PENANGANAN INFLUENZA DI MASYARAKAT (SARS, H5N1, H1N1, H7N9)

dokumen-dokumen yang mirip
Simulasi Kejadian Luar Biasa Flu Burung di Desa Dangin Tukadaya

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 311/MENKES/SK/V/2009 TENTANG

Pedoman Surveilans dan Respon Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-COV) untuk Puskesmas di Kabupaten Bogor

BAB I PENDAHULUAN. penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe

BAB 1 PENDAHULUAN. kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,

BUKU SAKU FLU BURUNG. Posko KLB Ditjen PP dan PL : SMS GATE WAY :

Swine influenza (flu babi / A H1N1) adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae.

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas

RAPAT DENGAR PENDAPAT KEMENKES DENGAN PANJA KESEHATAN HAJI KOMISI IX DPR - RI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN FLU BURUNG DI DESA KIPING KECAMATAN SAMBUNGMACAN KABUPATEN SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C.

Perkembangan Flu Burung pada Manusia dan Langkah-Langkah Pengendaliannya

KEBIJAKAN UMUM PENGENDALIAN FLU BURUNG DI INDONESIA DIREKTUR PANGAN DAN PERTANIAN BOGOR, 25 FEBRUARI 2009

INFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)?

GAMBARAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI INTEGRASI FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA) DI DKI JAKARTA TAHUN 2008

ABSTRACT PENDAHULUAN SOSIALISASI FLU BURUNG SERTA PEMERIKSAAN JUMLAH SEL DARAH PUTIH DAN TROMBOSIT PENDUDUK DESA BERABAN KABUPATEN TABANAN

BAB I PENDAHULUAN. terakhir, tidak hanya menimbulkan kepanikan bagi masyarakat tetapi juga menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza

MODUL 2 DASAR DASAR FLU BURUNG, PANDEMI INFLUENZA DAN FASE FASE PANDEMI INFLUENZA MENURUT WHO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

FLU BURUNG AVIAN FLU BIRD FLU. RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI

Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Indluenza

KESIAPSIAGAAN MENGAHADAPI MERS-CoV

BUPATI KULON PROGO INSTRUKSI BUPATI KULON PROGO NOMOR : 1 TAHUN 2007 TENTANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan epidemiologi Avian Influenza

Frequent Ask & Questions (FAQ) MERS CoV untuk Masyarakat Umum

Jika tidak terjadi komplikasi, penyembuhan memakan waktu 2 5 hari dimana pasien sembuh dalam 1 minggu.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENYAKIT INFEKSI EMERGING TERTENTU

Pertanyaan Seputar Flu A (H1N1) Amerika Utara 2009 dan Penyakit Influenza pada Babi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu, avian influenza) adalah

BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Maret 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 300/MENKES/SK/IV/2009 TENTANG PEDOMAN PENANGGULANGAN EPISENTER PANDEMI INFLUENZA

AVIAN INFLUENZA. Dr. RINALDI P.SpAn Bagian Anestesi/ICU Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.DR.Sulianti Saroso

Buletin ini dapat memantau tujuan khusus SIBI antara lain :

BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Januari 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan

BULETIN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPONS

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 949/MENKES/SK/VIII/2004 TENTANG

KEBIJAKAN PENGENDALIAN ZOONOSIS DI INDONESIA

KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) selalu merupakan beban

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Panduan Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

Demam sekitar 39?C. Batuk. Lemas. Sakit tenggorokan. Sakit kepala. Tidak nafsu makan. Muntah. Nyeri perut. Nyeri sendi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RENCANA STRATEGIS NASIONAL PENGENDALIAN FLU BURUNG DAN KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI PANDEMI INFLUENZA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Wabah. Penyakit. Penanggulangannya.

