PENGENALAN POLA SIDIK JARI BERBASIS TRANSFORMASI WAVELET DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

dokumen-dokumen yang mirip

KOMPRESI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN HEBBIAN BASED PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SIMULASI PENGENALAN TULISAN MENGGUNAKAN LVQ (LEARNING VECTOR QUANTIZATION )

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

DETEKSI JENIS KAYU CITRA FURNITURE UKIRAN JEPARA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PENGENALAN IDENTITAS MANUSIA MELALUI POLA IRIS MATA MENGGUNAKAN TRANSFORMASI WAVELET DAN MAHALANOBIS DISTANCE

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK MENGENALI MOTIF BATIK

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 2 LANDASAN TEORI

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR

PERANCANGAN APLIKASI MENGIDENTIFIKASI PENYAKIT MATA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION

KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION. Dhita Azzahra Pancorowati

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pemotong an Suara. Convert. .mp3 to.wav Audacity. Audacity. Gambar 3.1 Blok Diagram Penelitian

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Implementasi antar muka dalam tugas akhir ini terdiri dari form halaman

Rancang Bangun Perangkat Lunak Transformasi Wavelet Haar Level 3 Pada Least Significant Bit (Lsb) Steganography

Deteksi Kanker Paru-Paru Dari Citra Foto Rontgen Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation

4.1. Pengumpulan data Gambar 4.1. Contoh Peng b untuk Mean imputation

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA

Identifikasi Otentifikasi Citra Tanda Tangan Menggunakan Wavelet dan Backpropagation

Karakteristik Spesifikasi

Blind Steganalysis pada Citra Digital dengan Metode Jaringan Saraf Tiruan

PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

HASIL DAN PEMBAHASAN. Generalisasi =

Mohammad Akram Ardi 1, Angga Rusdinar 2, Nur Andini 3

PENGENALAN AKSARA JAWAMENGGUNAKAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ)

METODOLOGI PENELITIAN

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Kebutuhan Perangkat Keras. Perangkat Keras Spesifikasi Processor Intel Core i3. Sistem Operasi Windows 7

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION

DAFTAR TABEL. Tabel 4.1 Struktur Neural Network Backpropagation Tabel 4.2 Hasil Pengujian Identifikasi Data Uji... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat. Alat dan bahan yang digunakan sebelum pengujian:

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap tahun 2004/2005

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Timor Leste terletak di antara garis lintang 8 dan 10 S, dan bujur 124

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON

Watermarking dengan Metode Dekomposisi Nilai Singular pada Citra Digital

EVALUASI PENGARUH FUNGSI AKTIFASI DAN PARAMETER KEMIRINGANNYA TERHADAP UNJUKKERJA PENGENALAN JARINGAN SYARAF TIRUAN

lalu menghitung sinyal keluarannya menggunakan fungsi aktivasi,

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus

METODOLOGI PENELITIAN

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 1980

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MENGENALI TULISAN TANGAN HURUF A, B, C, DAN D PADA JAWABAN SOAL PILIHAN GANDA

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Pakar (Expert System), Jaringan Saraf Tiruan (Artificial Neural Network), Visi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

NEURAL NETWORK BAB II

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION

BAB III PERANCANGAN SISTEM

ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA

Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No. 1 Februari

IMPLEMENTASI PENGOLAHAN CITRA UNTUK MENGHITUNG RESISTANSI RESISTOR MENGGUNAKAN METODE BACK PROPAGATION

ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang)

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

Raden Abi Hanindito¹, -². ¹Teknik Informatika, Fakultas Teknik Informatika, Universitas Telkom

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penelitian

PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK

BAB 1 PENDAHULUAN. individu lain. Karakteristik ini perlu diidentifikasikan agar dapat digunakan untuk

BAB II LANDASAN TEORI

DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR DAN DISCRETE FOURIER TRANSFORM UNTUK NOISE FILTERING PADA CITRA DIGITAL

ANALISIS DEKOMPOSISI WAVELET PADA PENGENALAN POLA LURIK DENGAN METODE LEARNING VECTOR QUANTIZATION

SISTEM PENGENALAN BARCODE MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

PENERAPAN DISCRETE DAUBECHIS WAVELET TRANSFORM D A L A M W A T E R M A R K I N G C I T R A D I G I T A L

BAB III METODE PENELITIAN

IMPLEMENTASI SEGMENTASI CITRA DAN ALGORITMA LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ) DALAM PENGENALAN BENTUK BOTOL

