ANALISIS KUALITAS AIR SUMUR BOR DENGAN ALAT PENYARING AIR SEDERHANA DI DESA ANYAR KECAMATAN LOA JANAN ULU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

dokumen-dokumen yang mirip
LAMPIRAN 1 DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM. - Mg/l Skala NTU - - Skala TCU

Lampiran 1. Data Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dari Larutan Seri Standar Fe(NH 4 ) 2 ( SO 4 ) 2 6H 2 O 0,8 mg/l

PEMANFAATAN ARANG SEKAM PADI DAN ARANG TEMPURUNG KELAPA SEBAGAI MEDIA PENYARINGAN AIR SEDERHANA. Oleh: YUYUN SUSANTI NIM.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Peraturan Pemerintah RI No. 20 tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT No Seri D

LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB 1 PENDAHULUAN. selama hidupnya selalu memerlukan air. Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air adalah kebutuhan esensi untuk semua kebutuhan manusia mulai dari air minum, pertanian, dan energi

KUESIONER PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT

LAMPIRAN A DATA HASIL PENGUJIAN KARBON AKTIF KAYU BAKAU

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah satu komponen lingkungan. kebutuhan rumah tangga (Kusnaedi, 2010).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat.

Lampiran 1 Hasil analisa laboratorium terhadap konsentrasi zat pada WTH 1-4 jam dengan suplai udara 30 liter/menit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu daerah, maka penyebaran penyakit menular dalam hal ini adalah penyakit perut

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner yang digunakan pada penelitian dampak pemupukan N dosis tinggi pada usahatani sayuran dataran tinggi.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bohulo. Desa Talumopatu memiliki batas-batas wilayah sebelah Utara berbatasan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bersih dan sehat tanpa persediaan air yang cukup, mustahil akan tercapai. Kondisi

Air menjadi kebutuhan utama bagi makhluk hidup, tak terkecuali bagi manusia. Setiap hari kita mengkonsumsi dan memerlukan air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment)

UJI KUALITAS FISIK DAN BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR GALI BERDASARKAN KONSTRUKSI SUMUR DI DESA DILONIYOHU KECAMATAN BOLIYOHUTO KABUPATEN GORONTALO.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 429/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 TANGGAL: 19 APRIL 2010 PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGAMBILAN SAMPEL AIR (ANALISIS AIR) (situs Ini Asa, Cerita dan Tujuan Analis Kesehatan) Oleh : OKTIA EKA RINASIH NIM : G0C015051

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu

Lampiran 1. Kebutuhan air di kampus IPB Dramaga saat libur

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lebih cepat meninggal karena kekurangan air dari pada kekurangan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai macam cara, tergantung kondisi geografisnya. Sebagian

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia, serta untuk

GAMBARAN KADAR Fe (BESI) PADA AIR TANAH DANGKAL (SUMUR) DI KECAMATAN SUKARAME PALEMBANG TAHUN 2012 ABSTRAK

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA

Mengapa Air Sangat Penting?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Tahnia Nazthalia (2012) mengadakan penelitian Analisa Kebutuhan Air

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan unsur yang penting di dalam kehidupan.tidak ada satu pun makhluk

Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari air. Pada tubuh orang dewasa, sekitar % berat badan terdiri dari

Lampiran 1 ph. Hasil seperti pada tabel berikut : Tabel 1 Hasil pengukuran ph sebelum dan sesudah elektrokoagulasi ph. Pengambilan Sampel 1 4,7 6,9

UCAPAN TERIMA KASIH. Penulis

ANALISA KOMPOSIT ARANG KAYU DAN ARANG SEKAM PADI PADA REKAYASA FILTER AIR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup lebih dari 4 5 hari tanpa minum air dan sekitar tiga perempat bagian tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memasak, mandi, mencuci dan kebutuhan lainnya. Secara biologis air

EVALUASI KUALITAS DAN KUANTITAS AIR YANG DITERIMA PELANGGAN PDAM KECAMATAN WATULIMO KABUPATEN TRENGGALEK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan komponen utama untuk kelangsungan hidup manusia

ANALISIS WARNA, SUHU, ph DAN SALINITAS AIR SUMUR BOR DI KOTA PALOPO

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

ANALISIS KUALITAS AIR PROGRAM PAMSIMAS DI DESA LOMULI KECAMATAN LEMITO KABUPATEN POHUWATO. Meiske M. Bulongkot, Lintje Boekoesoe, Lia Amalia 1)

PENGARUH MEDIA FILTRASI ARANG AKTIF TERHADAP KEKERUHAN, WARNA DAN TDS PADA AIR TELAGA DI DESA BALONGPANGGANG. Sulastri**) dan Indah Nurhayati*)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

BAB III METODE PERCOBAAN. - Kuvet 20 ml. - Pipet Volume 10 ml Pyrex. - Pipet volume 0,5 ml Pyrex. - Beaker glass 500 ml Pyrex

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Einstein 2 (2) (2015): Jurnal Einstein. Available online

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI CaCo3 DAN KARBON AKTIF TERHADAP KUALITAS AIR DI DESA NELAYAN I KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA

BAB I PENDAHULUAN. gas/uap. Maka dari itu, bumi merupaka satu-satunya planet dalam Tata Surya. yang memiliki kehidupan (Kodoatie, 2012).

I. PENDAHULUAN. makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Akses terhadap air

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan komponen yang sangat penting dalam kehidupan. Bagi

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT

RANCANG BANGUN ALAT PENJERNIH AIR YANG TERCEMAR LOGAM BERAT Fe, Cu, Zn DALAM SKALA LABORATORIUM. Andi Syahputra, Sugianto, Riad Syech

EVALUASI KUALITAS AIR MINUM PADA HIPPAM DAN PDAM DI KOTA BATU

Bab V Hasil dan Pembahasan

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

-disiapkan Filter -disusun pada reaktor koagulasi (galon dan botol ukuran 1.5 Liter) -diambil 5 liter dengan gelas ukur

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang

BAB I PENDAHULUAN. air yang cukup. Bagi manusia, kebutuhan akan air ini amat mutlak, karena

kimia Yang berbeda untuk masing-masing lapisan tanah. Disamping itu, pengotoran juga masih terus berlangsung. Terutama pada permukaan air yang dekat

