Fahmuddin Agus dan Achmad Rachman Peneliti Balitbangtan di Balai Penelitian Tanah

dokumen-dokumen yang mirip
Iklim Perubahan iklim

TINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengolahan tanah merupakan tindakan mekanik terhadap tanah yang ditujukan

I. PENDAHULUAN. Peningkatan aktivitas manusia di muka bumi telah mendorong terjadinya

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

I. PENDAHULUAN. tidak berkelanjutan. Pertanian dengan olah tanah intensif di lahan kering merusak

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar K (15 0 C ), suhu

D4 Penggunaan 2013 Wetlands Supplement to the 2006 IPCC Guidelines untuk Inventarisasi Gas Rumah Kaca di Indonesia.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT

BAB I PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum.l) merupakan bahan baku utama dalam. dalam rangka mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut

Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil. Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara

(RAD Penurunan Emisi GRK) Pemanasan Global

MODEL PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN LAHAN KERING MASAM

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia

PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem,

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Strategi dan Rencana Aksi Pengurangan Emisi GRK dan REDD di Provinsi Kalimantan Timur Menuju Pembangunan Ekonomi Hijau. Daddy Ruhiyat.

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pengelolaan lahan gambut

I. PENDAHULUAN. Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan 32% Papua 30% dan sebagian kecil ada di Sulawesi, Halmahera

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

PELESTARIAN BIODIVERSITAS DAN PERUBAHAN IKLIM JOHNY S. TASIRIN ILMU KEHUTANAN, UNIVERSITAS SAM RATULANGI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN,

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi cukup, nilai ekonomis tinggi serta banyak digunakan baik untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI

I. PENDAHULUAN. Biomassa berperan penting dalam siklus biogeokimia terutama dalam siklus

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata

Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari

Kebijakan Ristek Dalam Adaptasi Perubahan Iklim. Gusti Mohammad Hatta Menteri Negara Riset dan Teknologi

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Kalimantan Tengah

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012

I. PENDAHULUAN. Pengolahan tanah merupakan suatu tahapan penting dalam budidaya tanaman

Latar Belakang. Gambar 1. Lahan gambut yang terbakar. pada lanskap lahan gambut. Di lahan gambut, ini berarti bahwa semua drainase

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

BAB I PENDAHULUAN. di tahun 2006 menjadi lebih dari 268,407 juta ton di tahun 2015 (Anonim, 2015).

I. PENDAHULUAN. Perubahan dramatis paradigma pemanfaatan sumberdaya alam yang terjadi

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Jawa Timur

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol mencakup 25% dari total daratan Indonesia. Penampang tanah

BAB I PENDAHULUAN I.1

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah salah satu komoditas perkebunan

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Jawa Barat

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Bali

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Maluku

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di DKI Jakarta

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Aceh

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Papua

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Gorontalo

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting

II. PERMASALAHAN USAHA TANI DI KAWASAN MEGABIODIVERSITAS TROPIKA BASAH

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Nusa Tenggara Timur

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Sulawesi Tenggara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Sulawesi Utara

PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Biomassa dan Karbon Biomassa Atas Permukaan di Kebun Panai Jaya, PTPN IV Tahun 2009

PEMBAHASAN UMUM. Gambar 52. Hubungan antara nisbah C/N dengan fluks CO 2. Fluks CO2. (mg CO2 kg tanah -1 harī 1 )

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup

II. TINJAUAN PUSTAKA

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pengolahan tanah biasanya diperlukan didalam budidaya tanaman dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PT. SANJI WANATIRTA INDONESIA. Jalan Anggrek No. 09, Sambilegi Baru, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta Telp: Fax:

STAF LAB. ILMU TANAMAN

Transkripsi:

Konservasi Tanah Menghadapi Perubahan Iklim 263 11. KESIMPULAN UMUM Fahmuddin Agus dan Achmad Rachman Peneliti Balitbangtan di Balai Penelitian Tanah Gejala perubahan iklim semakin nyata yang ditandai dengan peningkatan suhu atmosfir, peningkatan frekuensi cuaca ekstrim (musim hujan semakin basah dan musim kemarau semakin panjang) serta semakin sulitnya cuaca diramalkan (unpredictability). Prioritas utama pembangunan pertanian adalah bagaimana melakukan penyelamatan (adaptasi) agar pertanian lebih tangguh (resilient) sehingga secara berkelanjutan tetap dapat menghasilkan bahan pangan, serat, dan sumber energi terbarukan. Prioritas kedua adalah ikut memitigasi emisi gas rumah kaca. Aksi mitigasi tersebut dapat bersingkronisasi dengan aksi adaptasi untuk mendatangkan keuntungan privat yang maksimal bagi pengelola lahan dan keuntungan publik berupa penurunan emisi gas rumah kaca serta keuntungan tambahan lainnya (co-benefit). Konservasi tanah dan air berperan penting, baik dalam aksi adaptasi maupun mitigasi perubahan iklim. Konservasi Tanah dan Peningkatan Efisiensi Penggunaan Air Berbagai hasil penelitian dan teori tentang konservasi tanah dan air menunjukkan bahwa pengolahan tanah konservasi (conservation tillage), daurulang limbah pertanian dalam bentuk mulsa atau kompos (pupuk organik), penanaman tanaman penutup tanah (cover crops), panen dan daur-ulang air limpasan permukaan, penghematan penggunaan air, konservasi secara vegetatif, pertanaman campuran (multiple cropping), dan terasering mampu mencegah penghanyutan permukaan tanah yang subur dari lahan pertanian ke saluran dan badan air. Teknik-teknik konservasi tanah tersebut juga meningkatkan daya infiltrasi air ke dalam tanah dan meningkatkan kapasitas tanah memegang air (water holding capacity), sehingga secara simultan akan mengurangi genangan air di permukaan tanah dan risiko banjir pada waktu musim penghujan dan risiko kekeringan pada musim kemarau. Budi daya pertanian yang menerapkan salah satu atau kombinasi dari beberapa teknik konservasi tanah tersebut akan memperbaiki kualitas lahan pertanian antara lain agregat tanah lebih stabil dan gembur, keseimbangan hara dalam tanah lebih baik, penggunaan pupuk kimia akan lebih sedikit, dan sumber mata air lebih banyak sehingga keuntungan usaha tani akan lebih tinggi dan berkelanjutan (sustainable).

264 Konservasi Tanah Menghadapi Perubahan Iklim Dinamika Karbon Tanah Kata kunci terpenting dalam konservasi tanah adalah bahan organik, karena bahan organik tanah adalah senyawa yang sangat akrab dengan keseharian tindakan petani. Di lain sisi kandungan bahan organik juga berhubungan langsung dengan simpanan dan dinamika karbon (C) di dalam tanah, di dalam biomas tumbuhan pada serasah dan jaringan tumbuhan yang mati (necromass), serta karbon di atmosfir yang mempengaruhi perubahan iklim. Karbon yang tersimpan di dalam tanah selain mempengaruhi kualitas tanah, juga merupakan cadangan karbon (carbon stock) dalam jumlah besar. Kandungan karbon organik (organic carbon content) dalam satuan masa karbon per masa padatan tanah dan cadangan karbon dalam satuan masa karbon persatuan luas dan ketebalan tanah merupakan dua indikator penting yang tidak terpisahkan. Kandungan karbon penting sebagai indikator kesehatan tanah, sedangkan cadangan karbon penting untuk menilai sumbangan suatu bentang lahan (landscape) dalam mitigasi perubahan iklim. Selain karbon di dalam tanah, cadangan karbon pada suatu bentang lahan juga terdapat pada tumbuhan. Dalam hal ini masa bahan organik (biomas dan nekromas) merupakan indikator penting cadangan karbon suatu bentang lahan selain cadangan karbon di dalam tanah. Cadangan karbon yang tinggi berkorelasi negatif dengan emisi karbon dalam bentuk karbon dioksida (CO 2 ) dan metana (CH 4 ). Kandungan karbon di dalam tanah perlu dioptimalkan sampai mencapai konsentrasi tertentu. Kandungan karbon berbagai jenis tanah mineral perlu dipertahankan antara 2-5%, pada Andisols sekitar 5-10% dan Histosols (tanah gambut) antara 30-60%. Kuncinya adalah dengan menerapkan daur-ulang bahan organik dan berbagai metode konservasi, terutama konservasi vegetatif. Peningkatan Cadangan Karbon Tanah dengan Pendekatan Zero W aste Cadangan karbon di dalam tanah dapat ditingkatkan dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan mempertebal lapisan tanah yang tinggi kandungan bahan organiknya. Cadangan karbon pada biomas dan nekromas dapat ditingkatkan melalui penanaman tanaman pohon-pohonan dengan biomas tinggi, misalnya melalui pendekatan multistrata cropping dan dengan tidak membiarkan permukaan tanah dalam keadaan bera. Upaya konvensional, namun tetap penting dan popular dalam peningkatan kandungan karbon tanah adalah melalui penerapan olah tanah konservasi baik olah tanah minimum, maupun tanpa olah tanah serta konservasi tanah secara vegetatif. Pendekatan yang lebih mutakhir adalah melalui nir