BAB IV PERANCANGAN & IMPLEMENTASI SISTEM

APLIKASI PENGENALAN KARAKTER ALFANUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA HAMMING DISTANCE

PENGENALAN POLA HURUF ROMAWI DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN PERSEPTRON LAPIS JAMAK

IDENTIFIKASI PENURUNAN KONDISI FUNGSI ORGAN GINJAL MELALUI IRIS MATA MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERANCANGAN PENGATURAN DURASI LAMPU LALU LINTAS ADAPTIF

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGENALAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN BANYAKNYA JUMLAH KELAS POLA YANG DIKENALI DAN TINGKAT KERUMITAN POLANYA

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu

Optimalisasi Identifikasi Sidik Jari Menggunakan Metode Neural network pada Sistem Keamanan Sepeda Motor

BAB 2 LANDASAN TEORI. mencakup teori speaker recognition dan program Matlab. dari masalah pattern recognition, yang pada umumnya berguna untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only. BAB I PENDAHULUAN

RANCANG BANGUN TOOL UNTUK JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) MODEL PERCEPTRON

BAB IV PEMBAHASAN. A. Hasil Model Radial Basis Function Neural Network (RBFNN) Langkah-langkah untuk menentukan model terbaik Radial Basis Function

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: b. Memori : 8192 MB. c. Sistem Model : Lenovo G40-45

Analisis Jaringan Saraf Tiruan Model Perceptron Pada Pengenalan Pola Pulau di Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. penelitian laboratorium. Studi kepustakaan dilakukan untuk mencari teori atau

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dalam kurung waktu setahun.

T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

Transkripsi:

PENGENALAN POLA SIDIK JARI BERBASIS TRANSFORMASI WAVELET DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION 1 Andrian Rakhmatsyah 2 Sayful Hakam 3 Adiwijaya 12 Departemen Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Bandung 3 Departemen Sains Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Bandung Jl. Telekomunikasi No.1 Ters. Buah Batu Dayeuhkolot Bandung 40257 1 aryan@stttelkom.ac.id, 2 sayfulhakam@yahoo.com, 3 adw@stttelkom.ac.id Abstrak Pada zaman modern seperti saat ini, banyak orang yang ingin mencuri sesuatu yang sifatnya sangat rahasia baik itu untuk mencari keuntungan individu ataupun hanya untuk kesenangan. Oleh karena itu, dibutuhkan keamanan dalam teknologi untuk melindungi hal tersebut. Salah satu cara yang aman adalah dengan menggunakan teknologi biometrik. Biometrik adalah cara untuk mengenali seseorang berdasarkan karakteristik fisik ataui perilakunya. Pada penelitian ini dibuat perangkat lunak yang dapat mengenali identitas seseorang dengan menggunakan salah satu contoh biometrik yaitu sidik jari. Metode yang digunakan adalah transformasi wavelet sebagai ekstraksi ciri dan jaringan syaraf tiruan Backpropagation (JST-BP) sebagai pengenalan pola. Transformasi wavelet digunakan sebagai ekstraksi ciri karena mampu mengenali ciri-ciri khusus dari suatu citra. JST-BP digunakan sebagai pengenalan pola karena JST-BP merupakan representasi dari otak manusia yang mampu untuk belajar dari contoh-contoh yang diberikan. Kedua metode tersebut dianalisis untuk mendapatkan tingkat akurasi tertinggi. Hasil analisis digunakan untuk proses deteksi, di mana output dari proses ini adalah citra sidik jari yang telah teridentifikasi. Kata Kunci: Biometric, Transformasi Wavelet, Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation (JST-BP) 1. PENDAHULUAN Biometrik adalah cara untuk mengenali seseorang berdasarkan karakteristik fisik atau perilakunya. Teknologi biometrik dikembangkan karena memiliki keuntungan seperti tidak dapat hilang, tidak dapat lupa dam tidak mudah dipalsukan karena keberadaannya melekat pada manusia. Sidik jari adalah cara yang paling sering digunakan dari teknologi biometrik, hal ini disebabkan akrena sidik jari sudah terbukti unik pada setiap manusia, lebih mudah, dan lebih akurat bila dibandingkan dengan sistem biometrik lainnya. Transformasi Wavelet sebagai ekstraksi cirinya dan metode Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation (JST-BP) sebagai pengenalan polanya. Transformasi merupakan suatu proses pengubahan data ke dalam bentuk lain agar mudah dianalaisis. Transformasi wavelet adalah salah satu jenis dari ekstraksi ciri dalam pengenalan pola sidik jari karena kemampuannya dalam mengenali ciri-ciri khusus dari citra inputan. Jaringan Syaraf Tiruan (JST) adalah salah satu representasi dari otak manusia yang selalu mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak manusia tersebut. Dalam penelitian ini dikembangkan aplikasi pengenalan sidik jari yang menggunakan

