BAB I PENDAHULUAN. keberagaman kebutuhan kelompok dan individu masyarakat, tak terkecuali

dokumen-dokumen yang mirip
STRATEGI PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI DALAM NEGERI PADA

C KONSEP PENGURUSUTAMAAN/ MAINSTREAMING GENDER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

KEBIJAKAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN (PPRG) DALAM PERUBAHAN IKLIM

MAKALAH. CEDAW: Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan. Oleh: Antarini Pratiwi Arna, S.H., LL.M

Perempuan dan Sustainable Development Goals (SDGs) Ita Fatia Nadia UN Women

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Sambutan Sekretaris Jenderal Kementerian Sosial RI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Sulit menciptakan keadilan dan kesetaraan gender jika negara terus menerus memproduksi kebijakan yang bias gender. Genderisasi kebijakan publik telah

DAFTAR TABEL. Tabel IV.1 Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan Tabel IV.2 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon...

DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK)

PENERAPAN PUG DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA. a. INPRES No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam

BAB I PENDAHULUAN. oleh semua lapisan masyarakat yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitasnya.

KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI & KEWENANGAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK UU NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA

PENGARUSUTAMAAN GENDER DI INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA,

Lembaga Akademik dan Advokasi Kebijakan dalam Perlindungan Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender Margaretha Hanita

PERANAN PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN. Ir. Suyatno, MKes

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KERANGKA ACUAN KEGIATAN RAPAT KOORDINASI PENDIDIKAN KEMASYARAKATAN DI 4 KABUPATEN (PURWOREJO, WONOSOBO, PEMALANG DAN REMBANG)

BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA DAN KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Tulisan ini berupaya mengkaji tentang adanya kebijakan kuota 30% Daerah Kota Kendari tahun anggaran

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta penegasan istilah. Bab ini ini akan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Mewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia Prinsip-Prinsip Usulan Terhadap RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PENYUSUNAN KEBIJAKAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN KELUARGA TAHUN 2017

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN

Mengawal Komitmen Pemerintah dalam Implementasi SDGs

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sektor yang paling strategis dalam. memberdayakan manusia menuju pembangunan adalah pendidikan.

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 10 TAHUN 2005 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

B A B I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG. BAB I KETENTUAN UMUM

Latar Belakang KLA. Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) adalah suatu pembangunan kabupaten/kota yang mengintegrasikan komitmen dan

ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014

Nomor : 18 / MPP-PA / D.II / 05 /2011 Nomor : M.HH.04-HM Tahun 2011

MEMBANGUN INKLUSIVITAS DALAM TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Pedoman Penyusunan Rencana Aksi yang Transparan dan Partisipatif

RANCANGBANGUN KURIKULUM PELATIHAN KETAHANAN KELUARGA BERWAWASAN GENDER BAGI FASILITATOR (TOT)

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan

K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)

GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar

POLICY BRIEF NO. 005/DKK.PB/2017

MENYUSUN INDIKATOR YANG BERPERSPEKTIF GENDER

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997

- 1 - GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR TAHUN 2010 TENTANG

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA, DAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA,

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PELATIHAN KESADARAN GENDER DI 4 KABUPATEN (PURWOREJO, WONOSOBO, PEMALANG DAN REMBANG)

ARAHAN DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA PADA ACARA

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs): Refleksi dan Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MENGENALI DAN MEMAHAMI PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN YURNI SATRIA

Lampiran Usulan Masukan Terhadap Rancangan Undang-Undang Bantuan Hukum

Perempuan Diberdayakan Perempuan dalam Parlemen di Afrika Selatan 1

Sambutan Pembukaan. Ir. Hadi Sucahyono MPP., PH.D. Direktur Pengembangan Permukiman. Ditjen Cipta Karya - Kementerian PU-PERA.

K105 PENGHAPUSAN KERJA PAKSA

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI BIDANG POLITIK MENYONGSONG PEMILU 2009

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PPdan PA. Perencanaan. Penganggaran. Responsif Gender.

