BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MENERAPKAN MODEL BELAJAR INQUIRI PADA SISWA KELAS IV SDN I JATI TRENGGALEK SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II PENDEKATAN INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA DAN PRESTASI BELAJAR. secara alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya fakta,

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Hasil Belajar Para ahli mengemukakan beberapa pengertian hasil belajar. Dimyati dan Mudjiono (1999),

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVII/Mei 2013 PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES MELALUI STRATEGI INQUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA SMP

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Penggunaan Media Gambar Di Kelas III SDN Santigi Pada Meteri Makhluk Hidup

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Menurut Wina Sanjaya (2007 : ) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama dari metode inkuiri, yaitu :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. itu guru dapat di katakan sebagai sentral pembelajaran. dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.

BAB II. Kajian Pustaka

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi. Diajukan Oleh: RATIH ROSARI A

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

SRI WINARNI SDN Kandat 2 Kab. Kediri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sementara itu, Forrest W. Parkay dan Beverly Hardeastle Stanford dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB II KAJIAN TEORI. jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Mulyasa, 2005 :70).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

BAB II MODEL PEMBELAJARAN PAKEM DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN GEOGRAFI. 1. Pengertian Model Pembelajaran PAKEM

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II Kajian Pustaka

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada lembaga pendidikan formal merupakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa hipotesis, melakukan observasi, penyusunan teori, pengujian hipotesis, dan

Bab II Landasan Teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berarti tengah, perantara, atau pengantar atau dengan kata lain media

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran yaitu terlaksana tidaknya suatu perencanaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam Kamus

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

I. PENDAHULUAN. belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu kompetensi guru dalam

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

BAB II KAJIAN TEORI. yang dikenal dengan sebutan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah

BAB I PENDAHULUAN. dan teori-teori sains semata, siswa kurang dilatih untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9. tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

I. PENDAHULUAN. salah satu tujuan pembangunan di bidang pendidikan. antara lain: guru, siswa, sarana prasarana, strategi pembelajaran dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Slavin (Nur, 2002) bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Pelajaran IPS Melalui Tanya Jawab di Kelas IV SDN 3 Ogotua Kabupaten Tolitoli

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Komalasari (2013:58-59) pembelajaran berbasis masalah adalah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional adalah menjamin mutu pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran matematika, kemampuan berpikir sangat penting sebagai modal. utama untuk meningkatkan hasil belajar matematika.

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA 2.1.1.1 Pembelajaran IPA BAB II KAJIAN PUSTAKA Gagne dan Berliner ( dalam Tri Anni, 2006:2 ) bahwa belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. pengertian belajar yang dikemukakan Gagne dan Berliner dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan sebuah proses yang menghasilkan perubahan tingkah laku. Belajar sebagai proses adalah kegiatan yang dilakukan secara sengaja melalui penyesuaian tingkah laku dirinya guna meningkatkan kualitas kehidupan, sedangkan belajar sebagai hasil adalah akibat dari belajar sebagai proses, sehingga seseorang yang telah mengalami proses belajar akan memperoleh hasil berupa kemampuan terhadap sesuatu yang menjadi hasil belajar. ranah, yaitu : Dari Benjamin Bloom ( dalam Tri Anni, 2006 : 7 ) membagi hasil belajar menjadi tiga 1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari pengetahuan atau ingatan, pemahaman atau aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. 2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari penerimaan jawaban atau reaksi dan penilaian. 3. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Menurut Gagne ( dalam Tri Anni, 2006 : 4 ) bahwa dalam proses pembelajaran ada dua unsur yang sangat penting, yaitu : 1. Pembelajar Berupa peserta didik, pembelajar, warga belajar dan peserta latihan. 2. Rangsangan Peristiwa yang merangsang penginderaan pembelajar disebut situasi stimulus. 5

