Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
KOTORAN KAMBING SEBAGAI BAHAN BAKU PUPUK ORGANIK CAIR DENGAN PENAMBAHAN EFFECTIVE MICROORGANISM-4

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

PEMANFAATAN KULIT BUAH PISANG (Musa paradisiaca L. ) DENGAN PENAMBAHAN DAUN BAMBU (EMB) DAN EM-4 SEBAGAI PUPUK CAIR NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi pemakaian pestisida. Limbah padat (feses) dapat diolah. menjadi pupuk kompos dan limbah cair (urine) dapat juga diolah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

Jurnal Biology Education Vol. 4 No. 1 April 2015 PENGARUH PENAMBAHAN EM BUATAN DAN KOMERSIL PADA FERMENTASI PUPUK CAIR BERBAHAN BAKU LIMBAH KULIT BUAH

PEMBUATAN KOMPOS DENGAN MOL LIMBAH ORGANIK Dini Rohmawati Jurdik Kimia, FMIPA UNY

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut dapat berasal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN :

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

Pengaruh Campuran Feses Sapi Potong dan Feses Kuda Pada Proses Pengomposan Terhadap Kualitas Kompos

Latar Belakang. Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi

ANALISIS KANDUNGAN N, P DAN K PADA LUMPUR HASIL IKUTAN GASBIO (SLUDGE) YANG TERBUAT DARI FESES SAPI PERAH

I. PENDAHULUAN. Larutan Mikroorganisme Lokal (MOL ) terbuat dari bahan-bahan alami,

BAB I PENDAHULUAN. sayur yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Harga tanaman

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. jerami padi dan feses sapi perah dengan berbagai tingkat nisbah C/N disajikan pada

I. PENDAHULUAN. kebutuhan unsur hara tanaman. Dibanding pupuk organik, pupuk kimia pada

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahan-bahan organik yang dibuat menjadi pupuk cair memiliki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pengaruh Nisbah C/N pada Campuran Feses Sapi Perah... Prima Adi Yoga

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak yang tidak baik bagi manusia. Tumpukan sampah. tersebut jika dibiarkan dapat menimbulkan pencemaran, penyakit serta

PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

I. PENDAHULUAN. Pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktifitas. banyak populasi jasad mikro (fungi) dalam tanah (Lubis, 2008).

Pengaruh Tingkat Konsentrasi dan Lamanya Inkubasi EM4 Terhadap Kualitas Organoleptik Pupuk Bokashi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar mata

Pembuatan Pupuk Organik. Samijan BPTP Jawa Tengah

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Materi Prosedur Pembuatan MOL Tapai dan Tempe Pencampuran, Homogenisasi, dan Pemberian Aktivator

PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERASAH DAUN PISANG DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH UKURAN BAHAN TERHADAP KOMPOS PADA PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metoda

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2012 luas perkebunan kakao di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

b. Dapat memperbaiki struktur tanah, menyebabkan tanah menjadi ringan untuk diolah dan mudah ditembus akar.

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH IKAN PADA PROSES PEMBUATAN PUPUK CAIR DARI URIN SAPI TERHADAP KANDUNGAN UNSUR HARA MAKRO (CNPK)

PEMBUATAN KOMPOS DARI AMPAS TAHU DENGAN ACTIVATOR STARDEC

BAB I PENDAHULUAN. limbah, mulai dari limbah industri makanan hingga industri furnitur yang

EFEKTIFITAS KOMPOS CAMPURAN AMPAS TEH, KOTORAN SAPI DAN KOTORAN KAMBING TERHADAP SERAPAN N PADA TANAMAN BAWANG DAUN PADA INCEPTISOL

I. PENDAHULUAN. sejak diterapkannya revolusi hijau ( ) menimbulkan dampak negatif yang berkaitan

PENGOLAHAN LIMBAH BAGLOG JAMUR DENGAN INOKULUM KOTORAN HEWAN SAPI SECARA AEROB UNTUK PEMBUATAN PUPUK ORGANIK NASKAH PUBLIKASI

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator

STUDI OPTIMASI TAKAKURA DENGAN PENAMBAHAN SEKAM DAN BEKATUL

PEMANFAATAN KULIT KACANG TANAH DAN RUMEN SAPI UNTUK PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR DENGAN PENAMBAHAN JAMUR TRICHODERMA (Trichoderma sp.

Pengaruh Penambahan Bahan Organik dalam Pembuatan Pupuk Organik Padat Sludge Biogas Feses Sapi Perah terhadap Kandungan N, P dan K

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. terpakai dan mengandung bahan yang dapat menimbulkan gangguan

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG BARANGAN SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN PUPUK CAIR

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura

PENUNTUN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PETERNAKAN

PRODUKSI DAN KUALITAS KOMPOS DARI TERNAK SAPI POTONG YANG DIBERI PAKAN LIMBAH ORGANIK PASAR. St. Chadijah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. sebagai salah satu matapencaharian masyarakat pedesaan. Sapi biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Penampungan Sampah Sementara (TPS) untuk selanjutnya dibuang ke. yang muncul berkepanjangan antara pemerintah daerah dan masyarakat

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian pengaruh nisbah C/N campuran feses sapi perah dan jerami