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

KUALITAS AIR SUMUR BOR DI PERUMAHAN BEKAS PERSAWAHAN GUNUNG PUTRI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

ANALISIS TEMBAGA, KROM, SIANIDA DAN KESADAHAN AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang mau tidak mau menambah pengotoran atau pencemaran air (Sutrisno dan

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. Prinsipnya jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti sebuah alur yang

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikarenakan agar mudah mengambil air untuk keperluan sehari-hari. Seiring

Transkripsi:

ANALISIS KUALITAS AIR SUMUR BOR DENGAN ALAT PENYARING AIR SEDERHANA DI DESA ANYAR KECAMATAN LOA JANAN ULU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Oleh: MUHAMMAD ARDIYANTO NIM. 110 500 134 PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2015

ANALISIS KUALITAS AIR SUMUR BOR DENGAN ALAT PENYARING AIR SEDERHANA DI DESA ANYAR KECAMATAN LOA JANAN ULU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Oleh: MUHAMMAD ARDIYANTO NIM. 110 500 134 Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2015

ANALISIS KUALITAS AIR SUMUR BOR DENGAN ALAT PENYARING AIR SEDERHANA DI DESA ANYAR KECAMATAN LOA JANAN ULU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Oleh: MUHAMMAD ARDIYANTO NIM. 110 500 134 Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2015

HALAMAN PENGESAHAN Judul Karya Ilmiah Nama : Analisis Kualitas Air Sumur Bor Dengan Alat Penyaring Air Sederhana di Desa Anyar Kecamatan Loa Janan Ulu Kabupaten Kutai Kartanegara : Muhammad Ardiyanto NIM : 110 500 134 Program Studi Jurusan : Manajemen Lingkungan : Manajemen Pertanian Dosen Pembimbing, Penguji I, Penguji II, M.Fikri,H.S.Hut, MP NIP. 19701127 199802 1 001 Ir.H.Taman Alex, MP NIP. 19601212 198903 1 008 Marta Ekawati Siahaya, S.Hut, MP NIP. 19721107 200312 2 001 Menyetujui, Mengesahkan, Ketua Program Studi Manajemen Lingkungan, Ketua Jurusan Manajemen Pertanian, Ir. Dadang Suprapto, MP NIP.19620101 198803 1003 Ir. M. Masrudy. MP NIP.19600805 198803 1 003 Lulus ujian pada tanggal:... i

ABSTRAK MUHAMMAD ARDIYANTO. Analisis Kualitas Air Sumur Bor Dengan Alat Penyaring Air Sederhana di Desa Anyar Kecamatan Loa Janan Ulu Kabupaten Kutai Kartanegara (di bawah bimbingan Bapak M.Fikri). Penelitian ini dilatarbelakangi untuk mengetahui kualitas air sumur bor dengan alat penyaring air sederhana Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keadaan Suhu,TDS ph, kandungan Fe dan Kandungan Mn air sumur bor yang terdapat di Jalan H. Abdul Halim Km 4 Kelurahan Simpang Tiga Desa Anyar Kecamatan Loa Janan Ulu RT 26 Kabupaten Kutai Kartanegara. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan terhitung sejak tanggal 1 Juni sampai tanggal 30 Juli 2015, yang meliputi studi literatur, persiapan penelitian, melaksanakan pengambilan data, uji Laboratorium dan pengolahan data. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa sampel air sumur bor dari Jalan H. Abdul Halim Km 4 RT 26 Desa Anyar Kelurahan Simpang Tiga Kecamatan Loa Janan Ulu Kabupaten Kutai Kartanegara untuk nilai suhu tanpa penyaringan 27,8 C dan yang dilakukan penyaringan 27,8 C setelah itu Nilai TDS tanpa penyaringan 567 mg/l dan yang dilakukan penyaringan 537 mg/l, nilai ph Tanpa penyaringan 7,24 dan dilakukan penyaringan 7,49, kandungan Fe tanpa penyaringan 0,05 mg/l dan setelah dilakukan penyaringan 0,11 mg/l setelah itu nilai Mn tanpa penyaringan dan setelah penyaringan tidak terdeteksi. Hasil dari nilai Suhu, TDS, ph, Fe, dan Mn air sumur bor tersebut memenuhi persyaratan sebagai air bersih sesuai Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air. Kata Kunci: Air Sumur Bor, Suhu, TDS, ph, Fe, dan Mn

RIWAYAT HIDUP Muhammad Ardiyanto Lahir pada tanggal 3 Februari 1992 di Samarinda, merupakan anak kedua dari 2 bersaudara dari pasangan bapak Harmuji dan ibu Lindawati. Memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 022 Sungai Keledang, Samarinda pada tahun 1997 dan lulus pada tahun 2003, kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama SMP 15 Samarinda tahun 2003 dan lulus pada tahun 2006. Melanjutkan pendidikan kembali di Sekolah Menengah Atas 7 Samarinda pada tahun 2006 dan lulus pada tahun 2009. Pendidikan tinggi dimulai pada tahun 2011 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian dan Program Studi Manajemen Lingkungan. Selama menempuh pendidikan tinggi di Jurusan Manajemen Pertanian Penulis telah mengikuti kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) selama dua bulan terhitung sejak 1 Maret 2015 sampai dengan 30 April 2015 di PT. Surya Hutani Jaya Kalimantan Timur. Penulis menyusun Karya Ilmiah yang berjudul Analisa Kualitas Air Sumur Bor Dengan Alat Penyaring Air Sederhana di Jalan H. Abdul Halim Km 4 Kelurahan Simpang Tiga Desa Anyar Kecamatan Loa Janan Ulu RT 26 Kabupaten Kutai Kartanegara. Semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan wawasan tambahan bagi para pembaca. iii

KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah dengan judul Analisis Kualitas Air Sumur Bor Dengan Alat Penyaring Air Sederhana di Desa Anyar Kecamatan Loa Janan Ulu Kabupaten Kutai Kartanegara. Karya Ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan oleh Penulis selama kurang lebih dua bulan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh sebutan Ahli Madya Manajemen Lingkungan pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Dalam penyusunan Karya Ilmiah ini, Penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk ini dengan segala Kerendahaan Hati, Penulis mengucapkan terima kasih yang sebenar-benarnya kepada: 1. Bapak M.Fikri,H.S.Hut. MP Selaku Dosen Pembimbing. 2. Bapak Ir.H.Taman Alex, MP selaku Dosen Penguji Satu. 3. Ibu Marta Ekawati Siahaya, S.Hut, MP selaku Dosen Penguji Dua. 4. Bapak Ir. Dadang Suprapto, MP selaku ketua Program Studi Manajemen Lingkungan. 5. Seluruh Dosen, Staf Pengajar dan Plp di Program Studi Manajemen Lingkungan. 6. Bapak Ir. M. Masrudy, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian. 7. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 8. Keluarga tercinta, Ayah, Ibu dan Saudara untuk doa nya dan telah memberikan dukungan baik Materi maupun moril kepada penulis. 9. Sahabat senasib dan seperjuangan Eki, Reza, Sahrul, Retno, Kiki, Puja, Puji yang telah banyak membantu dan memberikan semangat serta inspirasi bagi penulis hingga Karya Ilmiah ini selesai. 10. Rekan-rekan mahasiswa/mahasiswi angkatan 2012 yang telah banyak membantu penulis dalam Karya Ilmiah ini hingga selesai. 11. Spesial untuk Vivit Aniesta Sari yang telah banyak memberikan semangat serta dukungan hingga Karya Ilmiah ini selesai. 12. Dan seluruh pihak yang tidak bisa disebut satu-persatu secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan bantuan kepada penulis. Sebaik apapun penulis menyusun Karya Ilmiah ini, Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu Penulis mengharapkan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi lebih baiknya Karya Ilmiah ini. Semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat untuk para pembaca hingga dapat memberikan wawasan tambahan bagi para pembaca. Kampus Sei keledang, Agustus 2015 Muhammad Ardiyanto iv

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... Halaman I. PENDAHULUAN... 1 II. TINJAUAN PUSTAKA... 4 A. Tinjauan Umum Sumur Bor... 4 B. Standar Baku Kualitas Air... 5 C. Penyaring Air Sederhana (Filtrasi)... 10 III. METODE PENELITIAN... 13 A. Tempat dan Waktu Penelitian... 13 B. Bahan dan Peralatan Penelitian... 13 C. Prosedur Kerja... 14 D. Analisis Data... 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 17 A. Hasil... 17 B. Pembahasan... 18 V. KESIMPULAN DAN SARAN... 22 A. Kesimpulan... 22 B. Saran... 23 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN i ii iii iv vi vii viii vi

DAFTAR GAMBAR Nomor Lampiran Halaman 1. Pengambilan Sampel Air Sumur Bor... 25 2. Sumur Bor... 25 3. Sumur Bor... 26 4. Sumur Bor... 26 5. Dokumentasi Bersama Warga Pemilik Sumur Bor... 27 6. Alat Penyaring Sederhana... 27 7. Pengukuran Suhu... 28 8. Pengukuran Ph... 28 9. Pengukuran TDS... 29 10. Pengukuran Fe dan Mn... 29 vii

DAFTAR TABEL Nomor Tubuh Utama Halaman 1. Hasil Analisa Pengukuran Kandungan Suhu, TDS, ph, FE, dan Mn... 17 2. Baku Mutu Suhu, TDS, ph, Fe, daan Mn... 17 Lampiran 3. Permenkes Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air... 30 viii

1 BAB I PENDAHULUAN Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana dengan memperhitungkan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumber daya air ditanamkan pada segenap pengguna air (Effendi, 2003). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/MEN.KES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air yang disebut sebagai air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Sedangkan air minum adalah air yang melalui proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Kehidupan di alam ini berkepentingan kepada air. Oleh karena itu, perlindungan terhadap kualitas air sangat penting dan berpengaruh besar terhadap tingkat kesehatan makhluk hidup dan peningkatan lingkungan hidup yang sehat. Untuk menjaga atau mencapai kualitas tersebut, yaitu kualitas air yang dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan sesuai dengan mutu air yang diinginkan, maka perlu upaya pelestarian untuk memelihara fungsi air sehingga kualitasnya tetap memenuhi baku mutu yang ditetapkan. Namun sering dijumpai bahwa banyak penduduk yang terpaksa memanfaatkan air yang kurang baik kualitasnya. Tentu saja hal ini dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan masyarakat baik pada jangka pendek maupun pada jangka panjang.

2 penggunaan air yang kurang baik pada jangka pendek dapat mengakibatkan muntaber, diare, kolera, tipus, atau disentri. Hal ini dapat terjadi pada keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik. Bila air tanah dan air permukaan tercemari oleh kotoran, secara otomatis kuman-kuman tersebar ke sumber air yang dipakai untuk keperluan rumah tangga. Dalam jangka panjang, penggunaan air yang berkualitas buruk dapat mengakibatkan penyakit keropos tulang, korosi gigi, anemia dan kerusakan ginjal. Hal ini terjadi antara lain karena terdapat logamlogam berat yang banyak bersifat toksik (racun) dan pengendapan pada ginjal (Suryana, 2013). Salah satu upaya perlindungan air adalah dibangunnya sarana air bersih baik secara individual maupun berupa bantuan proyek dari pemerintah yang bertujuan untuk menyediakan air yang sehat bagi masyarakat. Salah satunya yang paling umum digunakan adalah sumur bor. Namun keberadaan sumur bor tersebut ditinjau dari jarak peletakannya terhadap sumber pencemaran masih sangat memprihatinkan sehingga mempunyai resiko tinggi terjadinya pencemaran kualitas air, baik yang berasal dari jamban, sampah dan dari air buangan lainnya. Adanya sumur bor belum menjamin tersedianya air yang berkualitas baik dan bebas dari pencemar. Oleh karenanya diperlukan perlakuan tambahan sebagai usaha perbaikan kualitas air konsumsi. Salah satu alternatif yang bisa dilakukan adalah dengan cara penyaringan dengan berbagai media penyaring. Berbagai pilihan bisa dilakukan dari bermacam benda yang ramah lingkungan untuk dijadikan media penyaringan (Suryana, 2013). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui keadaan Suhu, TDS, ph, kandungan Fe dan Kandungan Mn air sumur bor yang terdapat di Jalan H. Abdul

3 Halim Km 4 Kelurahan Simpang Tiga Desa Anyar Kecamatan Loa Janan Ulu RT 26 Kabupaten Kutai Kartanegara. Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah dapat memberikan informasi ilmiah mengenai kualitas air sumur bor dengan alat penyaring sederhana.

