BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. meningkat, serta menjadi salah satu faktor risiko terjadinya penyakit seperti

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. lebih atau sama dengan 90 mmhg (Chobanian et al., 2003). Hipertensi merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. sekresi atau kerja insulin atau keduanya sehingga menyebabkan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mendadak adalah hipertensi. Joint National Committee on Prevention, Detection,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Organisasi kesehatan dunia, World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. prevalensinya yang signifikan dalam 30 tahun terakhir. Prevalensi overweight dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

PENGATURAN JANGKA PENDEK. perannya sebagian besar dilakukan oleh pembuluh darah itu sendiri dan hanya berpengaruh di daerah sekitarnya

BAB V. KESIMPULAN, SARAN, DAN RINGKASAN. V. I. Kesimpulan. 1. Frekuensi genotip AC dan CC lebih tinggi pada kelompok obesitas

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diastolik yang di atas normal. Joint National Committee (JNC) 7 tahun 2003

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. psikologis akibat proses menua. Lanjut usia merupakan tahapan dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut WHO pada tahun 2000 terjadi 52% kematian yang disebabkan oleh

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

Apakah labu siam menurunkan tekanan darah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pada pria dan 21,6% pada wanita (Zhu et al., 2011). Data tahun 2012 pada populasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB V PEMBAHASAN. Ginjal Kronik dilaksanakan pada bulan November Maret 2016 dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyekat beta merupakan salah satu terapi medikamentosa pada pasien

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

jantung dan stroke yang disebabkan oleh hipertensi mengalami penurunan (Pickering, 2008). Menurut data dan pengalaman sebelum adanya pengobatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Fibrinogen merupakan suatu glikoprotein yang sangat penting, disintesa dihati dan dikumpulkan didalam alfa granul trombosit.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. sering ditemukan di seluruh dunia dengan jumlah kasus yang terus meningkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular menjadi penyebab utama kematian di dunia, dari 56 juta kematian global di tahun 2012,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4.10 Instrumen Penelitian Prosedur Penelitian Manajemen Data Analiasis Data BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.

BAB 1 PENDAHULUAN. Hipertensi dan komplikasinya adalah salah satu penyebab kematian nomor satusecara global

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 249 juta jiwa dan sekaligus menduduki posisi ke-5 di dunia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan, sosial. dan ekonomi pada berbagai kelompok usia di seluruh

Ditulis oleh Administrator Kamis, 07 Agustus :39 - Terakhir Diperbaharui Kamis, 02 April :21 EFEK VASKULER OBAT ANTIHIPERTENSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penyakit kardiovaskuler. The Third National Health and Nutrition

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

Ade Dian Anggraini, S. Ked Annes Waren, S. Ked Eduward Situmorang, S. Ked Hendra Asputra, S. Ked Sylvia Sagita Siahaan, S. Ked

Sel melakukan kontak dengan lingkungannya menggunakan permukaan sel, meliputi: 1. Membran plasma, yakni protein dan lipid 2. Molekul-molekul membran

Penyakit ginjal polikistik dominan autosomal merupakan penyakit yang paling tersebar luas diantara penyakit ginjal yang berhubungan dengan saraf. Peny

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

YUANITA ARDI SKRIPSI SARJANA FARMASI. Oleh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang albuminuria, yakni: mikroalbuminuria (>30 dan <300 mg/hari) sampai

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat dunia. Data World Health Organization (WHO) tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan

Tinjauan Pustaka Fisiologi Keseimbangan Cairan dan Hormon yang Berperan. Physiological Balance of Fluid and Hormones

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Puskesmas ini. meraih berbagai penghargaan ditingkat nasional.

