BAB I PENDAHULUAN Penjelasan pertama pada pendahuluan akan menjelaskan mengenai latar belakang dengan melihat kondisi yang ada secara garis besar dan dari latar belakang tersebut didapatkan suatu rumusan masalah serta penjelasan mengenai masksud, tujuan dan sasaran. 1.1 Latar Belakang Hakikat kebudayaan daerah Bali adalah salah satu kebudayaan yang hidup, dihayati, dikembangkan serta dibanggakan, berfungsi sangat mendasar bagi pemenuhan kebutuhan orang Bali dalam mendukung eksistensi mereka sebagai manusia, sosial, religius, estetik, ekonomi dan adaktif terhadap lingkungan. Aktivitas kebudayaan Bali merupakan serangkaian aktivitas yang dinamik, berulang dan berlanjut dalam rangka menjaga keserasian hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan lingkungannya dan manusia dengan sesamanya. Secara konkrit aktivitas kebudayaan yang berorientasi pada konsep Tri Hita Karana ini dimanifestasikan dalam beraneka ragam kesenian, upacara, yang didukung oleh lembagalembaga tradisional (banjar, desa, subak, dadia) sebagai wadah partisifasi aktif masyarakat Bali, baik anak-anak, remaja, orangtua, laki-laki maupun perempuan, di pedesaan juga di perkotaan. (Salain,Putu Rumawan dkk, 2003 hal 16.) Kesenian juga merupakan unsur universal kebudayaan. Dimana tata kehidupan masyarakat Bali yang sebagian besar penduduknya beragam Hindu selalu dipenuhi oleh upacara keagamaan yang dalam pelaksanaannya kesenian seperti seni tari yang memegang peranan penting. (I Gst. Agung Ngr. Supartha, Nym. Rapini, hal 1) 1
Tari tradisional Bali sebagai salah satu aspek penting dari budaya Bali, tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Bali. Hampir semua upacara agama di Bali memerlukan tari tradisional, sehingga tari tradisional Bali nilainya hampir sama dengan sesajen. (Dibia, I Wayan, 2012 ) Budayawan, I Gusti Ngurah Bagus menyatakan bahwa Bali sudah seharusnya tidak bergantung hanya pada aspek pariwisata tetapi, juga dari sektor lainnya yang dalam bahasanya disebut nyeraki (isinya beragam). Sementara kebudayaan Bali, menurut guru besar Unud itu, tidak semata-mata dalam bentuk fisik. Sedangkan, budayawan Wayan Gria menyatakan agar antara pariwisata dengan budaya harus saling menguntungkan. Dampak atau pengaruh pariwisata terhadap kebudayaan Bali oleh para peneliti dikatakan sebagai dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah terpacunya kreativitas seni budaya penduduk lokal untuk memenuhi kepentingan pariwisata, sedangkan dampak negatifnya adalah terjadinya komersialisasi, komodifikasi dan profanisasi yang mengarah pada penggerusan budaya. Munculnya kreativitas terlihat sekali pada berkembang pesatnya berbagai jenis seni pertunjukan di Bali, termasuk peningkatan pada jumlah penggiat kesenian, namun pada saat yang sama, beberapa tarian sakral termasuk elemen-elemen prosesi ritual mengalami profanisasi karena mulai dipertunjukan kepada wisatawan.( Ruastiti, Ni Made, 2005) Tidak sedikit dari aset berharga itu kini berdiri diambang kepunahan karena gagal mencetak generasi penerus. Ancaman kepunahan terbesar, menerpa seni wali (kesenian yang wajib dipentaskan dalam upacara keagamaan), seni bebali (seni yang melengkapi propesi keagamaan) dan balih-balihan (seni pertunjukan). Beberapa diantaranya sudah sangat jarang dipentaskan. Guna menghindari kepunahan permanen pada ketiga jenis kesenian itu, maka upaya-upaya yang terpola dan tersistematis sangat mendesak untuk dilaksanakan. Yang tidak kalah suramnya juga dialami seni balih-balihan yang eksisitensinya makin terhimpit berbagai jenis seni kotemporer yang lebih mampu menjerat hati krama Bali. Berdasarkan hal tersebut diperlukan suatu upaya untuk mengembalikan kesenian Bali, khususnya seni tari kembali pada pakem-pakem yang seharusnya, sehingga kesenian ini akan tetap bertahan untuk diwariskan kepada generasi penerus dalam kondisi yang sesuai dengan aslinya dan tetap menjadi warisan kebudayaan yang membanggakan. 2
