BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Persaingan global merupakan masalah besar bagi industri tekstil dan produk tekstil terutama bagi para pengusaha industri kecil dan menengah yang lebih mengalami masa sulit akibat dampak persaingan global. Karena dengan adanya pemberlakuan perdagangan bebas yang disebut ASEAN-China Free Trade Agreement atau ACFTA yang dimulai per 1 januari 2010, hal ini menjadi dilema tersendiri bagi industri dalam negeri yang belum bahkan tidak siap menghadapi pemberlakuan tersebut, terutama bagi sektor aneka industri khususnya kategori tekstil yang terancam dengan penerapan ACFTA. Penerapan ACFTA dikhawatirkan akan menghancurkan industri nasional, karena tarif bea masuk barang-barang dari China ke ASEAN khususnya Indonesia menjadi nol persen. Selain itu juga karena produk China yang terkenal murah akan menjadi saingan berat terhadap industri tekstil dalam negeri. Mengacu pada pendapat Faisal Basri (2010), berdasarkan catatan International Institute for Management Development dalam World Competitiveness Yearbook 2006-2008, daya saing Indonesia merosot ke peringkat 52 dari 55 negara. Bahkan, versi World Economic Forum menyebutkan daya saing Indonesia berada di peringkat 54, lebih rendah dari Singapura, Malaysia, dan Thailand. Penghapusan tarif serta hambatan non-tarif dengan China membuka peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan volume perdagangan ke negara yang penduduknya terbesar dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan juga membuka peluang bagi Indonesia untuk menarik lebih banyak investasi dari China. Namun untuk bisa 1
mengambil semua peluang tersebut harus didukung pula oleh peningkatan daya saing yang sebenarnya adalah prasyarat utama untuk mengambil manfaat dari pemberlakuan ACFTA. Lemahnya infrastruktur, bunga kredit yang relatif tinggi, masih maraknya pungutan liar, birokrasi yang kompleks, dan peraturan yang tidak pro-bisnis adalah salah satu faktor yang menghambat peningkatan daya saing beragam sektor ekonomi nasional. Faktor harga seringkali menjadi alasan mengapa produk-produk impor dari China lebih laku di pasaran. Produk tekstil dalam negeri terkena dampak secara langsung, yakni produk tekstil Indonesia memiliki harga yang lebih tinggi dari produk tekstil China. Dalam kegiatan perdagangan kemampuan pembeli dalam membeli merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap harga jual dan permintaan. Seperti yang terjadi dalam perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia, apabila harga suatu saham terlalu tinggi maka akan berpengaruh kepada permintaan atau pembelian saham tersebut. Oleh sebab itu untuk menjaga supaya sahamnya tetap stabil beberapa perusahaan tekstil harus menyiapkan diri agar industri domestik bisa lebih kompetitif dengan produk China, hal ini tentu harus didukung oleh pemerintah. Termasuk di antaranya, dengan cara memberikan kemudahan dalam bentuk pendanaan atau lainnya. Dengan melakukan peningkatan daya saing maka produk tekstil dalam negeri diharapkan dapat bersaing dalam hal harga dan kualitas dengan produk China, dan juga selanjutnya diharapkan akan berpengaruh positif terhadap harga saham di pasar. Industri di dalam negeri saat ini memang telah memiliki daya saing, namun kondisinya masih sangat lemah, karena infrastruktur dan dukungan masih sangat minim. Dampak dari lemahnya daya saing Industri tekstil dalam negeri akan berpengaruh kepada daya beli atau minat para investor yang melakukan investasi ke sektor manufaktur khususnya tekstil melalui perdagangan saham di BEI sehingga investor 2
menjadi kurang tertarik untuk membeli saham tersebut. Hal ini juga akan mempengaruhi transaksi perdagangan saham menjadi lebih lambat sehingga perdagangan saham menjadi kurang likuid. Likuiditas saham adalah ukuran jumlah transaksi suatu saham di pasar modal dalam periode tertentu. Oleh karena itu, suatu saham yang frekuensi transaksinya tinggi dan saham tersebut tidak mengalami kesulitan pada saat saham tersebut dibeli atau dijual kembali maka saham tersebut dapat dikatakan likuid. Persaingan global yang dalam hal ini penulis memfokuskan kepada pemberlakuan ACFTA merupakan salah satu tindakan untuk meningkatkan kerja sama dalam bidang perdagangan, liberalisasi ekonomi, juga mencari area baru atau pasar baru bagi negara-negara yang terlibat di dalamnya seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand dengan China yang merupakan negara industri terbesar di Asia, dan diprediksikan akan menguasai pasar dunia. Lalu timbul pertanyaan Apakah dengan diberlakukan ACFTA stock return saham pada sektor tekstil juga mengalami perubahan?, Apakah dengan diberlakukan ACFTA volume perdagangan saham menjadi lebih likuid?, Bagaimanakah pengaruh IHSG terhadap harga saham sebelum dan sesudah diberlakukan ACFTA?, Agar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dilakukan dengan melakukan analisis terhadap kinerja saham setelah diberlakukan ACFTA, apakah perdagangan saham menjadi lebih likuid atau tidak. Untuk itu penulis melakukan analisis perbandingan kinerja saham pada sektor tekstil sebelum dan sesudah diberlakukan ASEAN-China Free Trade Agreement atau disingkat ACFTA 2010. Penulis melakukan analisis perbandingan kinerja saham sektor tekstil sebelum dan sesudah tanggal 1 Januari 2010 pada saat diberlakukannya ACFTA. Penulis akan menganalisis dampak dan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja saham sektor tekstil sebelum dan sesudah kerja sama ACFTA yang dilakukan antara Indonesia 3