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai

Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair

PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN PUPUK ORGANIK BERBAHAN KOTORAN AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SELEDRI

PENGARUH KECEPATAN DEKOMPOSISI PUPUK ORGANIK CAIR LIMBAH TAHU TERHADAP SERAPAN N DAN S TANAMAN JAGUNG PADA ALFISOL

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK KOTORAN KAMBING TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KAILAN (Brassica oleraceae. L)

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Pupuk Organik dari Limbah Cair Etanol BAB III METODOLOGI

Pemanfaatan Lindi sebagai Bahan EM4 dalam Proses Pengomposan

Lampiran 1 TAHAP PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR

EFEKTIFITAS MIKROORGANISME (EM) PADA PERTUMBUHAN TANAMAN GELOMBANG CINTA (Anthurium Plowmanii) DENGAN MEDIA CAMPURAN ARANG SEKAM DAN KOMPOS SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kubis adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium (22,0

PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT )

BAB I PENDAHULUAN. satu sektor penting dalam mendukung perekonomian, sehingga bidang pertanian

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. banyak dapat diubah menjadi pupuk organik yang bermanfaat untuk. pertanian yang dapat memberikan unsur hara dalam tanah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

PEMANFAATAN AMPAS TAHU DAN LIMBAH JAMUR DALAM PEMBUATAN KOMPOS ORGANIK UNTUK MEMENUHI UNSUR NITROGEN (N)

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Berat Total Limbah Kandang Ternak Marmot. Tabel 3. Pengamatan berat total limbah kandang ternak marmot

PENERAPAN IPTEKS. Pemanfaatan Limbah Usaha Pemotongan Ayam dan Pertanian Untuk Penyediaan Pupuk Organik Cair dan Produksi Tanaman Organik

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang memiliki iklim tropis. Daerah tropis

Pengaruh Penambahan Effective Microorganisms pada Limbah Cair Industri Perikanan Terhadap Kualitas Pupuk Cair Organik

KAJIAN PEMANFAATAN LIMBAH NILAM UNTUK PUPUK CAIR ORGANIK DENGAN PROSES FERMENTASI

Pengaruh Nutrisi Terhadap Pertumbuhan Tanaman

I. PENDAHULUAN. pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk

PENGARUH EM4 (EFFECTIVE MICROORGANISME) TERHADAP PRODUKSI BIOGAS MENGGUNAKAN BAHAN BAKU KOTORAN SAPI

Kata Kunci : kompos, kotoran sapi, kotoran ayam, kualitas kompos, C/N rasio.

PENGGUNAAN MOL BONGGOL PISANG (Musa paradisiaca) SEBAGAI DEKOMPOSER UNTUK PENGOMPOSAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. diduga tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Merkel, 1981). Limbah

NILAI PH, KANDUNGAN NITROGEN (N), PHOSFOR (P 2 O 5 ) DAN KALIUM (K 2 O) PUPUK ORGANIK CAIR DARI FESES DOMBA DENGAN EM4 DAN PENAMBAHAN CAIRAN RUMEN

Transkripsi:

PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON (Albizia falcataria) DAN KOTORAN KAMBING SEBAGAI BAHAN BAKU PUPUK ORGANIK CAIR DENGAN PENAMBAHAN EFFECTIVE MICROORGANISM-4 (EM4) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Oleh: AHMAD ANSORI A 420 110 021 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

i

ii

iii

PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON (Albizia falcataria) DAN KOTORAN KAMBING SEBAGAI BAHAN BAKU PUPUK ORGANIK CAIR DENGAN PENAMBAHAN EFFECTIVE MICROORGANISM-4 (EM4) Abstrak Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukan bahan-bahan organik. Serbuk gergaji kayu sengon dan kotoran kambing dapat dikombinasikan sebagai bahan baku pupuk organik cair. EM4 digunakan sebagai bioaktivator dalam penelitian ini. Tujuan penelitian untuk mengetahui kandungan makronutrien (N, P, dan K) pupuk organik cair berbahan baku serbuk gergaji kayu sengon (Albizia falcataria) dan kotoran kambing dengan penambahan Effective micoorganism-4(em4). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor, yaitu faktor 1 perbandingan bahan (P) serbuk gergaji kayu sengon : campuran kotoran kambing dan limbah buah (P1= 50% : 50%, P2= 60% : 40%, P3= 75% : 25%) dan faktor 2 yaitu konsentrasi Effective microorganism-4 (S) (S1= 5%, dan S2= 15%). Hasil penelitian menunjukan kandungan N tertinggi terdapat pada perlakuan P3S1 yaitu 0,14% dan kandungan terendah pada perlakuan P2S2 yaitu 0,09%. Kandungan P tertinggi terdapat pada perlakuan P1S2 692,11 ppm dan kandungan P terendah pada perlakuan P3S1 yaitu 256,01 ppm. Kandungan K tertinggi terdapat pada perlakuan P1S2 0,24% dan kandungan terendah terdapat pada perlakuan P3S1 0,13%. Kata Kunci: EM4, kotoran kambing, makronutrien (N, P dan K) pupuk organik cair, serbuk gergaji kayu sengon. Abstract Liquid organic fertilizer is a solution from the decomposition of organic materials. Sawdust falcata and goat manure can be combined as a liquid organic fertilizer basic materials. EM4 is used as a bio-activator in this study. The aim of research to determine the content of macronutrients (N, P, and K) liquid organic fertilizer made from sawdust falcata (Albizia falcataria) and goat manure with the addition of Effective micoorganism-4 (EM4). This study uses a completely randomized design (RAL) with two factors, namely 1 ratio material (P) sawdust falcata : a mixture of goat manure and fruit waste (P1 = 50% : 50%, P2 = 60% : 40%, P3 = 75% : 25%) and factor 2 concentrations of Effective microorganism-4 (S) (S1 = 5%, and S2 = 15%). The results of research shows the highest N content in treatment P3S1 is 0.14% and the lowest in treatment P2S2 is 0.09%. The highest P content in treatment P1S2 is 692.11 ppm and the lowest in treatment P3S1 is 256.01. The highest K content in treatment P1S2 is 0.24% and the lowest in treatment P3S1 is 0.13% Keywords: EM4, goat manure, liquid organic fertilizer, macronutrient (N, P and K), sawdust falcata 1

