14 LEMBARAN DAERAH Agustus KABUPATEN LAMONGAN 9/E 2006 SERI E

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 8 TAHUN 2007 SERI E =============================================================

BUPATI LAMONGAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 6 TAHUN : 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 7/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a.

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 5 TAHUN : 2007

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 Tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah;

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2006 NOMOR 13 SERI E NOMOR SERI 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 10 TAHUN 2006

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU NOMOR 5 TAHUN 2008 TATA CARA PENCALONAN, DAN PENGANGKATAN SERTA PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 0TAHUN 2007 T E N T A N G TATACARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PENGISIAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 06 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DESA

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENGISIAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

14 LEMBARAN DAERAH Agustus KABUPATEN LAMONGAN 8/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 11 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun November 22. Perangkat Desa

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 5 TAHUN 2007 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

P E R A T U R A N D A E R A H

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 6 TAHUN 2006

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2006 T E N T A N G

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DESA

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH KECAMATAN PRAYA DESA MEKAR DAMAI Alamat : Jln. Taruna Jaya 01 Km Tlpn/Hp Kode Pos 8351I

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKALIS,

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI LOMBOK TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 03 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEKADAU,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BUOL

BUPATI KABUPATEN BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 30 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESAWARAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI CIAMIS

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI PEMERINTAH DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 4 Tahun : 2015

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 81 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN ALOR TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 4 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG TENTANG PERMUSYAWARATAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI MUSI RAWAS

P E R A T U R A N D A E R A H

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 4 TAHUN 2007 SERI D.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)

LEMBARAN DESA SIDOMULYO

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI DOMPU,

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

Transkripsi:

14 LEMBARAN DAERAH Agustus KABUPATEN LAMONGAN 9/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 12 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 26 Peraturan Pemerintahan Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, maka guna mendukung penyelenggaraan pemerintahan desa agar berdaya guna dan berhasil guna serta dalam rangka mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dipandang perlu menetapkan Tata cara Pencalonan, Pengangkatan, Pelantikan dan Pemberhentian Perangkat Desa dalam Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten di Lingkungan Propinsi Jawa Timur (diundangkan pada Berita Negara tanggal 08 Agustus 1950) ; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagai mana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undan-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang 32 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4493) yang di tetapkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4587); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Repiblik Indonesia Nomor 4593). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LAMONGAN dan BUPATI LAMONGAN MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN, DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah, adalah Kabupaten Lamongan ; 2. Pemerintah Daerah, adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah ; 3. Kepala Daerah, adalah Bupati Lamongan ; 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamongan;

5. Peraturan Daerah adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamongan dengan persetujuan bersama Kepala Daerah; 6. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah di Kabupaten Lamongan; 7. Camat adalah Perangkat Daerah yang memimpin Kecamatan dalam Kabupaten Lamongan; 8. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah, yang berwenag untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sisitem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia; 9. Pemerintah Desa adalah penyelenggara urusan penerintah oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan di hormati dalm sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia; 10. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa; 11. Perangkat desa adalah unsure pemerintah desa yang terdiri dari sekretaris Desa dan perangkat desa lainnya. 12. Badan Permusyawaratan Desa, yang selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintah desa sebagai unsur penyelenggara pemerintah desa ; 13. Lembaga Kemasyarakatan adalah lembaga yang di bentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra Pemerintah Desa dalam memberdayakan masyarakat ; 14. Anggaran Perndapatan dan Belanja Desa, yang selanjutnya di singkat APB Desa adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan desa yang di bahas dan di setujui bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD yang di tetapkan dengan peraturan Desa ; 15. Peraturan Desa adalah Peraturan Perundang-Undangan yang di buat oleh Badan Permusyawaratan Desa bersama dengan Kepala Desa; 16. Dusun adalah bagian dari wilayah kerja Desa; 17. Putra Desa adalah seseorang yang dilahirkan oleh penduduk desa setempat.

