BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan pada Bab IV di atas, maka dapat

dokumen-dokumen yang mirip
dari modernitas ke postmodernitas secara historis.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda untuk mengembangkan generasi muda yang berkualitas sehingga

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahan ajar merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Bahan

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

PENDAHULUAN. merupakan bentuk kelompok sedangkan budaya berararti nilai yang berlaku dalam kelompok tersebut.

industrialisasi di Indonesia telah memunculkan side effect yang tidak dapat terhindarkan dalam masyarakat

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional, pada BAB II tentang Dasar,

Telaah Budi Pekerti dalam Pembelajaran di Sekolah (Implementasi Konsep dan Prinsip Tatakrama dalam Kehidupan Berbasis Akademis) Oleh: Yaya S.

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. permasalahan yang telah dirumuskan pada bagian terdahulu. Berdasarkan hasil analisis

2016 DAMPAK KEBIJAKAN SUMEDANG PUSEUR BUDAYA SUNDA TERHADAP PENANAMAN NILAI-NILAI KESUNDAAN

PENGELOLAAN KOMUNITAS ADAT

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan

BUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 1 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

Program Pengentasan Kemiskinan melalui Penajaman Unit Pengelola Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. memberi dorongan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi.

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2

MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran dari semua

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Universitas Andalas sebagai perguruan tinggi negeri yang memberikan jasa pendidikan mengemban misi sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

Pengaruh Modal Sosial Terhadap Pertalian Usaha Klaster Pariwisata Borobudur

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Thomy Sastra Atmaja, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Statistik Republik Indonesia (2013), menyatakan tingkat pengangguran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

BAB I PENDAHULUAN. Ar-Ruzz Media, 2010) hlm Marno dan M. Idris, Strategi dan Metode Pengajaran, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN YANG BERLANDASKAN NILAI-NILAI LUHUR

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PERAN PENYULUHAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh ; Dian Mirawati Penyuluh pertanian Pertama

BAB 2 PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN YANG BERLANDASKAN NILAI-NILAI LUHUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Prof.Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

I. PENDAHULUAN. produksi hanya diterima petani setiap musim sedangkan pengeluaran harus

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Peran pendidik penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

pentransferan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Kebudayaan R.I. Fuad Hasan berpendapat bahwa, "Sebaik apapun kurikulum jika

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia dan bagian dari pembangunan nasional. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragnar Oktavianus Sitorus, 2014

PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001

BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. harus memelihara dan melestarikan bumi, mengambil manfaatnya serta

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

Pengembangan Budaya memiliki empat Konteks: 2. Melestarikan dan menghargai budaya

BAB I PENDAHULUAN. adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu

Visi, Misi dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun. agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan

TRIANI WIDYANTI, 2014 PELESTARIAN NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM MENJAGA KETAHANAN PANGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

pengembangan pariwisata di kampung Sawinggrai bisa dijadikan sebagai buktinya.

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada (Yamin, 2010:64). Tetapi terkadang dalam

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

DRAFT RENCANA STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. siaran yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi masyarakat dalam memberi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kota Jakarta pada akhirnya menuntut tersedianya wadah fisik untuk menampung

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan seni budaya Indonesia merupakan warisan berharga bagi

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang. kehidupan: sosial, ekonomi, politik, dan budaya.

MEMBANGUN JEJARING DAN KEMITRAAN TKSK

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

BAB I PENDAHULUAN. kelas. Proses ini akan berjalan efektif apabila individu-individu yang terlibat

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat setiap suku. Kebudayaan sebagai warisan leluhur dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang menopang dan memfasilitasi kebutuhan masyarakat. Kegiatan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya

Bab 4. Hasil Penelitian, Analisis, dan Pembahasan

I. PENDAHULUAN. Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2009)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Namun, disisi lain nilai kesetiakawanan sosial semakin berkurang, sehubungan

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Transkripsi:

260 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan pada Bab IV di atas, maka dapat disimpulkan, bahwa: 1. Tinggi rendahnya transformasi struktur ekonomi masyarakat Bajo positif dipengaruhi langsung oleh tingkat pendidikan. Hal ini memberikan makna bahwa dengan pendidikan yang memadai telah memberikan perubahan pola pikir dan tingkah laku kepala keluarga sehingga muncul kesadaran akan pentingnya pendidikan dalam mengangkat harkat serta martabat mereka melalui transformasi struktur ekonomi dari sektor primer (nelayan tradisional) ke sektor sekunder (industrialisasi alat tangkap, sektor perdagangan dan sektor jasa lainnya). Namun demikian, harus disadari bahwa proses transformasi struktur ekonomi, secara mikro belum berjalan sesuai dengan harapan karena banyak kendala berkaitan dengan sumberdaya manusianya, dan masih ada diskriminasi lapangan kerja khususnya untuk menjadi pegawai negeri sipil, serta tekanan dari nelayan kaya secara sosial-ekonomi terhadap nelayan miskin 2. Nilai-nilai budaya lokal berpengaruh signifikan dan arahnya negatif terhadap transformasi struktur ekonomi. Hal ini, memberikan isyarat bahwa transformasi struktur ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder, harus di lihat bukan hanya dari perubahan fisik semata, tetapi lebih pada perubahan sikap dan