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang memproduksi 2 hormon yaitu tiroksin (T 4 ) dan triiodotironin (T 3

BAB I PENDAHULUAN. utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. The World Health

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

GAMBARAN KETEPATAN DOSIS PADA RESEP PASIEN GERIATRI PENDERITA HIPERTENSI DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah (Benowitz,2012)

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

Transkripsi:

BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang sangat penting di dunia karena dari tahun ke tahun prevalensi kejadian hipertensi semakin meningkat, serta menjadi salah satu faktor risiko terjadinya penyakit seperti penyakit kardiovaskular, stroke, kebutaan, dan gangguan ginjal. Dalam waktu jangka panjang hipertensi dapat menyebabkan kematian (Kearney et al., 2005; WHO/SEARO, 2005; WHO-ISH, 2003; JNC-7, 2003). World Health Organization (WHO) dan The International Society of Hypertension (ISH) pada tahun 2003 melaporkan bahwa 3 juta dari 600 juta orang penderita hipertensi di seluruh dunia meninggal dunia setiap tahunnya. Kearney et al. (2005) mengemukakan bahwa pada populasi dewasa prevalensi hipertensi di dunia mencapai 29,2%. Berdasarkan data pengukuran tekanan darah yang didapatkan, Riskesdas (2013) melaporkan bahwa penduduk Indonesia mengalami hipertensi pada usia 18 tahun dan prevalensi kejadian hipertensi di Indonesia mencapai 25,8% dengan kisaran masing-masing provinsi Jawa Barat 29,4%, Jawa Tengah 26,4%, Jawa Timur 26,2%, dan DI Yogyakarta 25,7%. Prevalensi hipertensi pada anak juga semakin meningkat. Di beberapa negara seperti Brazil sebesar 17%, sementara di Taiwan sebesar 12,9% anak menderita hipertensi (Feber et al., 2010). Tingginya tekanan darah pada masa anak-anak meningkatkan kemungkinan terjadinya hipertensi pada masa dewasa (Riley et al., 2012). 1

2 Patogenesis hipertensi tidak terlepas dari peranan renin-angiotensinaldosterone system (RAAS) baik dalam regulasi tekanan darah maupun dalam perjalanan penyakitnya serta juga berperan dalam mengatur fungsi ginjal. Rangkaian seluruh sistem renin sampai dengan angiotensin II dikenal dengan RAAS ini terkait dengan beberapa variasi genetik (Allikmets et al., 1999). Hipertensi merupakan penyakit yang multifaktorial dan dapat dipengaruhi oleh faktor genetik (Lifton et al., 2001). Faktor genetik telah banyak dilaporkan sebagai salah satu faktor penyebab hipertensi. Susunan genetik seseorang menentukan berapa besar kecenderungan untuk menderita hipertensi (Sidabutar, 1999). Di antara gen yang memiliki peranan dalam pengaturan tekanan darah yaitu gen Angiotensin Converting Enzyme (ACE) dan gen Angiotensin II-type 1 receptor (AGTR1) (Allikmets et al., 1999). Angiotensin Converting Enzyme memiliki peranan penting dalam mengatur tekanan darah dengan cara mengkatalisis perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II dan menginaktivasi bradikinin (Dzida et al., 2001). Polimorfisme yang terjadi pada gen ACE ini diketahui memiliki karakteristik insersi (I) dan delesi (D) secara berulang pada sekuens 287 bp sehingga menghasilkan tiga jenis genotip yaitu II homozigot, DD homozigot, dan ID heterozigot (Rigat et al., 1992; Dzida et al., 2001). Polimorfisme yang terjadi pada gen ACE dapat mempengaruhi kadar ACE dan tekanan darah. Rigat et al. (1990) mengemukakan bahwa individu dengan genotip DD mempunyai kadar ACE dua kali lebih tinggi dibandingkan individu dengan genotip II karena terjadi peningkatan sekresi ACE.

