1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat dengan banyaknya perkembangan bisnis industri dan pembangunannya. Namun dimata orang-orang Jakarta sendiri mereka menganggap Jakarta sebagai kota yang sangat sempit, kotor dan semrawut. Di sisi lain Jakarta juga dijuluki Kota Seribu Mall. Pembangunan Mall di Jakarta pun semakin meningkat, selain itu mall kini menjadi agenda rutin setiap hari libur khususnya hari Sabtu dan Minggu bagi warga DKI Jakarta sendiri. Selain mall di Jakarta juga banyak terdapat cafe-cafe yang belakangan ini sudah menjadi tren gaya hidup remaja dan para eksekutif. Bahkan banyak para pendatang dari luar Jakarta mengunjungi Jakarta bukan untuk meng explore alam atau sejarah mengenai Jakarta, kebanyakan dari pendatang lebih memilih untuk menghabiskan waktu mereka pergi ke pusat perbelanjaan atau café di Jakarta. 1 Untuk memulihkan citra Jakarta yang negative sebagai ibukota, akhirnya untuk pertama kalinya Kota Jakarta meluncurkan program Enjoy Jakarta pada tanggal 21 Maret 25 di ruang Rapim Utama, Balai Kota yang dihadiri oleh Dinas Pariwisata Propinsi DKI Jakarta serta Gubernur DKI kala itu. 1 online]. Diakses pada tanggal 7 Januari 214. www.kompasiana.com
2 Alasan utama diluncurkan program tersebut adalah untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan asing dan wisatawan lokal. Selain itu program ini juga bertujuan untuk mengenalkan pariwisata yang ada di Jakarta. Pariwisata merupakan salah satu industri yang banyak diandalkan oleh negara negara didunia. Pariwisata juga merupakan salah satu faktor ekonomi yang penting di Indonesia. Pariwisata Indonesia pun semakin berkembang juga setiap tahunnya. Pariwisata yang semakin berkembang ini pada akhirnya menghasilkan ragam wisata yang sesuai dengan minat wisatawan itu sendiri. Di Indonesia sendiri kini terdapat beberapa macam wisata, diantaranya wisata bahari, wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya, wisata religi. Berdasarkan hasil wawancara awal pra survey dengan beberapa siswa-siswi sekolah di Kanisius, wisata sejarah merupakan wisata yang jarang diminati, khususnya dikalangan anak-anak muda. Siswa-siswi tersebut beranggapan bahwa wisata sejarah itu membosankan. Terlebih lagi kehidupan remaja di era sekarang ini memang sudah jauh lebih maju dibandingkan era jaman orangtua dahulu. Di jaman sekarang ini gadget sudah seperti menjadi sesuatu yang wajib dimiliki bahkan wajib dibawa kemana-mana. Selain itu tempat tongkrongan para kawula muda juga bukan hanya sebatas diwarung kopi atau pun cafe namun sekarang sudah menjadi hal biasa untuk melakukan aktifitas di Mall. Sebenarnya apa istimewanya sebuah Mall dibandingkan dengan museum. Kalau melihat dari sudut pandang sebagai seorang remaja yang sedang gemargemarnya untuk mencari jati diri atau tepatnya mencari sesuatu yang bisa ditonjolkan
3 dalam pergaulan dengan teman sebayanya, bagi mereka nongkrong di Mall atau sekedar melepas penat sehabis sekolah atau kuliah itu menjadi sesuatu yang keren, sesuatu agar mereka bisa disebut gaul atau update. Sedangkan berkunjung ke tempattempat bersejarah menurut mereka itu sangat membosankan. Sangat sedikit sekali minat para kawula muda untuk sedikit melirik warisan luhur yang penuh sejarah. Di Indonesia, museum pada dasarnya menjalankan dua fungsi besar, yaitu 1) sebagai tempat pelestarian budaya baik tangible maupun intangible. 2) sebagai sumber informasi budaya. Sebagai informasi budaya, fungsi museum bukan hanya sekedar tempat untuk memamerkan benda, tetapi juga untuk tujuan pendidikan budaya bagi pengunjung. Meskipun demikian para pengelola museum, terutama museum pemerintah, kerap beranggapan bahwa status mereka sekedar petugas dan bukan sebagai professional yang menyadari fungsi museum yang sesungguhnya. Akibatnya, bagi mereka ada atau tidak ada pengunjung bukan merupakan masalah, padahal di sisi lain upaya menyelenggarakan museum berbiaya mahal mengingat pengelolaannya yang bersifat ilmiah. Oleh karena itu museum harus mempunyai visi dan misi yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam memberi pendidikan kepada masyarakat tentang arti sebuah kekayaan budaya sebagai warisan bangsa. 