Identifikasi Tumor Otak Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik pada Citra CT-Scan Otak Vinny Marita a, Nurhasanah a*, Iklas Sanubary a

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menjawab segala permasalahan yang ada dalam penelitian ini.

BAB 4 DISAIN MODEL. Pengguna. Citra. Ekstraksi Ciri x. Antar muka (Interface) Data Hasil Ekstraksi Ciri. Testing dan Identifikasi.

KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION. Dhita Azzahra Pancorowati

APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA

Aplikasi Metode Fractal Lacunarity Untuk Identifikasi Kanker Payudara Kartika Kapuas Sari 1, Nurhasanah 1 Joko Sampurno 1*

GRAY LEVEL COOCURENCE MATRIX SEBAGAI PENGEKSTRAKSI CIRI PADA PENGENALAN NASKAH BRAILLE

BAB IV PEMBAHASAN. Bab IV berisi pembahasan yang meliputi proses penelitian yakni hasil

Deteksi Kanker Paru-Paru Dari Citra Foto Rontgen Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation

BAB II LANDASAN TEORI. titiktitik penyusun citra itu sendiri. Titik-titik tersebut disebut dengan pixel. Banyaknya

BAB III PEMBAHASAN. A. Arsitektur dan Model Fuzzy Neural Network untuk Klasifikasi Stadium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI

Klasifikasi Massa pada Citra Mammogram Berdasarkan Gray Level Cooccurence Matrix (GLCM)

KLASIFIKASI STADIUM KANKER PAYUDARA MENGGUNAKAN MODEL FUZZY NEURAL NETWORK

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

POSITRON, Vol. IV, No. 2 (2014), Hal ISSN :

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang masalah

BAB II LANDASAN TEORI

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

BAB III PEMBAHASAN. arsitektur, prosedur, dan hasil model Radial Basis Function Neural Network untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Model sistem presensi biometri sidik jari yang dikembangkan secara garis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 5, No. 2, Oktober 2016, Hal

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK MENGENALI MOTIF BATIK

Ekstraksi Pola Iris Mata Berwarna Biru dan Cokelat dengan Metode GrayLevel Cooccurrence Matrix Yunia Mentari a, Nurhasanah a)*, Iklas Sanubary a)

Mahasiswa: Muhimmatul Khoiro Dosen Pembimbing: M. Arief Bustomi, S.Si, M.Si.

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN :

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

Klasifikasi Pola Huruf Vokal dengan Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus

PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

Deteksi Kanker Serviks ( Carsinoma Serviks Uteri ) pada Citra Hasil Rekaman CT-Scan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR

ANALISIS FUNGSI AKTIVASI SIGMOID BINER DAN SIGMOID BIPOLAR DALAM ALGORITMA BACKPROPAGATION PADA PREDIKSI KEMAMPUAN SISWA

Penggunaan Jaringan Syaraf Tiruanuntuk Membaca Karakter pada Formulir Nilai Mata Kuliah

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

Aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan untuk Mendeteksi White Spot

IDENTIFIKASI TANDA TANGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUBLE BACKPROPAGATION ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Implementasi antar muka dalam tugas akhir ini terdiri dari form halaman

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pendeteksian Tepi Citra CT Scan dengan Menggunakan Laplacian of Gaussian (LOG) Nurhasanah *)

Metode Jaringan Saraf Tiruan Propagasi Balik Untuk Estimasi Curah Hujan Bulanan di Ketapang Kalimantan Barat

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner

LAPORAN SKRIPSI DETEKSI KANKER OTAK PADA DATA MRI MELALUI JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN EKSTRAKSI FITUR DISCRETE WAVELET TRANSFORM

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) 1 Edisi.,Volume,. Bulan.. ISSN :

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK)

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PREDIKSI PENJUALAN JAMUR MENGGUNAKAN ALGORITMA BACKROPAGATION

METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Kebutuhan Perangkat Keras. Perangkat Keras Spesifikasi Processor Intel Core i3. Sistem Operasi Windows 7

BAB II LANDASAN TEORI

KLASIFIKASI KANKER SERVIKS MENGGUNAKAN MODEL BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK DAN PREPROCESSING CITRA DENGAN OPERASI SPASIAL

BAB IV PEMBAHASAN. A. Hasil Model Radial Basis Function Neural Network (RBFNN) Langkah-langkah untuk menentukan model terbaik Radial Basis Function

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK

SYSTEM IDENTIFIKASI GANGGUAN STROKE ISKEMIK MENGGUNAKAN METODE OTSU DAN FUZZY C-MEAN (FCM)