BAB II PERANGKAT DESA Pasal 2 (1) Perangkat Desa terdiri atas Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainya; (2) Sekretaris Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah pimpinan Sekretariat Desa yang merupakan unsur staf di dalam penyelenggaan pemerintahan desa ; (3) Perangkat Desa lainya sebagaimana dimaksid pada ayat (1), adalah unsur pemerintah desa yang terdiri atas: a. Sekretariat Desa, merupakan unsur staf didalam penyelenggaraan desa, yang terdiri atas: 1. Urusan Umum ; 2. Urusan Keuangan. b. Pelaksana Teknis Lapangan, merupakan unsur pelaksanaan teknis di dalam penyelenggaraan pemerintahan,yang terdiri atas: 1. Seksi Pemerintahan; 2. Seksi Ekonomi dan Pembangunan; 3. Seksi Kesejahteraan Mayarakat; 4. Seksi Ketentraman dan Ketertiban; 5. Seksi Pemberdayaan Perempuan. c. Unsur Kewilayahan, merupakan unsur yang membantu Kepala Desa dalam penyeleggaraan pemerintahan desa di setiap bagian dari wilayah kerja desa, yang terdiri atas Kepala Dusun-Kepala Dusun (4) Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah unsur pemerintah desa yang membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan wewenang Kepala Desa, yang bertanggungjawab kepada Kepala Desa. BAB III PENCALONAN DAN PENGANGKATAN PERANGKAT DESA Bagian Kesatu Sekretaris Desa Pasal 3 (1) Pengisian Sekretaris Desa dilaksanakan apabila terjadi kekosongan jabatan Sekretaris Desa ;

(2) Pengisian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diisi dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan ; (3) Persyaratan Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah: a. berpendidikan paling rendah lulusan SMU atau sederajat ; b. mempunyai pengetahuan teknis pemerintahan ; c. mempunyai kemampuan di bidang administrasi perkantoran; d. mempunyai pengalaman di bidang administrasi keuangan dan di bidang perencanaa. e. memahami sosial budaya masyarakat setempat. f. Bersedia tinggal di desa yang bersangkutan. (4) Sekretaris Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diangkat oleh Sekretaris Daerah atas nama Kepala Daerah; (5) Sekretaris Desa yang ada selama ini yang bukan Pegawai Negeri Sipil secara bertahap diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil. Bagian Kedua Perangkat Desa Lainya Paragraf 1 Pengangkatan Pasal 4 (1) Perangkat Desa lainya sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (3) diangkat oleh Kepala Desa dengan keputusan Kepala Desa dari penduduk desa ; (2) Pengankatan Perangkat Desa sebagimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan apabila terjadi kekosongan jabatan. Pasal 5 (1) Pengangkatan Perangkat Desa lainya sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1), dilaksanakan melalui seleksi dengan sistim ujian tertulis ; (2) Ujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan oleh Panitia Peneliti dan Penguji.

Paragraf 2 Pembentukan Panitia Peneliti dan Penguji Pasal 6 (1) Panitia Peneliti dan Penguji dibentuk dengan Keputusan Kepala Desa ; (2) Panitia Peneliti dan Penguji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari perangkat desa, anggota BPD dan tokoh masyarakat desa setempat; (3) Susunan keanggotaan Panitia Peneliti dan Penguji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota, berjumlah ganjil dan sebanyakbanyaknya 5 (lima) orang. Pasal 7 (1) Sebelum melaksanakan tugas, Panitia Peneliti dan Penguji diambil sumpah/janji dan dilantik oleh Kepala Desa yang dituangkan dalam berita acara pengambilan sumpah/janji dan pelantikan ; (2) Panitia Peneliti dan Penguji mempunyai tugas : a. mengumumkan dan menerima pendaftaran calon perangkat desa lainnya; b. melakukan penelitian berkas persyaratan administrasi pendaftaran calon; c. mengumumkan calon yang memenuhi persyaratan dan yang berhak mengikuti ujian ; d. menyusun materi ujian dan melaksanakan ujian ; e. melaksanakan penilaian hasil ujian. f. membuat dan menandatangani berita acara hasil Pelaksanaan Ujian dan Berita Acara Hasil Penilaian ujian. g. mengumumkan hasil penilaian ujian kepada peserta calon; h. melaporkan hasil ujian calon kepada Kepala Desa. (3) Panitia Peneliti dan Penguji dalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab kepada Kepala Desa.