6 3. Memori Memori pembelajar berisi berbagai kemampuan yang berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang dihasilkan dari aktivitas belajar sebelumnya. 4. Respon Tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori. 2.1.1.2 Hasil belajar Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Berdasarkan pada PP.Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa pedinilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik; b. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; c. Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah. Setiap satuan pendidikan selain melakukan perencanaan dan proses pembelajaran, juga melakukan penilaian hasil pembelajaran sebagai upaya terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Berdasarkan pada PP. Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 64 ayat (1) dijelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Selanjutnya, ayat (2) menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik digunakan untuk (a) menilai pencapaian kompetensi peserta didik; (b) bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar; dan (c) memperbaiki proses pembelajaran. Dalam rangka penilaian hasil belajar (rapor) pada semester satu penilaian dapat dilakukan melalui ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan dilengkapi dengan tugastugas lain seperti pekerjaan rumah (PR), proyek, pengamatan dan produk. Hasil pengolahan dan analisis nilai tersebut digunakan untuk mengisi nilai rapor semester satu. Pada semester dua penilaian dilakukan melalui ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan kenaikan kelas dan dilengkapi dengan tugastugas lain seperti PR, proyek, pengamatan dan produk. Hasil pengolahan dan analisis nilai tersebut digunakan untuk mengisi nilai rapor pada semester dua.

7 2.1.1.3 Pentingnya Belajar IPA. Menurut Stephert dan Ragan (dalam Catharina Tri Anni, 2004: 3), belajar dapat diartikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang disadari dengan perubahan pada diri seseorang sebagai hasil dari proses dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain pada individu yang disebabkan karena adanya interaksi. Berdasarkan pendapat tentang belajar tersebut, maka belajar dapat diartikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu dalam memperoleh suatu perubahan sebagai hasil pengalaman akibat dari interaksi. 2.1.1.4 Faktor faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar Faktor yang mempengaruhi hasil belajara dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu faktor Internal dan faktor eksternal : 1 Faktor internal a) Faktor biologis Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir. Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi keadaan otak, panca indera, anggota tubuh. Kedua, kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. Di dalam menjaga kesehatan fisik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain makan dan minum yang teratur, olah raga serta cukup tidur. b) Faktor psikologis Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. Faktor psikologis ini meliputi hal-hal berikut. Pertama, intelegensi. Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Kedua, kemauan. Kemauan dapat dikatakan faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang. Ketiga, bakat. Bakat ini bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang

8 dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak menentukan tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam satu bidang. 2 Faktor Eksternal a). faktor lingkungan keluarga. Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian orangtua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya maka akan mempengaruhi hasil belajarnya. b). Faktor Lingkungan Sekolah Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa disekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten. 2.1.2 Pembelajaran Berbasis Inquiri Pembelajaran dengan penemuan (inquiry) merupakan satu komponen penting dalam pendekatan konstruktivistik yang telah memiliki sejarah panjang dalam inovasi atau pembaharuan pendidikan. Dalam pembelajaran dengan penemuan/inkuiri, siswa didorong untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri, Bruner (1966), penganjur pembelajaran dengan basis inkuiri, menyatakan sebagai berikut: Kita mengajarkan suatu bahan kajian tidak untuk menghasilkan perpustakaan hidup tentang bahan kajian itu, tetapi lebih ditujukan untuk membuat siswa berpikir realistis. Untuk diri mereka sendiri, meneladani seperti apa yang dilakukan oleh seorang sejarawan, mereka turut mengambil bagian dalam proses, bukan suatu produk (Nur & Wikandari, 2000:10). Belajar dengan penemuan dapat diterapkan dalam banyak mata pelajaran. Belajar dengan penemuan mempunyai berbagai keuntungan. Pembelajaran dengan inkuiri memacu keinginan siswa untuk mengetahui, memotivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaannya hingga mereka menemukan prinsip-prinsip yang utama. Belajar dengan penemuan mempunyai beberapa keuntungan. Pembelajaran dengan inkuiri memacu keinginan siswa untuk mengetahui, memotivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaannya hingga mereka menemukan