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 21 TAHUN TAHUN 2013

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 118 TAHUN 2015

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN

Press Release Rapat Koordinasi Nasional Pembangunan Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Tahun 2010

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

Kesetaraan gender di tempat kerja: Persoalan dan strategi penting

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

K177 Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177)

MATRIK RENSTRA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Propinsi sebagai Daerah

Kebijakan Jender. The Partnership of Governance Reform (Kemitraan) 1.0

KLA DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DAN PERWUJUDAN HAK ANAK

HARMONISASI PROGRAM PEMBERDAYAAN. Oleh: Irawan Hasan, Askoorkot Kab. Karo, KMW IV P2KP-3 Sumatera Utara. Karo, 02 Juni 2007

BAB I PENDAHULUAN. kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Hal ini tercantum dalam Rencana. Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PP&PA. Strategi Nasional. Sosial Budaya.

GBPP PELATIHAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN

KERANGKA ACUAN ADVOKASI PELAKSANAAN STRATEGI PUG KEPADA DPRD KABUPATEN/KOTA TAHUN 2017

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)

R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prinsip partisipasi, transparansi dan akuntabilitas dalam good governance menjamin berlangsungnya proses pembangunan yang partisipatoris dan berkesetaraan gender. Menurut Yanti (2005), konsep dan implementasi good governance harus memperhitungkan perbedaan sosial, sejarah, kultural, dan politik antar bangsa. Juga harus sensitif terhadap keberagaman kebutuhan kelompok dan individu masyarakat, tak terkecuali perempuan. Dalam upaya untuk memperhatikan kondisi dan posisi perempuan di berbagai bidang pembangunan, pemerintah menegaskan perlunya Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) dalam setiap kebijakan ataupun kegiatan pembangunan. Dengan kata lain, setiap kebijakan publik yang dihasilkan oleh pemerintah haruslah kebijakan yang responsif gender. Di tingkat internasional aturan mengenai gender tercantum dalam CEDAW. CEDAW adalah Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan. CEDAW menerapkan suatu instrumen standar internasional yang diadopsi oleh Perserikatan Bangsa-bangsa pada tahun 1979 dan mulai berlaku pada tanggal 3 Desember 1981. Pada tanggal 18 Maret 2005, 180 negara, lebih dari sembilan puluh persen negara-negara anggota PBB, merupakan Negara Peserta Konvensi. CEDAW menetapkan secara universal prinsip-prinsip persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Konvensi menetapakan persamaan hak untuk perempuan, terlepas 1

2 dari status perkawinan mereka di semua bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan sipil. Konvensi mendorong diberlakukannya perundang-undangan nasional yang melarang diskriminasi dan mengadopsi tindakan-tindakan merubah praktek-praktek kebiasaan dan budaya yang didasarkan pada inferioritas atau superioritas salah satu jenis kelamin atau peran stereotipe untuk perempuan dan laki-laki. Selanjutnya, pada tahun 1995, dalam Konferensi Dunia tentang Perempuan yang keempat di Beijing, dihasilkan apa yang dikenal sebagai Beijing Platform for Action yang merupakan landasan aksi bagi Negara-negara di dunia untuk melaksanakan CEDAW. Platform for Action atau Kerangka Aksi ini memberikan fokus pada 12 area kritis, yaitu : (1) Perempuan dan Kemiskinan; (2) Perempuan dan Pendidikan; (3) Perempuan dan Kesehatan; (4) Kekerasan terhadap Perempuan; (5) Perempuan dan Konflik Bersenjata; (6) Perempuan dan Ekonomi; (7) Perempuan dalam Kekuasaan dan Pengambilan Keputusan; (8) Mekanisme Kelembagaan untuk Memajukan Perempuan; (9) Hak-hak Azasi untuk Perempuan; (10) Perempuan dan Media Massa; (11) Perempuan dan Lingkungan Hidup; (12) Anak Perempuan. (Instrument : 2004) Pada September 2015, Perserikatan Bangsa-bangsa PBB meluncurkan program pembangunan berkelanjutan yang diberi nama "Sustainable Development Goals" (SDGs) untuk menggantikan program sebelumnya "Millenium Development Goals" (MDGs) yang telah berakhir. SDGs yang memiliki 17 program berlaku bagi negara-negara maju dan juga berkembang,