PEDOMAN UMUM KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG FLU BABI DENGAN SIKAP PETERNAK BABI DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT FLU BABI DI DESA BRONTOWIRYAN NGABEYAN KARTASURA

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

PROGRAM INOVASI RS INDERA

Buletin SKDR. Minggu ke: 5 Thn 2017

PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KEDARURATAN KESEHATAN MASYARAKAT(KKM) DI PROVINSI SULSEL

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

Perkembangan Kasus AI pada Itik dan Unggas serta Tindakan Pengendaliannya

UPAYA MANDIRI PENCEGAHAN PENULARAN FLU BURUNG KE MANUSIA Oleh: dr. Kartika Ratna Pertiwi Staf Pengajar FMIPA UNY Pendahuluan Di awal tahun 2007,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

OVERVIEW KLB KERACUNAN PANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis

KESIAPSIAGAAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN DALAM CEGAH TANGKAL MERS-COV DI PINTU MASUK NEGARA

PENGENDALIAN PENYAKIT, SURVEILANS EPIDEMIOLOGI, IMUNISASI & KESEHATAN MATRA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/OT.140/1/2007 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PENGENDALI PENYAKIT AVIAN INFLUENZA REGIONAL

PROPINSI LAMPUNG Minggu Epidemiologi ke-21

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Campak merupakan penyakit pernafasan yang mudah menular yang

PEDOMAN KEWASPADAAN UNIVERSAL BAGI PETUGAS KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

Surveilans Respons dalam Program KIA Penyusun: dr. Sitti Noor Zaenab, M.Kes

BAB 1 PENDAHULUAN. TB.Paru merupakan penyakit yang mudah menular dan bersifat menahun, disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

FLU BURUNG. HA (Hemagglutinin) NA (Neoraminidase) Virus Flu Burung. Virus A1. 9 Sub type NA 15 Sub type HA. 3 Jenis Bakteri 1 Jenis Parasit

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

Penanggulangan Penyakit Menular

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 36 TAHUN 2007

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan Pasal 5, 8, 65, 66,

Tinjauan Mengenai Flu Burung

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

SURVEILANS DAN PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR PASKA BENCANA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT SARS

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan aset terpenting dari kehidupan. Kita bisa melakukan

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan bayi dan anak. Penyakit tersebut disebabkan oleh

KEMENHAN. Satuan Kesehatan. Pengendalian. Zoonosis. Pelibatan.

Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-COV) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA

LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KEJADIAN LUAR BIASA DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN PENFUI PERIODE PEBRUARI 2012

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT UPT. PUSKESMAS SOTEK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

PENANGANAN INFLUENZA DI MASYARAKAT (SARS, H5N1, H1N1, H7N9)

INFLUENZA (FLU BURUNG, H1N1,SARS) Merupakan New Emerging Disease Penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A yang ditularkan oleh unggas & dapat menyerang manusia Kekhawatiran terjadinya penularan dari manusia ke manusia Menjadi perhatian, karena dikhawatirkan terjadi pandemi - pergerakan manusia yg cepat - transportasi yg mudah Saat ini banyak unggas bersifat enzootic (sehat tapi terinfeksi) kotoran mengandung virus Sangat merugikan,penularan sangat cepat dengan tingkat kematian yang tinggi (dapat mencapai 100%)

SIFAT VIRUS Strain virus paling virulen h5n1 Bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22 o C dan >30 hari pada suhu 0ºC, sedangkan ditubuh unggas sendiri dapat bertahan lebih lama. Mati pada pemanasan 60ºC selama 30 menit, dengan detergen, dan desinfektan.

1918 SPANISH FLU 1957 Asian Flu 1968 Hongkong Flu 40 t0 50 million deaths 2 million deaths 1 million deaths A (H1N1) A (H2N2) A (H3N2)

PERIODE PANDEMI Periode Interpandemi Fase 1: Infeksi pada binatang dengan risiko penularan rendah pada manusia Fase 2 : Infeksi pada binatang dengan risiko penularan tinggi pada manusia

Periode Waspada Pandemi Fase 3 : Infeksi pada manusia namun tidak ada penularan antar manusia atau adanya penularan yang sangat terbatas Fase 4 : Infeksi pada manusia dengan bukti penularan antar manusia yang terbatas (kelompok kecil) Fase 5 : Infeksi pada manusia dengan penularan antar manusia dalam kelompok yang semakin meluas.