Pasal 8 (1) Masa kerja Panitia Peneliti dan Penguji berakhir setelah perangkat desa lainnya dilantik oleh Kepala Desa ; (2) Kepala Desa bertanggung jawab atas jalannya proses ujian. Perangkat 3 Persyaratan Pendaftaran Pasal 9 (1) Yang dapat mendaftarkan sebagai Kepala Seksi, Kepala Urusan dan Kepala Dusun adalah Penduduk desa Warga Negara Republik Indonesia yang memenuhi persyaratan : a. bertaqwa kepadatuhan Yang Maha Esa; b. setia kepada Pancasila sebagai dasar Negara, Undang- Undang Dasar Negara Republik Tahun 1945, dan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta Pemerintah ; c. berpendidikan paling rendah tamat sekolah lanjutan tingkat pertama dan/atau sederajat ; d. berusia paling rendah 20 (dua puluh) tahun dan paling tinggi 50 (lima puluh) tahun ; e. terdaftar sebagai penduduk Desa dan bertempat tinggal tetap di Desa yang bersangkutan sekurangkurangnya 1 (satu) tahun terakhir dengan tidak terputus-putus, kecuali putra Desa yang berada di luar Desa ; f. tidak pernah dihukum karena tidak pidana kejahatan paling singkat 5 (lima) tahun ; g. tidak dicabut hak pilihnya sesuai dengan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap ; h. sehat jasmani dan rohani i. berkelakuan baik, jujur dan adil ; j. mengenal desanya dan dikenal oleh masyarakat di Desa setempat. (2) Pegawai Negeri Sipil (PNS), Tentara Nasional Indonesia (TNI) aktif dan POLRI aktif tidak dapat mencalonkan sebagai Kepala Seksi, Kepala Urusan dan Kepala Dusun ; (3) Bagi Putra Desa yang diangkat sebagai Perangkat Desa lainnya, terhitung sejak tanggal pelantikan, harus menetap dan bertempat tinggal di Desa yang bersangkutan

Paragraf 4 Pengumuman Pendaftaran Pasal 10 (1) Panitia Peneliti dan Penguji Perangkat Desa lainnya melaksanakan penyaringan dengan membuka pengumuman pendaftaran ; (2) Pengumuman pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan 1 (satu) kali untuk jangka waktu 2 (dua) minggu ; (3) Bakal calon yang mendaftarkan diri, mengajukan permohonan pencalonan Perangkat Desa lainnya secara tertulis kepada Kepala Desa melalui Panitia Peneliti dan Penguji dengan dilampiri berkas persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1). Pasal 11 Panitia Peneliti dan Penguji melaksanakan penyaringan dengan melakukan penelitian kelengkapan berkas persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), yang hasilnya ditetapkan dalam berita acara hasil penelitian. Pasal 12 (1) Pengumuman pendaftaran kedua dan ketiga dilaksanakan apabila tidak ada calon yang mendaftar atau jumlah calon pendaftar hanya 1 (satu) orang yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ; (2) Pengumuman pendaftaran kedua dan ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan dalam jangka waktu masing-masing 7 (tujuh) hari. Paragraf 5 Penetapan Calon Yang Berhak Mengikuti Ujian Pasal 13 Bakal calon yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, ditetapkan sebagai calon yang berhak mengikuti ujian.

