BAB II TINJAUAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

Pengantar Psikologi Abnormal

BAB I PENDAHULUAN. yaitu gangguan jiwa (Neurosa) dan sakit jiwa (Psikosa) (Yosep, hubungan interpersonal serta gangguan fungsi dan peran sosial.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

tuntutan orang tua. Hal ini dapat menyebabkan anak mulai mengalami pengurangan minat dalam aktivitas sosial dan meningkatnya kesulitan dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan jiwa merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius. Kesehatan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku dimana. individu tidak mampu mencapai tujuan, putus asa, gelisah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. dan penarikan diri dari lingkungan (Semiun, 2006). Skizofrenia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, hal ini dapat dilihat dari

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG

Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas

BAB 1 PENDAHULUAN. serta perhatian dari seluruh masyarakat. Beban penyakit atau burden of disease

BAB 1 PENDAHULUAN. Penderita gangguan skizifrenia di seluruh dunia ada 24 juta jiwa dengan angka

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock

BAB II TINJAUAN KONSEP

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia adalah gangguan yang benar-benar membingungkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Bab 1. Sebelum Perang Dunia (PD) II, kebanyakan orang Jepang tinggal dalam satu atap

Strategi pemulihan gangguan jiwa berdasar stress vulnerability model

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan seseorang hidup secara produktif dan harmonis.

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

Bab 5. Ringkasan. Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. lansia di Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,56%. Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

BAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

Modul ke: Pedologi. Skizofrenia. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Skizofrenia adalah salah satu gangguan jiwa berat yang menimbulkan beban bagi

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat sampai lima penduduk dari 1000

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala

BAB I PENDAHULUAN. halusinasi, gangguan kognitif dan persepsi; gejala-gejala negatif seperti

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Dalam bab ini akan diuraikan tentang konsep-konsep terkait yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Gangguan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( )

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI

BAB I PENDAHULUAN. bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan, memalukan,

BAB I PENDAHULUAN. Mellyarti Syarif. Pelayanan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Terhadap Pasien. Disertasi. Kementrian Agama RI. Jakarta hlm.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

TUGAS MATA KULIAH METOPEN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini kemajuan yang pesat dalam berbagai bidang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI Kesenjangan. tenaga non-medis seperti dukun maupun kyai, (Kurniawan, 2015).

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI) Mei Vita Cahya Ningsih. Pengertian

BAB I PENDAHULUAN. abnormal adalah salah satu cabang psikologi yang menyelidiki segala bentuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perilaku dan Proses Mental

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Wahid, dkk, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sehat adalah suatu keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial serta

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. hak-hak asasi manusia, serta menjamin semua warga negara bersamaan. kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dengan tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. kuat disertai hilangnya kontrol, dimana individu dapat merusak diri sendiri, orang lain maupun

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

Transkripsi:

2.1 Gangguan Jiwa BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Gangguan Jiwa Gangguan jiwa merupakan perubahan sikap dan perilaku seseorang yang ekstrem dari sikap dan perilaku yang dapat menimbulkan penderitaan dan dapat menyakiti diri sendiri, tidak menunjukan empati terhadap orang lain dan bisa merugikan orang lain, orang yang terkena gangguan jiwa biasanya tidak menyadari bahwa tingkah lakunya yang menyimpang, dan juga memperlihatkan kemampuan pengendalian diri yang amat kurang, apabila kemampuan pengendalian diri ini sangat kurang secara menyolok maka ia dikatakan sebagai gangguan jiwa ( Sipayung, A, 2010 ). Gangguan jiwa didefinisikan dalam kaitannya dengan disfungsi yang merugikan. Definisi ini memasukan elemen yang didasarkan pada evaluasi objektif terhadap kinerja. Fungsi alamiah proses kognitif dan perseptual adalah untuk memungkinkan orang itu untuk mempersepsikan dunia dengan cara yang sama dengan orang lain dan untuk terlibat dalam pemikiran dan penyelesaian masalah yang rasional. Disfungsi dalam gangguan diasumsikan merupakan hasil 8