1. PENDAHULUAN Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Kelebihan dari pupuk organik ini adalah dapat cepat mengatasi defisiensi hara, tidak bermasalah dalam pencucian hara dan mampu menyediakan hara secara cepat. (Hadisuwito, 2012). Tanaman yang telah di coba menggunakan pupuk cair urin kelinci sebelumnya adalah tanaman jagung amnis jepang, edamane, dan brokoli. Pada tanaman brokoli takaran pupuk cair urin kelinci 300 ml pada tanaman satu sebanyak 8 kali aplikasi selama penanaman memberikan pengaruh dalam meningkatkan hasil pada bobot dan tinggi tanaman (Abdurrahman, 2008). Masyarakat biasanya langsung menggunakan kotoran padat kambing sebagai pupuk untuk tanaman tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu, sehingga tanaman yang dipupuk dengan kotoran padat kambing tidak dapat tumbuh dengan maksimal karena kotoran padat kambing memiliki struktur yang cukup keras dan lama diuraikan oleh tanah. Unsur hara dalam kotoran kambing N 2,10%, P2O50,66%, K2O 1,97%, Ca 1,64%, Mg 0,60%, Mn 233 ppm dan Zn 90,8 ppm (Semekto, 2006). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Supardi (2011), kotoran padat kambing dapat di jadikan bahan pembuatan pupuk organik cair dengan penambahan limbah buah. Kandungan kimia yang terdapat dalam serbuk gergaji kayu antara lain sellulosa, hemisellulosa dan lignin. (Dumanauw.J.F, 2002). Salah satu jenis kayu yang banyak tumbuh di Indonesia adalah kayu sengon. Kayu sengon adalah salah satu jenis pohon cepat tumbuh (fast growing species) dan banyak ditanam oleh masyarakat Indonesia. Sengon pada umumnya ditebang pada umur 5 sampai 7 tahun (Krisnawati et al. 2011). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Djaja (2006), Perlakuan imbangan antara kotoran sapi perah dan serbuk gergaji kayu Albizia berpengaruh terhadap kandungan nitrogen, fosfor dan kalium kompos. Effective Microorganism 4 (EM4) akan mempercepat fermentasi bahan organik sehingga unsur hara yang terkandung akan cepat terserap dan tersedia 2

bagi tanaman (Hadisuwito, 2012), dalam (Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2008). Penggunaan mikrobia terpilih EM4 dapat mempercepat dekomposisi bahan organikdari 3 bulan menjadi 7 14 hari. Oleh karena itu penggunaan EM4 bertujuan untuk mempercepat proses fermentasi dalam pengomposan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan makronutrien (N, P dan K) dari pupuk organik cair berbahan baku serbuk gergaji kayu sengon dan kotoran kambing dengan penambahan Effective Microorganism-4 (EM4). 2. METODE Penelitian dilakukan di EDUPARK UMS dan pengujian kandungan makronutrien Nitrogen, Fosfor, dan Kalium di Universitas Sebelas Maret pada bulan Desember 2015 sampai Pebruari 2016. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor, yaitu faktor 1 perbandingan bahan (P) serbuk gergaji kayu sengon : campuran kotoran kambing dan limbah buah (P1= 50% : 50%, P2= 60% : 40%, P3= 75% : 25%) dan faktor 2 konsentrasi Effective microorganism-4 (S) (S1= 5%, dan S2= 15%). Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain limbah buah 3 kg, serbuk gergaji kayu sengon 8 kg, kotoran kambing 6 kg, bekatul 1 kg, EM4, molase 450 ml, fermipan 36 gr, terasi dan air. Bahan yang digunakan dalam uji kimia pupuk organik cair: H2SO4 pekat, campuran K2SO4 : CuSO4 (20:4), NaOH 45%, H3BO3 4%, Indikator campuran (MR dan BCG), HCL 0,1 N, Butir Zn, HNO3 pekat, HCIO4pekat, aquadest, Am. Heptamolibat vanadat (Am. Molibat 2,5 g/ Am. Vanadat 0,125 g), HNO3, 2N dan larutan standart KH2PO4 25 ppm. Penelitian diawali dengan mencampurkan 5 liter hasil saringan kotoran kambing, 3 liter hasil saringan limbah buah, 36 gr fermipan, 1 liter hasil saringan bekatul, 450 ml molase dan terasi ke dalam ember besar. Hasil campuran di inkubasi selama 1 minggu. Pembuatan pupuk organik cair pada perlakuan P1S1, yaitu mencampurkan 500 ml air hasil saringan serbuk gergaji kayu sengon, 500 ml hasil campuran kotoran kambing dan limbah buah, dan menambahkan 50 ml EM4 ke dalam botol air mineral bekas berukuran 1,5 liter. Cara yang sama 3