POSITRON, Vol. V, No. 1 (2015), Hal ISSN :

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Klasifikasi Citra Paru-Paru dengan Ekstraksi Fitur Histogram dan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation

KLASIFIKASI CITRA PARU MENGGUNAKAN MODEL SELF-ORGANIZING MAPS RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORKS (SOM-RBFNN) SKRIPSI

BAB II DASAR TEORI. luar dan daging iga sangat umum digunakan di Eropa dan di Amerika Serikat

PERAMALAN JUMLAH KENDARAAN DI DKI JAKARTA DENGAN JARINGAN BACKPROPAGATION

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA PENGENALAN POLA TULISAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan Februari 2014 sampai dengan Juli 2014 di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Rancangan antarmuka (interface) program terdiri dari form cover, form

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Journal of Control and Network Systems

Estimasi Suhu Udara Bulanan Kota Pontianak Berdasarkan Metode Jaringan Syaraf Tiruan

MEMPREDIKSI KECERDASAN SISWA MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS ALGORITMA BACKPROPAGATION (STUDI KASUS DI LP3I COURSE CENTER PADANG)

BAB 3 METODOLOGI. melakukan pengamatan dan analisis dari gambar yang didapat. Untuk bisa mendapatkan

IMPLEMENTASI PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN ALGORITMA PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS(PCA) DAN IMPROVED BACKPROPAGATION

LEARNING ARTIFICIAL INTELLIGENT

BAB I PENDAHULUAN. beberapa dekade ini. Kanker paru merupakan pertumbuhan sel-sel abnormal yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

PERBANDINGAN TINGKAT AKURASI JENIS CITRA KEABUAN, HSV, DAN L*a*b* PADA IDENTIFIKASI JENIS BUAH PIR

BAB 2 LANDASAN TEORI

EKSTRAKSI CIRI TEKSTUR CITRA WAJAH PENGGUNA NARKOTIKA MENGGUNAKAN METODE GRAY LEVEL CO-OCCURANCE MATRIX. Abstrak

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

Identifikasi Jenis Buah Jeruk Menggunakan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Berdasarkan Tekstur Kulit

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder berupa citra Magnetic Resonansi Image (MRI) yang diperoleh dari

METODOLOGI PENELITIAN

BAB II. Penelitian dengan jaringan syaraf tiruan propagasi balik. dalam bidang kesehatan sebelumnya pernah dilakukan oleh

ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Aplikasi yang dibuat adalah aplikasi untuk menghitung. prediksi jumlah dalam hal ini diambil studi kasus data balita

Desain Perangkat Lunak Berbasis Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation untuk Klasifikasi Citra Rontgen Paru-paru

KOMPARASI HASIL KLASIFIKASI PENYAKIT DIABETES MELLITUS MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION DAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION

PENENTUAN MODEL RETURN HARGA SAHAM DENGAN MULTI LAYER FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILENT BACKPROPAGATION

Transkripsi:

Identifikasi Tumor Otak Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik pada Citra CT-Scan Otak Vinny Marita a, Nurhasanah a*, Iklas Sanubary a a Prodi Fisika, FMIPA Universitas Tanungpura, Jalan Prof. Dr. Hadari Nawaw Pontianak, Indonesia *Email : nurhasanah@physics.untan.ac.id Abstrak Telah dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi tumor otak menggunakan aringan syaraf tiruan dengan ekstraksi ciri Gray Level Co-Occurrence Matrix (GLCM). Penelitian ini menggunakan 10 citra otak normal dan 10 citra otak abnormal (tumor). Tahap preprocessing dimulai dengan memotong citra menadi ukuran 256 x 256 piksel, kemudian dilanutkan dengan mengubah citra berwarna (RGB) menadi citra beraras keabuan (grayscale), proses histogram, dan ekualisasi histogram untuk memperbaiki kualitas tampilan citra. Proses selanutnya menghitung ciri statistik menggunakan Gray Level Co- Occurrence Matrix (GLCM) 4 arah (0, 45, 90 dan 135 ) dengan arak d = 1. Fitur yang digunakan ada 4 yaitu kontras, korelas energi dan homogenitas. Identifikasi citra menggunakan aringan syaraf tiruan propagasi balik dengan arsitektur [12 2 1]. Nilai Mean Square Error (MSE) antara target dan output aringan saat pelatihan adalah 0,000253, sedangkan nilai MSE pada saat penguian adalah 0,010688. Hasil penelitian menunukkan bahwa propagasi balik dapat digunakan untuk mengidentifikasi citra otak normal dan citra otak abnormal (tumor) dengan tingkat akurasi sebesar 70%. Kata Kunci : Citra Otak, GLCM, Jaringan Syaraf Tiruan, Propagasi Balik 1. Latar Belakang Otak merupakan salah satu bagian terpenting dalam tubuh manusia yang berfungsi untuk mengatur dan mengkoordinir seluruh tubuh serta pemikiran manusia. Fungsi otak akan terganggu saat kepala cedera apalagi ika terdapat tumor dalam otak. Tumor otak merupakan penyakit berbahaya kedua yang menyebabkan kematian bagi pria di usia 20-30 tahun dan merupakan penyakit berbahaya kelima yang menyebabkan kematian bagi wanita berusia 20-30 tahun [1]. Menurut data dari International Agency for Research on Cancer, lebih dari 126.000 orang di dunia setiap tahunnya mengidap tumor otak dan lebih dari 97.000 iwa meninggal dunia [2]. Pada stadium awal, tumor sangat sulit diketahui karena batas tumor masih tidak elas, kekontrasannya rendah dan terkadang mirip seperti aringan normal. Computed Tomography Scanning (CT-Scan) merupakan alat penunang diagnosa yang memiliki aplikasi yang universal untuk pemeriksaan organ tubuh seperti susunan syaraf pusat, otot, tulang, tenggorokan hingga rongga perut [3]. Pembacaan hasil citra CT-Scan otak membutuhkan ketelitian yang tinggi supaya tepat dalam pemberian terapi guna memperlambat perkembangan tumor otak. Seiring dengan perkembangan teknolog muncul metode metode baru yang digunakan untuk menganalisa citra otak. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk pengenalan pola tumor otak adalah aringan syaraf tiruan. Metode ini merupakan salah satu metode yang baik dalam pengenalan pola-pola kompleks. Jaringan syaraf tiruan dengan metode perceptron dapat mengidentifikasi pola tumor benigna [4]. Tidak hanya itu, metode backpropagation dengan pengembangan menggunakan model waterfaal dapat digunakan untuk pengenalan sel kanker otak [5]. Penelitian ini menggunakan metode Gray Level Co-Occurrence Matrix (GLCM) 4 arah (0, 45, 90 dan 135 ) arak d=1 dengan aringan syaraf tiruan propagasi balik untuk mengidentifikasi citra otak normal dan citra otak abnormal (tumor). GLCM adalah matriks yang menggambarkan frekuensi munculnya pasangan dua piksel dengan intensitas tertentu dalam arak (d) dan orientasi arah dengan sudut (θ) [6]. GLCM digunakan karena metode ini merupakan ekstraksi ciri yang paling baik [7]. Metode ini dapat digunakan untuk mengklasifikasi massa pada citra mammogram pada GLCM 4 arah dengan arak d=1 dan d=2, GLCM 8 arah (d=1) dan GLCM 16 arah dengan arak d=2 [8]. Tahap identifikasi menggunakan aringan syaraf tiruan propagasi balik. Metode ini dipilih karena metode ini paling sesuai untuk identifikasi dan klasifikasi [5]. Propagasi balik melatih aringan agar seimbang antara kemampuan aringan untuk mengenali pola yang digunakan selama pelatihan dan kemampuan aringan dalam memberikan respon yang benar terhadap pola masukan yang sama dengan pola yang digunakan selama pelatihan [9]. 117