2 Guna melaksanakan visi dan misi tersebut, sebuah museum harus memiliki organisasi yang terdiri dari penyelenggara dan pengelola dengan kewenangan masing-masing yang berbeda. Penyelenggara museum merupakan instansi yang 2 Yulianto, Kresno. Dibalik Pilar-Pilar Museum. Jakarta : Penerbit Wedatama Widya Sastra 216
4 memiliki gagasan mendirikan museum, dapat berupa yayasan atau badan hukum lain atau pemerintah baik pusat maupun daerah, sedangkan pengelola museum merupakan orang-orang yang diberi tugas oleh penyelenggara museum untuk melaksanakan tugas menjalankan kegiatan penyimpanan, perawatan, pengamatan dan pemanfaatannya. Suatu riset terhadap loyalitas pengunjung pernah dilakukan disebuah museum. Hasilnya menunjukkan bahwa museum tersebut belum mampu menciptakan dan menyampaikan nilai-nilai emosional, simbolisasi, serta belum mampu menjadi museum yang menciptakan pengalaman yang mengesankan dan memperkuat loyalitas pengunjung. Hal ini disebabkan karena museum umumnya hanya mengandalkan koleksi tanpa penyajian bermakna, tanpa promosi terpadu, dan tanpa program-program public kreatif. Jika hanya mengandalkan koleksi, maka pengungung dengan sendirinya akan mengalami kebosanan karena apa yang dilihat disuatu museum tidak berbeda dengan museum lainnya. Dengan cara-cara yang monoton seperti itu museum lama kelamaan menjadi kurang mampu dalam meningkatkan daya saing. 3 Padahal Indonesia memiliki banyak peninggalan sejarah yang menarik apabila dikemas dengan baik. Peninggalan peninggalan sejarah itu dapat berupa benda benda bersejarah, bangunan atau monumen bersejarah ataupun cerita cerita 3 Rosinta, Febrianan. 27. Pengaruh Citra Merek Terhadap Loyalitas Pelanggan Museum Nasional, Jurnal Bisnis dan Birokrasi 1/Vol.XV/Januari794-81
5 mengenai sejarah. Sejarah di Indonesia kental dengan sejarah pada saat zaman penjajahan ataupun pada saat kerajaan. Benda-benda ataupun peninggalan bersejarah biasanya disimpan sebagai benda koleksi museum. Museum museum ini memiliki benda koleksi yang berbedabeda sesuai dengan tema dari museum itu sendiri. Tema museum di Indonesia pun beragam mulai dari sejarah, geolegi,pos, alat transportasi, wayang, dan masih banyak lainnya. Museum sendiri merupakan suatu badan tetap, tidak tergantung kepada siapa pemiliknya melainkan harus tetap ada. Museum bukan hanya merupakan tempat kesenangan, tetapi juga untuk kepentingan studi dan penelitian. Museum terbuka untuk umum dan kehadiran serta fungsi-fungsi museum adalah untuk kepentingan dan kemajuan masyarakat. Namun ketersediaan sumber daya manusia yang kompeten dalam mengelola museum sangat terbatas. Hal lain yang memprihatinkan juga adalah kurangnya inisiatif kepala museum untuk menerapkan inovasi, padahal kepala museum berfungsi sebagai orang yang memasarkan museum ke khalayak. Hal lain yang menyebabkan museum jarang sekali dikunjungi oleh masyarakat, adalah kurangnya promosi dari museum. Masyarakat saat ini umumnya lupa dengan museum, museum seperti ada dan tiada. Bukan mereka berniat untuk melupakannya tetapi karena tidak adanya sesuatu yang mengingatkan mereka kembali akan daya tarik yang ditawarkan dari museum. Tingkat pengunjung suatu tempat bersejarah seperti museum itu tergantung pada bagaimana cara pengemasan