dilakukan pada perlakuan yang lain dengan konsentrasi bahan sesuai perlakuan masing masing. Proses inkubasi pupuk organik cair dilakukan selama 4 minggu dengan membuka dan mengaduk tiap perlakuan 3 hari sekali. Uji kandungan nitrogen melalui 3 tahapan yaitu destruksi, destilasi dan titrasi, sedangkan uji kandungan fosfor dan kalium dengan tahap destruksi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Deskriptif kuantitatif digunakan mengetahui kandungan N, P, dan K pada pupuk organik cair berbahan baku serbuk gergaji kayu sengon dan kotoran kambing dengan penambahan EM4. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Penelitian ini dilakukan untuk menguji kandungan makronutrien (N, P dan K) pada pupuk organik cair berbahan baku serbuk gergaji kayu sengon (Albizia falcataria) dan kotoran kambing dengan penambahan Effective microorganism-4 (EM 4). Berdasarkan penelitian diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 1 Kandungan makronutrien (N, P, K) pada pupuk organik cairberbahan baku serbuk gergaji kayu sengon dan kotoran kambing dengan penambahan Effective Microorganism-4 (EM 4). No Perlakuan Analisis rata-rata pupuk organik cair N (%) P (ppm) K (%) 1. P1S1 0,10 661,94 0,23 2. P1S2 0,11 692,11 ** 0,24** 3. P2S1 0,10 560,46 0,22 4. P2S2 0,09* 524,80 0,20 5. P3S1 0,14 ** 256,01* 0,13* 6. P3S2 0,11 297,15 0,14 *kandungan hara terendah **kandungan hara tertinggi Keterangan: P1S1 : 50% serbuk gergaji kayu sengon + campuran kotoran kambing dan limbah buah 50% + EM4 5% 4

P1S2 : 50% serbuk gergaji kayu sengon + campuran kotoran kambing dan limbah buah 50% + EM4 15% P2S1 : 60% serbuk gergaji kayu sengon + campuran kotoran kambing dan limbah buah 40% + EM4 5% P2S2 : 60% serbuk gergaji kayu sengon + campuran kotoran kambing dan limbah buah 40% + EM4 15% P3S1 : 75% serbuk gergaji kayu sengon + campuran kotoran kambing dan limbah buah 25% + EM4 5% P3S2 : 75% serbuk gergaji kayu sengon + campuran kotoran kambing dan limbah buah 25% + EM4 15% 3.2. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan makronutrien pupuk organik cair berbahan baku serbuk gergaji kayu sengon (Albizia falcataria) dan kotoran kambing dengan penambahan Effectivitas microorganism-4 (EM 4). Adapun hasil penelitiannya adalah sebagai berikut: 3.2.1 Hasil uji N Hasil pengujian kadar Nitrogen pada pupuk organik cair berbahan baku serbuk gergaji kayu sengon dan kotoran kambing dengan penambahan EM4 menunjukan bahwa perlakuan P3S1 dengan konsentrasi 75% serbuk gergaji kayu sengon + campuran kotoran kambing dan limbah buah 25% + EM4 5%, memiliki kandungan N tertinggi yaitu sebesar 0,14%. Kandungan N terendah terdapat pada perlakuan P2S2 dengan konsentrasi 60% serbuk gergaji kayu sengon + campuran kotoran kambing dan limbah buah 40% + EM4 15%, yaitu sebesar 0,09%. 5

KANDUNGAN MAKRONUTRIEN N(%) PUPUK ORGANIK CAIR Hasil analisis rata-rata N 0.14 0.1 0.11 0.1 0.09 0.11 P1S1 P1S2 P2S1 P2S2 P3S1 P3S2 Gambar 4.1 Kandungan Nitrogen (%) Pupuk Organik Cair Berbahan Baku Serbuk Gergaji Kayu Sengon dan Kotoran Kambing dengan Penambahan EM4. Kotoran kambing dan serbuk gergaji kayu sengon merupakan bahan utama dalam pembuatan pupuk organik cair ini memiliki. Kandungan nitrogen (N) pada kotoran kambing sebesar 2,10%. Kadar hara dalam bahan segar kotoran kambing, yaitu C 46,51%, N 1,41%, C/N 32,98, P 0,54%, K 0,75%. Kadar hara dalam kotoran kambing yang telah mengalami pengomposan (kompos), yaitu N 1,85%, C/N 11,3%, P 1,14%, K 2,49% (Tim Balittanah, 2005). Sedangkan serbuk gergaji kayu sengon memiliki kandungan N sebesar 0,346 %. Menurut Ratnaningtyas dkk (2014), pada proses pengomposan dalam pembuatan media tanam Ganoderma lucidium, dimana pada perlakuan yang menggunakan serbuk gergaji kayu sengon 100% menunjukan kandungan C organik 44,618%, N total 0,346%, dan C/N Rasio 128,95%. Menurut penelitian yang telah dilakukan Setyorini et al (2006), serbuk gergaji merupakan salah satu sumber bahan kompos yang mengandung nirogen. Kandungan nitrogen dalam serbuk gergaji berkisar 0,1%. Sedangkan menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Tan (1994), sisa tanaman legum seperti kacang kedelai, kacang tanah, dan serbuk gergaji 6

