BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN Contextual Teaching and Learning

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1I KAJIAN PUSTAKA Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kata kunci: Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), Hasil belajar matematika ranah afektif dan ranah kognitif.

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

BAB II KAJIAN TEORI. dapat diketahui hasilnya melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdahulu yang relevan dengan variabel-variabel yang diteliti sebagai berikut:

BAB V PEMBAHASAN. A. Terdapat Pengaruh Pendekatan CTL Terhadap Hasil Belajar. Setelah analisis data penelitian selesai, langkah selanjutnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

ZULFA SAFITRI A54F100040

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pendidikan dan teknologi menuntut pengembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktif dan pendekatan keterampilan proses, guru berperan sebagai fasilitator dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) DAN TEORI BANDURA. A. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah suatu proses penyampaian maksud pembicara kepada orang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ENERGI PANAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang menekankan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

Rumusan masalahan. Tujuan Penelitian. Kajian Teori. memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

kata kunci: bimbingan teknis, pendekatan kontekstual, dan mutu guru.

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap Peningkatan Hasil Belajar Mengenai Kesebangunan dan Simetri Siswa Sekolah Dasar

Samriani. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 pasal 3. (2005:56) tentang

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan

Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gaya Magnet di Kelas V SDN 2 Labuan Lobo Toli-Toli

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and

dapat dialami langsung oleh siswa, hal ini dapat mengatasi kebosanan siswa dan perhatiannya akan lebih baik sehingga prestasi siswa dapat meningkat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Tentang Pembelajaran Pelajaran IPA Pengertian IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sering disebut juga sebagai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dan sebagai warga bangsa. Arus globalisasi telah menyebar dan mempengaruhi

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis yang senantiasa. dari kemajuan ilmu dan teknologi yang menuntut lembaga-lembaga untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN PECAHAN DI KELAS V SD NEGERI NO

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab,

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya (2006:2) mengatakan bahwa pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II PEMBELAJARAN CONTEXTUAL, PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA, MATERI MENYELESAIKAN MASALAH BERKAITAN DENGAN PECAHAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKS (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut

MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE KONTEKSTUAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

HASIL BELAJAR BIOLOGI MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN LEARNING STARTS WITH A QUESTION

BAB I. kedewasaan. Purwanto (2007: 10) menyatakan pendidikan ialah pimpinan yang

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA SISWA DI SDN 3 TAPA KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

BAB II PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Kemampuan Menulis. menghasilkan sebuah tulisan. memberdayakan pengetahuan dan perasaan.

BAB II LANDASAN TEORI. konsep baru. Penerapan pendekatan kontekstual di kelas-kelas yang diselenggarakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keluaran ( Output ) dengan kompetensi tertentu. Proses belajar dan pembelajaran

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Dalam Bab II ini akan diuraikan kajian teori yang merupakan variabel dalam penelitian yang dilakukan yaitu hasil belajar, pendekatan CTL, dan alat peraga. 2.1.1 Hasil belajar Menurut Anni (2007:97) hasil belajar merupakan perubahan prilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Menurut Suprijono (2009: 5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar berdasarkan taksonomi Bloom (1956) dapat diklasifikasikan ke dalam tiga ranah (domain), yaitu: (1) Domain kognitif (berhubungan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif meliputi kategori pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis),penilaian (evaluation), dan mencipta (creating)), (2) Domain afektif (berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai peserta didik. Kategori tujuannya berentangan dari keinginan untuk menerima sampai dengan pembentukan pola hidup.kategori tujuan peserta didikan afektif adalah penerimaan (receiving), penanggapan (responding), penilaian (valuing), pengorganisasian (organization) dan karakterisasi), (3) Domain psikomotor (berkaitan dengan kemampuan fisik peserta didik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Kategori jenis perilaku untuk ranah psikomotorik adalah persepsi (perception), kesiapan (set), gerakan terbimbing ( guided response), gerakan terbiasa (mechanism), gerakan kompleks (complex overt response), penyesuaian (adaptation), dan kreativitas (originality)). Berdasarkan penjelasan di atas kita dapat mengambil simpulan bahwa siswa dapat dikatakan berhasil dalam pembelajaran apabila pengetahuan, 7

8 ketrampilan, sikap perilaku, pengalaman dan daya pikir siswa mengalami suatu peningkatan yang baik. Hasil belajar siswa digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran.jika tujuan pembelajaran tercapai maka dapat dikatakan pembelajaran sudah berhasil diterapkan. Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Sudjana (1990:56), melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1) Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai.(2) Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya. (3) Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya. (4) Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau perilaku. (5)Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya Menurut Sudjana (1989:39), hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, dengan meperhatikan faktor-faktor tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar seseorang dan dapat mencegah siswa dari penyebab-penyebab terhambatnya pembelajaran. Berdasarkan penjelasan di atas kita dapat mengambil simpulan hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah melalui proses belajar mengajar yang meliputi kemampuan kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (ketrampilan).