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Sumur Bor Sumur bor adalah satu konstruksi sumur yang paling umum dan meluas dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumahrumah perorangan sebagai air minum dengan kedalaman 7-10 meter dari permukaan tanah. Sumur bor menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dari permukaan tanah, oleh karena itu dengan mudah terkena kontaminasi melalui rembesan. Umumnya rembesan berasal dari tempat buangan kotoran manusia (kakus/jamban) dan hewan, juga dari limbah sumur itu sendiri, baik karena lantainya maupun saluran air limbahnya yang tidak kedap air. Keadaan konstruksi dan cara pengambilan air sumur pun dapat merupakan sumber kontaminasi, misalnya sumur dengan konstruksi terbuka (Suryana, 2013). Kebersihan sekitar sumur bor merupakan hal yang sangat penting sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan serta menurunkan nilai estetika. Sumur dangkal adalah salah satu konstruksi yang paling umum dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumahrumah perorangan sebagai air bersih. Sumur bor menyediakan air yang berasal dari lapisan air tanah yang relatif dekat dari tanah permukaan, oleh karena itu dengan mudah terkontaminasi melalui rembesan (Daud, 2002 dalam Suryana, 2013). Dari segi kesehatan, sebenarnya penggunaan sumur bor ini kurang baik bila cara pembuatannya tidak benar-benar diperhatikan, tetapi untuk memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran dapat diupayakan

5 pencegahannya. Pencegahan ini dapat dipenuhi dengan memperhatikan syaratsyarat fisik. Syarat konstruksi pada sumur bor tanpa pompa meliputi adalah jarak sumur bor dari sumber pencemaran, kedalaman dinding sumur bor, ketinggian bibir sumur bor dan konstruksi lantai sumur bor (Suryana, 2013). Agar sumur terhindar dari pencemaran maka yang harus diperhatikan adalah jarak sumur dengan jamban, lubang galian untuk air limbah (cesspool, seepagepit), dan sumber-sumber pengotoran lainnya. Jarak tersebut tergantung pada keadaan serta kemiringan tanah. Lokasi sumur bor perlu diusahakan peletakannya pada daerah yang bebas banjir. Jarak sumur bor harus lebih dari 11 meter dari sumber pencemaran seperti kakus, kandang ternak, tempat sampah, dan sebagainya. Selain itu konstruksinya dibuat lebih tinggi dari sumber pencemaran (Suryana, 2013). Jarak kedalaman dinding sumur bor 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur bor harus terbuat dari tembok yang kedap air (disemen). Hal tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi perembesan air/pencemaran oleh bakteri dengan karakteristik habitat hidup pada jarak tersebut. Kedalaman sumur bor dibuat sampai mencapai lapisan tanah yang mengandung air cukup banyak walaupun pada musim kemarau (Suryana, 2013). B. Standar Baku Kualitas Air Standar baku kualitas air merupakan parameter yang digunakan untuk menentukan kualitas air layak pakai. Standar baku kualitas air layak pakai harus memenuhi kualitas secara fisik, kimia, dan biologi. Standar fisik menetapkan batasan tentang sifat fisik air. Standar kimia menetapkan tentang batasan kandungan sifat dan bahan kimia yang terkandung di dalam air yang masih

6 diperbolehkan dan tidak berbahaya untuk dikonsumsi. Standar biologi menetapkan ada atau tidaknya mikroorganisme patogen dan nonpatogen yang terkandung atau hidup di dalam air (Anonim, 2013). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/MEN.KES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air, klasifikasi dan kriteria mutu air ditetapkan menjadi 4 kelas yaitu: a. Kelas satu yaitu air yang dapat digunakan untuk bahan baku air minum atau peruntukan lainnya mempersyaratkan mutu air yang sama. b. Kelas dua yaitu air yang dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, budidaya ikan air tawar, perternakan, dan pertanian. c. Kelas tiga yaitu air yang dapat digunakan untuk budidaya ikan air tawar, peternakan dan pertanian. d. Kelas empat yaitu air yang dapat digunakan untuk mengairi pertanaman atau pertanian. Menurut Effendi (2003) beberapa persyaratan/parameter air yang layak pakai baik dari segi fisika maupun kimia antara lain sebagai berikut : a. Persyaratan/ Parameter Kimia Air Air secara alamiah tidak pernah dijumpai dalam keadaan betul-betul murni. Ketika air mengembun di udara dan jatuh di permukaan bumi, air tersebut telah menyerap debu atau melarutkan oksigen, karbondioksida, dan berbagai jenis gas lainnya. Kemudian air tersebut, baik yang di atas maupun di bawah permukaan tanah waktu mengalir menuju ke berbagai tempat yang lebih rendah letaknya, melarutkan berbagai jenis batuan yang dilaluinya atau zat-zat organik lainnya. Selain itu sejumlah kecil hasil uraian zat organik seperti nitrit, nitrat, amoniak dan karbondioksida akan larut ke dalamnya (Achmad, 2004 dalam Effendi, 2003).

7 1) Suhu Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah thermometer. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat untuk mengukur suhu cenderung menggunakan indera peraba. Tetapi dengan adanya perkembangan teknologi maka diciptakanlah termometer untuk mengukur suhu dengan valid. (Anonim, 2008). 2) Total Dissolve Solid (TDS) Total Dissolve Solid (TDS) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organik maupun anorganik) yang terdapat pada sebuah larutan. TDS menggambarkan jumlah zat terlarut dalam part per million (ppm) atau sama dengan milligram per liter (mg/l). Umumnya berdasarkan definisi diatas seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan) harus dapat melewati saringan yang berdiameter 2 micrometer (2 10-6 meter). Aplikasi yang umum digunakan adalah untuk mengukur kualitas cairan pada pengairan, pemeliharaan aquarium, kolam renang, proses kimia, pembuatan air mineral, dan lain-lain (Misnani, 2010). Total padatan terlarut dapat pula merupakan konsentrasi jumlah ion kation (bermuatan positif) dan anion (bermuatan negatif) di dalam air. Analisa total padatan terlarut merupakan pengukuran kualitatif dari jumlah ion terlarut, tetapi tidak menjelaskan pada sifat atau hubungan ion. Selain itu, pengujian tidak memberikan wawasan dalam masalah kualitas air yang spesifik. Oleh karena itu, analisa total padatan terlarut digunakan sebagai uji indikator untuk menentukan kualitas umum dari air. Sumber padatan terlarut total dapat mencakup semua kation dan anion terlarut (Oram, 2010). Sumber utama untuk TDS dalam perairan adalah limpahan dari pertanian, limbah rumah tangga, dan industri. Unsur kimia yang paling umum adalah