kayu mengandung nitrogen cukup tinggi. Kandungan hara dalam serbuk gergaji kayu N 1,33%, P 0,007%, K 0,6%, Ca 1,44%, Mg 0,2%, Fe 999 mg kg -1, Cu 3 mg kg -1, Zn 41 mg kg 1, Mn 259 mg kg -1. Besarnya konsentrasi kedua bahan utama pupuk organik cair ini akan mempengaruhi hasil N dalam pupuk. Kandungan N kotoran kambing lebih tinggi dari serbuk gergaji. Berdasrkan gambar 4.1 dapat dilihat bahwa, pada perlakuan P3S1 dengan konsentrasi 75% serbuk gergaji kayu sengon + campuran kotoran kambing dan limbah buah 25% + EM4 5%, memiliki kandungan N tertinggi yaitu sebesar 0,14%. Kandungan N terendah terdapat pada perlakuan P2S2 dengan konsentrasi 60% serbuk gergaji kayu sengon + campuran kotoran kambing dan limbah buah 40% + EM4 15%, yaitu sebesar 0,09%. Pemberian konsentrasi serbuk gergaji kayu sengon terbanyak dalam perlakuan menghasilkan N tertingi. Hasil tersebut tidak menunjukan bahwa dengan lebih tinggi kandungan N pada kotoran kambing dibanding serbuk gergaji kayu sengon maka pemberian konsentrasi kotoran kambing teringgi akan menghasilkan N yang lebih tinggi pula. Hal ini karena dalam serbuk gergaji kayu sengon terdapat kandungan kimia berupa lignin, selullosa, dan hemisellulosa. Sellulosa dan hemisellulosa pada serbuk gergaji kayu sengon akan diuraikan oleh bakteri sellulotik yang ada dalam EM4 menjadi karbohidrat (gula) yang nantinya akan dimanfaatkan oleh bakteri dekomposer sebagai asupan nutrisi untuk bekerja. Menurut penelitian Rahayu (2014), Bakteri selulolitik merupakan bakteri yang memiliki kemampuan menghidrolisis kompleks selulosa menjadi oligosakarida yang lebih kecil dan akhirnya menjadi glukosa. Glukosa digunakan sebagai sumber karbon dan sumber energi bagi pertumbuhan bakteri. Sutanto (2002) menyatakan bahwa mikroba yang berperan dalam dekomposisi akan mengikat nitrogen, tetapi pada ketersediaan karbon. Jika ketersediaan karbon terbatas (rasio C/N rendah) tidak cukup senyawa karbon sebagai sumber energi yang 7

dimanfaatkan mikroba untuk mengikat seluruh nitrogen. ketersediaan asupan nutrisi yang cukup akan mempengaruhi kerja dari bakteri. Proses pembuatan pupuk organik cair kotoran kambing dan serbuk gergaji ini menggunakan starter EM4. Menurut Hadisuwito (2012), EM4 berperan dalam proses fermentasi serta dapat meningkatkan mutu hasil dari pupuk organik cair. EM4 merupakan campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan. Efek EM4 bagi tanaman tidak terjadi secara langsung. Penggunaan EM4 akan lebih efisien bila terlebih dahulu ditambahkan bahan organik yang berupa pupuk organik ke dalam tanah. EM4 akan mempercepat fermentasi bahan organik sehingga unsur hara yang terkandung akan terserap dan tersedia bagi tanaman. Bakteri dalam EM4 akan mengurai protein dalam substrat. Menurut Siboro (2013), bakteri yang ada dalam EM4 akan mengurai protein menjadi peptida dan asam amino yang selanjutnya didegradasi menjadi amoniak. Kebutuhan nitogen dipenuhi dari protein, amoniak,dan nitrat. EM4 merupakan bioaktivator yang berfungsi untuk mempercepat proses fermentasi pada Pupuk Organik Cair (POC) dari kotoran kambing dan serbuk gergaji. Kotoran kambing memiliki mikroba yang dapat membantu mempercepat proses fermentasi, yaitu menghidrolisis protein menjadi amoniak. Perlakuan P3S1 menggunakan EM4 5% dari volume total, sehingga persaingan antara mikroorganisme dalam EM4 dan kotoran kambing rendah dibandingkan dengan perlakuan P2S2 yang menggunakan EM4 sebesar 5% dari volume total. Penelitian ini menggunakan molase sebagai nutrisi bagi bakteri. Penambahan molase pada penelitian pupuk organik cair ini sebanyak 5% dari volume total dari campuran bahan pupuk organik cair, sehingga asupan nutrisi bagi bakteri kurang terpenuhi yang berdampak pada kinerja yang kurang optimal dari bakteri sehingga kandungan N yang dihasilkan rendah. 8