6 dan publikasi dari pihak tempat bersejarah tersebut. Promosi adalah salah satu yang dapat dilakukan untuk mendukung ramainya museum. Karena dengan semakin banyak hal menarik yang dipromosikan pada museum maka akan semakin banyak juga pengunjung dan akhirnya mereka lah yang akan meneruskan publikasi melalui penilaian mereka terhadap tempat tersebut. 4 Museum Kesejarahan Jakarta merupakan salah satu museum yang ada di Jakarta. Unit pengelolanya sendiri terdiri dari empat Museum, yaitu Museum Fatahillah, Museum Joang 45, Museum MH Thamrin, dan Museum Prasasti. Dari ke empat museum tersebut yang paling dikenal oleh masyarakat adalah Museum Fatahillah, hal tersebut dikarenakan Museum Fatahillah sendiri adalah Icon dari kota Jakarta dan letaknya juga sangat strategis yaitu di daerah Kota tua, dimana banyak sekali pengunjung yang tertarik untuk datang ke kota tua meski hanya sekedar fotofoto lalu mempostingnya pada sosial media mereka. Lain lagi dengan Museum Joang 45, meski letaknya sangat strategis namun keberadaannya jarang didatangi oleh para pengunjung. Bahkan masyarakat pun kurang mengetahui keberadaannya. Berdasarkan hasil pra survey terhadap beberapa masyarakat yang tinggal di daerah Menteng, beberapa dari mereka tidak mengetahui kalau ada Museum Joang 45 di daerah Menteng. Mereka lebih mengenal keberadaan Taman Ismail Marzuki, padahal letaknya sendiri juga tidak terlalu jauh dari Taman Ismail Marzuki. 4 www.kemenpar.go.id
7 Berikut data pengunjung Museum Joang 45 tahun 216 : Data Kunjungan Museum Joang 45 Tahun 216 Nama Museum Bulan Kunjungan Jenis Pengunjung Jumlah Pengunjung Januari 216 1438 Februari 216 14 Maret 216 1432 April 216 191 Mei 216 714 Museum Joang 45 Juni 216 331 Juli 216 337 Agustus 216 924 September 216 581 Oktober 216 197 November 216 Tutup karena ada renovasi sampai akhir November
8 Desember 216 86 Sumber : http://data.jakarta.go.id/dataset?tags=kunjungan+ke+museum Dari data kunjungan diatas menunjukkan bahwa pada awal tahun merupakan kunjungan terbanyak di tahun 216. Menurut Bapak Basarudin, hal ini dikarenakan pada bulan Januari merupakan musim liburan panjang. Peningkatan kunjungan juga terdapat di bulan Agustus, dikarenakan pada bulan Agustus merupakan bulan yang mendekati hari Kemerdekaan Republik Indonesia, menurutnya banyak pengunjung yang mungkin ingin mengetahui sejarah mengenai kemerdekaan Republik Indonesia, biasanya dibulan Agustus juga rasa Nasionalisme pengunjung sangat besar. Dari data diatas kita juga bisa melihat naik turunnya jumlah pengunjung yang datang, sayangnya dari pihak museum sendiri tidak melakukan analisis khusus untuk mengetahui alasan pengunjungnya naik atau turun, alasan mereka lebih karena museum adalah tempat edukasi, artinya siapapun mereka, banyak atau sedikit, museum selalu terbuka untuk masyarakat yang ingin mengetahui sejarah bangsa, dan museum tidak menargetkan jumlah pengunjung yang datang. 1.2. Fokus Penelitian Produk wisata merupakan salah satu faktor pendorong bagi wisatawan untuk mengunjungi suatu destinasi wisata. Produk wisata yang berkualitas serta promosi yang baik dapat menimbulkan ketertarikan bagi wisatawan. Keputusan berkunjung dilakukan setelah melalui beberapa proses pengambilan keputusan yang salah satunya
9 dipengaruhi oleh promosi pada produk wisata tersebut. Adapun masalah yang diambil oleh peneliti yaitu Implementasi Promosi Museum Joang 45 dalam menarik Pengunjung. Dalam penelitian ini, peneliti berfokus untuk meneliti tentang hal-hal yang berkaitan dengan implementasi promosi yang dilakukan museum Joang 45 dalam menarik pengunjung. Peneliti akan menjabarkan dengan terperinci dan terarah sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya. 1.3. Tujuan Penelitian Penelitan ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi promosi yang dilakukan Museum Joang 45 dalam menarik pengunjung. 1.4. Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Dalam hal ini, penulis mengharapkan dapat menambah wawasan mengenai implementasi promosi museum dalam menarik pengunjung bagi penulis maupun pembacanya. 1.5.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan terutama bagi Museum Joang 45 dalam mempromosikan produknya untuk menarik pengunjungnya