8 kalsium, fosfat, nitrat, natrium, kalium dan klorida. Bahan kimia dapat berupa kation, anion, molekul atau aglomerasi dari ribuan molekul. Kandungan TDS yang berbahaya adalah pestisida yang timbul dari aliran permukaan. Beberapa padatan total terlarut alami berasal dari pelapukan dan pelarutan batu dan tanah (Anonymous, 2010). Batas ambang dari TDS yang diperbolehkan di sungai adalah 1000mg/L. Peningkatan padatan terlarut dapat membunuh ikan secara langsung, meningkatkan penyakit dan menurunkan tingkat pertumbuhan ikan serta perubahan tingkah laku dan penurunan reproduksi ikan. Selain itu, kuantitas makanan alami ikan akan semakin berkurang (Alabaster dan Lloyd, 1982). 3) ph ph adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Batas maksimal ph minimum dan maksimum air layak pakai menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air adalah 6,5 9 mg/l. 4) Besi (Fe) Dengan adanya sistem penyaringan pada akhir perlakuan, menyebabkan endapan tersebut tersaring dan mengurangi konsentrasi Fe di dalam air maka dari itu air hasil penyaringan sudah mengalami penurunan dan jika dikaitkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 Tentang Syarat syarat Dan Pengawasan Kualitas Air dengan kadar maksimum yang diperbolehkan yaitu 1 mg/l. Maka air hasil dari proses penyaringan masih di bawah ambang Atas (Sudjana, 2006).

9 5) Mangan (Mn) Mangan (Mn), metal kelabu-kemerahan, merupakan kation logam yang memiliki karakteristik kimia serupa dengan besi. Mangan berada dalam bentuk manganous (Mn 2+ ) dan manganik (Mn 4+ ). Di dalam tanah, Mn 4+ berada dalam bentuk senyawa mangan dioksida yang sangat tak terlarut di dalam air dan mengandung karbondioksida. Pada kondisi reduksi (anaerob) akibat dekomposisi bahan organik dengan kadar yang tinggi, Mn 4+ pada senyawa mangan dioksida mengalami reduksi menjadi Mn 2+ yang bersifat larut. Mn 2+ berikatan dengan nitrat, sulfat, dan klorida serta larut dalam air. Mangan dan besi valensi dua hanya terdapat pada perairan yang memiliki kondisi anaerob (Cole, 1988 dalam Effendi, 2003). Jika perairan mendapat cukup aerasi, Mn 2+ mengalami reoksidasi membentuk Mn 4+ yang selanjutnya mengalami presipitasi dan mengendap di dasar perairan (Moore, 1991 dalam Effendi, 2003). Mangan merupakan nutrien renik yang esensial bagi tumbuhan dan hewan. Logam ini berperan dalam pertumbuhan dan merupakan salah satu komponen penting pada sistem enzim. Defisiensi mangan dapat mengakibatkan pertumbuhan terhambat serta terganggunya sistem saraf dan proses reproduksi. Pada tumbuhan, mangan merupakan unsur esensial dalam proses metabolisme. Meskipun tidak bersifat toksik, mangan dapat mengendalikan kadar unsur toksik di perairan, misalnya logam berat. Jika dibiarkan di udara terbuka dan mendapat cukup oksigen, air dengan kadar mangan (Mn 2+ ) tinggi (lebih dari 0,01 mg/liter) akan membentuk koloid karena terjadinya proses oksidasi Mn 2+ menjadi Mn 4+. Koloid ini mengalami presipitasi membentuk warna cokelat gelap sehingga air menjadi keruh.

10 C. Penyaringan Air Sederhana (Filtrasi) Penyaringan atau filtrasi merupakan proses pemisahan padatan yang terlarut di dalam air. Pada proses ini, filter berperan memisahkan air dari partikelpartikel padatan yang bertujuan untuk mendapatkan air jernih. Bahan yang dipisahkan dari air antara lain kayu, daun, pasir, dan lumpur. Media yang digunakan untuk bahan filter memiliki syarat, yaitu pori-pori yang berukuran sesuai dengan ukuran padatan yang akan disaring dan tahan lapuk. Bahanbahan yang digunakan sebagai media fiter antara lain pasir, ijuk, kapas, arang, batu (Alamsyah, 2006). Menurut Alamsyah (2006) tujuan dan manfaat dari filtrasi adalah sebagai berikut : a. Tujuan Filtrasi 1. Memanfaatkan air kotor atau limbah untuk bisa digunakan kembali. 2. Mengurangi resiko meluapnya air kotor dan limbah. 3. Mengurangi keterbatasan air bersih dengan membuat filtrasi air. 4. Mengurangi penyakit yang diakibatkan oleh air kotor. 5. Membantu pemerintah untuk menjalankan program alternatif perolehan air bersih secara alami dan ramah lingkungan. b. Manfaat Filtrasi 1. Air keruh yang digunakan bisa berasal dari mana saja, misalnya sungai, rawa, telaga, sawah, dan air kotor lainnya. 2. Dapat menghilangkan bau yang tidak sedap pada air yang keruh. 3. Dapat mengubah warna air yang keruh menjadi lebih bening. 4. Menghilangkan pencemar yang ada dalam air atau mengurangi kadarnya agar air dapat layak untuk minum.