9 jawabannya. Siswa juga belajar memecahkan masalah secara mandiri dan memiliki keterampilan berpikir kritis karena mereka harus selalu menganalisa dan menangani informasi. Pengajaran berbasis inkuiri membutuhkan strategi pengajar yang mengikuti metodologi IPA dan menyediakan kesempatan untuk pembelajaran bermakna. Inkuiri adalah seni dan ilmu bertanya dan menjawab. Inkuiri melibatkan observasi dan pengukuran, pembutan hipotesis dan interpretasi, pembentukan model dan pengujian model. Inkuiri menuntut adanya eksperimentasi, refleksi, dan pengenalan akan keunggulan dan kelamahan metode-metodenya sendiri. Selama proses inkuiri berlangsung, seorang guru dapat mengajukan suatu pertanyaan atau mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri. Pertanyaannya bersifat open-ended, memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelidiki sendiri dan mereka mencari jawaban sendiri (tetapi tidak hanya satu jawaban yang benar). Inkuiri adalah apa yang dibuat oleh para ilmuwan. Para ilmuwan melakukan ikuiri dengan suatu cara formal dan sitematis, dan dalam proses melakukan inkuiri para ilmuwan memberikan kontribusi pada tubuh informasi yang bersifat kolektif yang kita sebut pengetahuan. Dalam proses mengalami ilmu melalui inkuiri, siswa belajar bagaiman menjadi ilmuwan. Mereka belajar lebih banyak lagi ketimbang hanya konsep dan fakta, mereka mempelajari berbagi proses yang terlibah dalam pemantapan konsep dan fakta. Inkuiri memberikan kepada siswa pengalaman-pengalaman belajar yang nyata dan aktif. Siswa diharapkan mengambil inisiatif. Mereka dilatih bagaimana memecahkan masalah, membuat keputusan, dan memperoleh ketarampilan. Inkuiri memeungkinkan siswa dalam berbgai tahap perkembangannya bekerja dengan masalah-masalah yang sama dan bahkan mereka bekerja sama mencari solusi terhadap masalah-masalah. Setiap siswa harus memainkan dan memfungsikan talentanya masing-masing. Inkuiri memungkinkan terjadinya integrasi berbagai disiplin ilmu. Ketika siswa melakukan eksplorasi mereka cenderung mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang akan melibatkan IPA dan matematika, ilmu sosial, bahasa, seni, dan teknik. Inkuiri melibatkan pula komunikasi. Siswa harus mengajukan pertanyaanpertanyaan yang berarti dan berhubungan. Mereka harus melapoirkan hasil-hasil

10 temuannya, lisan atau tertulis. Dengan begitu, mereka bekerja dan mengajar satu sama lain. Inkuiri memungkinkan guru mempelajari siswa-siswanya siapa mereka, apa yang mereka ketahui, dan bagaimana mereka bekerja. Pemahaman guru tentang siswa akan memungkinkan guru untuk menjadi fasilitator yang lebih efektif dalam proses pencarian ilmu oleh siswa. Ketika guru menggunakan teknik inquiri, guru tidak boleh banyak bertanya atau berbicara. Terlalu banyak intervensi, terlalu banyak bertanya, dan terlalu banyak menjawab akan mengurangi proses belajar siswa melalui inkuiri. Dengan demikian, proses belajar tidak akan lagi menyenangkan. Dalam proses inkuiri, siswa dituntut untuk bertanggung jawab bagi pendidikan mereka sendiri. Guru yang menaruh perhatian pada pribadi siswa, akan menemukan kegiatan-kegiatan yang disukai siswa, juga hal-hal yng baik yag ada dalam diri siswi siswanya, dan kesulitian-kesulitan yang mengganggu siswa dalam proses belajar.guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajara siswasiswanya. Siklus inkuiri adalah: (1) Observasi (Observation); (2) Bertanya (Questioning); (3) Mengajukan dugaan (Hipothesis); (4) Pengumpulan data (Data Gathering); dan Penyimpulan (Conclusion). Inkuiri adalah suatu proses yang bergerak dari langkah observasi sampai langkah pemahaman. Inkuiri dimulai dengan observasi yang menjadi dasar pemunculan berbagai pertanyaan yang diajukan siswa. Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut dikejar dan diperoleh melalui suatu siklus pembuatan prediksi, perumusan hipotesis, pengembangan cara-cara pengujian hipotesis, pembuatan observasi lanjutan, penciptaan teori dan model-model konsep yang didasarkan pada data dan pengetahuan. Inkuiri menciptakan berbagai kesempatan bagi guru untuk mempelajari bagaimana otak siswa bekerja. Guru dapat memanfaatkannya untuk menentukan situasi-situasi belajar yang tepat dan memfasilitasi siswa dalam proses pencarian ilmu. Dalam proses inkuiri, siswa belajar dan dilatih bagaimana mereka harus berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan slah satu tujuan pendidikan. Ketika siswa belajar berpikir kritis, merka kan memperlihatkan pikiran-pikiran dan proses-proses sebagai berikut: a. Mengajukan pertanya seperti Bagaimana itu kita tahu? atau Apa buktinya? b. Mengetahui perbedaan antara observasi dan kesimpulan.