261 perilaku. Perubahan sikap dan perilaku tersebut membutuhkan kesadaran dan kecerdasan dari semua pihak khususnya masyarakat Bajo. Bentuk kesadaran dan kecerdasan diarahkan pada sikap dan kemauan untuk mengadopsi nilai-nilai budaya baru seperti penerimaan teknologi alat tangkap moderen dan kemauan untuk menjalin hubungan dengan etnis lain. Oleh karena itu, dalam menyikapi perubahan sosial budaya, dan sosial ekonomi, dibutuhkan kearifan agar tercipta keharmonisan antara kepentingan untuk melestarikan nilai-nilai budaya lokal sebagai indentitas etnis Bajo yang cenderung menurun secara signifikan. Dengan demikian transformasi struktur ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder adalah sebagai tuntutan untuk meningkatkan harga diri. 3. Transformasi struktur ekonomi berpengaruh positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tidak dapat dipungkiri bahwa untuk mencapai kesjahteraan, secara makro dibutuhkan proses transformasi struktur ekonomi dan struktur ketenaga kerjaan dari sektor primer (nelayan tradisional) ke sektor primer (teknologi penangkapan ikan, sektor perdagangan, dan sektor jasa). Untuk itu, dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan (pendidikan) serta modal (capital) yang memadai, sehingga kehadiran investor dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia melalui pendidikan (tenaga kerja terlatih, dan terdidik), sangat mendesak. Di satu sisi, transformasi struktur ekonomi yang berjalan lambat, mengindikasikan bahwa peningkatan kesejahteraan masyarakat yang telah dicapai saat ini, kondisinya masih labil atau masih rentan terhadap

262 kemiskinan, karena pendapatan dari pekerjaan sebagai nelayan yang tidak menentu. 4. Tingkat pendidikan dan nilai-nilai budaya lokal secara bersama-sama (simultan) berpengaruh positif dan signifikan terhadap transformasi struktur ekonomi keluarga nelayan dalam masyarakat Bajo. Artinya, transformasi struktur ekonomi keluarga nelayan dari sektor primer (nelayan tradisional) ke sektor primer (teknologi penangkapan ikan, sektor perdagangan, dan sektor jasa), dibutuhkan pendidikan formal yang memadai dan perubahan budaya (pola pikir), yang mengarah pada penciptaan efisiensi. Kenyataan menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal masyarakat yang masih rendah dan nilai-nilai budaya lokal yang masih kental mewarnai kehidupan dan kegiatan ekonomi masyarakat menjadi salah satu faktor in-efisiensi yang menjadi penghambat dalam proses percepatan transformasi struktur ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dari sektor primer (nelayan tradisional) ke sektor primer (teknologi penangkapan ikan, sektor perdagangan, dan sektor jasa). Pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan adalah faktor utama untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat Bajo. 5. Tingkat pendidikan dan nilai-nilai budaya lokal secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kesejahteraan keluarga nelayan melalui transformasi struktur ekonomi masyarakat Bajo. Artinya, kesejahteraan keluarga nelayan secara simultan ditentukan oleh tingkat pendidikan formal dan nilai-nilai budaya melalui trasformasi struktur ekonomi dari sektor primer (nelayan

263 tradisional) ke sektor primer (teknologi penangkapan ikan, sektor perdagangan, dan sektor jasa) menjadi prasyarat dalam pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Wakatobi Provinsi Sulawesi Tenggara Perubahan struktur ekonomi harus diikuti dengan kesiapan sumberdaya manusianya oleh karena itu, peran pendidikan dalam menggali nilai-nilai, normanorma, dan pola perilaku pengelolaan sumberdaya alam, baik itu, masyarakat maupun penguasa harus di mulai dari kampus sebagai institusi yang menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu; memperkaya khasanah ilmu pengetahuan (body of knowledge) khususnya Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS) yang berusaha mencari dan mengkaji fenomena dalam masyarakat dan menemukan solusinya melalui berbagai macam pendekatan, sehingga dapat dijadikan bahan pembelajaran IPS di perguruan tinggi. B. SARAN/REKOMENDASI 1. Untuk Keluarga Nelayan Pertama, dalam upaya meningkatkan pendapatan keluarga nelayan, orang tua diharapkan mulai berani berpikir dan bertindak lebih rasional dengan mengutamakan pendidikan anak-anak daripada sekedar tuntutan kebutuhan sesaat yang kadang kala mengorbankan masa depan anak sendiri. Kedua, dalam hal pelestarian nilai-nilai budaya lokal, menjadi tanggung jawab semua pihak, orang tua, pemuka adat, dan diharapkan memiliki kepekaan serta