11 5. Cara ini berguna untuk desa yang masih jauh dari kota dan tempat terpencil. Penjernihan air sederhana ini merupakan penjernihan air yang mudah untuk diterapkan dan tidak memerlukan biaya yang mahal selain itu bahan-bahan yang digunakan juga cukup mudah didapatkan. Arang sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis yang terdiri dari dua belahan yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan. Pada proses penggilingan beras sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa atau limbah penggilingan. Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak dan energi atau bahan bakar. Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30% dari bobot gabah. Penggunaan energi sekam bertujuan untuk menekan biaya pengeluaran untuk bahan bakar bagi rumah tangga petani. Penggunaan Bahan Bakar Minyak yang harganya terus meningkat akan berpengaruh terhadap biaya rumah tangga yang harus dikeluarkan setiap harinya. Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30%, dedak antara 8-12% dan beras giling antara 50-63% data bobot awal gabah. Sekam dengan persentase yang tinggi tersebut dapat menimbulkan problem lingkungan (Almansyah,2006). Ijuk berfungsi sebagai Menyaring kotoran yang berukuran sedang atau partikel-partikel berukuran besar. Ijuk digunakan karena memiliki kelenturan sekaligus padatan sehingga mudah menyaring kotoran besar pada air. Namun, kepadatannya tidak membuat air sulit mengalir karena itu air tetap bisa mengalir dengan baik. Umumnya ijuk merupakan saringan lanjutan setelah seluruh kotoran tersaring dan bebas dari mikroorganisme (Anonim, 2014).

12 Batu koral berfungsi sebagai penyaring padatan yang berukuran sedang dan besar yang ada di air (Anonim, 2014). Kapas berfungsi untuk menyaring partikel partikel kecil pada air dan untuk membatasi antara pasir dan ijuk agar pasir tidak ikut terlarut dan tercampur dengan ijuk selain itu kain juga berfungsi untuk mempermudahkan perawatan alat penjernihan air (Anonim,2014). Pasir silika adalah batu alam yang baik untuk memfilter lumpur, kotoran dan mampu menahan hasil oksida besi serta mangan. Pasir silika ini banyak digunakan dalam water traetment pengolahan air dan limbah (Anonim 2013).

13 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu dimulai 1 Juni hingga 30 Juli 2015, meliputi kegiatan studi literatur, penentuan sumur bor, pengambilan sampel air sumur bor dan analisa di laboratorium, persiapan bahan penjernih air, pembuatan alat penjernih air, pelaksanaan penjernihan air, analisa sampel di laboratorium dan pengolahan data dan penyusunan laporan. Pengambilan sampel air sumur bor dilaksanakan di Jalan H. Abdul Halim Km 4 Kelurahan Simpang Tiga Desa Anyar Kecamatan Loa Janan Ulu RT 26 Kabupaten Kutai Kartanegara. Analisa sampel air sumur bor dilaksanakan di Laboratorium Tanah dan Air Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. B. Bahan dan Peralatan Penelitian 1. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Air sumur bor, untuk sampel air. b. Arang sekam padi digunakan untuk media penjernihan air. c. Ijuk, digunakan untuk media penjernihan. d. Batu, digunakan untuk media penjernihan. e. Kapas, digunakan untuk media penjernihan. 2. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Botol plastik, digunakan untuk wadah sampel air sumur bor. b. Botol plastik 1,5 liter, digunakan untuk tempat sampel yang akan dibawa ke laboratorium. c. Galon plastik dan kran, digunakan untuk wadah penyaringan. d. Ember, digunakan untuk menampung air sampel.

14 e. Alat tulis, digunakan untuk pengolahan data. f. Kamera, digunakan untuk dokumentasi proses penelitian. C. Prosedur Kerja 1. Studi literatur Mempelajari beberapa referensi terkait teknik penyaringan air secara sederhana dan lain-lain yang menunjang dalam pembahasan karya ilmiah. 2. Persiapan alat dan bahan penyaringan air Menyediakan bahan-bahan penyaringan air seperti Galon dengan ketinggian 28 cm, arang sekam padi, ijuk, batu koral, pasir silika dan kapas. Menyusun semua bahan penyaringan air pada galon sebagai perlakuan dalam penelitian ini dengan urutan dari yang terbawah sampai yang teratas dengan susunan antara lain kapas dengan ketebalan (1 cm), batu koral dengan tebal (4 cm), kapas dengan ketebalan (1 cm), Arang Sekam padi dengan ketebalan (4 cm), Kapas dengan ketebalan (1 cm), Ijuk aren dengan ketebalan (4 cm), kapas dengan ketebalan (1 cm) dan Pasir silika dengan ketebalan (4 cm). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1. Pada Lampiran. 3. Pengambilan sampel air Kegiatan ini melakukan pengambilan sampel air dari sumur bor masyarakat setempat di Jalan H. Abdul Halim Km 4 kelurahan Simpang Tiga Desa Anyar Kecamatan Loa Janan Ulu RT. 26 Kabupaten Kutai Kartanegara. 4. Tahap Penyaringan a. Menuangkan air sampel sebanyak 1,5 Liter ke dalam alat penyaringan.

15 b. Membuka kran air alat penyaringan dan ditampung sementara menggunakan ember, lalu dilanjutkan penuangan air saringan dalam botol 1,5 Liter untuk dianalisa Suhu, TDS, ph, Fe, dan Mn. 5. Pengukuran parameter Parameter sampel air yang diukur Suhu, TDS, ph, Fe, dan Mn. Nilai parameter awal adalah hasil pengukuran air sampel sebelum dilakukan penyaringan, sedangkan nilai parameter akhir adalah hasil pengukuran air sampel yang sudah dilakukan penyaringan. 6. Pengolahan Data Hasil analisis laboratorium dari kelima parameter (Suhu, TDS, ph, Fe, dan Mn) yang diperoleh masing-masing dibandingkan antara yang disaring dan yang tidak disaring. Sebagai rujukan dalam pembahasan kualitas air saringan dari penggunaan bahan saringan berupa kapas, ijuk, pasir, batu kerikil, arang sekam padi digunakan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001 Tentang Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Rujukan lain yang digunakan adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 Tentang Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. D. Analisis Data Analisis data yang dilakukan terhadap nilai-nilai parameter sampel air seperti Suhu, TDS, ph, Fe, dan Mn dilakukan dengan menggunakan nilai masing-masing parameter yang diuji dan dibandingkan dengan Standar Baku Mutu Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawas Kualitas Air.