2. Metodologi a. Data Data yang digunakan berupa citra CT-Scan otak yang diperoleh dari bagian radiologi rumah sakit dan telah diubah menadi citra digital dengan ukuran 256x256 piksel yang disimpan dalam format JPEG. Data yang digunakan berumlah 25 citra yang terdiri dari 20 citra latih (10 citra otak normal dan 10 citra tumor otak) dan 5 citra ui (2 citra otak normal dan 3 citra tumor otak). b. Pengolahan Citra Pengolahan citra merupakan sebuah proses untuk meningkatkan kualitas tampilan citra. Secara umum citra yang dapat diolah dan dihasilkan oleh komputer yaitu citra biner, grayscale dan citra berwarna. Proses preprocessing terdiri dari: 1. Cropping Cropping berfungsi untuk memotong bagian tertentu pada citra menadi matriks baru yang independen. Citra dipotong dengan ukuran 256x256 piksel. 2. Grayscaling Grayscaling merupakan sebuah proses untuk merubah citra dari citra berwarna (RGB) menadi citra beraras keabuan. Warna yang dimiliki adalah warna hitam, keabuan dan putih dengan tingkat keabuan berupa bilangan antara 0 sampai 255. Nilai 0 untuk warna hitam, nilai 255 untuk warna putih dan nilai antara 0 sampai 255 untuk warna abu-abu. 3. Perhitungan Histogram Citra Citra hasil grayscaling dibuat histogram untuk mengetahui nilai sebaran keabuan sebuah citra yang kemudian digunakan untuk mengetahui rentang piksel antara otak dengan background yang berfungsi untuk membuang tulang. 4. Ekualisasi Histogram Ekualisasi histogram bertuuan untuk menghasilkan histogram citra yang seragam. Teknik ini hanya melakukan distribusi ulang terhadap distribusi intensitas dari histogram awal. c. Segmentasi Citra Segmentasi citra bertuuan untuk mempartisi citra menadi bagian-bagian pokok yang mengandung informasi penting. Segmentasi citra yang digunakan adalah thresholding yang bertuuan untuk memisahkan tulang dan aringan pada citra yang dihasilkan berdasarkan tingkat keabuan citra. d. Ekstraksi Citra Ekstraksi ciri adalah proses mengambil ciriciri yang terdapat pada obyek di dalam citra. Ekstraksi ciri pada penelitian ini dilakukan menggunakan Gray Level Co-occurrence Matrix (GLCM). GLCM merupakan metode yang cukup efektif dalam melakukan klasifikasi dan identifikasi karena mampu memberikan informasi yang detail tentang suatu citra dalam hal tekstur [8]. Matriks kookurasi merupakan salah satu metode statistik yang dapat digunakan untuk analisis tekstur. Parameter untuk menghitung ciri statistik terdiri dari kontras, korelas energi dan homogenitas. Tahap ini membentuk GLCM 4 arah (0, 45, 90 dan 135 ) dengan arak d=1 yang akan menentukan koordinat arah. Selanutnya, dibentuk matriks kookurasi dengan cara menghitung frekuensi kemunculan pasangan nilai keabuan piksel referensi dan piksel tetangga pada arak dan arah yang ditentukan. Kemudian menumlahkan semua elemen untuk menghitung probabilitas setiap elemen dengan cara membagi setiap elemen GLCM dengan total semua elemen. Langkah terakhir yaitu menghitung ciri statistik GLCM. Ciri- ciri tersebut adalah: 1. Energi Energi menyatakan ukuran konsentrasi pasangan dengan intensitas keabuan tertentu pada matriks. Nilai energi (E) dapat dihitung dengan persamaan (1) [6] E p( ) 2 (1) dengan, i : nilai level keabuan baris ke-i : nilai level keabuan kolom ke- p() : peluang nilai level keabuan pada baris ke i dan kolom ke- 2. Kontras Kontras menyatakan perbedaan intensitas antara nilai tertinggi (terang) dan nilai terendah (gelap )dari seperangkat piksel yang saling berdekatan. Nilai Kontras (Con) dapat dihitung dengan persamaan (2) [6] (, ) (2) 2 Con i p i 3. Korelasi Korelasi digunakan untuk mengukur ketergantungan linear deraat keabuan di sekitar piksel. Nilai korelasi (Corr) dapat dihitung dengan persamaan (3) [6] Corr ( i i i )( ) p( ) (3) 118

