BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai 19 tahun. Istilah pubertas juga selalu menunjukan bahwa seseorang sedang

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB 1: PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan pertumbuhan tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa

GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat (Sarwono, 2001)

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERILAKU SEKSUAL WABAL DI TINJAU DARI KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA-ANAK TENTANG SEKSUALITAS S K R I P S I

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu yaitu merupakan periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Tri Lestari Octavianti,2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI SMA NEGERI 1 KADIPATEN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja diidentifikasikan sebagai masa peralihan antara anak-anak ke masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29,

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu fase krusial dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hal ini dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai. persiapan memasuki masa dewasa (Rochmah, 2005). WHO mendefinisikan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh, menyangkut fisik, emosi, intelektual, sosial dan spritual. Termasuk didalamnya adalah persepsi individu tentang sifat dan potensi yang dimilikinya, interaksi individu dengan orang lain maupun lingkungannya, nilai - nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, serta tujuan, harapan dan keinginannya (Sunaryo, 2004). Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman - pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan. Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan, melainkan berkembang dari pengalaman yang terus menerus dan terdiferensiasi. Dasar dari konsep diri individu ditanamkan pada saat - saat dini kehidupan anak dan menjadi dasar yang mempengaruhi tingkah lakunya kemudian hari (Agustiani, 2006). Menurut Hurlock (1999) konsep diri adalah merupakan gambaran yang dimiliki oleh seorang individu tentang dirinya sendiri yang meliputri kondisi fisik, psikologis, sosial, dan emosional, aspirasi dan prestasi. Konsep diri mencakup citra fisik dan psikologis diri. Citra fisik diri biasanya terbentuk pertama - tama dan berkaitan dengan penampilan fisik, daya tariknya dan kesesuaian atau ketidak sesuaian dengan jenis kelamin serta pentingnya berbagai bagian tubuh untuk perilaku dan harga dirinya dimata orang lain. Sedangkan citra psikologis diri sendiri 1

didasarkan atas pikiran, perasaan, dan emosi. Citra ini terdiri atas kualitas dan kemampuan yang mempengaruhi penyesuaian pada kehidupan, sifat - sifat seperti keberanian, kejujuran, kemandirian dan kepercayaan diri serta berbagai jenis aspirasi dan kemampuan. Syamsu Yusuf (2000) mengemukakan terdapat delapan faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri, yaitu; (a) kondisi fisik; (b) kematangan biologis; (c) dampak media massa; (d) tuntutan sekolah; (e) pengalaman ajaran agama; (f) masalah ekonomi keluarga; (g) hubungan dalam keluarga; (h) harapan orang tua. Menurut Fitts (1997 dalam Agustiani, 2006) konsep diri seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut; (a) pengalaman, terutama pengalaman interpersonal, yang memunculkan perasaan positif dan perasaan berharga; (b) kompetensi dalam area yang dihargai oleh individu dan orang lain; (c) aktualisasi diri, atau implementasi dan realisasi dari potensi pribadi yang sebenarnya. Sedangkan masa remaja dikenal sebagai salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia yang memiliki beberapa keunikan tersendiri. Keunikan tersebut bersumber dari kedudukan masa remaja sebagai periode transisional antara masa kanak - kanak dan masa dewasa atau yang lebih kita kenal dengan pubertas. Kita semua mengetahui bahwa antara anak - anak dengan orang dewasa ada beberapa perbedaan yang selain bersifat biologis atau fisiologis juga bersifat psikologis (Agustiani, 2006).

Pada masa remaja individu mengalami berbagai perubahan baik fisik maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, dimana tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula dengan berkembangnya kapasitas reproduktif. Selain itu remaja juga berubah secara kognitif dan mulai mampu berpikir abstrak seperti orang dewasa. Pada periode ini pula remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang dewasa(al-mighwar, 2006). Perubahan peran, fisik dan psikologis mempengaruhi konsep diri seseorang dan konsep diri berpengaruh kuat terhadap tingkah laku seseorang. Dengan mengetahui konsep diri seseorang, kita akan lebih mudah memahami tingkah laku orang tersebut (Agustiani, 2006). Faktor - faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja paling tinggi hubungan antara orang tua dengan remaja, diikuti karena tekanan teman sebaya, religiusitas, dan eksposur media pornografi (Soetjiningsih, 2006). Beberapa faktor lain yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja adalah perubahan hormonal, penundaan usia perkawinan, penyebaran informasi melalui media massa, tabu - larangan, norma - norma dimasyarakat, serta pergaulan yang makin bebas antara laki - laki dan perempuan (Sarwono, 2012). Sekarang ini jumlah remaja seindonesia sebanyak 43 juta atau 10,6% dari jumlah penduduk Indonesia. Dari jumlah itu, sebanyak 30,9% pria dan 34,7% remaja putri yang berusia 15-19 tahun pernah melakukan hubungan suami istri (Chulasoh, 13 Februari 2013).

