BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan hias merupakan satu komoditas ekonomi non migas yang potensial dengan permintaan semakin meningkat baik di dalam maupun di luar negri (Dewontoro, 2001). Keindahan tubuh dan ciri-ciri yang spesifik yang dimiliki oleh setiap ikan hias serta nilai ekonomis, adalah faktor utamayang harus diperhatikan dalam budidaya ikan hias. Salah satu jenis ikan yang memiliki syarat-syarat tersebut adalah ikan cupang (Betta splendensregan) (Daelami, 2001). Ciri khas yang dimiliki oleh ikan cupang jantan adalah selain warnanya yang indah, siripnya pun panjang dan menyerupai sisir serit, sedangkan ikan betina warnanya tidak menarik (kusam) dan bentuk siripnya lebih pendek dari ikan jantan (Perkasa & Gunawan, 2002). Ikan cupang juga memiliki bentuk dan karakter yang unik dan cenderung agresif dalam mempertahankan wilayahnya (Anggorojati, 2012). Ikan cupang berkembang dengan cara bertelur dan telurnya menempel pada substrat seperti akar tanaman, daun-daun atau serabut rapia. Dalam daur hidupnya ikan cupang jantan akan mengambil telur-telur yang telah dikeluarkan ikan betina dan diletakkan didalam sarang busa yang ada dipermukaan sedangkan ikan cupang betina akan memangsa anak-anaknya sendiri (Daelami, 2001). Setelah telur menetas, embrio akan berkembang menjadi larva ikan cupang. Menurut Tampubolon (2007), titik rawan bagi larva ikan cupang adalah 2 minggu (14 hari) setelah telur menetas. Hal ini disebabkan karena larva ikan cupang masih harus beradaptasi dengan lingkungannya, misalnya berupa makanannya yang masih berasal dari kuning telurnya sendiri. Ikan cupang umumnya hidup berkoloni di perairan yang terlindung dari sinar matahari langsung. Tempat tersebut umumnya memiliki air dengan derajat keasaman atau ph antara 6,5-7,2 dan suhu air sekitar 24-30 0 C (Sugandy, 2001). Ikan cupang dapat mengambil oksigen langsung dari udara karena mempunyai alat pernapasan tambahan berupa labirin (Ohoiulun, 2002).
2 Penelitian tentang mutagenesis sinar ultraviolet pada ikan cupang telah dilakukan oleh Tampubolon (2007), dimana sinar UV yang digunakan dengan daya 30 watt dengan waktu yang digunakan 0,5 menit, 1 menit, dan 1,5 menit. Pada hasil penelitian diperoleh perbedaan warna tubuh merah menjadi albino, dan warna sirip merah menjadi merah muda, merah kebiru-biruan, dan putih kemerahmerahan serta mengakibatkan penurunan jumlah telur cupang yang menetas. Berdasarkan penelitian tersebut, dapat disimpulkan apabila sinar ultraviolet yang dipaparkan dalam waktu yang lama akan merusak susunan dari kromosom dan mengganggu aktivitas DNA suatu spesies. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian dengan perlakuan yang lebih lama dari yang telah dilakukan. Penelitian tentang jumlah kromosom Betta splendensregan telah dilakukan oleh Selezniow et al, (2008). Hasil dari penelitiannya didapat kromosom dari jenis ikan Siamese petarung Betta splendens Reganyang diuji dengan Giemsa, CM 3 dan AgNOR. Kariotipe yang dihasilkan adalah 6 pasang submetasentrik, 7 pasang subtelosentrik dan 8 pasang akrosentrik. Jumlah kromosomnya masing-masing 2n = 42. Penelitian tentang Betta splendensregan juga pernah dilakukan oleh Ratanatham & Patinawin (1978), yang meneliti perbedaan kariotipe antara Betta splendensregan yang bersirip pendek dan panjang.ikan jenis Siamese petarung dapat dikarakteristikkan ke dalam tipe sirip pendek dengan yang bersirip panjang.ikan yang sirip pendek jauh lebih agresif daripada tipe sirip panjang. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kromosom ikan cupang sirip pendek dan sirip panjang dapat dikelompokkan ke dalam 3 kelompok, yang pertama 16 pasang berukuran besar, pasangan ke-17 dan ke-18 berukuran sedang dan 3 pasang terakhir berukuran kecil. Berdasarkan tipe sentromernya adalah 7 pasang submetasentrik dan 14 pasang akrosentrik.dalam penelitian kromosom kelamin yang heteromorphic tidak dapat diketahui.kromosom nomor 3 diketahui berbeda diantara kedua tipe ikan tersebut. Cahaya tampak dan sinar ultraviolet mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap kelangsungan dan keefektifan transformasi DNA dari suatu spesies (Tampubolon, 2007). Sinar ultraviolet yang berlebihan justru akan mengganggu aktivitas DNA suatu spesies dan bahkan dapat mengakibatkan mutasi (Tamarin,