3.2.2 Hasil Uji P Hasil pengujian kadar fosfor (P) pada pupuk organik cair berbahan baku serbuk gergaji kayu sengon dan kotoran kambing dengan penambahan EM4 menunjukan bahwa perlakuan P1S2 dengan konsentrasi 50% serbuk gergaji kayu sengon + campuran kotoran kambing dan limbah buah 50% + EM4 15%, memiliki kandungan P tertinggi yaitu sebesar 692,11 ppm. Kandungan P terendah terdapat pada perlakuan P3S1 dengan konsentrasi 75% serbuk gergaji kayu sengon + campuran kotoran kambing dan limbah buah 25% + EM4 5%, yaitu sebesar 256,01 ppm. KANDUNGAN MAKRONUTRIEN P(ppm) PUPUK ORGANIK CAIR Hasil analisis rata-rata P 661.94 692.11 560.46 524.8 256.01 297.15 P1S1 P1S2 P2S1 P2S2 P3S1 P3S2 Gambar 4.1 Kandungan Nitrogen (%) Pupuk Organik Cair Berbahan Baku Serbuk Gergaji Kayu Sengon dan Kotoran Kambing dengan Penambahan EM4. Gambar 4.2 memnunjukan bahwa kandungan fosfor tertinggi tertinggi terdapat pada perlakuan P1S2. Tingginya kandungan fosfor pupuk organik cair berbahan baku serbuk gergaji kayu sengon dan kotoran kambing dengan penambahan EM4 pada perlakuan P1S2 disebabkan karena dalam kotoran kambing mengandung fosfat yang cukup tinggi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hartatik (2006), kadar hara P dalam bahan segar kotoran kambing sebesar 0,54%, sedangkan dalam kompos kotoran 9

kambing sebesar 1,14%. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan Tim Balittanah (2005) menyatakan bahwa, kadar hara dalam bahan segar kotoran kambing, yaitu C 46,51%, N 1,41%, C/N 32,98, P 0,54%, K 0,75%. Sedangkan kadar hara dalam kotoran kambing yang telah mengalami pengomposan (kompos), yaitu N 1,85%, C/N 11,3%, P 1,14%, K 2,49%. Selain terdapat dalam kotoran kambing, bekatul yang merupakan salah satu bahan penelitian ini juga mengandung fosfor. Menurut Utomo (2015), rumen sapi memiliki kandungan fosfat 0,55%, sedangkan dedak (bekatul) memiliki kandungan fosfat sebesar 0,69%. Rendahnya kandungan fosfor pupuk organik cair berbahan baku serbuk gergaji kayu sengon dan kotoran kambing dengan penambahan EM4 pada perlakuan P3S1 dikarenakan rendahnya pemberian konsentrasi kotoran kambing pada perlakuan ini yaitu sebesar 25%. Dapat dilihat pada gambar 4.2 bahwa kandungan fosfor yang rendah pada penelitian ini juga terdapat pada perlakuan P3S2 yang juga menggunakan konsentrasi kotoran kambing sebesar 25%. Hal ini dikarenakan kandungan unsur hara P pada serbuk gergaji kayu yang rendah. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tan (1994), kandungan hara pada serbuk gergaji kayu N 1,33%, P 0,07%, K 0,6%, Ca 1,44%, Mg 0,2%, Fe 999 mg kg -1, Cu 3 mg kg -1, Zn 41 mg kg - 1, Mn 259 mg kg -1. Rendahnya kandungan unsur hara P pada serbuk gergaji kayu ini yang menyebabkan kandundungan hara P pada pupuk kotoran kambing dan serbuk gergaji kayu sengon dengan penambahan EM4 pada perlakuan P3S1 dan P3S2 yang menggunakan konsentrasi serbuk gergaji kayu sengon 75% + campuran kotoran kambing dan 25% memiliki kandungan P terendah. 3.2.3 Hasil Uji K Hasil pengujian kadar kalium (K) pada pupuk organik cair berbahan baku serbuk gergaji kayu sengon dan kotoran kambing dengan penambahan EM4 menunjukan bahwa perlakuan P1S2 dengan konsentrasi 50% serbuk gergaji kayu sengon + campuran kotoran kambing dan limbah buah 50% + 10

EM4 5%, memiliki kandungan K tertinggi yaitu sebesar 0,24%. Kandungan K terendah terdapat pada perlakuan P3S1 dengan konsentrasi 75% serbuk gergaji kayu sengon + campuran kotoran kambing dan limbah buah 25% + EM4 5%, yaitu sebesar 0,13%. KANDUNGAN MAKRONUTRIEN K (%) PUPUK ORGANIK Hasil analisis rata-rata K 0.23 0.24 0.22 0.2 0.13 0.14 P1S1 P1S2 P2S1 P2S2 P3S1 P3S2 Gambar 4.1 Kandungan Kalium (%) Pupuk Organik Cair Berbahan Baku Serbuk Gergaji Kayu Sengon dan Kotoran Kambing dengan Penambahan EM4. Gambar 4.3 menunjukan bahwa kandungan kalium tertinggi pupuk organik cair berbahan baku serbuk gergaji kayu sengon dan kotoran kambing dengan penambahan EM4 terdapat pada perlakuan P1S2 yaitu sebesar 0,24%. Perlakuan ini menggunakan konsentrasi kotoran kambing terbesar dibandingkan perlakuan yang lain yaitu, 50%. Hal ini merupakan alasan utama tingginya kandungan kalium pada perlakuan ini. Kotoran kambing merupakan jenis kotoran ternak yang memiliki kadar hara kalium yang relatif lebih tinggi dari kotoran ternak lain. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ratih (2014), kadar hara kotoran kambing mengandung kalium yang relatif lebih tinggi, unsur K sendiri sangat berperan penting dalam hal metabolisme pada bagian tubuh tanaman serta berperan penting 11