Jumlah remaja di seluruh Indonesia tercatat lebih dari 70 juta jiwa atau 13 kali lipat dari jumlah penduduk Singapura. Jumlah remaja di Indonesia yang bertambah banyak itu seringkali diikuti berbagai macam situasi memperihatinkan. Penelitian yang dilakukan Universitas Indonesia (UI) dan Australia National University pada tahun 2010 menyebutkan sebanyak 20,9% remaja putri di Indonesia telah hamil di luar nikah karena berhubungan seks dan 38,7% telah melakukan pernikahan usia dini (Alimeose, 13 Februari 2015). Remaja dan permasalahannya menjadi isu penting saat ini. Jumlah yang besar yaitu sekitar 64 juta atau 27,6% dari jumlah penduduk Indonesia (Sensus Penduduk, 2010), mengakibatkan remaja memerlukan perhatian besar dalam pembinaannya. Disamping itu remaja sangat rentan terhadap tiga hal yang mengancam kesehatan reproduksi remaja (Seksualitas, NAPZA, HIV dan AIDS). Perilaku seksual yang tidak sehat dikalangan remaja, khususnya remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Data dari Departemen Kesehatan tahun 2009 menunjukkan bahwa 35,9% remaja di empat kota besar (Medan, Jakarta Pusat, Bandung, dan Surabaya) mempunyai teman yang sudah pernah melakukan hubungan seks pranikah dan 6,9% responden telah melakukan hubungan seks pranikah (BKKBN, 2012). Data WHO menyebutkan bahwa 15-50% kematian ibu disebabkan karena pengguguran kandungan yang tidak aman. Bahkan Departemen Kesehatan RI mencatat bahwa setiap tahunnya terjadi 700.000 kasus aborsi pada remaja atau 30% dari total 2 juta kasus dimana sebagian besar dilakukan oleh dukun. Dari penelitian yang dilakukan PKBI tahun 2005 di 9 kota mengenai aborsi dengan 37.685

responden, 27% dilakukan oleh klien yang belum menikah dan biasanya sudah mengupayakan aborsi terlebih dahulu secara sendiri dengan meminum jamu khusus. Sementara 21,8% dilakukan oleh klien dengan kehamilan lanjut dan tidak dapat dilayani permintaan aborsinya. Menurut data SDKI 2012, rata - rata angka kematian ibu melahirkan (AKI) mencapai 359/100 ribu kelahiran hidup meningkat sekitar 57% dibanding hasil SDKI 2007 yang mencapai 228/100 ribu kelahiran hidup rata - rata kematian ini jauh melonjak. Sementara itu, laporan 2013 dari Australian Consortium For In Country Indonesian Studies menunjukan hasil penelitian di 10 kota besar dan 6 kabupaten di Indonesia terjadi 43% aborsi/100 kelahiran hidup. Aborsi tersebut dilakukan oleh perempuan di perkotaan sebesar 78% dan perempuan di pedesaan sebesar 40%. Di Indonesia setiap tahun diperkirakan 1,5 juta kehamilan yang tidak dikehendaki dan sebahagian besar adalah remaja sebesar 80% dari mereka sudah mencoba untuk menggugurkan kandungannya dengan berbagai cara. Berdasarkan laporan dari profil kab/kota AKI maternal yang dilaporkan di Sumatera Utara tahun 2012 hanya 106/100.000 kelahiran hidup. Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2012, namun ini belum bisa menggambarkan AKI yang sebenarnya di populasi. Berdasarkan hasil sensus penduduk 2010, AKI di sumatera utara sebesar 328/100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan angka nasional.

