BAB I PENDAHULUAN. masih banyak ditemukan di Indonesia maupun di dunia. Penderita hipertensi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan terdapat 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari seluruh total

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimana ketika masalah penyakit menular belum tuntas dikendalikan, kejadian

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas makanan sehari-hari. Namun, akhir-akhir ini muncul berbagai. garam yang mampu memicu penyakit hipertensi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, karena dalam jangka panjang peningkatan tekanan darah yang

BAB I PENDAHULUAN. diastolic (Agrina, et al., 2011). Hipertensi sering dijumpai pada orang

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, temasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotik yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. (2014), mencatat dalam World Health Statistics Indonesia. meningkatnya tekanan darah sistolik diatas 140 mmhg dan

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lebih dari delapan dekade terakhir. Hipertensi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak terdeteksi meskipun sudah bertahun-tahun. Hipertensi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. berumur 60 tahun atau lebih. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. transisi epidemiologi. Secara garis besar proses transisi epidemiologi adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung).

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

I. PENDAHULUAN. satu sasaran dalam pembangunan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering

BAB I PENDAHULUAN. lansia yaitu kelompok usia tahun yang disebut masa virilitas, 55-64

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. sederhana dan mudah dilakukan pengukurannya. Tekanan darah. penyakit gangguan hemodinamik dalam sistem kardiovaskuler

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. ekonomis (Undang-Undang Kesehatan No 36 tahun 2009) (1). Pada saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawatan kesehatan masyarakat, keluarga sebagai unit utama yang menjadi sasaran pelayanan. Apabila salah satu di antara anggota keluarga mempunyai masalah keperawatan atau kesehatan, maka akan mempengaruhi anggota-anggota keluarga lain (Effendi, 2009). Salah satu penyakit yang ada dalam keluarga yang masih banyak ditemukan adalah hipertensi. Hipertensi masih banyak ditemukan di Indonesia maupun di dunia. Penderita hipertensi di Asia pada tahun 2000 tercatat 38,4 juta penderita dan diprediksi akan menjadi 67,4 juta orang pada tahun 2025. Penderita hipertensi tidak hanya pasien dengan usia lanjut, banyak juga penderita hipertensi yang usia muda(muhammadun, 2010). Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2011, bahwa 50% penderita hipertensi yang di ketahui hanya 25% yang mendapat pengobatan, dan hanya 12,5% yang di obati dengan baik (adequately treatedcases). Hipertensi menyebabkan 8 juta kematian per tahun di seluruh dunia dan 1,5 juta kematian per tahun di wilayah Asia Tenggara (Nuarima, 2012). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur 18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui 1

2 kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5 persen. Jadi, ada 0,1 persen yang minum obat sendiri. Responden yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebesar 0.7 persen. Jadi prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5 persen (25,8%+0,7 %)(Riskesdas. 2013). Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi merupakan pembunuh gelap (silent killer) karena termasuk dalam penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya (Muwarni, 2011). Hipertensi merupakan masalah yang besar dan serius dan cenderung meningkat pada masa yang akan datang karena tingkat ke ganasannya yang tinggi berupa kecacatan dan dapat menyebabkan kematian mendadak. Kehadiran hipertensi dapat membebani perekonomian keluarga, karena biaya pengobatannya yang mahal dan membutuhkan waktu yang panjang bahkan sampai seumur hidup untuk penyembuhannya (Yulianti & Sitanggang, 2006). Beberapa faktor risiko penderita hipertensi adalah keturunan, faktor usia (lansia lebih sering terkena hipertensi), obesitas, stres lingkungan. Gaya hidup juga mempengaruhi faktor resiko terjadinya hipertensi seperti gemar mengkonsumsi makanan dengan kadar garam yang tinggi (Faqih, 2007). Lanjut usia merupakan seseorang yang telah mencapai usia enam puluh tahun ke atas (Bandiyah, 2009). Menua atau aging adalah suatu proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain seperti menghilangnya perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri, dan