2. WAVELET DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Biometrik Biometrik adalah cara untuk mengenali seseorang berdasarkan karakteristik fisik atau perilakunya, contohnya sepertyi Sidik Jari, Geometri Tangan, Retina pada mata, Suara, DNA, dan lain-lain. Empat syarat yang harus dipenuhi agar karakteristik fisik dapat dipenuhi antara lain universal, unik, permanen, dan dapat terukur secara kuantitatif [5]. Sidik Jari Sidik jari merupakan karakteristik alami manusia yang dimilikinya sejak lahir. Sidik jari terdiri dari pola alur (ridge) dan lembah (valley) yang sifatnya unik untuk setiap individu. Di dunia ini, telah terbukti bahwa tidak ada dua individu yang mempunyai pola ridge yang sama [5]. Preprocessing Citra Preprocessing merupakan suatu proses di mana proses dilakukan dengan masukan berupa citra dan hasilonya juga berupa citra [3]. Terdiri dari tiga tahapan, yaitu penentuan titik tengah citra inputan, pembuatan citra baru dengan ukuran 2r*2r, pembentukan citra grayscale dan enhancement. Transformasi Wavelet Wavelet adalah fungsi matematika yang memotong-motong data menjadi kumpulankumpulan frekuensi yang berbeda, sehingga masing-masing komponen tersebut dapat dipelajari dengan menggunakan skala resolusi yang berbeda. Wavelet merupakan sebuah fungsi variable real t, diberi notasi Ψt dalam ruang fungsi L 2 (R). Fungsi ini dihasilkan oleh parameter dilatasi dan translasi yang dinyatakan dalam persamaan [2] [1]. Ψ a,b(t) = a 1 2 Ψ ( t b ) ; a > 0, b R (1) a Ψ j,k(t) = 2 j 2 Ψ (2 j t k) ; j, k Z (2) Di mana a = parameter dilatasi, b = parameter translasi, R = mengkondisikan bilai a dan b dalam nilai integer, 2j = parameter dilatasi, k = parameter waktu atau lokasi ruang, Z = mengkondisikan nilai j dan k dalam nilai integer. Fungsi persamaan yang pertama dikenalkan pertama kali oleh Grossman dan Morlet, sedangkan persamaan yang kedua dikenalkan oleh Daubechies. Transformasi wavelet memisahkan menjadi dua komponen utama, yaitu Frekuensi tinggi atau disebut juga highpass filter yang mengambil citra dengan gradiasi intensitas yang tinggi dan perbedaan intensitas yang rendah akan dikurangi atau dibuang dan Frekuensi rendah atau disebut juga lowpass filter yang mengambil citra dengan gradiasi intensitas yang halus dan perbedaan intensitas yang tinggi akan dikurangi atau dibuang. Transformasi wavelet diskrit secara umum merupakan dekomposisi citra pada frekuensi subband citra tersebut di mana komponennya dihasilkan dengan cara penurunan level dekomposisi. Implementasi transformasi wavelet diskrit dapat dilakukan dengan cara meleweatkan sinyal frekuensi tinggi atau highpass filter dan frekuensi rendah atau lowpass filter. Di bawah ini adalah gambar dari transformasi wavelet diskrit dua dimensi dengan dekomposisi satu [4]. Gambar 1 Transformasi Wavelet Diskrit dua dimensi Seperti yang terlihat pada gambar 1, jika suatu citra dilakukan proses transformasi wavelet diskrit dua dimensi dengan level dekomposisi

