BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sakit kritis adalah kejadian tiba-tiba dan tidak diharapkan serta membahayakan hidup bagi pasien dan keluarga yang mengancam keadaan stabil dari ekuibrium internal yang biasanya terpelihara dalam unit keluarga tersebut (Morton dkk, 2011). Pasien kritis erat kaitannya dengan dengan perawatan intensif karena memerlukan pencatatan medis yang berkesinambungan dan monitoring serta dengan cepat dapat dipantau perubahan fisiologis yang terjadi atau akibat dari penurunan fungsi organ-organ tubuh lainnya. Unit perawatan intensif (Intensive Care Unit) merupakan salah satu ruang perawatan yang tepat untuk pasien kritis tersebut karena dilengkapi dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien dengan perubahan fisiologi yang cepat memburuk yang mempunyai intensitas defek fisiologi satu organ ataupun mempengaruhi organ lainnya sehingga merupakan keadaan kritis yang dapat menyebabkan kematian (Rab, 2007). Hal ini sesuai dengan Comprehensive Critical Care Department of Health-Inggris yang merekomendasikan untuk memberikan perawatan kritis sesuai filosofi perawatan kritis tanpa batas (critical care without wall), yaitu kebutuhan pasien kritis harus dipenuhi di manapun pasien tersebut secara fisik berada di dalam rumah sakit (Jevon dan Ewens, 2009). Pasien yang diterima di ruang perawatan intensif akan merasakan mendapat ancaman kehidupan dan kesejahteraan. Mereka merasa bahwa akan tiba 1
2 kematian. Hal ini disebabkan oleh pengalaman mereka sendiri ataupun orang lain. Adanya ancaman ketidakberdayaan, kehilangan kendali, perasaan kehilangan fungsi dan harga diri, kegagalan membentuk pertahanan, perasaan terisolasi dan takut meninggal dunia dapat menyebabkan ansietas pada pasien. Perilaku koping seperti mengingkari, marah, pasif, atau agresif, umum dijumpai pada pasien. Jika perilaku koping efektif, maka akan berpengaruh pada proses penyembuhan, namun sebaliknya jika koping yang dimiliki pasien tersebut tidak efektif, maka keadaan stress meningkat (Hudak & Gallo, 1997). Pada kondisi ini dukungan keluarga menjadi kepentingan utama. Pengaruh keluarga dalam keikutsertaannya menentukan kebijakan dan keputusan dalam penggunaan layanan keperawatan membuat hubungan dengan keluarga menjadi penting. Keluarga sangatlah berperan dalam proses penyembuhan dan pemulihan. Apabila dukungan keluarga tidak diterima pasien, maka keberhasilan penyembuhan dan proses pemulihan sangat berkurang (Mundakir, 2006). Meskipun perawatan fokus pada pasien telah menjadi bagian dari tugas perawat sejak tahun 1970, namun menghadirkan peran keluarga dalam pemberian dukungan pada pasien kritis baru saja diterima sebagai peraturan penting. Dukungan keluarga tersebut sangat berguna sebagai pendekatan untuk menetapkan intervensi, menyampaikan informasi serta sebagai evaluasi dari perawatan kesehatan. Dukungan keluarga tersebut diperlukan untuk semua jenis usia dan menjadi bagian dalam susunan asuhan keperawatan. Banyak penelitian yang telah dilakukan pada kebutuhan keluarga yang memiliki pasien kritis. Keluarga tersebut membutuhkan informasi, ketenangan dan kedekatan dengan
3 pasien. Kedekatan tersebut memberikan ketenangan kepada anggota keluarga pasien (Mitchell, 2009). Dukungan keluarga tersebut tidak hanya diperlukan pada pasien dewasa, akan tetapi terlebih pada pasien neonatal di unit perawatan intensif neonatal (Neonatal Intensive Care Unit) merupakan hal yang sangat penting dari asuhan keperawatan bayi baru lahir, terutama dalam pemberian informasi (Mundy, 2010). Bagi keluarga pasien yang mendapatkan perawatan intensif dalam kenyataannya memiliki stress emosional yang tinggi. Mendapatkan informasi tentang kondisi medis dan hubungan dengan petugas pemberi pelayanan merupakan prioritas utama yang diharapkan dan diperlukan oleh pasien (Azizahkh, 2010). Stress yang dialami kelurga pasien juga timbul akibat lingkungan rumah sakit, dokter dan perawat yang merupakan bagian asing, bahasa medis yang sulit untuk dipahami dan terpisahnya