Periode Pandemi Fase 6 : Pandemi (penularan antar manusia sudah efektif). RESPON CEPAT DAN UPAYA PEMBATASAN PENYEBARAN INFLUENZA PANDEMI

MENGENAL SINYAL PANDEMI 1. Sinyal epidemiologis Sinyal epidemiologis merupakan sinyal yang paling sensitif dan dapat dipercaya untuk segera memulai tindakan penanggulangan sebelum diperoleh konfirmasi virologis. Sinyal epidemiologis yang penting adalah: Klaster penderita atau kematian karena pneumonia yang tidak jelas penyebabnya dan terkait erat dalam faktor waktu dan tempat dengan rantai penularan yang berkelanjutan atau Klaster penderita pneumonia dengan generasi penularan kedua atau lebih tanpa hubungan darah antar generasi dan atau adanya penularan kepada petugas kesehatan yang merawat penderita.

2. Sinyal virologis Sinyal virologis dideteksi melalui genetic sequencing/penguraian gen dari isolat virus H5 yang berasal dari manusia atau hewan. Pemeriksaan ini telah dapat dilakukan di Indonesia. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti seberapa jauh perubahan genetik yg dibutuhkan untuk memungkinkan terjadinya penularan antar manusia Bali MEI. Dari penguraian gen ini akan dapat dideteksi: Reassortment (virus yang mengandung material genetik manusia dan hewan) atau Mutasi pada isolat virus dari manusia dan atau isolat hewan.

KEBIJAKAN PROGRAM PENGENDALIAN AVIAN INFLUENZA DI INDONESIA

TUJUAN Umum : - Menurunkan angka kesakitan dan kematian FB - Memutuskan rantai penularan FB dari unggas ke manusia - Mewaspadai kemungkinan terjadinya penularan antar manusia sedini mungkin

TUJUAN Khusus : Pencegahan terjadinya penularan FB pada manusia. Terdeteksinya dan penemuan penderita FB sedini mungkin. Penatalaksanaan penderita FB pada manusia secara cepat, tepat dan adekuat untuk menurunkan angka kematian FB. Penegakan diagnosis laboratorium FB secara cepat dan tepat. Terdeteksinya kemungkinan penularan antar manusia sedini mungkin. Penanggulangan episenter Pandemi Influenza. Penanggulangan Pandemi Influenza

SASARAN Masyarakat umum : mampu melindungi diri dan menerapkan PHBS Kelompok risiko tinggi : mampu melindungi diri dan segera mendapatkan yankes bila tertular FB. Kelompok Strategis : dukungan kebijakan, peraturan perundangan, dana, tenaga, sarana, dll

STRATEGI NASIONAL 1. Pengendalian penyakit pada hewan 2. Penatalaksanaan kasus pada manusia 3. Perlindungan pada kelompok risiko tinggi 4. Surveilans Epidemiologi pada hewan dan manusia 5. Restrukturisasi sistem industri perunggasan 6. Komunikasi resiko, edukasi dan peningkatan kesadaran masyarakat 7. Penguatan dukungan peraturan 8. Peningkatan kapasitas 9. Penelitian kaji tindak 10. Monitoring dan evaluasi (Renstra Nasional pengendalian BPI 2006-2008)

6 LANGKAH KESIAPSIAGAAN DEPKES 1. Mengumpulkan data & kajian ilmiah tentang penyakit ini dari berbagai sumber 2. Berkoordinasi dg WHO untuk memantau perkembangan 3. Membuat surat edaran kewaspadaan dini 4. Melakukan rapat koordinasi dengan para kepala kantor KKP di seluruh Indonesia untukl meningkatkan kewaspadaan 5. Berkoordinasi dg Badan Litbangkes untuk kemungkinan pemeriksaan spesimen 6. Berkoordinasi dengan Departemen Luar Negeri untuk merumuskan langkah-langkah tindakan penanggulangan

PRIORITAS DEPKES : - Menurunkan jumlah kasus dan kematian melalui Deteksi dini kasus & prompt treatment - Surveilans epidemiologi terpadu - Kerjasama lintas sektor - Penyuluhan kepada masyarakat melalui berbagai media dan berbagai kesempatan.