Paragraf 6 Ujian Perangkat Desa Lainnya Pasal 14 (1) Ujian dilaksanakan secara tertulis dengan materi : a. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ; b. Pengetahuan tentang Pemerintahan dan atau Pemerintahan Desa; c. Pengetahuan Agama ; d. Administrasi Perkantoran ; e. Pengetahuan Umum. (2) Dalam pelaksanaan ujian, para peserta calon harus hadir untuk mengikuti ujian dengan mengisi daftar hadir ; (3) Calon yang tidak dapat mengikuti ujian, dinyatakan gugur dan tidak lulus; (4) Dalam pelaksanaan ujian, Panitia Peneliti dan Penguji Perangkat Desa lainnya harus mengundang Camat, Kepala Desa dan Ketua BPD sebagai Pengawas pelaksanaan Ujian ; (5) Hasil pelaksanaan Ujian perangkat desa dituangkan dalam Berita Acara yang ditandatangani oleh seluruh Panitia Peneliti dan Penguji dan Pengawas Pelaksanaan Ujian. Paragraf 7 Penilaian Hasil Ujian Pasal 15 (1) Penilaian hasil ujian dilaksanakan pada hari itu juga oleh Panitia Peneliti dan Penguji setelah pelaksanaan ujian selesai dan ditutup ; (2) Penilaian hasil ujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dituangkan dalam Berita Acara Penilaian Hasil Ujian yang ditanda tangani oleh seluruh Panitia Peneliti dan Penguji dan Pengawas Pelaksanaan Ujian serta diumumkan pada para calon.

Pasal 16 (1) Calon yang dinyatakan lulus adalah calon Perangkat Desa lainnya yang memperoleh nilai rata-rata minimal 60 (enam puluh) dengan syarat untuk tiap-tiap mata ujian dengan nilai serendah-rendahnya 50 (lima puluh), kecuali untuk mata ujian Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Pengetahuan Agama dengan nilai serendah-rendahnya 60 (enam puluh) ; (2) Dalam hal tidak terdapat calon yang dinyatakan lulus, selambatlambatnya 5 (lima) hari setelah dilakanakan ujian, Panitia Peneliti dan Penguji segera melaksanakan ujian ulang ; (3) Dalam hal tidak terdapat calon yang dinyatakan lulus dalam pelaksanaan ujian ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka proses pencalonan dan pengangkatan perangkat desa dinyatakan batal dan dilaksanakan proses penjaringan dan penyaringan ulang. Pasal 17 (1) Yang berhak ditetapkan sebagai Perangkat Desa lainnya adalah Calon yang dinyatakan lulus dan memiliki nilai rata-rata tertinggi ; (2) Dalam hal terdapat 2 (dua) atau lebih calon yang dinyatakan lulus dan mendapatkan nilai rata-rata tertinggi yang sama, maka atas persetujuan Pengawas Pelaksana Ujian, Panitia Peneliti dan Penguji mengadakan ujian ulang bagi peserta calon yang memiliki nilai yang sama. Pasal 18 (1) Selambat-Iambatnya 7 (tujuh) hari setelah dilaksanakannya ujian calon perangkat Desa lainnya, Panitia Peneliti dan Penguji menyampaikan laporan hasil pelaksanaan ujian calon perangkat desa lainnya kepada Kepala Desa ; (2) Selambat-Iambatnya 7 (tujuh) hari setelah menerima laporan hasil pelaksanaan ujian, Kepala Desa menetapkan Pengangkatan Perangkat Desa lainnya dengan Keputusan Kepala Desa.