3 Pada beberapa penelitian mengemukakan hubungan polimorfisme gen ACE dengan hipertensi. Chiang et al. (1996) melaporkan bahwa alel D pada gen ACE memiliki hubungan yang signifikan dengan terjadinya hipertensi pada pria lanjut usia populasi Cina. Sipahi et al. (2006) mengemukakan bahwa individu dengan genotip DD pada gen ACE berpotensi terhadap perkembangan hipertensi primer pada pasien wanita di Turki tapi tidak pada pasien laki-laki. Sameer et al. (2010) melaporkan bahwa didapatkan frekuensi genotip DD gen ACE sebesar 46,15% pada kasus hipertensi, sehingga adanya insersi/delesi pada gen ACE berhubungan signifikan terhadap hipertensi di Khasmiri. Todoroki et al. (2003) mengemukakan bahwa genotip DD dan ID pada gen ACE tidak menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap hipertensi laki-laki usia < 50 tahun di Jepang. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rasyid et al. (2012) pada populasi Sulawesi Selatan bahwa tidak terdapat hubungan polimorfisme I/D pada lokus gen ACE dengan kasus hipertensi di Makassar, tapi terdapat hubungan yang bermakna dengan tekanan nadi dan tidak terkait dengan tekanan darah. Angiotensin II Type 1 Receptor (AGTR1) merupakan reseptor angiotensin pada mamalia yang terdiri dari AGTR1 dan Angiotensin II Type 2 Receptor (AGTR2). Angiotensin II Type 1 Receptor merupakan salah satu reseptor yang sangat spesifik dan selektif untuk ligan angiotensin II dan memperantarai peran angiotensin II dalam pengendalian tekanan darah dan hipertensi (Dinh et al., 2001). Angiotensin II sebagai vasokonstriktor yang potensial dalam menaikkan tekanan darah dan sebagai ligan untuk AGTR1 yang sangat berperan dalam

4 menaikkan tekanan darah melalui 2 jalur. Pertama, AGTR1 meningkatkan sekresi hormon antidiuretik dan rasa haus serta berperan pada ginjal dalam mengatur osmolalitas dan volume urin (Kasper et al., 2005). Kedua, AGTR1 memicu sekresi hormon aldosteron dari korteks adrenal yang berperan penting dalam mengurangi ekskresi NaCl sehingga volume cairan ekstraseluler dapat diatur dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Tingginya konsentrasi NaCl akan meningkatkan volume dan tekanan darah (Kumar et al., 2004). Menurut Martínez-Rodríguez et al. (2011) genotip CC pada gen AGTR1 meningkatkan risiko hipertensi 1,83 kali lipat untuk individu hipertensi di Meksiko. Pada penelitian beberapa populasi menunjukkan bahwa frekuensi alel C gen AGTR1 pada individu dengan hipertensi lebih tinggi (Lapierre et al., 2006; Dzida et al., 2001). Sedangkan pada populasi Tibetan menunjukkan bahwa individu laki-laki dengan genotip AA lebih berisiko mengalami hipertensi daripada yang membawa genotip AC dan CC (Liu et al., (2001). Irijanto et al. (2009) melaporkan frekuensi alel A gen AGTR1 pada pasien hipertensi lebih tinggi dibandingkan frekuensi alel C di populasi Jawa. Pada populasi Finlandia ditemukan bahwa AGTR1 dapat mempengaruhi angiotensin II dengan meningkatkan konsentrasi kalsium intraseluler dan fosforilasi protein pada sel target sehingga variasi AGTR1 dihubungkan dengan hipertensi (Kainulainen et al., 1999). Gen AGTR1 pada manusia merupakan gen kandidat untuk hipertensi esensial dan telah dipelajari terkait hubungan polimorfismenya dengan perkembangan hipertensi esensial (Bonnardeaux et al., 1994). Pada beberapa penelitian mengemukakan bahwa polimorfisme yang terjadi pada gen AGTR1