disrupsi pikiran, perasaan, komunikasi, persepsi, dan motivasi (Oltmanns dan Emery, 2012). Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa gangguan jiwa merupakan gangguan pada perubahan sikap dan perilaku seseorang yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. 2.1.2 Jenis Gangguan Jiwa Adanya gangguan jiwa dalam diri seseorang bisa juga ditunjukan dari kebiasaan melakukan hal yang bisa merugikan orang lain, yang sering kali tidak disadari tingkah laku yang menyimpang (Sipayung, A, 2010). Menurut Kamal, (2010) gangguan jiwa dapat berupa: 1. Stress Stress adalah suatu kondisi atau keadaan tubuh yang terganggu karena tekanan psikologis. Banyak hal yang bisa memicu stres seperti rasa khawatir, perasaan kesal, kecapekan, frustasi, perasaan tertekan, kesedihan, pekerjaan yang berlebihan, terlalu fokus pada suatu hal, perasaan bingung, berduka cita dan juga rasa takut 2. Psikosis Psikosis merupakan gangguan tilikan pribadi yang menyebabkan ketidakmampuan seseorang menilai realita 9

dengan fantasi dirinya. Psikosis sebenarnya masih bersifat sempit dan bias yang berarti waham dan halusinasi. Selain itu juga ditemukan gejala lain termasuk diantaranya pembicaraan dan tingkah laku yang kacau, dan gangguan daya nilai realitas yang berat. Oleh karena itu psikosis dapat pula diartikan sebagai suatu kumpulan gejala yang terdapat gangguan fungsi mental, respon perasaan, daya nilai realitas, komunikasi dan hubungan antara individu dengan lingkungannya. 3. Psikopat Psikopat secara harafiah berarti sakit jiwa. Psikopat berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan pathos yang berarti penyakit. Orang yang mengidap penyakit ini sering disebut sebagai sosiopat karena perilakunya yang antisosial dan dapat merugikan orang-orang terdekatnya. Psikopat tak sama dengan gila, karena seorang psikopat sadar sepenuhnya atas perbuatannya. Gejala psikopat dapat disebut dengan psikopati, seringkali disebut orang gila tanpa gangguan mental.orang yang mengalami psikopat sangat sulit untuk disembuhkan. 10

4. Skizofrenia Skizofrenia merupakan penyakit otak yang timbul akibat ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Skizofrenia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antar pribadi yang normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang panca indra). 2.1.3 Tingkatan Gangguan Jiwa Menurut Davison, (2006) gangguan jiwa dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu: gangguan jiwa ringan (Neurosa) dan gangguan jiwa berat (Psikosis). 1. Gangguan jiwa berat (Psikosis) adalah bentuk gangguan jiwa yang merupakan ketidakmampuan untuk berkomunikasi atau mengenali realitas yang menimbulkan kesukaran dalam kemampuan seseorang berperan sebagaimana mestinya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu gejala psikosis yang dialami penderita gangguan jiwa berupa gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Dua jenis yaitu psikosis organik, dimana didapatkan 11

kelainan pada otak dan psikosis fungsion dimana tidak terdapat kelainan pada otak. 2. Gangguan jiwa ringan (Neurosa) merupakan gangguan dimana seseorang dalam keadaan sadar, dengan melalui ketidakberesan tingkah laku yang disebabkan oleh adanya tekanan yang terus menerus seperti konflik yang ditandai dengan gejala-gejala seperti: reaksi kecemasan, kerusakan aspek-aspek kepribadian, phobia, histeris. Gangguan jiwa ringan adalah suatu bentuk dimana perilaku seseorang yang maladaptif karena adanya faktor penyebab yang mendasar. Mengetahui bahwa jiwanya terganggu. Faktor penyebab gangguan jiwa ringan adalah: tekanan sosial yang dapat menyebabkan ketakutan dengan kecemasan dan ketegangan hingga kronis, banyak mengalami frustasi yang dialami sejak lama, kepribadian yang sangat labil. 2.1.4 Penanganan Gangguan Jiwa a. Penanganan Pasca Perawatan Rumah sakit Penanganan gangguan jiwa dapat dilakukan dengan cara psikoterapi dan somatoterapi atau bisa disebut dengan terapi biologis. Penanganan psikoterapi merupakan interaksi antara pasien dengan psikolog bertujuan untuk 12