3 termasuk Indonesia, untuk 15 tahun ke depan. Prinsip penting dalam SDGs adalah bahwa tidak seorangpun ditinggalkan dalam pencapaiannya. Prinsip Tidak Ada Yang Ditinggalkan (No One Left Behind) bukan hanya dalam hal subyek penerima manfaat program pembangunan tetapi juga dalam proses pelaksanaan dan substansi. Selain itu, prinsip inklusivitas, melampaui kategori laki-laki-perempuan, tetapi juga kelompok rentan lain yang selama ini terpinggirkan dan terlupakan dalam pembangunan. Masyarakat dapat memanfaatkan SDGs sebagai alat tagih kepada pemerintah untuk memenuhi hak-hak perempuan, mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender serta memperkuat Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan. Pembangunan dalam perspektif gender telah menjadi bagian penting dalam pembangunan nasional maupun daerah. Pembangunan responsif gender merupakan implementasi dari Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang penyelenggaraan Pengarusutamaan Gender (PUG) yang menjadi landasan dalam pencapaian kesetaraan dan keadilan gender. Inpres ini menyatakan bahwa seluruh Departemen maupun Non Departemen dan pemerintah propinsi dan / atau kota / kabupaten harus melakukan pengarusutamaan gender dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari setiap seluruh kebijakan dan program pembangunan. Meskipun lambat, namun PUG telah menjadi bagian penting dalam pembangunan nasional, terutama setelah menjadi amanat dalam Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014. Peraturan Presiden Nomor 5

4 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014 dalam Buku II Bab 1 secara tegas menyebutkan 3 (tiga) prinsip pengarusutamaan yang menjadi landasan operasional bagi seluruh pelaksanaan pembangunan di Indonesia, yaitu: (1). Pengarusutamaan Pembangunan Berkelanjutan, (2). Pengarusutamaan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik, dan (3). Pengarusutamaan Gender (PUG). Ketiga prinsip pengarusutamaan tersebut diarahkan untuk dapat tercermin di dalam keluaran pada setiap kebijakan pembangunan dan menjadi jiwa serta semangat yang mewarnai berbagai kebijakan pembangunan di setiap bidang pembangunan. Selain Instruksi Presiden, amanat penyelenggaraan PUG juga tercantum dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Pengarusutamaan Gender di Daerah, yang diperbaharui dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2011. Memperhatikan bagian kesatu dan bagian kedua dalam permendagri tersebut berarti setiap daerah harus mempersiapkan, merumuskan, menyusun dan melaksanakan perencanaan penganggaran responsif gender dalam seluruh urusan pembangunan. PNPM MP (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan) merupakan program yang dicanangkan oleh pemerintah dalam rangka untuk menanggulangi kemiskinan melalui jalan pemberdayaan masyarakat. PNPM MP mulai dilaksanakan pada tahun 2008 sebagai kelanjutan dari program pemerintah terdahulu yakni P2KP (Proyek Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan) yang digulirkan pada tahun 1999