5 A1166C berhubungan dengan prevalensi hipertensi, peningkatan kekakuan aorta, dan respon tekanan darah (Bonnardeaux et al., 1994; Danser & Schunkert. 2000; Wang et al., 1997; Kainulainen et al., 1999). Namun, pada penelitian beberapa populasi menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara polimorfisme yang terjadi pada gen AGTR1 terhadap kejadian hipertensi (Tiret et al., 1998; Takami et al., 1998; Kikuya et al., 2003). Gen ACE merupakan gen yang mengkode ACE. Angiotensin Converting Enzyme merupakan enzim kunci pada RAAS berperan dalam mengkatalisis Ang I menjadi Ang II sehingga dapat mengontrol keseimbangan elektrolit dan tekanan darah (Wang et al., 2000). Polimorfisme pada gen ACE yang memiliki karakteristik Insersi (I) dan Delesi (D). Individu dengan genotip II pada gen ACE ini menujukkan kadar ACE serum sangat rendah, sedangkan individu dengan genotip DD menunjukkan kadar ACE plasma yang sangat tinggi (Rigat et al., 1990). Peningkatan kadar ACE serum yang sangat tinggi akan menyebabkan peningkatan Ang II yang diketahui sebagai vasokonstriktor potensial, menginaktivasi bradikinin, dan memicu pelepasan aldosteron dari korteks adrenal di ginjal sehingga terjadi reabsorbsi garam dan air dari urin yang memicu terjadinya hipertensi dan penyakit kardiovaskular (Sayed-Tabatabaei et al., 2006; Brewster & Parazella. 2004). Gen AGTR1 merupakan gen yang mengkode reseptor Ang II tipe 1. Reseptor Ang II tipe 1 merupakan salah satu reseptor transmembran untuk Ang II yang berperan dalam transduksi sinyal. Pada saat Ang II berikatan dengan reseptor Ang II tipe 1 ini dan protein G i akan menghambat adenilat siklase

6 sehingga menurunkan produksi camp yang berperan dalam proses vasodilatasi (Capponi, 1996; Pobiner et al., 1985). Angiotensin II melalui sitokin dan growth factors dapat menyebabkan cell growth dan proliferasi sel. Selain itu, Ang II juga dapat menginduksi disfungsi endotel dengan mereduksi bioavabilitas nitric oxide (Carluccio et al., 2001; Mulvany, 2002). Kompleks Ang II dan reseptor Ang II tipe 1 ini mempengaruhi tekanan darah dan beberapa proses neuroendokrin sehinggal hal ini terkait dengan perkembangan penyakit kardiovaskular, stroke, aterosklerosis, dan jantung (Dinh et al., 2001; Saab et al., 2004). Hipertensi merupakan salah satu gangguan kesehatan yang dapat disebabkan oleh faktor genetik. Faktor genetik diketahui sekitar 30%-40% berperan dalam menentukan variasi tekanan darah setiap individu. Hal ini dapat terjadi akibat adanya polimorfisme yang terjadi pada gen yang mengkode molekul atau komponen yang berperan dalam RAAS (Neel et al., 1998; Meneton et al., 2005). Oleh karena itu, seseorang yang mempunyai keluarga menderita hipertensi memiliki risiko yang tinggi untuk menderita hipertensi karena adanya peran faktor genetika yang diwariskan dari orang tua kepada anaknya. Berdasarkan kontroversi dari beberapa penelitian tentang hubungan antara polimorfisme gen ACE dan gen AGTR1 terhadap kejadian dan faktor risiko hipertensi, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara polimorfisme gen ACE dan gen AGTR1 yang dapat memicu terjadinya hipertensi pada individu dengan riwayat keluarga hipertensi sebagai upaya pencegahan meningkatnya prevalensi hipertensi dengan melakukan deteksi alel