dari anggota keluarga dengan pasien. Untuk itu pelayanan keperawatan perlu memberikan perhatian untuk memenuhi kebutuhan keluarga selain itu pelayanan keperawatan juga perlu memahami kepercayaan, nilai-nilai keluarga, menghormati struktur, fungsi, dan dukungan keluarga. Pelayanan keperawatan dapat mengusahakan sumber dukungan yang kuat bagi pasien yang dapat diperoleh dari dukungan keluarga (Potter & Perry, 2009). Dukungan keluarga dapat memperkuat setiap individu, pasien, menciptakan kekuatan keluarga, memperbesar penghargaan terhadap diri sendiri, mempunyai potensi sebagai strategi pencegahan utama bagi seluruh keluarga dalam menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari serta mempunyai relevansi
4 dalam masyarakat yang berada dalam lingkungan yang penuh tekanan (Ambari, 2010). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Baumhover & Hughes (2009) diperoleh hasil bahwa sekitar 58% perawat dan 34% dokter serta asisten dokter sangat menyetujui kehadiran keluarga pasien sebagai hak keluarga pasien. Hal ini dikarenakan kehadiran keluarga tersebut dapat menyebabkan pasien merasa nyaman karena mereka merasa masih diterima serta membuat pasien merasa bahwa mereka memiliki dukungan yang sangat kuat terutama dukungan emosional dan membuat pasien merasa bahwa mereka tidak sendiri. Akan tetapi pemanfaatan dan penetapan waktu berkunjung yang terbatas dapat menimbulkan kesalahpahaman antara perawat dan keluarga. Jam kunjungan di Unit Perawatan Kritis di batasi dengan rasional bahwa istirahat, ketenangan, dan lingkungan yang tidak terganggu adalah intervensi keperawatan yang terapeutik. Keluarga sering kali menafsirkan batasan ini sebagai penolakan akses orang yang mereka sayangi (Morton, dkk, 2011). Teori ini sesuai dengan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 23 Mei 2013 terhadap tiga orang keluarga dari pasien yang dirawat di ruang Unit Perawatan Intensif (Intensive Care Unit) RSUP H. Adam Malik Medan, mereka menyatakan bahwa dukungan yang diberikan tidaklah cukup maksimal karena keterbatasan waktu berkunjung. Melihat pentingnya dukungan keluarga bagi pasien yang mendapatkan perawatan intensif maka peneliti ingin mengetahui bagaimana dukungan yang diberikan keluarga pada pasien sehingga menciptakan lingkungan yang saling
5 mendukung untuk kesembuhan dan pemulihan kesehatan pasien. Sehingga peneliti tertarik untuk mengambil penelitian tentang Dukungan Keluarga terhadap Pasien yang Di Rawat Di Unit Perawatan Intensif RSUP. H. Adam Malik Medan. 1.2. Pertanyaan Penelitian Bagaimana dukungan keluarga terhadap pasien yang di rawat di Unit Perawatan Intensif RSUP H. Adam Malik Medan. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Mengidentifikasi dukungan keluarga terhadap pasien yang dirawat di Unit Perawatan Intensif RSUP H. Adam Malik Medan 1.3.2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi dukungan emosional terhadap pasien yang dirawat di Unit Perawatan Intensif RSUP H. Adam Malik Medan. b. Mengidentifikasi dukungan informasi terhadap pasien yang dirawat di Unit Perawatan Intensif RSUP H. Adam Malik Medan. c. Mengidentifikasi dukungan nyata terhadap pasien yang dirawat di Unit Perawatan Intensif RSUP H. Adam Malik Medan. d. Mengidentifikasi dukungan pengharapan terhadap pasien yang dirawat di Unit Perawatan Intensif RSUP H. Adam Malik Medan.
6 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi mahasiswa keperawatan tentang pentingnya dukungan keluarga pada pasien yang dirawat di Unit Perawatan Intensif. 1.4.2. Praktek Keperawatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan masukan bagi perawat bahwa keluarga sangat berperan penting dalam pemberian intervensi keperawatan khususnya pada pasien yang dirawat di Unit Perawatan Intensif, karena keluarga merupakan support system bagi penyembuhan dan pemulihan pasien. 1.4.3. Penelitian Keperawatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan masukan ataupun data tambahan untuk pengembangan penelitian selanjutnya dalam lingkup yang sama.