9 2.1.2 IPA IPA secara sederhana didefinisikan sebagai ilmu tentang fenomena alam semesta. Dalam kurikulum pendidikan dasar terdahulu (1994) dijelaskan pengertian IPA (sains) sebagai hasil kegiatan manusia berupa pengetahun, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan. Sedangkan dalam kurikulum 2004 sains (IPA) diartikan sebagai cara mencari tahu secara sistematis tentang alam semesta. Menurut Depdiknas (2006: 151) Ilmu pengetahuan alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsepkonsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga proses penemuan. Menurut Trianto (2010:136) bahwa IPA merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. Nash 1993 (dalam Hendro Darmojo 1992:3) dalam bukunya The Nature of Science menyatakan bahwa IPA itu adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Powler (dalam Winaputra 1992:122) bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen/sistematis (teratur). Dari uraian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam dan gejelegejelanya. 2.1.3 Contextual Teaching and Learning (CTL) 2.1.3.1 Pengertian CTL

10 Johnson (2011:14) menyatakan bahwa CTL merupakan sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki. Owens dalam Johnson (2011:309) CTL menekankan pada berfikir tingkat lebih tinggi, transfer pengetahuan lintas disiplin, serta pengumpulan, penganalisaan dan pensintesisan informasi dan data dari berbagai sumber dan pandangan. Di samping itu, telah diidentifikasi enam unsur kunci CTL yaitu Pembelajaran bermakna, Penerapan pengetahuan, Berfikir tingkat lebih tinggi, Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar, Responsif terhadap budaya, Penilaian Autentik. Menurut Hamruni (2012:133) CTL adalah suatu stategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situuasi kehidupan nyata, sehingga mendorong siswa untuk dapat menerpakannya dalam kehidupan mereka. 2.1.3.2 Komponen Pendekatan Contextual Teaching and Learning Menurut Hamruni (2012:141) bahwa dalam pembelajaran berbasis Contextual Teaching and Learning melibatkan tujuh asas (komponen) utama pembelajaran yaitu : (1) Kontruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. (2) Inkuiri adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencapaian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. (3) Bertanya (Questioning) belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu; sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. (4)Masyarakat belajar (Learning Community) konsep masyarakat belajar dalam Contextual Teaching and Learning menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain untuk memecahkan suatu permasalahan. (5) Pemodelan (Modeling) proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Proses modeling tidak hanya dilakukan oleh guru saja, akan tetapi dapat juga memanfaatkan siswa. Misalkan guru memberikan contoh tentang langkah-langkah percobaan, guru memberikan contoh tentang

11 cara mengerjakan LKS, dan siswa mempresentasikan hasil diskusi dengan kelompoknya. (6) Refleksi / Reflection adalah proses pengendapan yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadiankejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. (7) Penilaian Nyata / Authentic Assessmen adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. 2.1.3.3 Langkah-langkah pendekatan Contextual Teaching and Learning Secara garis besar langkah-langkah penerapan Contextual Teaching and Learning dalam kelas sebagai berikut (Daryanto 2012:156): 1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. 2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. 3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya 4) Ciptakan masyarakat belajar ( belajar dalam kelompok-kelompok) 5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. 6) Lakukan refleksi diakhir pertemuan. 7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. 2.1.3.4 Kelebihan & Kekurangan Contextual Teaching and Learning Kelebihan dan kelemahan CTL ( http://yusrin-orbyt.blogspot.com/2012/06/modelpembelajaran-contextual-teaching.html) Kelebihan pendekatan CTL adalah: (1) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan. (2)Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena Pendekatan CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui mengalami bukan menghafal. Kelemahan pendekatan CTL adalah