BAB IV PENETAPAN DAN PELANTIKAN PERANGKAT DESA Pasal 19 (1) Penetapan Sekretaris Desa dilakukan oleh Sekretaris Daerah atas nama Kepala Daerah ; (2) Sebelum memangku jabatan, Sekretaris Desa diambil sumpah/janji jabatan dan dilantik oleh Sekretaris Daerah. Pasal 20 (1) Kepala Desa menetapkan Keputusan Kepala Desa ten tang Pengangkatan Perangkat Desa lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal4 ayat (1) ; (2) Sebelum memangku jabatan, Perangkat Desa lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilantik- dan diambil sumpah/janji jabatan oleh Kepala Desa. Pasal 21 (1) Pengambilan sumpah/janji dan pelantikan Perangkat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 dan Pasal 20, dilaksanakan di Pusat Pemerintahan Desa yang bersangkutan, atau di Pusat Pemerintahan Kecamatan atau di Pusat Pemerintahan Daerah pada hari kerja ; (2) Susunan kata-kata sumpah/janji adalah sebagai berikut : " DEMI ALLAH (TUHAN), SAYA.BERSUMPAH/BERJANJI BAHWA SAYA AKAN MEMENUHI KEWAJIBAN SAYA SELAKU SEKRETARIS DESA/KEPALA SEKSI/KEPALA URUSAN/KEPALA DUSUN DENGAN SEBAIK-BAIKNYA, SEJUJUR-JUJURNYA, DAN SEADIL-ADILNYA ; BAHWA SAYA AKAN SELALU TAAT DALAM MENGAMALKAN DAN MEMPERTAHANKAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA ; DAN BAHWA SAYA AKAN MENEGAKKAN KEHIDUPAN DEMOKRASI DAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945 SERTA MELAKSANAKAN SEGALA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN SELURUS- LURUSNYA YANG BERLAKU BAGI DESA, DAERAH DAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA "

Pasal 22 (1) Pengambilan sumpah/janji jabatan dan pelantikan perangkat desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dihadiri oleh anggota BPD, perangkat desa dan masyarakat desa setempat ; (2) Pengambilan sumpah/janji dan pelantikan perangkat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1), dilaksanakan dalam bentuk upacara Pengambilan Sumpah dan Pelantikan Perangkat Desa ; (3) Urutan acara untuk upacara Pengambilan Sumpah/janji dan Pelantikan Perangkat Desa adalah : a. Pembukaan; b. Pembacaan Keputusan Kepala Daerah untuk jabatan Sekretaris Desa dan Keputusan Kepala Desa untuk jabatan Perangkat Desa lainnya ; c. Pengambilan sumpah/janji jabatan Sekretaris Desa oleh Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk dan Perangkat Desa lainnya oleh Kepala Desa ; d. Pelantikan Sekretaris Desa oleh Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk dan Perangkat lainnya oleh Kepala Desa ; e. Penandatanganan Berita Acara Pengambilan sumpah dan Pelantikan Perangkat Desa ; f. Sambutan Kepala Daerah atau Kepala Desa ; g. Do'a, dan h. Penutup. BAB V MASA JABATAN PERANGKAT DESA Pasal 23 (1) Masa jabatan Sekretaris Desa didasarkan pada penilaian atas prestasi kerja yang dimiliki oleh PNS yang bersangkutan ; (2) Masa jabatan Perangkat Desa lainnya dibatasi usia sampai dengan 60 (enam puluh) tahun BAB VI BIAYA PROSES PENGISIAN PERANGKAT DESA LAINNYA Pasal 24 Besarnya biaya proses pengisian Perangkat Desa lainnya dibebankan pada APB Desa.

BAB VII PEMBERHENTIAN DAN PEMBERHENTIAN SEMENTARA PERANGKAT DESA Bagian Kesatu Sekretaris Desa Pasal 25 (1) Sekretaris Desa berhenti karena : a. meninggal dunia; b. permintaan sendiri; c. diberhentikan. (2) Sekretaris Desa, diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, karena : a. berakhir masa jabatannya ; b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan; c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai perangkat desa ; d. dinyatakan melanggar sumpah/janji perangkat desa ; e. tidak melaksanakan kewajiban sebagai perangkat desa; dan/atau f. melanggar larangan bagi perangkat Desa. Pasal 26 (1) Pemberhentian Sekretaris Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, ditetapkan oleh Sekretaris Daerah atas nama Kepala Daerah ; (2) Pemberhentian Sekretaris Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diusulkan oleh Kepala Desa dengan persetujuan BPD. Pasal 27 (1) Sekretaris desa dikenakan tindakan administrasi berupa teguran oleh Kepala Desa apabila : a. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan selama 6 (enam) bulan; b. tidak lagi memenuhi syarat sebagai perangkat desa ; c. dinyatakan melanggar sumpah/janji perangkat desa ;