11 c. Mengetahui bahwa semua gagasan ilmiah itu dapat berubah dan bahwa teori yang ada adalah teori-teori yang terbaik berdasarkan bukti yang kita miliki sejuh nini. d. Mengetahui bahwa diperlukan bukti yang cukup untuk menarik suatu kesimpulan yang kuat. e. Memberi penjelasan atau interpretasi, melakukan observasi dan/atau prediksi. f. Selalu mencari konsistensi terhadap kesimpulan-kesimpulan yang diambil dan memgerikan penjelasan dengan rasa percaya diri. Salah satu tujuan utama pendidikan adalah meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis, membuat keputusan rasional tentang apa yang diperbuat atau apa yang diyakini.seperti halnya setiap tujuan yang lain, belajar berpikir kritis bergantung pada penataan suasana kelas yang mendorong penerimaan pandangan divergen (berbeda) dan diskusi bebas. Tatanan itu seharusnya juga lebih menekankan pada pemberian alasan atau pandangan daripada hanya memberikan jawaban benar. Keterampilan dalam berpikir kritis paling baik dicapai bila dihibungkan dengan topik-topik yang dikenal siswa. Tujuan pengajaran berpikir kritis adalah menciptakan suatu semangat berpikir kritis yang mendorong siswa mempertanyakan apa yang mereka dengar dan mengkaji pikiran mereka sendiri untuk memastikan tidak terjadi logika yang tidak konsisten atau keliru. 2.1.2.1 Pentingnya Pendekatan Inquiri dalam pembelajaran Pendekatan inquiri sangat perlu dilakukan dalam peningkatan hasil belajar terutama pada hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Ngembak, karena pembelajaran ini bersifat: a. Pengajaran berpusat pada diri pembelajar Salah satu prinsip psikologi belajar menyatakan bahwa makin besar dan makin sering keterlibatan pembelajar dalam kegiatan makin besar baginya untuk mengalami proses belajar. Dalam proses belajar inkuiri, pembelajar tidak hanya belajar konsep dan prinsip, tetapi juga mengalami proses belajar tentang pengarahan diri, pengendalian diri, tanggung jawab dan komunikasi sosial secara terpadu. b. Pengajaran inkuiri dapat membentuk self concept (konsep diri) Sehingga terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru, lebih kreatif, berkeinginan untuk selalu mengambil kesempatan yang ada dan pada umumnya memiliki mental yang sehat. c. Tingkat pengharapan bertambah

12 Yaitu ada kepercayaan diri serta ide tertentu bagaimana ia dapat menyelesaikan suatu tugas dengan caranya sendiri. d. Pengembangan bakat dan kecakapan individu Lebih banyak kebebasan dalam proses belajar mengajar berarti makin besar kemungkinannya untuk mengembangkan kecakapan, kemampuan dan bakat-bakatnya. e. Dapat memberi waktu kepada pembelajar untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. 2.1.2.2 Penerapan Pendekatan Inquiri dalam Pembelajaran Prosedur pendekatan inkuiri yaitu : 1. Merumuskan masalah Apersepsi berupa pertanyaan yang diberikan guru kepada siswa yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan. 2. Observasi Siswa terlibat langsung dalam pembelajaran dengan melakukan pengamatan dan demonstrasi dengan pendekatan inkuiri. 3. Menganalisis Siswa mampu menganalisis data dari hasil demonstrasi yang telah mereka lakukan. 4. Menyajikan hasil karya Siswa menampilkan hasil karyanya didepan kelas. Langkah-langkah pendekatan inquiri yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain : 1) Kegiatan pendahuluan a. Menyiapkan kandisi kelas dan peralatan mengajar. b. Memberi motivasi c. Melakukan apersepsi d. Menyampaikan tujuan dan kegiatan pembelajaran 2) Kegiatan Inti a. Membagi siswa dalam kelompok. b. Merumuskan masalah/tugas yang dipelajari dan mengorganisasikan kelas. c. Memberikan tugas kelompok d. Melakukan observasi terhadap objek yang ditunjukkan guru e. Diskusi kelompok siswa