12 (1) Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam pendekatan CTL. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau penguasa yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya. (2) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi strategi mereka sendiri untuk belajar. 2.1.4 Alat Peraga Pengertian Alat peraga adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien (Sudjana, 2002 :59 ). Menurut Rusyan (1994) yang dimaksud alat peraga adalah media pendidikan yang berperan sebagai perangsang belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga siswa tidak menjadi bosan dalam meraih tujuan-tujuan belajar. Menurut Nana Sudjana (1991:78) alat peraga sangat mempunyai fungsi penting dalam proses belajar mengajar, adapun fungsi penting itu adalah: (1) Penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar menjadi aktif. (2) Penggunaan alat dalam pembelajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menagkap pengertian dan penjelasan yang diberikan guru. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa alat peraga adalah alat bantu yang dipergunakan untuk membantu guru dalam penyampaian materi pada proses belajar mengajar sehingga mudah dipahami oleh siswa. 2.2.Hasil Penelitian Yang Relevan

13 Penelitian yang dilakukan oleh Nur Faizah yang berjudul penerapan pendekatan CTL untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas III SDN Kandung Kecamatan Winongan Kabupaten Pasuruan. Penelitian tersebut menunjukkan hasil belajar yang meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar siswa, pada prasiklus (57,9), siklus I (66,7), dan siklus II (83,8). http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail (4 Februari 2013) Selain itu ada lagi penelitian yang dilakukan oleh Nurul Puadiyah yang berjudul penerapan strategi contextual teaching and learning (CTL) untuk meningkatkan pembelajaran IPA kelas IV SDN Kesatrian 2 Malang.penelitian tersebut menunjukkan hasil belajar yang meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya rata-rata kelas, yang sebelumnya hanya 62 meningkat menjadi 76 pada siklus I dan 94 pada siklus II. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa mencapai 100%. http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail (2 Februari 2013 Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan untuk melengkapi penelitian-penelitian yang sudah ada sehingga dapat menambah khasanah pengembangan pengetahuan mengenai penelitian IPA dalam hal ini, untuk meningkatkan hasil belajar melalui pendekatan CTL dan penggunaan alat peraga. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri Koripan 04.

14 2.3.Kerangka Berpikir PEMBELAJARAN IPA Pembelajaran Guru kurang berperan optimal sebagai fasilitator Siswa: - tidak dapat menemukan pengetahuannya sendiri - kurangnya keterampilan siswa dalam bertanya - belum terciptanya kondisi masyarakat belajar - tidak adanya percobaan atau pemodelan Hasil belajar < KKM Pembelajaran menggunakan pendekatan CTL dan penggunaan alat peraga -Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil - pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep pada siswa Hasil Belajar KKM 1) Menemukan sendiri dan mengkonstruksi pengetahunnya 2) Melaksanakan kegiatan inkuiri untuk semua topik. 3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya 4) Ciptakan masyarakat belajar 5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. 6) Lakukan refleksi diakhir pertemuan. 7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

15 Gambar 2.1 Kerangka berfikir pendekatan CTL dan penggunaan alat peraga Proses belajar mengajar yang dilakukan guru kurang berperan secara optimal sebagai fasilitator dalam menyiapkan alat peraga dan lembar kerja siswa sehingga siswa tidak dapat menemukan pengetahuannya sendiri, kurangnya keterampilan siswa dalam bertanya, selain itu belum terciptanya kondisi masyarakat belajar dalam pembelajaran yang menyebabkan tidak adanya percobaan atau pemodelan yang dilakukan oleh siswa agar pembelajaran terlihat lebih nyata melalui belajar dari lingkungan sekitarnya, disamping itu tidak adanya refleksi dari guru terhadap siswanya di akhir pembelajaran sehingga siswa tidak mendapat masukan mana yang benar dan mana yang salah, serta guru hanya melakukan penilaian pada hasil akhir pembelajaran. Hal itu mengakibatkan hasil belajar siswa rendah di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah. Seperti yang sudah dijelaskan pada latar belakang masalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa perlu adanya pendekatan pembelajaran dan penggunaan alat peraga. Penelitian ini menggunakan pendekatan CTL dan penggunaan alat peraga untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pendekatan CTL merupakan sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki. Melalui proses pembelajaran tersebut dengan menngunakan pendekatan CTL dan penggunaan alat peraga maka hasil belajar siswa akan meningkat yaitu di atas KKM. 2.4.Hipotesis Tindakan Adapun hipotesis yang diajukan adalah: adanya peningkatan hasil belajar siswa siswa kelas 5 pada mata pelajaran IPA di SD Negeri Koripan 04 melalui pendekatan CTL dan penggunaan alat peraga.