3 1999). Proses perubahan itu dapat disebut dengan mutasi, yaitu yang dapat menyebabkan perubahan pasangan basa DNA atau perubahan kromosom (Russel, 1992). Mutasi adalah perubahan yang terjadi pada bahan keturunan yang mengakibatkan perubahan fenotipe pada keturunannya (Crowder, 1997). 1.2. Permasalahan Adapun permasalahan dari penelitiaan ini adalah: a. Bagaimana pengaruh waktu penyinaran sinar ultraviolet terhadap jumlah telur yang menetas? b. Bagaimana pengaruh waktu penyinaran sinar ultraviolet terhadap jumlah larva yang hidup pada hari ke-14? c. Bagaimana pengaruh waktu penyinaran sinar ultraviolet terhadap morfologi ikan cupang (Betta splendens Regan)? d. Apakah radiasi sinar ultraviolet dapat mempengaruhi susunan bentuk kariotipe ikan cupang (Betta splendens Regan)? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui lamanya waktu penyinaran sinar ultraviolet yang dapat menyebabkan mutagenesis pada ikan cupang (Betta splendens Regan). b. Untuk mengetahui persentase jumlah telur yang menetas setelah diradiasi dengan sinar ultraviolet. c. Untuk mengetahui persentase jumlah larva yang dapat bertahan hidup sampai hari ke-14 d. Untuk mengetahui fenotipe Betta splendens Regan yang muncul dengan menggunakan radiasi sinar ultraviolet. e. Untuk mengamati kariotipe ikan cupang (Betta splendensregan) akibat pengaruh sinar ultraviolet.
4 1.4. Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah: a. Semakin lama waktu radiasi sinar ultraviolet mengakibatkan semakin besar mutagenesis yang terjadi pada ikan cupang (Betta splendens Regan). b. Semakin lama waktu radiasi sinar ultraviolet mengakibatkan semakin sedikit jumlah telur ikan cupang (Betta splendens Regan) yang menetas. c. Semakin lama waktu radiasi sinar ultraviolet mengakibatkan semakin sedikit jumlah larva ikan cupang (Betta splendens Regan) yang dapat bertahan hidup sampai hari ke-14. d. Semakin lama waktu radiasi sinar ultraviolet mengakibatkan perubahan fenotipe ikan cupang (Betta splendens Regan). e. Semakin lama waktu radiasi sinar ultraviolet mengakibatkan perubahan susunan bentuk kariotipe ikan cupang (Betta splendens Regan). 1.5. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui apakah penyinaran sinar ultraviolet dapat mengubah fenotipe dan kariotipe ikan cupang (Betta splendens Regan) dengan perbedaan waktu penyinaran b. Sebagai sumber informasi bagi masyarakat umum dan instansi yang membutuhkannya.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Betta splendensregan Menurut Hoedeman (1972), klasifikasi ikan cupang sebagai berikut: Kingdom Filum Subfilum Superkelas Kelas Subkelas Superordo Ordo Subordo Famili Subfamili Genus Spesies : Animalia : Chordata : Vertebrata : Gnathostomata : Oesteichytes : Actinopterygii : Achantopteri : Perciformes : Anabantoidei : Anabantidae : Ctenopinae : Betta : Betta splendens Regan Dari klasifikasi diatas, ikan cupang masih satu famili dengan ikan gurami, sepat dan ikan betik. Ciri khas dari famili ini adalah kemampuannya bernafas dengan jalan mengambil oksigen langsung dari udara. Hal ini dimungkinkan karena adanya alat pernapasan yang dikenal dengan nama labyrinth, yang terletak di dalam rongga insang sebelah atas. Oleh karena itu, ikan cupang memiliki kesanggupan untuk hidup di tempat yang memiliki kandungan oksigen terlarut yang rendah. Nenek moyang ikan cupang umumnya hidup di daerah rawa-rawa, persawahan dan daerah aliran sungai yang dangkal. Mereka hidup berkoloni secara damai di perairan yang terlindung dari sinar matahari langsung (Sugandy, 2001). Ikan cupang memiliki postur tubuh yang ramping, panjangnya berukuran maksimum 7 cm dan memiliki warna dasar badan kuning sampai sawo matang dengan warna punggung gelap dan perut lebih kekuning-kuningan. Ikan cupang dijuluki ikan laga karena setiap kali bertemu sesama jenisnya (jantan dengan jantan) langsung bertarung (Daelami, 2001). Ikan cupang berkembang dengan cara bertelur dan telurnya menempel pada substrat seperti akar tanaman, daun-daun atau substrat rapia. Dalam