dengan, : rata-rata dari p i : rata-rata dari p y : standar deviasi dari p i : standar deviasi dari p 4. Homogenitas Homogenitas digunakan untuk mengukur kehomogenan variasi intensitas citra. Nilai homogenitas (H) dapat dihitung dengan persamaan (4) [6] Arsitektur JST metode propagasi balik yang digunakan terdiri dari 1 lapisan input, 2 lapisan tersembunyi dan 1 lapisan output. Lapisan input terdiri dari 5 neuron, lapisan tersembunyi pertama terdiri dari 12 neuron dengan fungsi aktivasi sigmoid bipolar (tansig), lapisan tersembunyi kedua terdiri dari 2 neuron dengan fungsi aktivasi sigmoid biner (logsig) dan lapisan output terdiri dari 1 neuron dengan fungsi aktivasi identitas (purelin). Arsitektur JST dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini p( ) H 1 i (4) e. Identifikasi Citra Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan syaraf tiruan (JST) merupakan salah satu pemrosesan informasi yang mempunyai karakteristik menyerupai aringan syaraf manusia yang dirancang dengan menirukan cara kera otak manusia dengan melakukan proses pembelaaran melalui perubahan bobot sinapsisnya [10]. Sama halnya dengan otak manusia, JST terdiri dari beberapa neuron yang saling terhubung satu sama lain meskipun memiliki lapisan yang berbeda. Setiap neuron pada aringan menerima dan mengirim sinyal dari atau ke neuron lain pada lapisan yang sama pula. Pengiriman sinyal disampaikan melalui penghubung dan kekuatan hubungan yang teradi antara neuron yang saling berhubungan dinyatakan dengan bobot [10]. Propagasi balik merupakan suatu teknik pembelaaran atau pelatihan supervised learning yang paling banyak digunakan. Metode ini merupakan salah satu metode yang sangat baik dalam menangani masalah pengenalan pola-pola kompleks. Proses pembelaaran pada metode propagasi balik terdiri dari 3 fase yaitu fase propagasi mau, fase propagasi mundur dan fase perubahan bobot. Mean Square Error (MSE) adalah fungsi kinera yang sering digunakan untuk propagasi balik. Fungsi ini akan mengambil rata-rata kuadrat eror yang teradi antara output aringan dan target. MSE dapat dihitung dengan persamaan (5) 1 MSE fi yi n 2 ( ) (5) n i n dengan, n : umlah data f i : nilai target/keluaran yang diinginkan y i : nilai keluaran yang dihasilkan/diperoleh Gambar 1 Arsitektur JST propagasi balik Arsitektur JST propagasi balik dari Gambar 1 terdiri dari 1 lapisan masukan (x 1,...x 5), 2 lapisan tersembunyi (z 1,...z 12) dan 1 lapisan keluaran (y). Sedangkan (v i) merupakan perubahan bobot dari layer tersembunyi ke layer masukan, (w k) merupakan perubahan bobot dari layer keluaran ke layer tersembunyi. Lapisan tersembunyi dapat memiliki bias yang memiliki bobot sama dengan satu. 3. Hasil dan Pembahasan Proses pengolahan citra dimulai dari cropping yang bertuuan untuk mengambil bagian yang diperlukan (Gambar 2a). Selanutnya, citra tersebut diubah menadi citra beraras keabuan (Gambar 2b). Kemudian, dari citra tersebut ditampilkan histogramnya untuk mengetahui nilai sebaran tingkat keabuan sebuah citra (Gambar 2c). Tahap terakhir yaitu ekualisasi histogram untuk memperoleh tampilan citra yang lebih elas (Gambar 2d). 119

(a) (c) (b) (d) Gambar 2 Citra Otak (a), Citra Beraras Keabuan (b), Histogram (c) Ekualisasi Histogram (d) Proses selanutnya yaitu segmentasi citra menggunakan thresholding. Proses ini bertuuan untuk memisahkan tulang dengan aringan sehingga diperoleh citra otak tulang tanpa tulang kepala (Gambar 3). Gambar 3 Citra Otak Tanpa Tulang Kepala Tahap terakhir dalam pengolahan citra yaitu tahap ekstraksi ciri. Ekstraksi ciri menggunakan GLCM 4 arah (0, 45, 90 dan 135 ) dengan arak d=1. Matriks GLCM pada penelitian ini menggunakan ukuran 64 x 64 piksel. Kemudian dihitung nilai ciri statistik dari kontras, korelas energi dan homogenitas. Keempat nilai ciri statistik tersebut akan menginformasikan nilai minimum dan nilai maksimum dari masing-masing citra otak normal dan citra otak abnormal (tumor) sebagai parameter masukan untuk data pelatihan dan data penguian. Tabel 1 Hasil perhitungan ciri statistik citra tumor otak Kontras Korelasi Energi Homogenitas 54,695 0,907 0,595 0,882 68,438 0,884 0,588 0,868 52,383 0,910 0,596 0,886 69,459 0,882 0,588 0,869 Hasil perhitungan ciri statistik tersebut dianalisis menggunakan aringan syaraf tiruan. Sebelum melakukan penguian, terlebih dahulu dilakukan proses pembelaaran atau pelatihan JST propagasi balik menggunakan data masukan. Proses pelatihan ini dilakukan agar JST melakukan proses pengenalan pola-pola data dari data pelatihan. Sebelum data digunakan untuk proses pelatihan, perlu dilakukan penskalaan terhadap nilai-nilai masukan dan target hingga data masukan dan target tersebut masuk dalam suatu rentang tertentu. Proses ini disebut dengan normalisasi data. Setelah itu, arsitektur JST dirancang dengan menentukan banyaknya lapisan masukan, lapisan tersembunyi dan lapisan keluaran yang akan digunakan. Arsitektur JST yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 1 lapisan masukan, 2 lapisan tersembunyi dan 1 lapisan keluaran dengan fungsi pembelaaran traingdm. Proses pelatihan berhenti pada iterasi 10.748 dan telah mencapai MSE 0,001. Ada 3 syarat yang digunakan untuk menghentikan iterasi pada JST. Pertama, iterassi akan berhenti ika iterasi maksimum tercapai. Kedua, iterasi akan berhenti ika nilai MSE yang diinginkan tercapai dan yang ketiga batas maksimum gradien tercapai. Perbandingan antara target dengan output aringan untuk data pelatihan citra otak normal dan abnormal (tumor), seperti yang terlihat pada gambar 4. Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa output (o) dan target (*) sebagian besar mendekati posisi yang sama. Target dan output aringan dapat menghasilkan hasil yang lebih baik ika posisi output (o) dan target (*) tepat berada posisi yang sama dengan MSE sebesar 0,000253. Gambar 4 Perbandingan target dan output data Latih 120