3 mempertahankan struktur, dan fungsi normalnya. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan dan berbagai macam penyakit pada lansia secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lanjut usia (Sudiarto, 2007). Penyakit pada usia lanjut seringkali disebabkan karena adanya penurunan organ dan sistem pada tubuh. Hal ini dapat dilihat dari beberapa penyakit yang menyerang pada lansia diantaranya diabetes melitus (17,4%), rematik (39,6%), asma (32,6%) dan pada sistem kardiovaskuler yang biasanya diikuti penyakit hipertensi (42,9%), stroke dan serangan jantung (10,7%). Hipertensi merupakan masalah yang sering dijumpai pada lansia dan merupakan salah satu faktor pemicu yang berhubungan dengan penyakit kardiovaskuler maupun penyakit syaraf lainnya. Hipertensi merupakan tekanan darah dimana sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmhg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmhg (Sudoyo dkk, 2010). Hipertensi pada lansia disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya gangguan pembuluh darah, elastisitas dinding aorta menurun, katub jantung menebal dan menjadi kaku, yang kemungkinan secara bersama-sama mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Disamping itu pada lansia juga terjadi penurunan semua fungsi organ. Hal ini dapat memperparah kondisi penderita sehingga dapat menimbulkan bermacam-macam komplikasi (Huda, 2013). Akibat adanya perubahan fungsi yang sangat mendasar pada proses menua yang meliputi seluruh organ tubuh, sehingga asuhan keperawatan pada lansia khususnya, ditekankan diproses pengkajian. Dalam melakukan pengkajian harus dilakukan terhadap fungsi semua sistem, status gizi, dan aspek psikososilnya (Kusharyadi, 2013).

4 Masalah kesehatan lanjut usia tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui proses kemunduran yang panjang. Ketika kemunduran fisik dan mental terjadi secara perlahan dan bertahap dan pada waktu kompensasi terhadap penurunan ini dapat dilakukan, dikenal sebagai senescence, yaitu masa proses menjadi tua. Penyebab fisik dari kemunduran ini merupakan suatu perubahan pada selsel tubuh bukan karena penyakit khusus, tetapi karena proses menua (Hurlock, 2008). Peranan keluarga dalam perawatan lansia antara lain perawatan fisik, perawatan psikologis, perawatan sosial dan perawatan spiritual. Perawatan lanjut usia di rumah bertujuan memberikan perawatan sebaik mungkin tanpa mengganggu atau mengurangi kemandirian lanjut usia. Kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari harus diupayakan, walaupun dalam beberapa aktivitas tentu perlu dibantu (Nugroho, 2008). Perawatan pada lansia, akan sering timbul permasalahan pada keluarga yang tinggal bersama dengan lansia yang mengalami masalah kesehatan. Keluarga memiliki tanggung jawab untuk merawat, namun dalam pelaksanaannya menyebabkan beban bagi keluarga. Beban keluarga adalah tingkat pengalaman yang tidak menyenangkan dalam keluarga sebagai efek dari kondisi anggota keluarganya. Kondisi ini dapat menyebabkan meningkatnya stres emosional dan ekonomi dari keluarga serta tingkat pengalaman distress keluarga sebagai efek dari kondisi anggota keluarganya (Fontaine, 2009). Hasil dari studi pendahuluan yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas I Baturraden berupa wawancara singkat kepada 10 keluarga yang mempunyai anggota keluarga lansia menderita hipertensi bahwa sebagian besar keluarga merasa terbebani dengan finasial. Lansia yang menderita hipertensi apabila

5 sering rawat ulangakan memerlukan biaya untuk pengobatan misalnya harus membeli obat-obatan yang diluar tanggungan biaya dari BPJS. Peneliti menanyakan pada 4 keluarga tentang beban keluarga yang dirasakan adalah keluarga merasakan sedih, bosan, stres dalam merawat anggota keluarga yang menderita hipertensi karena kondisi lansia secara fisik mengalami kemunduran. Sedangkan 6 keluarga yang lain merasa terbebani secara finansial merawat lansia yang menderita hipertensi, dan ada diantara keluarga yang tidak dapat lagi bekerja, sehingga dapat berpengaruh terhadap kondisi perekonomian keluarga. Berdasarkan latar belakang dan fenomena tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Gambaran beban keluarga dalam merawat lanjut usia yang menderita hipertensidi Wilayah Kerja Puskesmas I Baturraden. B. Perumusan masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana beban keluarga dalam merawat lanjut usia yang menderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas I Baturraden?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui beban keluarga dalam merawat lanjut usia yang menderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas I Baturraden.