satu, maka akan menghasilkan empat buah subband, yaitu Koefisien Approksimasi (CA j+1) atau disebut juga subband LL Koefisien Detil Horisontal (CD (h) j+1) atau disebut juga subband HL Koefisien Detil Vertikal (CD (v) j+1) atau disebut juga subband LH Koefisien Detil Diagonal (CD (d) j+1) atau disebut juga subband HH Gambar 2 Arsitektur JST-BP Subband hasil dari dekomposisi dapat didekomposisi lagi karena level dekomposisi wavelet bernilai dari 1 sampai n atau disebut juga transformasi wavelet multilevel. Jika dilakukan dekomposisi lagi, maka subband LL yang akan didekomposisi karena subband LL berisi sebagian besar dari informasi citra. Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation (JST-BP) Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation pertama kali dikenalkan oleh Rumelhart, Hinton dan William pada tahun 1986, kemudian Rumelhart dan Mc Clelland mengembangkannya pada tahun 1988 [3]. Backpropagation merupakan algoritma Supervised Learning di mana algoritma ini akan mengubah nilai-nilai bobot sinaptik sehingga JST akan membentuk fungsi-fungsi khusus sesuai yang diajarkan. Algoritma Backpropagation mempunyai beberapa keunggulan antara lain dari segi kekonvergenan serta perbaikan bobotnya terus dilakukan sampai nilai yang didapatkan hamper samadnegan target di mana error yang dihasilkan mendekati nilai nol. Arsitektur JST-BP dapat dilihat seperti pada gambar di bawah ini: 3. PERANCANGAN SISTEM Pada perangkat lunak ini terbagi menjadi dua bagian utama yaitu : 1. Proses Pelatihan Proses ini menerima masukan image berformat bitmap sebanyak m orang dan n buah sidik jari per orang, sehingga total inputan sebanyak (m*n) buah image sidik jari. Terdapat 180 citra yang diambil 4 citra sebanyak 30 orang. Citra tersebut terdiri dari 120 citra latih dan 60 citra uji. Masukan tersebut akan dilakukan beberapa tahapan, yaitu Preprocessing. Proses ini merupakan proses yang dilakukan sebelum proses ekstraksi ciri. Terdapat dua bagian, yaitu 1. Penentuan titik tengah dari citra inputan. 2. Pembuatan citra baru dengan ukuran r ke arah atas, bawah, kanan, dan kiri, sehingga terbentuk citra baru yang berukuran (2r*2r). Dalam tugas akhir ini, r ditentukan sebesar 60 piksel. 3. Pembentukan citra grayscale dan enhancement.

Gambar 3 Sidik Jari berukuran 2r*2r Ekstraksi Ciri dengan menggunakan transformasi wavelet. Jika suatu citra dilakukan proses transformasi wavelet diskrit dua dimensi dengan level dekomposisi satu, maka akan menghasilkan empat buah subband, yaitu subband LL, subband HL, subband LH, dan subband HH. 2. Proses Deteksi Proses ini mirip seperti Proses Pelatihan, perbedaannya terletak pada masukan citra dan pada JST-BP. Jumlah masukan citra sidik ajri adalah satu, kemudian dilanjutkan dengan proses preprocessing, proses ekstraksi ciri, dan proses pengenalan pola dengan menggunakan JST-BP. Keluaran pada proses deteksi adalah sebuah nilai yang nantinya dicocokkan dengan bilai target yang telah ditentukan sebelumnya. Rancangan secara umum dapat dilihat seperti pada gambar 5. Gambar 4 Hasil dekomposisi dwt 2-dimensi Pada setiap subband dicari nilai vektor ciri yang nantinya menjadi inputan untuk JST-BP di mana subband yang digunakan ditentukan pada tahap analisis. Pelatihan dnegan menggunakan jaringan syaraf tiruan Backpropagation. Keluaran pada proses ekstraksi ciri akan menjadi masukan pad aproses ini. Tujuan dari proses ini adalah untuk mendapatkan nilai bobot dan nilai bias, nilai tersebut disimpan dalam file yang nantinya digunakan untuk Proses Deteksi. Gambar 5 Rancangan Sistem 4. ANALISIS SISTEM Tujuan dari analisis system adalah untuk mendapatkan arsitektur JST-BP, filter wavelet, subband dan level dekomposisi terbaik. JST-BP Proses Pelatihan Proses pelatihan berfungsi untuk mendapatkan nilai bobot dan nilai bias yang nantinya disimpan dan digunakan untuk proses deteksi. Dilakukan analisis terhadap perubahan nilai learning rate (LR), momentum, jumlah hidden layer, dan jumlah hidden neuron.