16 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Hasil data yang diperoleh dari penelitian yang telah dianalisa di laboratorium Tanah dan Air Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dapat dilihat pada Tabel berikut : Tabel 1. Hasil Analisa Pengukuran No. Sampel Air Fe Suhu ( C) TDS (mg/l) ph Sumur (mg/l) Mn (mg/l) 1. Tanpa Penyaringan 27.8 567 7.24 0.05 ttd 2. Dilakukan Penyaringan 27.8 567 7.49 0.11 ttd Tabel 2. Baku Mutu Suhu, TDS, ph, Fe, dan Mn No. Parameter Satuan Kadar maksimum yang diperbolehkan untuk air bersih 1. Suhu C Suhu udara ±3 C 2. TDS Mg/l 1500 3. ph 6,5-9,0 4. Fe Mg/l 1,0 5. Mn Mg/l 0,5 Sumber : PERMENKES Tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air No.416/MENKES/PER/IX/1990 B. Pembahasan Dari hasil analisis di laboratorium terhadap lima (5) parameter meliputi tingkat Suhu, TDS, ph, Fe, dan Mn sampel air baik sebelum dilakukan penyaringan maupun setelah penyaringan disampaikan pembahasan sebagai berikut : 1. Analisis kelayakan sesuai peraturan Analisis kelayakan yang dilakukan adalah dengan membandingkan nilai parameter yang diperoleh dari hasil penelitian dengan Standar Baku Mutu kualitas air bersih yang terdapat pada permenkes No.

17 416/MENKES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air. a. Suhu Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisa laboratorium maka diketahui, bahwa tingkat suhu air sumur bor sebelum dilakukan penyaringan adalah sebesar 27,8 C Nilai suhu baku mutu yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 tahun 1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kuliatas Air dimana standar Suhu air bersih adalah sebesar ±3 C, maksudnya adalah suhu air tanah naik atau turun 1-3?C. Untuk pengukuran Suhu dapat dilihat pada gambar 7. Lampiran halaman 29. Setelah dilakukan penyaringan menghasilkan nilai air yang sama yaitu menjadi 27,8 C sesuai Standar Baku Mutu yang telah ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kuliatas Air. b. Kadar Total disolved Solid (TDS) Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis laboratorium maka diketahui, bahwa kandungan TDS air sumur bor sebelum dilakukan penyaringan adalah sebesar 567 mg/l. Nilai TDS ini sudah memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 Tentang Syaratsyarat Dan Pengawasan Kualitas Air, kandungan TDS air adalah sebesar 1.500 mg/l. Untuk pengukuran TDS dapat dilihat pada gambar 9. Dilampiran halaman 30.

18 Setelah dilakukan penyaringan menghasilkan penurunan nilai TDS air saring yaitu menjadi 537 mg/l. Nilai ini juga sudah memenuhi Standar Baku Mutu yang telah ditetapkan. c. Kadar Besi (Fe) Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis laboratorium maka diketahui, bahwa kandungan Fe air sumur bor sebelum dilakukan penyaringan adalah sebesar 0,05 mg/l. Nilai Fe ini sudah memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air dimana standar kandungan Fe air adalah sebesar 1 mg/l. Untuk pengukuran Fe dapat dilihat pada gambar 10. Dilampiran halaman 30. Setelah dilakukan penyaringan menghasilkan nilai Fe air saring yang lebih tinggi yaitu menjadi 0,11 mg/l diperkirakan batu koral dan pasir silika menunjukan respon terhadap peningkatan parameter Fe dan faktor lain yaitu menggunakan kran yang terbuat dari besi faktor inilah yang memungkinkan peningkatan nilai Fe. Walaupun demikian nilai ini masih memenuhi Standar Baku Mutu yang telah ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 416/MENKES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kuliatas Air dimana standar kandungan Fe air adalah 1 mg/l. d. ph Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis laboratorium maka diketahui, bahwa Nilai ph air sumur bor sebelum dilakukan penyaringan adalah sebesar 7,24. Nilai ph ini sudah memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah Republik

19 Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kuliatas Air dimana standar nilai ph air adalah sebesar 6.5 9,0. Untuk pengukuran Fe dapat dilihat pada gambar 10. Dilampiran halaman 29. Setelah dilakukan penyaringan mendapatkan nilai ph sebesar 7.49. peningkatan ini diperkirakan karena bahan-bahan yang digunakan dalam penyaringan seperti batu koral dan pasir silika yang digunakan menunjukan respon terhadap peningkatan ph. Namun nilai ph ini sudah memenuhi standar baku mutu yang telah ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kuliatas Air dimana standar Nilai ph air adalah 6,5 9,0. e. Mangan (Mn) Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis laboratorium maka diketahui, bahwa Nilai Mangan (Mn) tidak terdeteksi karena alat pengukur Mn yaitu SSA yang ada pada laboratorium Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Tidak bisa mendeteksi hingga ppb dan hanya bisa mendeteksi sampai dengan ppm. Untuk pengukuran Fe dapat dilihat pada gambar 10. Dilampiran halaman 30.

20 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian analisis kualitas air sumur bor dengan alat penyaring air sederhana dengan parameter Suhu, TDS, ph, Fe, dan Mn yang dilakukan di Laboratorium Tanah dan Air Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1.) Batu koral, pasir silika dan kran dari besi yang digunakan untuk mengalirkan air dari saringan menunjukan respon terhadap peningkatan parameter Fe dan ph terhadap air sumur. 2.) kadar logam Fe (besi) dari hasil analisis yang telah dilakukan, batu koral dan pasir silika menunjukan respon terhadap peningkatan nilai kadar Fe yaitu sebesar 0,11mg/l yang sebelumnya yaitu 0,05 mg/l. 3.) Nilai ph mengalami sedikit perubahan karena batu koral dan pasir silika menunjukan respon terhadap peningkatan kadar ph, namun hasilnya masih memenuhi standar baku mutu yang telah ditetapkan. 4.) TDS sebelum disaring ialah sebesar 567 mg/l dan nilai setelah disaring mendapatkan nilai 537 mg/l berarti mendapatkan penurunan 30 mg/l dan hasilnya masil memenuhi standar baku mutu yang telah ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kuliatas Air tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air dimana stamdar nilai maksimum TDS adalah sebesar 1500 mg/l. 5.) Untuk nilai Suhu pada air tidak mempunyai perubahan karena hasil yang diperoleh relatif stabil dan hasilnya masih belum memenuhi standar baku mutu yang telah ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

21 Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawas Kualitas Air dimana standar nilai suhu adalah ± 3 C. 6.) Untuk Mangan (Mn) nilai tidak dapat terdeteksi dikarenakan alat SSA di laboratorium Politeknik Pertanian Negeri Samarinda hanya bisa mendeteksi sampai dengan ppm dan tidak dapat mendeteksi sampai dengan ppb. B. Saran 1. Jika ingin menggunakan air sumur bor yang berasal dari daerah penelitian sebagai air bersih, agar lebih dahulu memperhatikan tingkat kekeruhan, rasa dan warna. 2. Selain Suhu, TDS, ph, Fe, dan Mn pada air sumur bor, perlu diteliti tentang kandungan Flourida, Almunium, Nitrit, Nitrat, Kadmium serta unsur fisika dan biologi.