d. tidak melaksanakan kewajiban sebagai perangkat desa ; dan/atau e. melanggar larangan bagi perangkat desa. (2) Dalam hal tindakan administrasi berupa teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), telah diberikan 3 (tiga) kali secara berturutturut dalam tenggang waktu masing-masing 1 (satu) bulan tidak diindahkan, maka atas pesetujuan BPD, Kepala Desa menetapkan usulan pemberhentian Sekretaris Desa kepada Kepala Daerah. Pasal 28 (1) Sekretaris Desa dapat diberhentikan semen tara oleh Sekretaris Daerah atas nama Kepala tanpa melalui usulan Kepala Desa apabila dinyatakan melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun berdasarkan putusan pengadilan yang belum memperoleh kekuatan hukum tetap ; (2) Sekretaris Desa diberhentikan oleh Sekretaris Daerah atas nama Kepala Daerahi tanpa melalui usulan Kepala Desa apabila terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Pasal 29 Sekretaris Desa diberhentikan sementara oleh Sekretaris Daerah atas nama Kepala Daerah tanpa melalui usulan Kepala Desa karena berstatus sebagai tersangka melakukan tindak pidana korupsi, tindak pidana terorisme, makar dan atau tindak pidana terhadap keamanan negara. Pasal 30 (1) Sekretaris Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) dan Pasal 30, setelah melalui proses peradilan, ternyata terbukti tidak bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak ditetapkan putusan pengadilan, Kepala Daerah harus merehabilitasi dan/atau mengaktifkan kembali Sekretaris Desa yang bersangkutan sampai dengan akhir masa jabatan ;

(2) Dalam hal Sekretaris Desa yang diberhentikan semen tara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), telah berakhir masa jabatannya Kepala Daerah hanya merehabilitasi Sekretaris Desa yang bersangkutan. Bagian Kedua Perangkat Desa lainnya Pasal 31 (1) Perangkat Desa lainnya berhenti karena : a. meninggal dunia; b. permintaan sendiri; c. diberhentikan. (2) Perangkat Desa lainnya diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, karena : a. berakhir masa jabatannya ; b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan; c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai perangkat desa lainnya ; d. dinyatakan melanggar sumpah/janji perangkat desa lainnya ; e. tidak melaksanakan kewajiban sebagai perangkat desa lainnya; dan/atau f. melanggar larangan bagi perangkat Desa lainnya ; (3) Perangkat Desa lainnya yang mejakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f dikenakan tindakan administrasi berupa teguran oleh Kepala Desa ; (4) Dalam hal tindakan administrasi berupa teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (3), telah diberikan 3 (tiga) kali secara berturutturut dalam tenggang waktu masing-masing 1 (satu) bulan tidak diindahkan, maka atas pesetujuan BPD, Kepala Desa menetapkan pemberhentian. Pasal 32 (1) Perangkat Desa lainnya dapat diberhentikan sementara oleh Kepala Desa atas persetujuan BPD apabila dinyatakan melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun berdasarkan putusan pengadilan yang belum memperoleh kekuatan hukum tetap ;

(2) Perangkat Desa lainnya diberhentikan oleh Kepala Desa dengan persetujuan BPD apabila terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Pasal 33 Perangkat Desa lainnya diberhentikan sementara oleh Kepala Desa atas persetujuan BPD karena berstatus sebagai tersangka melakukan tindak pidana korupsi, tindak pidana terorisme, makar dan atau tindak pidana terhadap keamanan negara. Pasal 34 (1) Perangkat Desa lainnya yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33, setelah melalui proses peradilan, ternyata terbukti tidak bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak ditetapkan putusan pengadilan, Kepala Desa harus merehabilitasi dan/atau mengaktifkan kembali sampai dengan akhir masa jabatan ; (2) Dalam hal Kepala Perangkat Desa lainnya yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), telah berakhir masa jabatannya, Kepala Desa hanya merehabilitasi yang bersangkutan. BAB VIII LARANGAN PERANGKAT DESA Pasal 35 Perangkat Desa dilarang : a Menjadi pengurus partai politik ; b Merangkap jabatan sebagai ketua dan/atau anggota Badan Permusyawaratan Desa, dan lembaga kemasyarakatan di desa yang bersangkutan ; c Merangkap jabatan sebagai anggota DPRD ; d Terlibat dalam kampanye pemilihan umum, pemilihan presiden, pemilihan Kepala Daerah dan pemilihan Kepala Desa.

e Merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat, dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain; f Melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme, menerima uang, barang dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang dilakukan ; g. Menyalahgunakan wewenang ; h. Melanggar sumpah/janji jabatan. BAB IX PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 36 (1) Pembinaan dan Pengawasan terhadap pelaksanaanpengisian lowongan jabatan perangkat desa dilakukan oleh Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk ; (2) Kepala Desa dan Ketua BPD mempunyai kewajiban untuk mengawasi pelaksanaan pengisian lowongan jabatan Perangkat Desa dan melaporkan hasilnya kepada Kepala Daerah melalui Camat. BAB X KETENTUAN PERALIHAN Pasal 37 (1) Sekretaris Desa yang ada selama ini yang bukan Pegawai Negeri Sipil secara bertahap diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah tersendiri ; (2) Perangkat Desa yang ada pada saat mulai berlakunya Peraturan Daerah ini, tetap menjalankan tugas sampai habis masa jabatannya, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

BAB XII KETENTUANPENUTUP Pasal 38 (1) Semua Peraturan Desa yang berkaitan dengan tata cara pencalonan, pengangkatan, pelantikan dan pemberhentian Perangkat Desa, wajib mendasarkan dan menyesuaikan pengaturannya pada Peraturan Daerah ini ; (2) Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Kepala Daerah. Pasal 39 Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, Peraturan Daerah Nomor 33 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pencalonan, Pengangkatan, Pemilihan, Pelantikan dan Pemberhentian Perangkat Desa dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 40 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini, dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamongan. Ditetapkan di : Lamongan Pada tanggal : 14 Agustus 2006 BUPATI LAMONGAN Ttd, M A S F U K

I. PENJELASAN UMUM. P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 12 Tahun 2006 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKA T DESA Bahwa dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 33 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pencalonan, Pengangkatan, Pemilihan, Pelantikan dan Pemberhentian Perangkat Desa yang pembentukannya didasarkan pada ketentuan Pasal 111 Undang - Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Pasal 26 Kepu tusan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 1999 tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa perlu dilakukan peninjauan kembali. Selanjutnya untuk melaksanakan ketentuan Pasal 26 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, maka guna mendukung penyelenggaraan pemerintahan desa agar berdaya guna dan berhasil guna serta dalam rangka mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dipandang perlu menetapkan Tata cara Pencalonan, Pengangkatan, Pelantikan dan Pemberhentian Perangkat Desa dalam Peraturan Daerah. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 : Pasal ini dimaksudkan untuk menyamakan pengertian atau menyamakan arti dalam penggunaan beberapa istilah yang dipergunakan dalam Peraturan Daerah ini. Pasal 2 : Cukup jelas. Pasal 3 ayat (2) : Pengisian Sekretaris Desa dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 4 sid 8 : Cukup jelas. Pasal 9 ayat (1) huruf a : Yang dimaksud dengan bertaqwa dalam ketentuan ini adalah taat menjalankan kewajiban agamanya.

huruf b : Yang dimaksud dengan setia adalah tidak pernah terlibat gerakan sparatis, tidak pernah melakukan gerakan secara inkonstitusional atau dengan kekerasan untuk mengubah Dasar Negara serta tidak pernah melanggar Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sedangkan yang dimaksud dengan setiap kepada pemerintah adalah yang mengakui pemerintahan yang sah menurut Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. huruf c : Yang dimaksud dengan berpendidikan paling rendah tamat sekolah lanjutan tingkat pertama dan/atau sederajat adalah termasuk Kejar Paket B dan C. Pasal10 sid 40 : Cukup jelas.