5 untuk menjawab krisis ekonomi yang melanda saat itu. Selain pinjaman bergulir untuk menumbuhkan industri kecil dan rumah tangga, fokus utama PNPM MP adalah penguatan kapasitas masyarakat serta pembangunan infrastruktur dasar. Demi mengimplementasikan program PNPM-MP, Kementerian Pekerjaan Umum selaku lembaga penyelenggara Executing agency, menugaskan Direktoral Jenderal Cipta Karya untuk menyelenggarakan PNPM-MP. Selanjutnya Direktoral Jenderal Cipta karya membentuk Unit Manajemen Proyek atau dikenal juga sebagai Project Management Unit (PMU) yang dipimpin Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan yang bertanggungjawab dalam melaksanakan kegiatan PNPM- MP. Dalam pelaksanaan di lapangan, PMU melalui satuan kerja mengontrak Konsultan Manajemen Pusat (KMP) untuk melakukan manajemen proyek secara menyeluruh termasuk dalam hal manajemen konsultan. Hirarki di bawah KMP terdapat Konsultan Manajemen Wilayah (KMW) yang bertugas di tiap wilayah kerja dan dipimpin oleh team leader, pada tingkat kabupaten/kota akan dipimpin oleh seorang Koordinator Kota (Korkot). Pada tingkat kelurahan/desa, setiap rata-rata 9 kelurahan/desa didampingi oleh Tim fasilitator. Sebagai program Pemberdayaan, salah satu aset yang paling berharga dalam PNPM adalah keberadaan konsultan. Konsultan kabupaten/kota hingga tim fasilitator merupakan konsultan yang melaksanakan PNPM-MP di tataran basis dan menjadi front liner yang langsung berhubungan dan berinteraksi dengan masyarakat. Dalam pelaksanaan PNPM-MP konsultan dan tim fasilitator terdiri dari laki-laki dan

6 perempuan, yang tentunya mereka memiliki permasalahan, kebutuhan yang berbeda satu sama lain dalam melaksanakan tugasnya mendampingi masyarakat. Wahyuni, seorang aktivis perempuan dalam wawancaranya di media menyampaikan bahwa : Eksploitasi perempuan sebagai pekerja secara otak dan fisik masih berlangsung. Tidak adanya jaminan kesehatan, jaminan keselamatan kerja dan kesejahteraan yang menurun masih ditemui oleh pekerja perempuan. Kesejahteraan menurun tidak hanya soal materiil, tetapi mempunyai waktu untuk merawat diri, mengobrol dengan teman, merasa bersalah terhadap orang yang disayangi menjadi tantangan perempuan pekerja. (Suara Merdeka, 27/04/2014) Dalam penelitian dan artikel-artikel lain di Indonesia, ketimpangan gender yang dialami perempuan bekerja telah banyak dikupas, sebagian besar membahas mengenai permasalahan-permasalahan yang dihadapi perempuan bekerja di sektor informal. Lendong (2005) menyajikan hasil penelitiannya yang dilakukan di Cianjur tahun 2002. Ibu-ibu pemetik teh hidupnya jauh dari memadai, gaji rendah, dengan beban kerja dari jam 04.00 pagi hingga 22.00 malam, yang sulit diterima oleh nalar normal. Penelitian yang berjudul Social Reproduction and Labor Rights : a case study of women workers in Nicaragua, juga menemukan kondisi yang serupa, Para pekerja perempuan di Nicaragua membutuhkan isu-isu reproduksi, seperti melahirkan, tunjangan melahirkan, kesehatan reproduksi, tugas merawat anak diatur dan menjadi bagian dari hakhak mereka di tempat kerja selain isu lain seperti diskriminasi, kekerasan, waktu beristirahat serta transportasi yang aman (Prieto, Carron, 2010)