22 DAFTAR PUSTAKA Alabaster, JS dan R Lloyd. 1982. Water Quality Criteria for Freshwater Fish. Second Edition. Food and Agriculture Organization of United Nations. Butterworths. London. Almansyah, S. 2006. Merakit Sendiri Alat Penjernihan Air Untuk Rumah Tangga. Kawan Pustaka. Jakarta. Anonim. 2008. Suhu https://alljabbar.wordpress.com/2008/04/07/suhu/ (Diakses tanggal 3 Juni 2015) Anonim, 2013. Saringan Air Sederhana Http://Saringan-Air-Sederhana.Blogspot.Com. (Diakses Pada Tanggal 3 Juni 2015) Anonim, 2013. Media Filter http://filterairbandung.com/media-filter-air (Diakses Tanggal 3 Juni 2015). Anonim, 2014. Tinjauan Umum tentang Air http://www.scribd.com/doc/61507926 /1/.(Diakses pada tanggal 3 Juni 2015). Effendi, H. 2003. Telaahan Kualitas Air. Bogor: IPB. Effendi,H. 2003. Telaah Kualitas Air, Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta Misnani. 2010. Praktikum Teknik Lingkungan Total Padatan Terlarut. http://misnanidulhadi.blogspot.com/. (Diakses 3 Juni 2015). Oram, B. 2010. Total Dissolved Solids, http://www.waterresearch.net/totaldissolved solids.htm. (Diakses tanggal 3 Juni 2015). Sudjana, Nana. 2006. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar Bandung :Rosdakarya Suryana. 2013. Analisa Air Sumur Dangkal di Kecamatan Biringkanayya Kota Makassar http://repository.unhas.ac.id/bitsteam/handle/123456789/6139/analisis/2 0%20AIR%20SUMUR%20DANGKAL% (Diakses Pada Tanggal 15 Juni 2015).

26 Gambar 1. Pengambilan Sampel Air Sumur Bor Gambar 2. Sumur Bor

27 Gambar 3. Sumur Bor Gambar 4. Sumur Bor

28 Gambar 5. Dokumentasi Bersama Warga Pemilik Sumur Bor Gambar 6. Alat Penyaring Sederhana

29 Gambar 7. Pengukuran Suhu Gambar 8. Pengukuran PH

30 Gambar 9. Pengukuran TDS Gambar 10. Pengukuran Fe dan Mn

31 TABEL 3. PERMENKES TENTANG SYRATA-SYARAT DAN PENGAWASAN KUALITAS AIR NOMOR TANGGAL : 416/MENKES/PER/IX/1990 : 3 SEPTEMBER 1990 Persyaratan air minum Persyaratan air bersih Parameter Satuan Kadar Keterangan Kadar Keterangan maksimum yang diperbolehkan maksimum yang diperbolehkan A. FISIKA Bau - - Tidak berbau - Tidak berbau Jumlah padat terlarut (TDS) mg/l 1.000 1.500 Kekeruhan skala NTU 5 25 Rasa - - Tidak berasa - Tidak berasa Suhu o C Suhu udara±3 o C Suhu udara±3 o C Warna skala TCU 15 50 B. KIMIA a. Kimia Anorganik Air Raksa mg/l 0,001 0,001 Aluminium mg/l 0,2 - Arsen mg/l 0,05 0,05 Barium mg/l 1,0 Besi mg/l 0,3 1,0 Fluorida mg/l 1,5 1,5 Kadmium mg/l 0,005 0,005 Kesadahan (Ca CO 3 ) mg/l 500 500 Klorida mg/l 250 600 Kromium Valensi 6 mg/l 0,05 0,05 Mangaan mg/l 0,1 0,5 Natrium mg/l 200 200 Nitrat, sebagai N mg/l 10 10 Nitrit, sebagai N mg/l 1,0 1,0 Perak mg/l 0,05 0,05 ph 6,5-8,5 merupakan 6,5-9,0 merupakan batas max dan batas max min dan min Selenium mg/l 0,01 0,01 Seng mg/l 5,0 15 Sianida mg/l 0,1 0,1 Sulfat mg/l 400 400 Sulfida sebagai H 2 S mg/l 0,05 - Tembaga mg/l 1,0 - Timbal mg/l 0,05 0,05 a. Kimia Organik

32 Aldrin Dan mg/l 0,0007 0,0007 Dieldrin Benzene mg/l 0,01 0,01 Benzo(A) Pyrene mg/l 0,00001 0,00001 Chlordane (Total Isomer) mg/l 0,0003 0,007 Chloroform mg/l 0,03 0,03 2,4 D mg/l 0,1 0,1 DDT mg/l 0,03 0,03 Detergent mg/l 0,05 0,5 1,2- Dichloroetane mg/l 0,01 0,01 1,1- Dichloroetene mg/l 0,0003 0,0003 Heptachlor dan Heptachlor Epoxide mg/l 0,003 0,003 Hexachlorbenzene mg/l 0,00001 0,00001 Gamma-HCH mg/l 0,004 0,004 (lindane) Metoxychlor mg/l 0,03 0,1 Pentachlorophenol mg/l 0,01 0,01 Pestisida total mg/l 0,1 0,1 2,4,6 mg/l 0,01 0,01 trichlorophenol Zat organik mg/l 10 10 (kmno 4 ) c. Mikrobiologik Koliform tinja Jumlah/ 0 100 ml Total koliform Jumlah/ 100 ml d. Radio aktifitas Aktifitas alpha (Gross Alpha activity) Aktifitas beta (Gross Alpha activity) 0 95% dari sampel yang diperiksa selama setahun kadang-kadang boleh ada 3 per 100ml sampel air, tetapi tidak berturut turut Bq/L 0,1 0,1 Bq/L 1,0 1,0 50 10 bukan air perpipaan air perpipaan