7 yang berpotensi menyebabkan terjadinya hipertensi pada gen ACE dan gen AGTR1. I.2. Perumusan Masalah 1. Apakah polimorfisme gen ACE merupakan faktor risiko hipertensi pada individu dengan riwayat keluarga hipertensi? 2. Apakah polimorfisme gen AGTR1 merupakan faktor risiko hipertensi pada individu dengan riwayat keluarga hipertensi? 3. Apakah terdapat perbedaan frekuensi genotip dan alel pada gen ACE pada individu yang mempunyai riwayat dan tanpa riwayat keluarga hipertensi? 4. Apakah terdapat perbedaan frekuensi genotip dan alel pada gen AGTR1 pada individu yang mempunyai riwayat dan tanpa riwayat keluarga hipertensi? I.3. Tujuan penelitian I.3.1. Tujuan Umum Mengetahui polimorfisme gen AGTR1 dan gen ACE pada individu dengan riwayat keluarga hipertensi dan tanpa riwayat keluarga hipertensi. I.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengkaji polimorfisme gen ACE sebagai faktor risiko hipertensi pada individu dengan riwayat dan tanpa riwayat keluarga hipertensi. 2. Mengkaji polimorfisme gen AGTR1 sebagai faktor risiko hipertensi pada individu dengan riwayat dan tanpa riwayat keluarga hipertensi.

8 3. Mengkaji perbedaan frekuensi genotip dan alel pada gen ACE pada individu yang mempunyai riwayat dan tanpa riwayat keluarga hipertensi. 4. Mengkaji perbedaan frekuensi genotip dan pada gen AGTR1 pada individu yang mempunyai riwayat dan tanpa riwayat keluarga hipertensi. I.4. Keaslian Penelitian 1. Penelitian yang dilakukan oleh Ismail et al. (2004) mengenai hubungan polimorfisme insersi/delesi gen ACE terhadap hipertensi esensial pada pasien hipertensi usia muda di Pakistan dengan desain penelitian crosssectional menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan individu hipertensi dengan genotip II dibandingkan dengan individu normotensi. 2. Pada penelitian yang dilakukan oleh AbdRaboh et al. (2012) mengenai hubungan polimorfisme insersi/delesi gen ACE dan risiko hipertensi esensial pada pasien di Mesir menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan baik genotip DD, II, dan ID pada gen ACE dengan perkembangan penyakit hipertensi pada individu penderita hipertensi. 3. Pada penelitian Farrag et al. (2010) tentang polimorfisme Angiotensin II type 1 receptor dan pemendekan telomer pada hipertensi esensial di Mesir menunjukkan hasil bahwa tidak adanya hubungan antara rasio panjang telomer dan index massa tubuh, kemudian alel A homozigot pada Angiotensin II type 1 receptor dan penyusutan telomer merupakan

9 predisposisi hipertensi esensial di Mesir dan dapat juga sebagai patogenesis terjadinya penyakit. 4. Penelitian Lapierre et al. (2006) mengenai polimorfisme gen Angiotensin II Type 1 Receptor dan hipertensi esensial di San Luis menunjukkan bahwa tidak terdapatnya hubungan antara genotip AC pada gen AGTR1 dan hipertensi esensial pada populasi di San Luis meskipun prevalensi genotip AC tinggi pada pasien hipertensi, namun polimorfisme ini merupakan predisposisi risiko penyakit kardiovaskular. Perbedaaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini menggunakan subjek individu dengan riwayat keluarga hipertensi dan dilakukan pada populasi Jawa. I.5. Manfaat Penelitian 1. Dapat memberikan informasi mengenai hubungan antara faktor genetik dengan kejadian hipertensi pada individu dengan riwayat keluarga hipertensi. 2. Dapat digunakan sebagai salah satu acuan yang berkaitan dengan faktor risiko hipertensi pada orang dewasa, terutama yang berkaitan dengan faktor genetik sehingga dapat memberikan pengetahuan untuk melakukan pencegahan terjadinya hipertensi sejak dini. 3. Dapat digunakan sebagai dasar pengetahuan untuk melanjutkan penelitian.