7 Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Blacklock dan Earl ditahun 1996 terhadap 9000 orang pasangan yang keduanya bekerja di Kanada, hasilnya menunjukkan bahwa Laki-laki melakukan pekerjaan domestik selama 4 jam per minggu, jauh lebih kecil apabila dibandingkan dengan istri mereka yang melakukan pekerjaan domestik hingga 15 jam per minggu, meskipun mereka sama-sama bekerja. (Blacklock dan Earl, 1996) Penelitian ini menunjukkan bahwa beban pekerjaan domestik tidak dibagi secara adil, yang hasilnya adalah beban ganda yang diterima oleh perempuan pekerja. Menariknya penelitian ini juga menemukan bahwa, perempuan pekerja mengambil resiko tersebut sebagai bagian dari upaya untuk menghilangkan ketidakadilan dan mencapai kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Dalam pelaksanaan PNPM khususnya di Kabupaten Sukoharjo, Konsultan dan Tim Fasilitator berjumlah 53 orang, terdiri dari 28 orang perempuan dan 25 orang laki-laki. Dalam melaksanakan pendampingan di masyarakat, konsultan dan fasilitator diperlakukan dan memiliki beban kerja yang sama. Padahal relasi gender yang ada di masyarakat seringkali masih memberikan stereotipe pada perempuan dan beban ganda. Demikian pula yang dialami oleh fasilitator perempuan di PNPM MP. Identifikasi masalah dalam penelitian ini, berangkat dari observasi secara partisipatif yang dilakukan peneliti. Pengamatan peneliti dari 19 orang konsultan perempuan yang pernah hamil, 4 diantaranya pernah mengalami keguguran atau sebesar 21% dari total konsultan perempuan di Kabupaten Sukoharjo.

8 Pendampingan fasilitator PNPM MP ke masyarakat tidak mengenal jam kerja sehingga beban kerja yang ditanggung oleh konsultan perempuan dalam PNPM MP diduga menjadi faktor penyebab masalah kesehatan reproduksi tersebut. Masalah lain yang peneliti temui adalah pemanfaatan waktu cuti, baik untuk kasus keguguran ataupun melahirkan. Banyak konsultan perempuan yang menomorduakan dalam kesehatan reproduksinya karena dalam kenyataannya masa cuti keguguran atau melahirkan tidak diambil secara maksimal dengan berbagai pertimbangan. Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, 12 orang fasilitator perempuan PNPM MP Kab Sukoharjo memanfaatkan cuti melahirkan selama 1 bulan saja, 8 orang memanfaatkan waktu cuti melahirkan selama 2 bulan, dan tidak ada satupun yang menggunakan waktu cuti selama 3 bulan. Sedangkan dari 4 orang konsultan perempuan yang mengalami keguguran atau currage, tidak ada cuti sama sekali selain ijin sakit dari dokter. PNPM-MP sendiri merupakan program yang ikut mendukung kesetaraan gender. Pada tahun 2012 Pedoman Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat - Mandiri Perkotaan juga telah mengintegrasikan strategi pengarusutamaan gender, guna memastikan bahwa pelayanan yang diberikan oleh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat - Mandiri Perkotaan juga mampu merespon kebutuhan-kebutuhan perempuan. Penelitian ini bermaksud mengetahui bagaimana pemenuhan kebutuhan gender terhadap Fasilitator perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat - Mandiri Perkotaan di Kabupaten Sukoharjo serta berbagai faktor yang mempengaruhi

9 pemenuhan kebutuhan gender tersebut. Kajian ini menjadi menarik untuk dilakukan karena pengarusutamaan gender adalah komitmen yang harus di implementasikan setiap organisasi baik di pusat maupun daerah. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana yang telah diuraikan terdahulu, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pemenuhan kebutuhan gender Fasilitator perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat - Mandiri Perkotaan di Kabupaten Sukoharjo? 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gender Fasilitator perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat - Mandiri Perkotaan di Kabupaten Sukoharjo? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui bagaimana pemenuhan kebutuhan gender Fasilitator perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat - Mandiri Perkotaan di Kabupaten Sukoharjo. 2. Menganalisis faktor-faktor apa yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gender Fasilitator perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat - Mandiri Perkotaan di Kabupaten Sukoharjo D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah :

10 1. Memberikan masukan dan bahan pemikiran kepada para Fasilitator dan pengambil kebijakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat - Mandiri Perkotaan mengenai bagaimana pemenuhan kebutuhan gender konsultan perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat - Mandiri Perkotaan di Kabupaten Sukoharjo. 2. Memberikan referensi kepada evaluator Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat - Mandiri Perkotaan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gender terhadap Fasilitator perempuan.