Kabupaten Gianyar merupakan daerah seni yang setiap kecamatan di Kabupaten Gianyar yaitu Sukawati, Blahbatuh, Gianyar, Tampaksiring, Ubud, Tegallalang dan Payangan memiliki kesenian begitu kental. Gianyar menciptakan suatu daerah yang maju, memiliki visi dan misinya untuk sebagai pedoman adalah maju bersama untuk Gianyar yang sejahtera dan Berbudaya, berlandaskan Tri Hita Karana dan misi Kabupaten Gianyar salah satunya adalah meningkatkan kebudayaan daerah dan lembaga-lembaga tradisional yang telah tumbuh dan berkembang di dalam kehidupan masyarakat. Gianyar dapat dikatakan memiliki potensi yang unggul dalam bidang seni halnya dalam bidang seni tari/ pertunjukan. Gianyar merupakan daerah seni dengan dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Dalam tingkat kepadatan penduduk di Gianyar, Badan Pusat Statistik Kabupaten Gianyar dalam Gianyar Dalam Angka 2014, telah beberapa kali melakukan proyeksi penduduk sehingga mendapatkan proyeksi penduduk sepuluh tahun kedepan. Jumlah penduduk Kabupaten Gianyar pada tahun 2015 mencapai 495.100 jiwa. Dengan meningkatnya penduduk setiap tahunnya juga akan berdampak pada meningkatnya generasi muda yang memiliki kopetensi dan jiwa seni yang besar. Meningkatnya potensi generasi muda, Kabupaten Gianyar tidak akan takut daerah dengan segudang seni ini akan hilang dan sebaliknya kesenian di Gianyar akan selalu meningkat. Dinas Kebudayaan Kabupaten Gianyar menyebutakan, jumlah seka/sanggar/organisasi kesenian yang tersebar di 7 kecamatan Kabupaten Gianyar pada tahun 2009 adalah 233 seka/sanggar. Dimana diantaranya kecamatan Sukawati terdapat 60 seka/sanggar, kecamatan Blahbatuh 18 seka/sanggar, kecamatan Gianyar 23 seka/sanggar, kecamatan Tampaksiring 19 seka/sanggar, kecamatan Ubud 76 seka/sanggar, kecamatan Tegalalang 20 seka/sanggar dan kecamatan Payangan 17 seka/sanggar. Kabupaten Gianyar dikenal memiliki hasil karya seni yang tinggi, namun potensi tersebut harus perlu dikembangkan dan disebarluaskan kepada lapisan masyarakat khususnya seni tari. Bila dilihat dalam penerapan atau implementasinya yang terjadi di lapangan, amino masyarakat yang ada masih kurang dalam melibatkan anak-anak termasuk yang berusia dini dalam beraktivitas berkesenian khususnya seni tradisional Bali. Jadi, dalam hal ini dikarenakan dimana minat dari anak-anak yang masih sedikit dan masih kurangnya pemberitahuan serta peran orang tua sehingga kurangnya pemahaman kepada anak-anak, selain itu juga masih kurangnya fasilitas-fasilitas yang mendukung dalam kegiatan tari. 3
Tidak semua banjar memiliki fasilitas yang memadai untuk mendukung adanya kegiatan menari akibat sedikitnya acara yang digelar, sedangkan fasilitas yang ada pada sanggar-sanggar kurang mencukupi dan pendirian pada sanggar juga masih terbatas. Sehingga dari hasil pembahasan di atas dengan permasalahan yang ada, pengembangan potensi anak usia dini dan generasi muda dalam bidang seni tari dapat memacu semangat generasi muda dalam berkesenian. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi permasalahan yang ada yaitu kurangnya fasilitas yang mewadahi pelatihan seni dan budaya khususnya seni tari tradisional Bali. Berdasarkan identifikasi permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan bidang arsitektur dengan uraian sebagai berikut : 1) Kenapa perlu adanya Pelatihan Seni Tari Tradisional Bali di Gianyar? 2) Bagaimana tema dan programing yang sesuai dan dapat mendukung aktivitas pada Pelatihan Seni Tari Tradisional Bali di Gianyar? 