Learning Rate Learning Rate (LR) atau disebut juga laju pembelajaran yang nilainya terletak antara 0 dan 1. Semakin besar nilai learning rate maka akan semakin cepat laju pembelajarannya. Sebaliknya, semakin kecil nilai dari learning rate maka akan semakin lambat laju pembelajarannya. Untuk mendapatkan nilai learning rate yang sesuai dalam jaringan maka harus dilakukan percobaan dengan cara trial and error. Berikut ini adalah tabel hasil perbandingan LR dengan range 0,1 sampai 0,9. Tabel 1 Perbandingan LR, MSE, dan waktu komputasi LR MSE Waktu (s) 0,1 0.031226 685 0,2 0.032987 686 0,3 0.032092 691 0,4 0.029965 60 0,5 0.027324 691 0,6 0.026268 684 0,7 0.025041 689 0.8 0.023909 692 0,9 0.022858 687 Pada Tabel 1, terlihat bahwa perubahan LR tidak terlalu mempengaruhi waktu komputasi. Nilai LR = 0,9 digunakan untuk analisis pada tahap selanjutnya. Momentum Momentum adalah perubahan bobot yang didasarkan atas gradient pola terakhir dan pola sebelumnya yang dimasukkan. Penambahan momentum dimaksudkan untuk menghindari perubahan bobot yang mencolok akibat adanya data yang sangat berbeda dengan yang lain. Perubahan bobot yang baru (t+1) akan memperhitungkan juga data bobot saat ini (t) dan bobot sebelumnya (t-1). Momentum memiliki rentang nilai di antara bilangan 0 hingga 1 [4]. Berikut ini adalah table hasil perbandingan momentum dengan range 0,1 sampai 0,9. Tabel 2 Perbandingan momentum, MSE, dan waktu komputasi Momentum MSE Waktu (s) 0,1 0.018423 690 0,2 0.017993 689 0,3 0.018378 685 0,4 0.02135 692 0,5 0.022858 687 0,6 0.024921 685 0,7 0.028738 688 0.8 0.035175 690 0,9 0.04968 687 Pada Tabel 2, terlihat bahwa perubahan momentum tidak terlalu mempengaruhi waktu komputasi. Nilai momentum = 0,2 digunakan untuk analisis pada tahap selanjutnya. Hidden Layer dan Hidden Neuron Dilakukan analisis terhadap jumlah hidden layer dan hidden neuron pada layer pertama. MSE terkecil digunakan untuk arsitekstur JST- BP. Berikut ini adalah tabel hasil perbandingan jumlah hidden layer dan hidden neuron pada layer pertama : Tabel 3 Perbandingan jumlah hidden layer, hidden neuron, MSE, dan waktu komputasi hidlay hidneu 1 hidneu 2 MSE Waktu (s) 1 10-0.017993 690 1 15-0.018608 1.022 1 20-0.018874 1.361 1 25-0.019574 1.432 2 10 5 0.039726 812 2 15 5 0.040448 917 2 20 5 0.040596 1.575 2 25 5 0.0216 1.933 2 30 5 0.0154 2.277 Pada Tabel 3, terlihat bahwa Penambahan jumlah hidden layer dan hidden neuron belum tentu membuat jaringan semakin baik. Penambahan hidden layer dan hidden neuron dapat membuat waktu komputasi semakin lama. Semakin banyak jumlah hidden layer atau hidden neuron akan semakin lama waktu komputasi. Pelatihan dengan jumlah hidden layer 2 buah dan