dalam pembentukan buah bagi tanaman. Kandungan hara kalium pupuk kandang kambing berkisar 1,97%. Gambar 4.3 menunjukan bahwa kandungan kalium terendah terdapat pada perlakuan P3S1 yang menggunakan konsentrasi 75% serbuk gergaji kayu sengon + campuran kotoran kambing dan limbah buah 25%. Perlakuan ini menggunakan konsentrasi kotoran kambing terendah dibanding perlakuan lain. Hal ini mengakibatkan rendahnya hasil uji kadar kalium pada perlakuan ini yaitu sebesar 0,13%. Kandungan kimia utama dari serbuk gergaji kayu sengon adalah lignin, sellulosa, hemisellulosa, hidrogen, oksigen, abu dan nitrogen. Tingginya kandungan sellulosa dan hemisellulosa dalam sebuk gergaji kayu sengon tidak mempengaruhi kandungan hara kalium pada pupuk organik cair kotoran kambing dan serbuk gergaji kayu sengon dengan penambahan EM4 ini karena sellulosa bukan senyawa yang dapat dipecah menjadi kalium. Hidayati (2008) menyatakan bahwa, Kalium tidak terdapat dalam protein, protoplasma dan sellulosa, elemen ini bukan elemen langsung dalam pembentukan bahan organik, kalium hanya berperan dalam membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Serbuk gergaji kayu sengon dan kotoran kambing merupakan bahan baku dalam pembuatan pupuk organik cair ini. Bahan lain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu EM4, limbah buah, molase, bekatul, fermipan dan terasi. Selain molase, bekatul juga digunakan sebagai sumber karbon bagi mikroba yang berperan dalam pengomposan. Mikroorganisme pada umumnya menggunakan bermacam-macam karbohidrat sebagai sumber utama energi, baik dalam bentuk polisakarida, disakarida maupun monosakarida. Lebih lanjut dinyatakan bahwa dedak padi merupakan sumber energi yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme (Sukendro dkk., 2001). Air saringan limbah buah, fermipan dan terasi mengandung mikroorganisme yang berperan sebagai inokulan untuk mempercepat proses fermentasi. Inokulan dapat dibuat dengan memanfaatkan mikroorganisme 12

lokal berasal dari bahan-bahan yang mudah didapatkan, seperti tape, nasi basi, limbah buah, kulit buah-buahan, terasi dan lainnya (Fitriani, 2016). Hasil uji kandungan makronutrien pada pupuk organik cair berbahan baku serbuk gergaji kayu sengon (Albizia falcataria) dan kotoran kambing menunjukan bahwa perlakuan P1S2 dengan konsentrasi 50% serbuk gergaji kayu sengon + campuran kotoran kambing dan limbah buah 50% + EM4 15% memiliki kandungan fosfor dan kalium tertinggi, sedangkan kandungan nitrogen tertinggi terdapat pada perlakuan P3S1 dengan konsentrasi konsentrasi 75% serbuk gergaji kayu sengon + campuran kotoran kambing dan limbah buah 25% + EM4 5%. Konsentrasi bahan baku yaitu serbuk gergaji kayu sengon dan kotoran kambing merupakan faktor yang mempengaruhi tingginya kadar makronutien (N, P dan K) pupuk organik cair. Hal ini menunjukan bahwa pemberian substrat dengan konsentrasi yang tepat merupakan faktor utama yang mempengaruhi hasil kadar makronutrien (N, P dan K) dalam pembuatan pupuk organik cair. Kandungan hara dalam pupuk organik cair telah diatur standar mutunya oleh kementrian pertanian. Menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor 70/Permentan/SR.140/10/2011, standar baku mutu kadar hara makro (N, P dan K) pada pupuk cair organik adalah 3% - 6%. Kandungan makronutrien (N, P dan K) pada pupuk organik cair berbahan baku serbuk gergaji kayu sengon dan kotoran kambing dengan penambahan Effective Miceoorganism-4 (EM4) belum memenuhi standar baku mutu pupuk organik cair. Rendahnya kandungan hara makronutrien (N, P dan K) dalam pupuk organik cair berbahan baku serbuk gergaji kayu sengon dan kotoran kambing dengan penambahan EM4 dapat diakibatkan karena kotoran kambing yang merupakan bahan baku penelitian telah terlebih dahulu difermentasikan bersama limbah buah. Proses inkubasi campuran kotoran kambing dan limbah buah hanya berlangsung selama 1 minggu. Hal ini dapat mengakibatkan bahan tidak terdekomposisi secara maksimal dan menyebabkan kandungan hara dalam campuran kotoran kambing dan limbah buah rendah yang juga akan mempengaruhi kadar hara yang ada 13