264 kesadaran bahwa nilai-nilai budaya itu merupakan identita etnik Bajo yang terus dipertahankan, namun harus cerdas dalam mencermati antara tuntutan perubahan budaya moderen dan tradisi. Perpaduan budaya moderen dengan tradisi lokal, akan menjadi daya tarik tersendiri, bila dikelola dengan bijak dan menjadi lahan usaha ekonomi baru ditengah-tengah kompetisi ekonomi yang menglobal 2. Untuk Kalangan Perguruan Tinggi. Perguruan tinggi mengemban misi membudayakan dan memberdayakan ekonomi masyarakat, karena itu tuntutan tersebut harus ditanggapi dengan bijak, yang mengharuskan perguruan tinggai dan civitas akademika memiliki kecerdasan, daya kritis, dan rasa hormat terhadap keberagaman masyarakat lewat berbagai mata kuliah. Agar misi tersebut dapat terwujud maka: Pertama, pada tataran formal di setiap fakultas, dipandang perlu memasukkan culture values literacy education ke dalam kurikulum. Pengembangan nilai-nilai budaya lokal sebagai literacy education ini diperlakukan sebagai mata kuliah yang berdiri sendiri atau diintegrasikan ke dalam setiap mata kuliah. Kedua, menghidupkan seni dan tari tardisional lokal dari masing-masing latar mahasiswa ke dalam kegiatan ko-kurikuler mahasiswa. Ini dimaksudkan sebagai sarana pelatihan dan pembiasaan mahasiswa untuk menggali keragaman nilai-nilai budaya lokal sebagai identitas karakter bangsa. Ketiga, khusus untuk Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, implementasi culture values education literacy dapat menjadi peluang untuk melakukan revitalisasi kajian IPS yang berbasis pemecahan masalah dengan berbagai

265 pendekatan, khususnya masalah sosial ekonomi dan sosial-budaya, serta bukan IPS untuk sekedar dihafalkan. Dalam hal ini kerja sama atau sinergi antara community of scholars IPS dan para peneliti ilmu-ilmu sosial humaniora menjadi penting dan strategis. Dengan demikian dapat diharapkan menjadi bidang studi yang multi dimensional. 3. Untuk Kalangan Pendidik Dosen dan Guru Rasionalitas tentang pentingnya pendidikan ekonomi berbasis kemasyarakatan dikembangkan dilingkungan perguruan tinggi adalah dikarenakan strategi dan model pendidikan ini, dipandang memiliki keutamaan, antara lai; Pertama. Memberikan terobosan baru pembelajaran, agar mampu menumbuhkan semangat jiwa berwirausaha mahasiswa sehingga tercipta manusia mandiri dan mampu mengatasi keterbatasan ekonomi yang menjadi kendala. Kedua. Menerapkan pendekatan dan strategi pembelajaran bermakna dalam mengedepankan proses interaksi sosial ekonomi yang faktual/empirik dan memiliki kandungan edukasi yang kekinian. Ketiga. Model pendidikan dan pembelajaran bermakna membantu dosen, guru dalam mengelola proses pembelajaran menjadi lebih faktual, efisien dan efektif, terutama dalam membangun/ mengkonstruksi kemampuan mahasiswa yang dapat berpikir ekonomis serta ekonom yang berpikir pendidik. Keempat. Memberikan kontribusi bagi Indonesia dalam mengatasi ketimpangan sosial dan menentaskan kemiskinan menuju masyarakat sejahtera yang berkeadilan. Caranya dengan memberikan model instrumen pengukuran yang

266 dapat dijadikan pilihan dalam mengidentifikasi indikator-indikator kesejahteraan sosial yang seragam. 4. Keterbatasan Penelitian. Kelemahan penelitian ini pertama adalah tentang pengetahuan nilai-nilai budaya lokal yang dikonstruksi menjadi salah satu variabel bebas. Variabel ini ditetapkan berdasarkan common sense semata-mata. Hal ini memunculkan kelemahan dalam perumusan instrumen, menyebabkan pemodelan kurang baik. Beberapa indikator pendidikan, nilai-nilai budaya overleping dengan indikator kesejahteraan. Oleh karena itu, disarankan kepada para peneliti selanjutnya untuk: Pertama, mengelaborasi landasan teoretik mengenai variabel nilai-nilai budaya lokal dengan tingkat pendidikan karena kedua variabel tersebut memiliki korelasi yang kuat. Kedua, mengkonstruksi variabel eksogen ke dalam model penelitian yang lebih kompleks tetapi lebih terukur untuk menguji preposisi teori-teori struktur ekonomi masyarakat serta kaitannya dengan variabel kesejahteraan. Ketiga, penelitian mengenai variabel nilai-nilai budaya lokal yang diperlakukan sebagai variabel eksogen merupakan hal baru dan kompleks, sehingga dukungan teori masih lemah yang semestinya diperlakukan sebagai variabel endogen.