UPAYA UPAYA YG TELAH DILAKSANAKAN DI PROVINSI BALI

Dibentuk Tim Terpadu Pencegahan Pemberantasan Influenza Unggas Dengan SK Gub Bali No.384/03-J/HK/2005 tertanggal 8 Agustus 2005 Yang kemudian berdifusi menjadi Komite Daerah Pengendalian FB dan kesiapsiagaan menghadapi Pandemi Influenza Dibentuk Tim Teknis Penanggulangan AI Bidang Kesehatan Provinsi Bali Dengan SK Kepala Dinas Nomor 117 Tahun 2007

Penutupan wilayah terhadap pemasukan dan transit unggas dari dan ke Pulau dengan Peraturan Gub No. 44 Tahun 2005 Pembentukan PDS/R dan DSO Menyiapkan RS Rujukan (RS Sanglah, RS Tabanan dan RS Gianyar) Menyiapkan laboratorium AI (FK UNUD, RS Sanglah dan BLK) Telah dilaksanakan simulasi lapangan penanggulangan Episenter Pandemi Influenza

PEMBENTUKAN POSKO Posko 1 : KKP Denpasar Menjaring suspek dengan menggunakan kartu kuning (Health Alert Card) bagi penumpang yang datang dan pergi Melakukan rujukan suspek ke RS Sanglah Posko 2 : RS Sanglah Melakukan perawatan yang sesuai dengan standar operasional Posko 3 : Dinkes Prov Bali Sosialisasi interaktif, leaflet, brosur, pertemuan baik tkt provinsi maupun kabupaten Distribusi Kapsul Oseltamivir ke seluruh kab./kota Puskesmas & RSUD Pelacakan kasus bila ada kasus yang dicurigai Serosurvei pada kelompok orang dalam penyelidikan

SOSIALISASI Sarana Media cetak, Media elektronik, penyuluhan langsung. Sasaran Masy, kelompok kelompok.

SURVEILANS KEWASPADAAN DINI: SURVEILANS AKTIF DAN AKTIF

PERTEMUAN PEMANTAPAN SURVEILANS ILI DI RSUD KABUPATEN Pertemuan koordinasi di RSU

SERO SURVEI Pengambilan darah kontak

PEMBENTUKAN DSO Perlatihan petugas DSO di Kab/Kota se-bali

TUGAS DSO Surveilans aktif penemuan dini kasus keberhasilan pengobatan Surveilans integrasi menginformasikan setiap kematian unggas PE apabila dilaporkan adanya suspect Melaporkan segera (via SMS) bila : Ada kematian unggas Ada kasus suspect

RUMAH SAKIT RUJUKAN RUMAH SAKIT SANGLAH PENGEMBANGAN RUJUKAN AI : - RSUD TABANAN - RSUD GIANYAR

LABORATORIUM REGIONAL LAB MIKROBIOLOGI FK UNUD SUB REGIONAL LAB RS SANGLAH DAN BLK

KESIAPSIAGAAN POSKO AI

SKD KAB/KOTA Meningkatkan kegiatan surveilans terhadap ILI dan pneumonia serta melaporkan kasus kecurigaan ke arah flu burung kepada posko KLB Dirjen PP & PL Memantau perkembangan kasus secara terus menerus melalui sarana yang dimungkinkan Meningkatkan koordinasi lintas program dan lintas sektor serta menyebarluaskan informasi. Mewaspadai semua kasus dg gejala ILI & menelusuri riwayat kontak dg unggas atau orang yg baru datang dari negara yang sedang terjangkit

ALUR SISTEM KEWASPADAAN DINI (SKD) Laboratorium Puskesmas W1/ W2 Dikes Kab W1/ W2 Dikes Prop Puskeswan Disnak Kab. Disnak Prov. RSUD RSUP Pusat