Konservasi Tanah Menghadapi Perubahan Iklim 265 limbah (zero waste) di mana setiap limbah organik dimanfaatkan kembali dan muara terakhir dari limbah (misalnya kotoran sapi yang sudah melalui methane digester) adalah tanah. Pendekatan lain yang banyak disarankan di berbagai belahan dunia adalah penggunaan biochar (arang yang dibuat melalui proses pembakaran tidak sempurna atau pyrolysis bahan organik sisa tanaman). Pertanian nir limbah harus memenuhi beberapa kriteria: produksi dan keuntungan yang tinggi (High production and profitability), rendah emisi GRK (low greenhouse gases), sangat efisien dalam penggunaan air (efficient water use), nir limbah (zero waste) dan rendah erosi serta sedimentasi (clear run-off water). Kelima kriteria ini harus berjalan secara simultan. Penerapan pertanian nir limbah dimulai dengan analisis perhitungan karbon (carbonfootprint) dari sistem pertanian untuk menentukan semua sumber karbon dan serapan (sink) gas rumah kaca (GRK). Dari analisis ini akan dapat ditentukan sumber utama emisi GRK (hotspots), sehingga dapat direncanakan pendekatan yang dapat menurunkan emisi dari sumber tersebut serta dengan menilai apa manfaat adaptasi dari penurunan emisi tersebut. Isu Khusus Lahan Gambut Tanah gambut merupakan kasus khusus untuk Indonesia karena Indonesia memiliki sekitar 14,9 juta ha lahan gambut. Tanah gambut dalam keadaan alami, ketebalannya antara 0,5 m sampai lebih dari 10 m yang komposisinya terutama adalah bahan organik dan air. Kandungan bahan organik dari masa kering tanah gambut berkisar antara 30 sampai mendekati 100% dan kandungan karbonnya berkisar antara 18 sampai 66%. Pada kondisi alami, secara perlahan lahan gambut menyerap karbon dari atmosfir (memitigasi GRK terutama CO 2 ) melalui biomas tumbuhan dan selanjutnya pelapukan tumbuhan yang mati di atas permukaan tanah. Karena proses tersebut, hutan gambut alami semakin bertambah ketebalannya dengan laju penebalan sekitar 0-3 mm per tahun. Akan tetapi konversi dan drainase lahan gambut untuk berbagai keperluan pembangunan menyebabkan gambut berubah sifatnya dari penyerap menjadi sumber emisi CO 2. Emisi dan pemadatan lahan gambut yang didrainase menyebabkan penurunan permukaan gambut (subsidence) sekitar 20-60 mm per tahun. Subsidence yang tinggi akan memperpendek umur pakai lahan gambut untuk pertanian karena apabila penurunan permukaan mendekati permukaan badan air alami maka lahan akan berada pada kondisi tidak dapat lagi didrainase (non-drainable state) sehingga tidak cocok lagi ditanami, kecuali untuk tanaman aquatic. Besarnya potensi emisi dari lahan gambut, menyebabkan lahan ini mendapat perhatian khusus di

268 Konservasi Tanah Menghadapi Perubahan Iklim Karena itu perlakuan yang tidak signifikan menaikkan hasil, namun mahal biayanya, tidak diprioritaskan sedangkan perlakuan dengan biaya murah namun konsisten meningkatkan produksi dijadikan pilihan. Selain memberikan keuntungan privat, tindakan konservasi juga memberikan jasa (services) berupa penurunan emisi gas rumah kaca, pengurangan risiko banjir, dan peningkatan kenyamanan (amenity) suatu bentang lahan yang dapat dinikmati oleh publik.pada sistem pasar yang berlaku sekarang jasa ini tidak dapat dipasarkan (non-marketable). Oleh karena itu mekanisme untuk menjadikannya sebagai marketable services perlu dirumuskan dalam kebijakan, sehingga jasa tersebut tetap dapat dihasilkan secara berkelanjutan oleh petani yang menerapkan teknik tersebut.