jumlah hidden neuron pada layer pertama adalah 30 buah digunakan untuk analisis pada tahap selanjutnya. Hidden Neuron pada layer kedua Dilakukan analisis terhadap jumlah hidden neuron pada layer kedua. MSE terkecil digunakan untuk arsitektur JST-BP. Berikut ini adalah tabel hasil perbandingan jumlah hidden neuron pada layer kedua : Tabel 4 Perbandingan umah hiden neuron pada layer kedua, MSE, dan waktu komputasi hidneuron2 MSE Waktu (s) 5 0.0073613 5.611,8 6 0.009599 5.864,6 7 0.010685 6.206,5 8 0.010962 7.629,1 9 0.012554 7.964,8 10 0.0069953 8.316,7 Pelatihan dengan jumlah hidden neuron pada layer kedua adalah 10 buah, yang digunakan untuk analisis pada tahap selanjutnya. Transformasi Wavelet Subband Subband yang dijadikan perbandingan adalah subband LL, LH, HL, dan HH. Table 5 adalah tabel hasil perbandingan subband. Pada Tabel 5, dapat dilihat bahwa MSE yang dihasilkan pada tiga subband detil yaitu subband LH, HL, dan HH besar bila dibandingkan dengan subband LL. Hal tersebut disebabkan karena informasi pada tiga subband tersebut relatif sama antara citra yang satu dengan citra lainnya, sehingga JST-BP tidkak mampu untuk mengingat dan membuat generalisasi. Perubahan subband tidak terlalu mempengaruhi waktu komputasi. Subband LL digunakan untuk analisis pada tahap selanjutnya. Tabel 5 Perbandingan subband, MSE, dan waktu komputasi Subband MSE Waktu (s) LL 0.0027337 21.012 LH 0.040774 21.043 HL 0.040777 21.426 HH 0.040773 20.955 Filter wavelet dan level dekomposisi Filter wavelet yang dijadikan perbandingan adalah db3, db5, dan db10 dengan level dekomposisi 1 dan 2 untuk setiap filter. Hasilnya dapat dilihat seperti pada table berikut ini : Tabel 6 Perbandingan filter wavelet, MSE, dan waktu kompuasi Filter Wavelet Level Dekomposisi MSE epoch Waktu (s) db3 1 0.00699 20.000 21.012 db3 2 0.01634 20.000 21.563 db5 1 0.00886 20.000 21.445 db5 2 0.01463 17.394 21.430 db10 1 0.00806 18.257 21.425 db10 2 0.01208 20.000 21.058 Dari perbandingan tiga macam filter wavelet dan level dekomposisinya pada Tabel 6, dapat dilihat bahwa MSE terkecil dihasilkan oleh filter wavelet db5 dengan level dekomposisi 2. MSE tersebut diperoleh dengan epoch 17.394. Jika dilihat dari segi waktu, perbedaan filter wavelet tidak terlalu mempengaruhi waktu komputasi. Filter wavelet db5 dengan level dekomposisi 2 digunakan untuk pengenalan pola dari beberapa analisis di atas, diperoleh arsitektur JST-BP, subband, filter wavelet dan level dekomposisi yang digunakan untuk pengenalan pola sidik jari, yaitu 1. Terdapat 24 buah inputan neuron 2. Terdapat 2 buah hidden layer 3. Terdapat 30 buah hidden neuron pada hidden layer pertama dan 10 buah hidden neuron pada hidden layer kedua 4. Nilai LR = 0,9 5. Nilai momentum = 0,2 6. Filter wavelet db5 dengan level dekomposisi 2 pada subband LL JST-BP Proses Deteksi Keluaran pada JST-BP adalah sebuah nilai bertipe real, nilai tersebut dicocokkan dengan target yang telah didefinisikan sebelumnya.

