BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan produk kosmetik saat ini sudah merupakan bagian dari kebutuhan sehari-hari yang tidak terpisahkan dari gaya hidup modern. Menurut BPOM Republik Indonesia (2003), kosmetik adalah: bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau gigi, dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik. Seiring dengan perkembangan jaman dan adanya anggapan bahwa wanita yang berkulit putih bersih adalah cantik, maka banyak wanita yang melakukan langkahlangkah yang terbilang ekstrim, misalnya dengan operasi ataupun menggunakan produk kosmetik untuk mendapatkan kulit yang putih secara instan. Hal ini dimanfaatkan oleh produsen kosmetik untuk memproduksi krim pemutih. Permintaan akan krim pemutih yang tinggi dimanfaatkan pula oleh oknum ataupun produsen kosmetik yang tidak bertanggung jawab untuk memproduksi krim pemutih yang dapat memberikan hasil secara instan meskipun memberikan efek yang berbahaya. Pada bulan Maret 2013, Badan POM RI mengeluarkan public warning yang berisi 17 item kosmetik yang mengandung bahan berbahaya/dilarang dimana sebagian besar adalah produk pemutih kulit yang mengandung hidrokinon, asam retinoat, raksa (II), dan resorsinol. 1
Produk kosmetik pemutih kulit (skin-whitening product) mengandung beberapa bahan yang dapat melindungi kulit dari pigmentasi akibat terpapar sinar ultraviolet. Apabila kulit wajah terpapar sinar ultraviolet maka melanin yang berfungsi sebagai agen pertahanan terhadap bahaya sinar ultraviolet akan teraktivasi, akibat dari keluarnya melanin tersebut, kulit terlihat lebih gelap yang lama-kelamaan akan menyebabkan wajah terlihat kusam. Produksi melanin yang meningkat pada kulit disebut melanogenesis. Melanin merupakan pigmen yang terbentuk pada sel melanosit dengan peranan enzim tirosinase. Enzim ini mengkatalisis reaksi hidroksilasi L-tirosin menjadi L-DOPA (3,4-dihidroksilfenil alanin) dan oksidasi L-DOPA menjadi DOPAkuinon. Senyawa DOPAkuinon mempunyai kereaktifan yang sangat tinggi dan dapat dipolimerisasi secara spontan membentuk melanin (eumelanin/pheomelanin). Bahan yang ditambahkan dalam produk kosmetik pemutih kulit memiliki mekanisme aksi antara lain menghambat enzim tirosinase, menurunkan oksidasi enzim tirosinase, menghambat enzim serin protease dan menghambat melanosit berproliferase (Kantharj, 2010). Hidrokinon adalah salah satu whitening agent yang sering ditambahkan pada produk kosmetik yang berfungsi menghambat melanogenesis (pembentukan melanin) melalui penghambatan enzim tirosinase, dan menghambat sintesis deoxyribose nucleic acid (DNA) pada melanosit (U.S Food & Drug Administration Department of Health and Human Service, 2009). Hidrokinon masih digunakan dalam dunia kesehatan, yakni untuk pengobatan kelainan kulit akibat hiperpigmentasi seperti melasma (pigmentasi kronis pada kulit). Namun, 2
jika digunakan secara berlebihan dapat menyebabkan hipopigmentasi serta merusak melanosit. Selain itu, hidrokinon juga mempunyai efek merugikan yang menyebabkan iritasi kulit dan okronosis (Yang et al., 2010). Menurut Peraturan BPOM RI No: HK.00.05.42.1018 (2008a), penggunaan hidrokinon dalam sediaan kosmetik pewarna rambut dan kuku diperbolehkan namun dibatasi, sedangkan penggunaan hidrokinon dilarang dalam sediaan kosmetik pencerah kulit. Asam retinoat atau tretinoin adalah bentuk asam dari vitamin A. Asam retinoat merupakan zat peremajaan non-peeling, dan merupakan iritan yang menginduksi aktivitas mitosis sehingga terbentuk stratum korneum yang kompak dan halus, meningkatkan kolagen dan glikosaminoglikan dalam dermis sehingga kulit menebal dan padat, serta meningkatkan vaskularisasi kulit sehingga menyebabkan kulit memerah dan segar (Menaldi and