SITUASI KASUS AI DI BALI

KRITERIA (DEFINISI KASUS) 1. SESEORANG DALAM PENYELIDIKAN SESEORANG ATAU SEKELOMPOK ORANG YANG DIPUTUSKAN OLEH PEJABAT KES.YG BERWENANG UNTUK DILAKUKAN P.E THD KEMUNGKINAN TERINFEKSI

KRITERIA (DEFINISI KASUS) 2. KASUS SUSPEK SEORANG YANG MENDERITA DEMAM ( 38 ºc) DAN DISERTAI SATU ATAU LEBIH GEJALA BERIKUT : BATUK SAKIT TENGGOROKAN PILEK SESAK NAFAS Dalam tujuh hari terakhir sblm muncul gejala klinis mempunyai riwayat kontak erat thd penderita (suspek, probable dan konfirmasi) serta riwayat kontak erat dg unggas positif h5n1

3. PROBABLE SESEORANG YANG MENINGGAL KARENA PENYAKIT SALURAN NAFAS AKUT YG TIDAK BISA DIJELASKAN PENYEBABNYA, DAN SECARA EPIDEMIOLOGI MENURUT WAKTU, TEMPAT DAN PAJANAN BERHUBUNGAN DG KASUS PROBABLE DAN KASUS KONFIRMASI

4. KASUS KONFIRMASI SESEORANG YG MEMENUHI KRITERIA KASUS SUSPEK ATAU KASUS PROBABLE DAN DISERTAI DG HASIL LAB POSITIF H5N1

KELOMPOK RESTI Kontak erat dengan pasien AI.terpanjan Pekerja peternakan / pemproses unggas Mengkonsumsi produk unggas mentah didaerah yang terinfeksi Kontak erat dengan binatang lain selain unggas yang telah konfirmasi H5N1 Petugas lab yang memproses sampel

MAPPING KASUS CONFIRMED FLU BURUNG PROVINSI BALI TAHUN 2007 & 2012 2011 : 3 KASUS DARI DESA JEHEM-BANGLI 2007 : 1 KASUS DARI DESA DANGIN TUKAD DAYA Tahun Suspek Confirm 2005 1 0 2006 0 0 2007 16 2 2008 0 0 2009 6 0 2010 1 0 2011 14 3 2012 3 1 2012: 1 KASUS di DESA KROBOKAN KEC, KUTA 2007 : 1 KASUS DARI DESA BERABAN

ALUR RUJUKAN KASUS FB GEJALA ILI (+) KELOMPOK RISTI Dengan atau tanpa sesak NON KELOMPOK RISTI berikan oseltamivir LABORATORIUM: Hb, Leuko, Tr, Diff (drh rutin) RS. Rujukan AI LEUKOSIT N / > Leukopeni FOTO TORAKS Jika tidak ada indikasi rawat PULANG KIE Ro : BUKAN PNEUMONIA Ro : PNEUMONIA

TATALAKSANA & SISTEM RUJUKAN SUSPEK FB Demam 38 GEJALA ILI (+) KELOMPOK RISTI Dengan atau tanpa sesak Non kelompok risti tanpa sesak napas Non kelompok risti sesak napas Berikan Oseltamivir Suspek FB LABORATORIUM: Hb, Leuko, Tr, Diff (drh rutin) Swab (hidung & tenggorokan) koordinasi dg ptgs Dinkes Kab/DSO Lab : Hb, Leuko, Tr, Diff (darah rutin) LEUKOSIT N / > Leukopeni FOTO TORAKS PCR (+) Leukopenia Bukan suspek FB cari penyebab lain Ro : BUKAN PNEUMONIA Ro : PNEUMONIA RS. Rujukan FB berikan oseltamivir SUSPEK FB

SUMBER Chin J (2009), Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Depkes RI (2009), Pedoman Kebijakan dan Pengendalian Flu Burung. Kemenkes (2010), Pedoman Tatalaksana Klinis FB di Rumah Sakit