Tingkat akurasi dihitung dengan menggunakan rumus Tingkat Akurasi = Benar Jumlah citra 100 % Pengujian dilakukan dengan dua tahap, yaitu 1. Pengujian terhadap citra latih Tingkat akurasi yang didapatkan adalah Benar = 118 Jumlah total citra = 120 Tingkat Akurasi = 118/120 * 100% = 98,33% 2. Pengujian terhadap citra uji Benar = 49 Jumlah total citra = 60 Tingkat Akurasi = 49/60 * 100% = 81,67% Kesalahan pendeteksian disebabkan oleh dua factor, antara lain 1. Noise Noise yang dimaksud adalah kesalahan pada ssat pengambilan citra sidik jari dengan menggunakan stampad yang menyebabkan melebarnya tinta dan noise pada proses scanning. 2. Intensitas warna Berbedanya intensitas warna pada saat penambilan citra sidik jari dengan menggunakan stampad. Dari dua penyebab di atas, maka dibutuhkan metode enhancement yang lebih baik dari enhancement yang digunakan pada penelitian ini. Sedangkan waktu komputasi pada saat melakukan proses deteksi dapat dilihat pada tabel 7 berikut Tabel 7 Waktu komputasi pada saat melakukan proses deteksi No Proses Waktu (s) 1 Ekstraksi ciri yang terdiri dari - Tansformasi wavelet 0,2432 - Perhitngan vector ciri 0,0913 2 Deteksi dengan 0.0712 menggunakan JST-BP TOTAL 0.4057 Jika dilihat dari waktu komputasi pada table 7, waktu komputasi yang dibutuhkan untuk melakukan proses pendeteksian sebesar 0,4057. 5. KESIMPULAN Tingkat akurasi dari pengenalan pola sidik jari dengan menggunakan transformasi wavelet dan JST-BP untuk 60 citra latih adalah 98,33% dan untuk 60 citra uji adalah 81,67%. Dibutuhkan metode enhancement yang lebih baik karena tingginya noise pada saat proses pengambilan citra sidik jari. Filter wavelet terbaik dari keluarga daubechies yang digunakan untuk pengenalan pola sidik jari adalah filter db5 dengan level dekomposisi 2. Subband yang digunakan dalam pengenalan pola sidik jari adalah subband LL sedangkan subband yang lain (subband LH, HL, dan HH) tidak digunakan karena informasi yang ada pada tiga subband tersebut relatif sama antara citra yang satu dengan citra lainnya, sehingga JST-BP tidak mampu untuk mengingat dan membuat generalisasi dari data yang sudah ada. Tidak ada kepastian untuk menentukan parameter-parameter dari JST-BP seperti LR, momentum, hidden layer, hidden neuron, dan epoch, sehingga harus dilakukan percobaan dengan cara trial and error. Semakin banyak jumlah hidden layer atau hidden neuronnya belum tentu semakin baik pelatihan atau dengan kata lain nilai error yang didapatkan semakin kecil, hal ini ditentukan oleh kombinasi yang tepat untuk setiap parameter-parameter dalam JST-BP. Dengan jumlah hidden layer, jumlah

hidden neuron, nilai LR, dan nilai momentum yang sesuai maka akan didapatkan pengenalan pola dengan akurasi yang tinggi. Pada tugas akhir ini menggunakan 2 buah hidden layer dengan 30 buah hidden neuron pada layer pertama dan 10 buah hidden neuron pada layer kedua, nilai LR 0,9, dan nilai momentum 0,2. Jumlah pola, iterasi (epoch), hidden layer dan hidden neuron akan mempengaruhi waktu komputasi. Semakin banyak jumlah pola, iterasi (epoch), hidden layer dan hidden neuron maka akan semakin lama waktu komputasi, sebaliknya semakin sedikit jumlah pola, iterasi (epoch), hidden layer dan hidden neuron maka akan semakin cepat waktu komputasi. 6. DAFTAR PUSTAKA [1] Dharma, Eddy Muntina. Teknik Steganografi pada Citra Digital dengan Transformasi Wavelet. Institut Teknologi Bandung. 2004. [2] I GB Suardika Yasa, Iwan Imut, Adiwijaya. Tugas Akhir. Analisis dan Simulasi Pembelahana Maksimum Subband LL pada Normal Shrink wavelet untuk Denoising Multilayer Data. Jurusan Teknik Informatika STTTelkom Bandung. 2005. [3] Kusumadewi, Sri. 2003. Artificial Intelligence. Yogyakarta : Graha Ilmu. [4] Siang, Drs. Jong Jek Siang, M.Sc.. 2005. Jaringan Syaraf Tiruan dan Pemrograman Menggunakan Matlab. Andi.