6 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan karakteristik beban keluarga dalam merawat lanjut usia yang menderita hipertensi berdasarkan umur dan lama merawat hipertensi. b. Mendeskripsikan beban keluarga dalam merawat lanjut usia yang menderita hipertensi berdasarkan pekerjaan responden. c. Mendeskripsikan beban keluarga dalam merawat lanjut usia yang menderita hipertensi berdasarkan tingkat pendapatan responden. d. Mendeskripsikan beban keluarga dalam merawat lanjut usia yang menderita hipertensi berdasarkan pengetahuan responden. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi pelayanan kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi institusi pelayanan kesehatan khususnya Puskesmas I Baturradendalam meningkatkan program keperawatan keluarga khususnya tentang keperawatan hipertensi pada lanjut usia. 2. Bagi Responden Hasil penelitian ini diharapkan keluarga dapat mengetahui atau bisa menilai beban yang dirasakan. 3. Bagi Penelitian Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan data tambahan bagi penelitian keperawatan selanjutnya yang ingin melakukan penelitian keperawatan yang terkait dengan peran keluarga dalam perawatan lansia yang menderita suatu penyakit khususnya hipertensi.

7 E. Penelitian Terkait 1. Widyastuti (2012), judul penelitian Gambaran Beban Keluarga Dalam Merawat Lansia Dengan Demensia Di Kelurahan Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat: Studi Fenomenologi. Desain penelitian menggunakan fenomenologi deskriptif dengan wawancara mendalam untuk proses pengumpulan data. Analisa data menggunakan metode Collaizi. Hasil penelitian ini teridentifikasi 4 tema yaitu: 1) beban fisik; 2) beban psikologik; 3); beban ekonomi dan 4) beban sosial. Dapat disimpulkan beban keluarga merawat lansia dengan demensia sangat beragam dan mengakibatkan respon yang berbeda, sehingga perlu dicermati oleh pemberi asuhan lansia. 2. Nuraenah (2012), judul penelitian Hubungan Dukungan Keluarga dan Beban Keluarga dalam Merawat Anggota dengan Riwayat Perilaku Kekerasan di RS. Jiwa Islam Klender Jakarta Timur 2012. Desain penelitian kuantitatif berupa descriptive correlational dengan rancangan cross sectional. Hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara dukungan keluarga (dukungan informasi, emosional, instrumental dan penilaian) dan beban keluarga dalam merawat anggota dengan riwayat perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur. 3. Mukhtaruddin (2014), judul penelitian Gambaran Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga yang memiliki lansia dengan Penyakit Hipertensi. Metode penelitian menggunakan deksriptif korelasional dengan pendekatan Cross Sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

8 implementasi fungsi kesehatan keluarga yang memiliki lansia wiht hipertensi tinggi. Hasil penelitian ini merekomendasikan untuk pusat layanan kesehatan masyarakat dalam rangka meningkatkan informasi kepada masyarakat, terutama keluarga yang memiliki orang tua dengan hipertensi. 4. Susriyanti (2014), judul penelitian Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Perilaku Perawatan Hipertensi pada Lansia di Gamping Sleman Yogyakarta. Metode penelitian menggunakan desain penelitian korelasional dan pendekatan Cross Sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dan kejadian hipertensi pada lansia (p = 0,000, r = 0,702). Diketahuai kejadian hipertensi pada lansia di RT 06 dan RT 07 Niten adalah sebesar 58,82% (sebanyak 30 orang dari 51 populasi lansia). Tingkat dukungan keluarga pada lansia di Padukuhan Karang Tengah Gamping Sleman termasuk dalam kategori tinggi dan perilaku perawatan hipertensi yang dilakukan lansia di Padukuhan Karang Tengah Gamping Sleman termasuk dalam kategori cukup dan baik. 5. Mehta (2012), judul penelitian Stress among Family Caregivers of Older Persons in Singapore. Metode penelitian menggunakan observasional studi. Hasil penelitian menunjukkan hubungan terbalik yang signifikan antara tingkat stressdialami oleh pengasuh dan ADL dan ketergantungan ADL instrumental pasien. Pengasuh menjaga pasien yang menderita demensia, penyakit Parkinson, dan hipertensi lebih cenderung ditekankan

9 dari pada yang merawat orang dengan stroke, depresi, dan penyakit lainnya. 6. Lai (2012), judul penelitian Effect of Financial Costs on Caregiving Burden of Family Caregivers of Older Adults. Metode penelitian menggunakan observasional studi. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan biaya keuangan yang terkait dengan pengasuhan keluarga lansia, bahkan ketika dikendalikan untuk sebagian besar karakteristik demografi pengasuh, dan demografi, kesehatan, dan kebutuhan pengasuhan untuk perawatan lansia tersebut.