3) Bagaimana rumusan konsep perencanaan dan perancangan yang sesuai untuk diterapkan pada Pelatihan Seni Tari Tradisional Bali di Gianyar? 1.3 Tujuan dan Sasaran 1.4.1 Tujuan Pembahasan Menyusun landasan konsepsual perancangan Pelatihan Seni Tari Tradisional Bali di Gianyar sebagai dasar pemikiran dan langkah awal dalam merancang suatu wadah pelatihan dalam upaya untuk melestarikan seni tari Bali kepada masyarakat. 1.4.2 Sasaran 1.4.2.1 Sasaran Pembahasan 1) Menetapkan dan merumuskan konsep dan tema. 2) Menyusun program perencanaan dan perancangan baik program ruang maupun program tapak. 3) Membuat konsep perancangan Pelatihan Seni Tari Tradisional Bali di Gianyar. 4
1.4.2.2 Sasaran Penulisan Untuk melengkapi persyaratan didalam menyelesaikan pendidikan Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 1.4 Pengertian Judul Secara garis besarnya pengertian judul Pelatihan Seni Tari Tradisional Bali di Gianyar adalah suatu wadah atau fasilitas umum yang dapat menampung kegiatan pelatihan dibidang seni tari Bali yang diperuntukkan bagi masyarakat Bali, khususnya yang berlokasi di Kabupaten Gianyar. 1.5 Metode Penelitian Metode merupakan suatu cara yang sistematis yang dipergunakan dalam memecahkan suatu masalah. Dalam pemecahan masalah ini digunakan beberapa tahap antara lain: 1.5.1 Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penulisan laporan seminar tugas akhir ini, yaitu: 1. Data Primer Data primer adalah data yang dikumpulkan dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan. Data ini diperoleh dengan beberapa cara diantaranya : a. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Observasi langsung dilakukan terhadap objek ditempat terjadinya atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observer berada bersama objek yang diselidiki (Hadari Nawawi, 1993; 158-161). Pengamatan berkaitan dengan Pelatihan Seni Tari Tradisional Bali yang akan di observasi yaitu Sanggar Paripurna, Sanggar Printing Mas dan dimana datadata observasi tersebut direkam melalui sketsa ataupun foto-foto dengan bantuan kamera maupun dengan alat lainnya. b. Wawancara merupakan usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. (Hadari Nawawi, 1993: 165). Tanya jawab lisan dilakukan dengan pihak-pihak yang berkopeten yaitu Ketua Pengurus Sanggar beserta Staf pengajar untuk memberikan informasi yang komperatif yang terkait dengan Pelatihan Seni Tari Tradisional Bali. 5
2. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dari berbagai media yang dapat dipergunakan dalam memperkuat permasalahn yang diangkat dengan literatur, peraturan pemerintah baik dari Dinas Kebudayaan Kabupaten Gianyar, Badan Pusat Statistik Kabupaten Gianyar (Gianyar Dalam Angka 2012,2013,2014, Kecamatan Gianyar Dalam Angka 2012,2013,2014) dan artikel dan sebagainya. 1.5.2 Teknik Analisa Data Analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca (Singarimbun, Effendi, 1989: 193). Teknik penggunaan statistik yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua teknik yaitu analisa statistik deskriptif dan inferensial. 1. Analisa data deskriptif digunakan untuk menggambarkan pristiwa prilaku atau objektif tertentu. Pada penelitian ini meliputi identitas responden, variabel serta subvariabel dari Pelatihan Seni Tari Tradisional Bali. 2. Analisa inferensial merupakan cara yang digunakan untuk menarik kesimpulan dari data-data yang diperoleh melalui jawaban-jawaban dari hasil penelitian responden. Kesimpulan ini didapat dari observasi dan wawancara dari Sanggar Paripurna dan Sanggar Printing Mas serta data dari pihak Dinas Kebudayaan Kabupaten Gianyar dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Gianyar serta literatur sehingga mendapatkan kesimpulan dalam mendukung perancangan Pelatihan Seni Tari Tradisional Bali. 6