13 f. Menganalisis hasil pengamatannya dan menyimpulkan materi berdasarkan pengalaman yang diperoleh. g. Demonstrasi dan menyajikan hasil kerja kelompok didepan kelas. h. Tanggapan, pertanyaan dan masukan dari kelompok lain. 3) Kegiatan Akhir a. Memberikan penguatan terhadap materi b. Melakukan evaluasi 2.1.2.3 Hakikat IPA IPA didefiniksan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya fakta, tetapi juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah dan pengamatan ilmiah menekankan pada hakikat IPA. Secara rinci hakikat IPA menurut Bridgman (dalam Lestari, 2002: 7) adalah sebagai berikut: 1. Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep IPA selalu dapat dinyatakan dalam bentuk angka-angka. 2. Observasi dan Eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapat memahami konsep-konsep IPA secara tepat dan dapat diuji kebenarannya. 3. Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA bahwa misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan. Dengan asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa alam yang akan terjadi dapat diprediksikan secara tepat. 4. Progresif dan komunikatif; artinya IPA itu selalu berkembang ke arah yang lebih sempurna dan penemuan-penemuan yang ada merupakan kelanjutan dari penemuan sebelumnya. Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah dalam rangka menemukan suatu kebenaran. 5. Universalitas; kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA merupakan

14 bagian dari IPA, dimana konsep-konsepnya diperoleh melalui suatu proses dengan menggunakan metode ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah kemudian diperoleh hasil (produk). 2.2 Penilaian Yang Relevan Menurut Asih Setyaningsih Hastuti ( 2003:XI ) peningkatan hasil belajar IPA dengan menggunakan pendekatan inkuiri pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Nyilir Kecamatan Kendal Kabupaten Kendal,hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran IPA melalui pendekatan inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Nyilir dengan nilai rata-rata siklus I 6,49, siklus II 7,25, dan siklus III 7,75 Menurut Siti Rohmiati ( 2003 : XI ) dalam penerapan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran IPA untuk meningkatan hasil belajar IPA kelas IV SD Negeri Nonokerto Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal, hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran IPA melalui pendekatan inkuiri dapat meningkatan hasil belajar IPA sebagai produk yang diperoleh sesuai dengan tingkat ketuntasan individu dari siklus I sampai dengan siklus III yaitu 40%, 63%, 77%, dan sudah sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian yang ditetapkan yaitu 75% tercapai pada siklus III, sedangkan aktivitas siswa yang diamati juga menunjukkan kenaikan rerata prosentase selama enam pertemuan dari siklus I sampai dengan siklus III yaitu 46,1%, 53,8%, 44,2%, 49,4%, 63%, dan 83,7%. 2.3 Krangka Pikir Berdasarkan kajian pustaka penilaian yang relevan, maka dapat diambil pokokpokok pikiran sebagai berikut : Bahwa pembelajaran IPA di Sekolah Dasar adalah mempelajari setiap konsep secara bertahab untuk mendapatkan pengertian kemudian mengaplikasikannya konsep-konsep ke situasi yang nyata. Oleh karena itu diperlukan suatu pembelajaran yang melibatkan anak secara aktif, kreatif., dan inovatif. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan keaktifan sekaligus hasil belajar siswa adalah Penerapan Berbasis Inkuiri. Karena dengan Pendekatan ini anak akan semakin besar dan sering terlibat dalam kegiatan pembelajaran sehingga makin besar pula baginya untuk mengalami proses belajar. Dalam proses belajar inkuiri, pembelajar tidak hanya belajar konsep dan prinsip, tetapi juga mengalami proses belajar tentang pengarahan diri, pengendalian diri, tanggung jawab dan komunikasi sosial secara terpadu.

15 Dengan pendekatan inkuiri ini pembelajar dimotivasi untuk aktif berpikir, melibatkan diri kegiatan dan mampu menyelesaikan tugas sendiri. 2.4 Hipotesis Tindakan. Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini diduga penerapan pembelajaran berbasis inkuiri mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 1 Ngembak Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2011/2012