BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah penelitian maupun hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat ditarik tiga kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengaturan dan penegakan hukum terhadap tindak pidana penyelundupan manusia diatur dalam undang-undang Keimigrasian. Bermula dari Undang-Undang Darurat Nomor 8 Tahun 1955 yang terdiri dari 8 (delapan) pasal, namun tak ada satupun kalimat yang secara eksplisit menyebutkan istilah penyelundupan manusia, penyelundup, menyelundupkan ataupun diselundupkan. Undang- Undang Darurat ini secara umum mengatur mengenai masalah imigran ilegal dan pemalsuan dokumen perjalanan atau surat-surat kewarganegaraan. Dalam Undang-Undang Darurat Nomor 8 Tahun 1955 tentang Tindak Pidana Imigrasi, diatur mengenai penyidikan yang terdapat pada Pasal 7 yang menyebutkan bahwa selain daripada pegawai-pegawai yang pada umumnya diwajibkan mengusut tindak pidana, diwajibkan juga mengusut tindak pidana menurut Undang- Undang Darurat ini pejabat-pejabat imigrasi. Dengan demikian pengaturan mengenai penuntutan dan pemeriksaan di pengadilan mengikuti aturan pada Herzien Inlandsch Reglement (HIR). Dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992, tindak pidana keimigrasian
diatur dalam Bab VIII. Jika melihat ketentuan pidana yang ada dalam undang-undang keimigrasian tahun 1992 ini, tidak secara tegas dan jelas mengatur mengenai penyelundupan manusia. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 lebih banyak mengatur mengenai orang asing yang masuk keluar wilayah Indonesia dengan menggunakan dokumen-dokumen yang tidak resmi atau tidak sesuai dengan aturan undang-undang ini. Dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992, hanya mengatur mengenai penyidikan yang terdapat pada Pasal 47 yang menyebutkan bahwa selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, juga Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Departemen yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi pembinaan keimigrasian, diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, untuk melakukan penyidikan tindak pidana keimigrasian. Tindak pidana penyelundupan manusia dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tidak diatur tersendiri dalam suatu bab melainkan masuk dalam Bab XI yang mengatur mengenai ketentuan pidana keimigrasian. Hal yang secara langsung berkaitan dengan tindak pidana penyelundupan manusia diatur dalam Pasal 120, Pasal 133 huruf a dan Pasal 136 ayat (1) dan (2). Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 memberikan wewenang kepada PPNS Imigrasi untuk melakukan penyidikan atas tindak pidana penyelundupan manusia, namun demikian undang-
undang ini tidak pernah membatasi kewenangan penyidikan atas tindak pidana penyelundupan manusia hanya kepada PPNS Imigrasi saja. Mengenai proses penuntutan dan pemeriksaan persidangan pengadilan tidak diatur secara khusus sehingga menggunakan aturan pada KUHAP. 2. Putusan pengadilan terhadap tindak pidana penyelundupan manusia yang dianalisis adalah Putusan Pengadilan Negeri Kalianda Nomor 180/Pid/B/Sus/2013/PN.KLD dan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Timur Nomor 1128/Pid.Sus/2013/PN.JKT.TIM. Berdasarkan kedua putusan tersebut, dapat dilihat bahwa yang dapat dikenakan pidana terhadap tindak pidana penyelundupan manusia hanya orang yang menyelundupkan saja sedangkan orang yang diselundupkan tidak dikenakan pidana walaupun sesungguhnya tindak pidana tersebut terjadi atas kesepakatan bersama antara orang yang menyelundupkan dan orang yang diselundupkan. 3. Prospek pengaturan tindak pidana penyelundupan manusia dan penegakan hukumnya di masa mendatang (ius constituendum), penyelundupan manusia akan dapat ditindak secara optimal apabila di Indonesia telah berlaku Undang-Undang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Penyelundupan Manusia yang didalamnya memuat tidak hanya mencakup orang yang menyelundupkan saja tetapi juga mencakup orang yang diselundupkan, diatur mengenai pencegahan dan pemberantasan
tindak pidana penyelundupan manusia yang melibatkan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat, pengaturan mengenai hukum acara yang diatur secara khusus yang meliputi proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di pengadilan. B. Saran Berikut adalah saran yang diharapkan menjadi masukan bagi penegak hukum pada umumnya dan pembentuk undang-undang pada khususnya agar penegakan hukum terhadap tindak pidana penyelundupan manusia dapat berjalan semakin baik. Adapun saran tersebut yaitu: 1. Agar pemerintah dan DPR, dalam menyusun undang-undang memperhatikan kepentingan semua pihak termasuk kepentingan negara sehingga negara tidak akan dirugikan dengan berlakunya undang-undang tersebut. 2. Agar pemerintah mengadakan pendidikan dan pelatihan khusus mengenai penanganan tindak pidana penyelundupan manusia kepada penyidik Polri, Imigrasi, Kejaksaan dan Pengadilan sehingga tidak timbul interpretasi yang berbeda dalam penanganan perkara (terutama penerapan pasal, administrasi surat menyurat maupun berkas serta dalam rangka proses beracara). 3. Agar pihak Imigrasi meningkatkan koordinasi dengan pihak Kepolisian (termasuk Polair), TNI, Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Kementerian Luar Negeri, Kejaksaan
dan Pengadilan terkait penanganan tindak pidana penyelundupan manusia.