan panjang lebih baik dibandingkan dengan kelompok suhu abdominal yang lebih rendah. Keadaan tersebut dimungkinkan karena bayi yang dirawat pada lingkungan yang lebih hangat tidak memerlukan banyak kalori untuk mempertahankan suhu tubuh, sedangkan bayi di dalam lingkungan yang lebih dingin memerlukan lebih banyak kalori untuk mengatur suhu tubuhnya, sehingga kalori yang tersedia untuk pertumbuhan lebih sedikit. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara nadi pada bayi prematur sebelum dan sesudah pemberian terapi sentuhan. Kesimpulan yang dapat diambil adalah tidak ada perbedaan yang bermakna antara bayi yang diberi terapi sentuhan sebelum dan sesudah intervensi 1,40 (p= 0,30, α= 0,05). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Harrison, et al. (1996), yang mengidentifikasi pengaruh terapi sentuhan terhadap kadar kortisol serum, penggunaan oksigen dan fototerapi, lama hari rawat di rumah sakit, berat badan, dan denyut nadi pada bayi prematur. Hasil penelitian oleh Harrison, et al. (1996) mengungkapkan terapi sentuhan yang dilakukan pada bayi prematur hasilnya bermakna terhadap kadar kortisol serum, lama hari rawat, tetapi hasilnya tidak signifikan terhadap penggunaan oksigen dan frekuensi nadi prematur. Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Gestasi, Usia, Berat Badan, dan Suhu Variabel Mean SD Min-Maks 95% CI Usia gestasi 31,70 2,25 28-35 30,86-32,54 Usia 10,87 4,22 7-22 9,29-12,44 Berat badan 1767,67 330,65 980-2400 1644,2-1891,13 Suhu lingkungan 32,17 1,62 30-35 31,56-32,77

Peningkatan suhu bayi prematur melalui terapi sentuhan (Ema Hikmah, Yeni Rustina, Hening Pujasari) 183 Penelitian lain yang dilakukan oleh Modricin- McCarthy (1992) mengenai terapi sentuhan terhadap bayi prematur menunjukkan hasil yang bermakna terhadap kualitas tidur dan aktifitas motorik, tetapi hasilnya tidak bermakna terhadap nadi dan saturasi oksigen. Pada penelitian yang dilakukan oleh Harrison, et al. (2000), antara lain yaitu mencoba mengidentifikasi pengaruh terapi sentuhan terhadap kualitas tidur, orientasi stabilitas autonomy Brazelton Neonatal Behavioral Assesment Scale (BNBS), saturasi oksigen dan frekuensi denyut nadi. Penelitian yang dilakukan terhadap 12 bayi prematur masing-masing di kelompok kontrol dan intervensi menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara terapi sentuhan terhadap kualitas tidur dan skor BNBS dengan melihat kualitas tidur dan skor BNBS. Untuk saturasi oksigen tidak ada perbedaan yang bermakna. Pada frekuensi nadi hasilnya menunjukkan bahwa adanya perbedaan, yaitu peningkatan sekitar 6 denyut/menit. Jika melihat pada hasil tersebut, pengaruh terapi sentuhan tidak berpengaruh terhadap denyut nadi. Hal ini kemungkinan terjadi karena ada berbagai macam faktor yang mempengaruhi denyut nadi pada bayi prematur. Berbagai tindakan yang dilakukan pada bayi di ruangan perinatologi berbeda-beda tergantung kebutuhan dari bayi tersebut. Semakin sering bayi mendapatkan suatu tindakan yang menyakitkan maka akan mempengaruhi denyut nadi, pada kelompok kontrol maupun kelompok intervensi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya penurunan frekuensi nadi pada bayi prematur di kelompok intervensi, tetapi setelah dilakukan uji analisis ternyata perbedaan tersebut hasilnya tidak bermakna. Menurut hasil pengamatan dan observasi, hal ini disebabkan oleh selama proses penelitian hampir 80% bayi prematur yang dirawat di ruang perinatologi mendapatkan sebanyak dua kali penusukan selama periode terapi sentuhan yaitu pada pagi hari untuk pengambilan darah dan penggantian jarum infus yang bengkak. Peneliti berasumsi bahwa penusukan yang diterima oleh bayi prematur akan membuat rasa sakit yang akan meningkatkan frekuensi nadi, sehingga hasil penelitian tidak berpengaruh terhadap frekuensi nadi, pada kelompok kontrol maupun kelompok intervensi. Tabel 3. Perbandingan Rata-rata Selisih Suhu dan Nadi Variabel Kelompok Mean SD df p Suhu Intervensi 36,69 36,87 0,18 0,15 0,19 0,20 14 0,000 Kontrol 36,77 36,80 0,03 0,21 0,20 0,11 0,53 Nadi Intervensi 135,67 134,27-1,4 5,15 5,93 5,04 14 0,30 Kontrol 142,13 142,80-0,67 5,29 5,4 0,33 0,45

184 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 14, No. 3, November 2011; hal 179-184 Kesimpulan Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terapi sentuhan efektif dalam meningkatkan suhu bayi prematur. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penelitian merekomendasikan untuk dilakukan penelitian tentang terapi sentuhan yang lain dengan populasi yang lebih besar. Direkomendasikan juga untuk penelitian lanjutan terapi sentuhan dengan berbagai masalah kesehatan yang ada pada bayi prematur (WK, NN, DW). Referensi Depkes, RI. (2008). Peta kesehatan Indonesia tahun 2007: Survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) 2007. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Departemen Kesehatan RI. Diego, M.A., Field, T.M., & Reif, M.H. (2008). Temperature increase in preterm infant during massage therapy. Diperoleh dari http://www. ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/pmc2262938/. Dieter, J., Field, T.M., Reif, M.H., Emory, E.K., & Redzepi, M. (2003). Stable preterm infant gain more weight and sleep less after five days of massage theraphy. Diperoleh dari http:// jpe-psy.oxfordjournals.org/cgi/content/abstract/ 28/6/403. Glass, L., Lala, R.V., Jaiswal, V., & Nigam, S.K. (1975). Effect of thermal environment and caloric intake on head growth of low birthweight infants during late neonatal period. Arch Dis Child, 50 (7), 571-573. Harrison, L., Olivet, L., Cuningham, K, et al. (1996). Effect of gentle human touch on preterm infants: Pilot study result. Diperoleh dari https://www.cebp.nl/vault_public/filesystem/?id=1948. Harrison, L., et al. (2000). Effect of developmental, health status, and environmental available on preterm infants responses to a gentle of human touch intervention. Alabama: Johnson and Johnson Institute. Lahat, S., et al. (2007). Energy expenditure in growing preterm infants receiving massage therapy. Diperoleh dari http://www.jacn.org/cgi/content/ abstract/26/4/356. Modricin-McCarthy, M.A. (1992). The physiological and behavioral effects of a gentle human touch nursing intervention on preterm infants (Doctoral Dissertation, University of Tennesse, Knoxville). Dissertation Abstracts International, 54B (3), 1336. Wong, D.L., & Hockenberry, M.J. (2004). Wong s clinical manual of pediatric nursing (6th Ed.). St. Louis: Mosby Inc.