Terkait dengan kasus aborsi sebagai imbas dari hubungan seksual pada remaja. Persatuan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI, 1996) mengemukakan fakta dari 37.685 pelaku aborsi, 27% belum menikah dan sudah mengupayakan upaya aborsi terlebih dahulu sendiri, seperti minum jamu, tetapi gagal. Sementara data dari lembaga Kisaran, Bali, tercatat kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja cenderung meningkat antara 150.000-200.000 kasus setiap tahun. Perilaku seks, khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh memperihatinkan. Menurut data BKKBN (2012), dari 552 remaja yang ada di Sumatera Utara, diketahui sebanyak 86,3% remaja yang berpegangan tangan ketika pacaran, 32,2% remaja yang melakukan ciuman bibir, dan sebanyak 8,2% remaja yang melakukan rabaan/rangsangan. Sebanyak 4,9% laki - laki dan 1,5% perempuan telah melakukan hubungan seksual pada saat berpacaran. Sedangkan data BKKBN (2008) sebanyak 63% remaja di beberapa kota besar di Indonesia telah melakukan seks pranikah. Hubungan seks yang mereka lakukan ini juga dilandasi pemikiran bahwa berhubungan seks satu kali tidak menyebabkan kehamilan. Sementara data Annisa Foundation (2006) menunjukkan bahwa 42,3% remaja SMP dan SMA di Cianjur, Jawa Barat, melakukan hubungan seks yang pertama di bangku sekolah dan melakukannya berdasarkan rasa suka dan tanpa paksaan. Data Depkes RI (2010), menunjukkan jumlah remaja umur 10-19 tahun di Indonesia sekitar 43 juta (19,61%) dari jumlah penduduk. Sekitar satu juta remaja pria (5%) dan 200 ribu remaja wanita (1%) secara terbuka menyatakan bahwa mereka pernah melakukan hubungan seksual.

Hasil survei dari 33 provinsi di Indonesia pada 2008 menunjukkan bahwa 63% remaja SMP dan SMA pernah berhubungan seks. Angka ini naik dibandingkan dengan tahun - tahun sebelumnya yaitu penelitian tahun 2005-2006 di kota - kota besar mulai Jabotabek, Medan, Bandung, Surabaya, dan Makasar, ditemukan sekitar 47% - 54% remaja mengaku melakukan hubungan seks sebelum nikah, sehingga remaja rentan terhadap risiko gangguan kesehatan seperti penyakit HIV/AIDS. Departemen kesehatan tahun 2008 menyebutkan, dari 15.210 penderita HIV/AIDS 54% adalah remaja. Demikian juga hasil survei Komnas anak bekerja sama dengan lembaga perlindungan anak (LPA) di 12 provinsi pada tahun 2007 terungkap sebanyak 93,7% anak SMP dan SMU yang disurvei mengaku pernah melakukan ciuman, petting, dan oral seks. Sebanyak 62,7% anak SMP yang diteliti mengaku sudah tidak perawan. Serta 21,2% remaja SMA yang disurvei mengaku pernah melakukan aborsi dan 97% pelajar SMP dan SMA yang disurvei mengaku suka menonton film porno. Sedangkan hasil survei yang dilakukan oleh Annisa Fondation cukup mengejutkan karena 42,3% pelajar perempuan telah melakukan hubungan seks pranikah. Siaran pers lembaga independen yang bergerak dibidang kemanusian dan kesejahteraan gender ini, menerangkan sebanyak 42,3% pelajar di Cianjur sudah hilang keperawanannya saat duduk di bangku sekolah. Parahnya, mereka yang terlibat kegiatan seks bebas itu bukan berarti karena tidak mengerti atau tidak paham nilai agama atau budi pekerti. Sebab hampir 90% dari mereka mengaku praktik

hubungan seksual di luar nikah merupakan perbuatan dosa yang seharusnya dihindari (Hidayat, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Edi Subroto pada tahun 1996, disalah satu sekolah menengah atas di wilayah kecamatan medan kota, juga didapatkan bahwa cukup banyak dari siswa sekolah yang telah berpacaran sebanyak 68,7%, terdapat 4,5% siswa pernah melakukan hubungan seks pranikah, sedang yang pernah melakukan dengan lebih dari satu orang sebanyak 1,04%, dan yang telah menggunakan alat kontrasepsi dalam melakukan hubungan seks sebanyak 3%. Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh tim survey proyek di Medan tahun 2000, terhadap 100 orang mahasiswa dari lima perguruan tinggi negeri dan swasta ditemukan sebanyak 23% pernah melakukan hubungan seks pranikah, 37% tidak mengetahui ciri kematangan seksual pada laki - laki, 20% tidak mengetahui ciri kematangan seksual pada perempuan. Data diperoleh dengan cara mengumpulkan 14.726 sampel anak SMP dan SMA di 12 kota besar di Indonesia, antara lain Jakarta, Bandung, Makasar, Medan, Lampung, Palembang, Kepulauan Riau dan kota - kota di Sumatera Barat dalam Forum Diskusi Anak Remaja pada 2011. Hasilnya mengagetkan, mereka mengaku hampir 93,7% pernah melakukan hubungan seks, 83% mengaku pernah menonton video porno, dan 21,2% mengaku pernah melakukan aborsi (Arist, 25 Juli 2012). Survei pendahuluan yang dilakukan peneliti di SMK Namira Tech Medan kepada beberapa siswa ketika pulang sekolah berboncengan sambil melingkarkan tangan pada pasangan saat mengendarai sepada motor. Hasil wawancara dengan