mengidentifikasi pikiran disfungsional yang melatarbelakangi awal munculnya pasien terkena gangguan jiwa, psikoterapi juga untuk membantu dalam perubahan perilaku, pikiran dan perasaan pasien yang abnormal, memecahkan masalah dalam kehidupan individu, artinya menangani orang-orang yang mempunyai masalah seperti gangguan jiwa ringan maupun berat (Nevid et al, 2002). Sedangkan somatoterapi merupakan penanganan terhadap masalah-masalah tingkah laku dengan menggunakan teknik biologi yang meliputi: terapi obat-obatan, psikobedah dan terapi elektrokonvulsif. Asumsi dasar dari penanganan somatoterapi ini adalah gangguan fisiologis menyebabkan gangguan psikologis, dan dengan demikian maka ketika seseorang ditangani secara biologis maka tingkah lakunya akan berubah, penanganan ini biasanya dilakukan oleh psikiater (Semiun, 2006). Bentuk-bentuk psikoterapi menurut Semiun, (2006): 1. Terapi psikodinamik Terapi psikodinamik merupakan terapi yang membantu seseorang dalam mengatasi konflik bawah sadar yang dipercaya merupakan akar dari perilaku abnormal. Dengan mengatasi konflik bawah sadar, kebutuhan untuk mempertahankan tingkah laku defensif 13

seperti fobia, histeria. Tujuan dari terapi ini hanya mengubah tingkah laku yang maladaftif menjadi tingkah laku yang adaptif. 2. Terapi humanistik-eksistensial Terapi ini memusatkan pada pengalamanpengalaman sadar, dimana lebih memusatkan perhatian yang dialami oleh pasien, yang membantu pasien untuk lebih menyadari dan menerima dirinya dengan baik. Tujuan terapi ini menekankan hubungan komunikasi agar lebih terbuka dan jujur ketika komunikasi terhambat. 3. Terapi kognitif Terapi ini mengemukakan bahwa perubahan tingkah laku dan emosi-emosi yang bermasalah disebabkan oleh proses pikiran dan kepercayaan yang salah, perubahan tingkah laku yang salah adalah pemahaman terhadap hal-hal yang tidak realistik dimana seseorang menafsirkan dirinya sendiri sebagai tingkah laku yang maladaftif. Terapi kognitif membantu pasien untuk memperbaiki keyakinan yang maladaftif. 14

4. Terapi tingkah laku Terapi ini berfokus pada perubahan perilaku yang mencoba mengembangkan hubungan teraupetik yang hangat kepada pasien. Metode dalam terapi ini adalah suatu progam teraupetik dimana pasien pertama diperlihatkan dengan menggunakan imajinasi atau gambar, dan selanjutnya akan masuk tahap yang lebih menakutkan, setelah pasien di intruksikan untuk membayangkan dan makin menimbulkan kecemasan maka terapis memfokuskan kembali untuk rileks. Proses ini di ulang sampai pasien tidak merasa cemas. 5. Terapi kelompok Terapi kelompok merupakan terapi yang memberi kesempatan kepada pasien agar dapat bersosialisasi dengan orang lain. Bentuk terapi-terapi kelompok dapat berupa psikodrama. Psikodrama adalah bentuk yang di kembangkan oleh J.L Moreno,1892, metode ini sangat penting karena bertujuan untuk pasien memainkan peran di alam khayal, dengan demikian dia merasa bebas mengungkapkan sikap yang terpendam dan motivasi yang kuat sehingga pasien dapat merasa sedikit lega dan dapat mengembangkan pemahaman (insight) yang memberi 15