Linuwih, 2003). Pengembangan metode analisis hidrokinon dan asam retinoat dalam produk kosmetik secara simultan masih jarang dilakukan. Metode analisis yang pernah dilaporkan di antaranya dengan menggunakan metode spektrofotometri (metode rasio perbedaan) (Elzanfaly et al., 2012) dan Ultra High Performance Liquid Chromatography (UHPLC) (Desmedt et al., 2013). Pada kesempatan lain, Desmedt et al. (2014) juga mengidentifikasi hidrokinon dan asam retinoat secara simultan dengan menggunakan metode Ultra High Performance Liquid Chromatography-Time Off Flight-Mass Spectrometry (UHPLC-TOF-MS) dan melakukan analisis kuantitatif dengan Ultra High Performance Liquid Chromatography-Diode Array detector (UHPLC-DAD). Pada penelitian tersebut Desmedt et al. (2014) mampu mengidentifikasi dan menguantifikasi 12 whitening 3
agent yaitu asam kojat, arbutin, hidrokinon, nikotinamid, asam salisilat, dexametason, fluosinolon asetonida, hidrokortison asetat, asam retinoat, betametason valerat, klobetasol propionat dan betametason dipropionat dalam produk kosmetik secara simultan. Hal tersebut karena penggunaan UHPLC dengan ukuran partikel kolom 1,7 µm mampu memberikan nilai Height Equivalent of a Teoritical Plate (HETP) yang lebih kecil dibandingkan kolom KCKT konvensional (ukuran partikel kolom 3, 5 atau 10 µm) sehingga kolom menjadi lebih efisien. Namun dalam metode tersebut penggunaan fase gerak asetonitril dan 0,025 M amonium borat ph 10 secara gradien tidak dapat diaplikasikan pada kolom C18 menggunakan KCKT konvensional, karena pada umumnya ph fase gerak yang digunakan berkisar pada ph 2-8. Penggunaan fase gerak dengan ph lebih dari 8 dapat menyebabkan silika pada kolom terlarut yang pada akhirnya dapat merusak kolom. Sebagian besar laboratorium analisis di Indonesia, masih memiliki KCKT konvensional, bukan yang UHPLC, sehingga peneliti ingin meneliti analisis hidokinon dan asam retinoat dalam sediaan kosmetik krim pemutih kulit dengan menggunakan metode KCKT secara simultan. Sejauh peneliti ketahui belum pernah ada penelitian mengenai hal tersebut. 1. Rumusan masalah a. Bagaimana optimasi metode KCKT analisis hidrokinon dan asam retinoat dalam sediaan kosmetik krim pemutih kulit secara simultan? 4
b. Apakah hasil validasi metode KCKT analisis hidrokinon dan asam retinoat dalam sediaan kosmetik krim pemutih kulit secara simultan memenuhi persyaratan parameter validasi metode? 2. Keaslian penelitian Analisis hidrokinon, asam retinoat, dan enam kartikosteroid dalam sediaan kosmetik secara simultan pernah dilakukan oleh Desmedt et al. (2013), namun menggunakan metode UHPLC, sedangkan sebagian besar laboratorium analisis di Indonesia memiliki KCKT. Oleh karena itu, peneliti melakukan optimasi dan validasi metode KCKT untuk analisis hidrokinon dan asam retinoat secara simultan sehingga dapat digunakan pada penjaminan mutu analisis kosmetik secara rutin. 3. Kepentingan penelitian Hasil penelitian ini penting karena diharapkan dapat memberi manfaat bagi tersediaanya metode analisis hidrokinon dan asam retinoat dalam sediaan kosmetik krim pemutih kulit secara simultan dengan metode KCKT yang memenuhi persyaratan validasi metode analisis yang meliputi selektivitas, linieritas, ketepatan, ketelitian, batas deteksi (Limit of Detection/LoD) dan batas kuantitasi (Limit of Quantitation/LoQ) serta ketahanan. 5
B. Tujuan Penelitian 1. Melakukan optimasi metode KCKT sehingga diperoleh kondisi yang optimum untuk analisis hidrokinon dan asam retinoat dalam sediaan kosmetik krim pemutih kulit secara simultan. 2. Memperoleh hasil validasi metode analisis hidrokinon dan asam retinoat dalam sediaan kosmetik krim pemutih kulit secara simultan yang memenuhi persyaratan uji validasi metode. 6