beberapa orang siswa SMK Namira Tech Medan diperoleh, remaja cenderung menganggap biasa saja tentang perilaku seksual ringan (menaksir, pergi kencan, berpegangan tangan, berpelukan, berciuman kening dan pipi) pada remaja sekarang. Para siswa tersebut mengatakan bahwa perilaku seksual ringan boleh saja dilakukan asalkan kedua belah pihak merasa senang untuk melakukannya, tidak ada paksaan untuk melakukan dan perilaku seksual ringan bukan lagi hal yang tabu untuk dilakukan oleh remaja. Mereka beranggapan bahwa cinta dan seks merupakan dua hal yang berhubungan erat, bila cinta terhadap seseorang harus dibumbui dengan perilaku seks, dan seks yang dilakukan dengan pacar harus berlandaskan cinta. Beberapa siswa yang diwawancarai juga mengatakan ada yang telah melakukan perilaku seksual berat seperti berciuman bibir. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang guru SMK Namira Tech Medan diperoleh beberapa permasalahan siswa diantaranya bolos sekolah, merokok, berpacaran dekat sekolah saat jam pelajaran. Hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa siswa mengemukakan bahwa mereka merasa sungkan untuk mengungkapkan penolakan ajakan pacar ketika sedang sibuk mengerjakan tugas dari sekolah, sehingga lebih memilih untuk menuruti keinginan pacar dan tugas sekolah terabaikan.sebenarnya ada remaja yang tidak suka dan tidak mau melakukan hubungan seksual tetapi pada akhirnya melakukan hubungan seksual. Hal ini disebabkan karena remaja tidak tegas menolak keinginan dan paksaan dari pasangannya atau juga karena remaja merasa takut ditinggalkan oleh pasangannya. Rasa takut yang dialami oleh remaja menunjukkan bahwa remaja

tersebut tidak dapat bersikap mandiri dan tegas. Remaja dalam menentukan sikap haruslah bersikap mandiri, tegas dan bebas karena artinya remaja dapat mengambil keputusan sesuai keinginan tanpa harus membatasi diri, dapat menentukan apa yang terbaik untuk dirinya sendiri. Berdasarkan beberapa uraian dan penjelasan sebelumnya tentang perilaku seksual dan pentingnya konsep diri pada perilaku seksual remaja yang dapat mempengaruhi konsep diri dengan perilaku seksual remaja tersebut. Maka peneliti tertarik ingin melakukan penelitian mengenai hubungan konsep diri dengan perilaku seksual remaja putri di SMK Namira Tech Medan Tahun 2015. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas perumusan masalah dalam penelitian ini adalah masih rendahnya konsep diri remaja dan tingginya perilaku seksual remaja putri di SMK Namira Tech Medan Tahun 2015. 1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui adakah hubungan antara konsep diri dengan perilaku seksual remaja putri Di SMK Namira Tech Medan Tahun 2015. 1.4 Hipotesis Hipotesis pada penelitian ini adalah ada pengaruh yang signifikan dari hubungan konsep diri dengan perilaku seksual remaja putri Di SMK Namira Tech Medan Tahun 2015.

1.5 Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Pendidikan, Sebagai bahan masukan untuk penambahan ilmu pengetahuan serta acuan dalam pengembangan ilmu kesehatan yang berkaitan dengan konsep diri terhadap perilaku seksual remaja dan bahan informasi bagi sekolah terkait dalam upaya peningkatan mutu pendidikan 2. Bagi Remaja, Sebagai bekal pengetahuan dan bahan masukan pentingnya informasi bagi remaja tentang konsep diri dengan perilaku seksual. 3. Bagi Peneliti, Menjadi bahan referensi atau perbandingan bagi peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian dengan topik yang sama.