kesanggupan untuk mengubah perannya dalam kehidupan nyata. 6. Terapi keluarga Dalam terapi keluarga, yang menjadi unit perawatan keluarga bertujuan untuk membantu pasien mengatasi konflik dan masalah, membantu anggota keluarganya berfungsi dengan baik sebagai suatu unit, tetapi juga membantu setiap dalam penanganan secara lebih efektif. Komunikasi-komunikasi keluarga sangat penting bagi kesembuhan pasien gangguan jiwa. Peran keluarga sangat penting bagi kesembuhan pasien gangguan jiwa karena dapat memberikan dukungan kepada pasien gangguan jiwa, membantu mengurangi angka kejadian relaps (kambuh) untuk itu pasien dapat berperan di masyarakat. Yang membantu kembalinya fungsi secara maksimal pada pasien gangguan jiwa (Herdaetha, 2014). Terapi dapat dilakukan dengan cara biomedis yang merupakan penanganan pada penggunaan obat psikotropika. Obat psikotropika seperti: obat-obat antianxitas adalah obat yang dapat mengurangi rasa cemas dan ketegangan otot, obat antipsikotik, obat 16

antipsikotik merupakan obat yang biasanya digunakan oleh orang yang mengalami zkisofrenia, obat antidepresan obat ini untuk mengatasi depresi pada pasien yang mengalami gangguan jiwa (Nevid et al, 2003). Terapi lain dapat dengan cara terapi elektrokonvulsif adalah terapi dengan kejutan listrik yang dilakukan oleh psikitri untuk membuat pasien menjadi tidak sadar, dan membuat pasien menjadi kejang-kejang biasanya terapi elektrokonvulsif sebagai pilihan penanganan terakhir terhadap pasien gangguan jiwa (Nevid et al, 2003). b. Penanganan Gangguan Jiwa Lingkup Keluarga Penanganan gangguan jiwa lingkup keluarga merupakan problem psikososial yang terjadi di keluarga maupun di masyarakat, pada umumnya masyarakat menganggap penderita gangguan jiwa tidak akan mempunyai masa depan dan tidak produktif. Hal ini cenderung menghasilkan tindakan yang kurang baik terhadap penderita (Simanjuntak, 2012). Penanganan yang biasanya dilakukan keluarga adalah dengan cara memasung penderita, cara pemasungan yang dilakukan oleh keluarga terhadap penderita gangguan jiwa karena keluarga menganggap bahwa penderita selalu mengamuk 17

di rumah maupun di lingkungan masyarakat sehingga penanganannya dilakukan dengan cara dipasung, sikap seperti inilah yang dapat memperburuk kondisi penderita, masalah lainnya adalah suatu anggapan keliru terhadap penderita gangguan jiwa, dimana penderita dianggap sebagai kutukan dari Tuhan atau guna-guna, sehingga keluarga mencari pengobatan gangguan jiwa yang dilakukan dengan terapi eksorsis (pengusiran terhadap roh jahat) sehingga biasanya keluarga membawa penderita gangguan jiwa di lakukan pergi ke dukun dan penanganan dilakukan oleh dukun (Simanjuntak, 2012). Perilaku pencarian pengobatan pada saat awal pasien terkena gangguan jiwa yang dilakukan oleh keluarga berbeda-beda, diantaranya dengan membawa penderita ke dukun, dan sebagian lagi berobat ke rumah sakit jiwa. Perbedaan perilaku ini dipengaruhi oleh pengetahuan keluarga sebagai mengambil keputusan dalam mencari pengobatan penderita. Pengetahuan ini ditentukan berdasarkan tingkat pendidikan keluarga (Notoatmojo, 2003). 18