khususnya sebagai salah satu dari negara ASEAN dengan China. Karena itu, penulis mengambil judul skripsi ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA SAHAM SEKTOR TEKSTIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERLAKUAN ASEAN- CHINA FREE TRADE AGREEMENT 2010. Dari hasil penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan manfaat bagi pembaca yang tertarik berinvestasi di pasar modal khususnya perdagangan saham agar dapat memahami apa dampak yang terjadi sehingga dapat meminimalkan resiko kerugian. Selain itu, penulis juga berharap dapat memberikan masukan kepada pemerintah selaku regulator untuk dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam mengambil kebijakan atau kerja sama internasional yang sejenis di kemudian hari dan kebijakan atau kerja sama internasional tersebut dapat berjalan dengan efektif. I.2 Ruang Lingkup Penelitian Objek dari skripsi ini adalah pergerakan saham sektor aneka industri khususnya kategori tekstil dan garmen di BEI (Bursa Efek Indonesia). Studi kasus dilakukan pada perusahaan tekstil dan garmen yang diwakili oleh saham Sunson Textile Manufacturer ( SSTM ) dan Pan Brothers Tex ( PBRX ) yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Penulis membatasi masalah pada : 1. Analisis pergerakan saham harian SSTM dan PBRX sebelum dan sesudah ACFTA 1 Januari 2010. 2. Tingkat laba perdagangan saham SSTM dan PBRX sebelum dan sesudah ACFTA 1 Januari 2010. 3. Volume perdagangan saham SSTM dan PBRX sebelum dan sesudah ACFTA pada 1 Januari 2010. 4
Sedangkan data yang dipakai oleh penulis dalam penelitian ini adalah data historis perdagangan saham harian sektor tekstil yang diwakili oleh saham PT SSTM dan PT PBRX dengan periode penelitian adalah 1 Oktober 2009 31 Maret 2010. I.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian I.3.1 Tujuan Penelitian 1. Analisis pergerakan harga saham sebelum dan sesudah pemberlakuan ACFTA 2010. 2. Mengukur rata-rata stock return dan likuiditas saham (rata-rata volume perdagangan saham) SSTM dan PBRX sebelum dan sesudah ACFTA 2010. 3. Uji statistik ANOVA tingkat laba saham dan volume perdagangan saham 3 (tiga) bulan sebelum dan sesudah pemberlakuan ACFTA 2010. I.3.2 Manfaat Penelitian 1. Menggambarkan pergerakan harga saham yang dihubungkan dengan kondisi fundamental perekonomian di Indonesia. 2. Menggambarkan tingkat rata-rata laba harian saham dan kinerja perdagangan saham SSTM dan PBRX yang terjadi sebelum dan sesudah pemberlakuan ACFTA 2010. 3. Menentukan apakah pemberlakuan ACFTA 2010 berpengaruh signifikan pada kinerja perdagangan, dan hasilnya digunakan sebagai pelengkap analisis fundamental kedua saham tersebut. 5
I.4 Metodologi Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian untuk menganalisis pengaruh ACFTA pada pergerakan saham perusahaan-perusahaan tekstil yang terdaftar di BEI, karakteristik penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Risetnya adalah riset kausal; 2. Dimensi waktunya adalah melibatkan banyak waktu tertentu dan banyak sample (pooled data). 3. Metode pengumpulan datanya adalah tidak langsung, yaitu berupa data arsip; 4. Unit analisisnya adalah dua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. I.5 Sistematika Pembahasan Dalam melakukan penyusunan dan penulisan skripsi ini penulis membuat sistematika penelitian sebagai berikut : BAB 1. Pendahuluan Dalam bab ini penulis menjelaskan latar belakang penelitian yang menjadi dasar pemilihan judul dan topik yang menjadi permasalahan, termasuk tujuan dan manfaat yang diperoleh dari penulisan skripsi ini, ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas dan metodologi penelitian yang akan digunakan untuk mengumpulkan data serta sistematika penulisan skripsi ini. BAB 2. Landasan Teori Dalam bab ini akan diuraikan teori yang relevan terhadap judul dan topik yang dijadikan skripsi guna menunjang penelitian yang dilakukan oleh penulis, seperti pengertian saham, teori perdagangan internasional, ACFTA dan lain-lain. 6
BAB 3. Objek Penelitian dan Desain Penelitian Bab ini memberikan penjelasan mengenai sektor industri yang akan dianalisa, sejarahnya, bidang usahanya, karakteristik perusahaan, dan lain-lain. Kemudian akan dijelaskan mengenai proses pengumpulan data yang akan digunakan dalam skripsi ini, yang meliputi penelitian kepustakaan dan penelitian di lapangan. BAB 4. Hasil Pengujian Bab ini menjelaskan tentang hasil analisis terhadap pergerakan saham tekstil. BAB 5. Simpulan dan Saran Bab ini memberikan simpulan atas hasil uraian pembahasan di bab sebelumnya, juga akan menjelaskan saran-saran yang dapat dijadikan pertimbangan oleh investor maupun pembaca. 7
I.6 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian merupakan gambaran dari setiap tahapan yang dilakukan oleh penulis dalam melakukan kegiatan penelitian. TAHAP 1 Periode Penelitian 122 hari TAHAP 2 Mengumpulkan data harga saham SSTM, PBRX dan IHSG TAHAP 3 Menganalisa pergerakan harga saham sebelum dan sesudah ACFTA. TAHAP 4 Menganalisa dan membuat perhitungan dengan menggunakan rumus GMR dan One Way ANOVA TAHAP 5 Simpulan dan saran 8