dalam pupuk organik berbahan baku serbuk gergaji kayu sengon dan kotoran kambing dengan penambahan Effective Microorganism-4 (EM4). 4. PENUTUP Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan bahwa, pupuk organik cair kotoran kambing dan serbuk gergaji kayu sengon dengan penambahan Effective microorganism 4 (EM4) memiliki kandungan makronutrien (N, P, dan K). Kandungan makronutrien (N, P dan K) tertinggi pupuk organik cair berbahan baku serbuk gergaji kayu sengon (Albizia falcataria) dan kotoran kambing dengan penambahan Effective Microorganism- 4 (EM4) adalah N 0,14%, P 692,11 ppm dan K 0,24%. Saran dari peneliti yaitu, diharapkan adanya penelitian lanjut tentang pengaplikasian pupuk organik cair kotoran kambing dan serbuk gergaji kayu sengon ini terhadap pertumbuhan tanaman tertentu serta adanya penelitian pembuatan pupuk organik cair dari kotoran kambing dan serbuk gergaji kayu sengon dengan membandingkan intensitas waktu lamanya proses fermentasi. DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman. 2008. Pengaruh Takaran Pupuk Biobanci Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kubis. Bandung. Damanauw,J.F. 2002. Mengenal Kayu. Yoyakarta:Penerbit Kanisius. Djaja, Willyan, Nur Kasim Suwardi, Lia Budi Mulyati Salman. 2006. Pengaruh Imbangan Kotoran Sapi Perah dan Serbuk Gergaji Kayu Albizia Terhadap Kandungan Nitrogen, Fosfor, Dan Kalium Serta Nilai C:N Ratio Kompos (Effect of Dairy Cattle Manure and Albizia Saw Dust Blending on Compost s Nitrogen, Phosphorous, and Potassium Content and C:N Ratio Value). Jurnal Ilmu Ternak. Vol. 6 No. 2, 87-90. Fitriani, Ayu. 2016. Pengaruh Variasi Volume Rumen Sapi Sebagai Bioaktivator Pembuatan Kompos dari Sampah Rumah Tangga. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Bandar Lampung Hadisuwito. 2012. Evaluasi Kesuburan Tanah. Http://www.Pustaka-Deptan- Go.Id. DiaksesTanggal 14 September 2015. 14

Hidayati, Yuli A., Harlina, E, dan Marlina, Eulis T. 2008. Upaya Pengolahan Feses Domba dan Limbah Usar (Vitiveria zizanioides) Melalui Berbagai Metode Pengomposan (The Effort of Various Composting Method of Sheep Feces and Usar Waste to The Treatment). Jurnal Ilmu Ternak, Juni 2008. Vol. 8, No. 1, 87 90. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Hartatik, W. Dan L. R. Widiowati. 2006. Pupuk Kandang. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Hartatik, W. Dan L. R. Widiowati. 2006. Pupuk Kandang. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Rahayu, A.G.,Yuli Haryani, Fifi P. 2014. Uji Aktivitas Sellulotik dari Tiga Isolat Bakteri Bacillus sp. Galur Lokal Riau. Universitas Riau. JOM FMIPA 1 No. 2. Ratih, Vintaka dan Listiatie Budi Utami. 2014. Respon Pertumbuhan dan Produksi Lycopersicon esculentum Mill. terhadap Pemberian Kompos Berbahan Dasar Sampah Organik Pasar dan Kotoran Kambing Sebagai Materi Pembelajaran Biologi Versi Kurikulum 2013. Program Studi Pendidikan Biologi. Universitas Ahmad Dahlan. JUPEMASI P BIO Vol. 1 No. 1. 167-171. Siboro, E. S., Edusurya, Nefti Herlina. 2013. Pembuatan Pupuk Cair dan Biogas dari Campuran Limbah Sayuran. Jurnal Teknik Kimia USU. Vol 2. No. 3 (2013). Universitas Sumatra Utara. Sumekto, Riyo. 2006. Pupuk-pupuk organik. Klaten: PT.Intan Sejati. Supardi, Agus. 2011. Aplikasi Pupuk Cair Hasil Fermentasi Kotoran Padat Kambing Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea) Sebagai Pengembangan Materi Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sutanto,R. 2002. Penerapan Pertanian Organik Pemasyarakatan dan Pengembangannya. Kanisius. Yogyakarta 15

Setyorini, D., R. Saraswati dan E. K. Anwar. 2006. Kompos. Balit Tanah Departemen Pertanian. Tan, K.H. 1993. Environmental Soil Science. Marcel Dekker. Inc. New York. Utomo, A. R. P. 2015. Pemanfaatan Kulit Kacang Tanah dan Rumen Sapi Untuk Pembuatan Pupuk Organik Cair dengan Penambahan Jamur Trichoderma. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta. Widowati, L.R., Sri Widawati, dan W. Hartatik. 2005. Pengaruh Pupuk Organik, Serapan Hara dan Produksi Sayuran Organik. Tanaman.Balai Penelitian Sayur.Lembang. 166 hal. 16