-0.2 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 data ketarget/output PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 3 (2014), Hal. 117-121 ISSN : 2337-8204 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 Gambar 5 Perbandingan target dengan output data ui Perbandingan antara target dengan output aringan untuk data penguian citra otak normal dan abnormal (tumor) ditunukkan pada gambar 5. Pada Gambar tersebut dapat dilihat bahwa dari 20 data ui yang digunakan, ada 6 titik output aringan yang terletak auh dari target dengan MSE sebesar 0,010688. Hal ini disebabkan oleh ketidaksesuaian penentuan ciri statistik GLCM ataupun ketidakelasan citra masukan awal yang digunakan. Untuk memperkecil kesalahan dalam identifikasi maka diperlukan banyak pola dalam proses pelatihan. Dengan demikian, tingkat akurasi yang diperoleh untuk mengidentifikasi citra tumor otak menggunakan aringan syaraf tiruan sebesar 70%. 4. Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk mengekstraksi ciri citra CT-Scan otak menggunakan GLCM, sehingga diperoleh empat ciri karakteristik yaitu kontras, korelas energi dan homogenitas untuk 4 arah. Nilai tersebut digunakan untuk identifikasi tumor otak menggunakan JST propagasi balik. Identifikasi menggunakan JST propagasi balik menunukkan bahwa nilai MSE untuk data pelatihan sebesar 0,000253 dan MSE untuk data penguian sebesar 0,010688 dengan akurasi JST propagasi balik untuk identifikasi sebesar 70%. [2] Ferlay J, Shin H, Bray F, Forman D, Mathers C, Parkin D. International Agency for Research on Cancer. [Online].; 2010 [cited 2016 Maret. Available from: https://www.iarc.fr/en/mediacentre/iarcnews/2010/globocan2008.php. [3] Bushberg J. The Essential Physics of Medical Imaging Philadephia: USA; 2003. [4] Susmikanti M. Pengenalan Pola Berbasis Jaringan Syaraf Tiruan dalam Analisa CT- Scan Tumor Otak Benigna. In Seminar National Aplikasi Teknologi Informasi 2010 (SNATI 2010); 2010; Yogyakarta. [5] Handayani N. Analisis Metode Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation untuk Pengenalan Sel Kanker Otak (Skripsi S1) Bandung: Universitas Komputer Indonesia; 2013. [6] Gadkari D. Image Quality Analysis using GLCM (Tesis S2) Orlando, Florida: University of Central Florida; 2004. [7] Nithya R, Santi B. Comparative Study on Feature Extraction Method for Breast Cancer Classification. Journal of Theoretical and Applied Information Technology. 2011 November; 33(2). [8] Listia R, Haroko A. Klasifikasi Massa pada Citra Mammogram Berdasarkan Gray Level Cooccurrence Matrikx (GLCM). IJCCS. 2014 Januari; 8(1). [9] Hermawan A. Jaringan Syaraf Tiruan (Teori dan Aplikasi) Yogyakarta: Andi; 2006. [10] Anggriyani N. Klasifikasi Kanker Serviks Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dengan Graphical User Interface (GUI) (Skripsi S1) Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta; 2015. Daftar Pustaka [1] Avenue BM. About Brain Tumors a Primer for Patients and Caregivers. Chicago: American Brain Tumor Association (ABTA); 2012. 121

122