BAB I PENDAHULUAN. dapat menular kepada manusia dan menyebabkan kematian (Zoonosis) (KOMNAS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu, avian influenza) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe

BAB 1 PENDAHULUAN. kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,

FLU BURUNG. HA (Hemagglutinin) NA (Neoraminidase) Virus Flu Burung. Virus A1. 9 Sub type NA 15 Sub type HA. 3 Jenis Bakteri 1 Jenis Parasit

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh penyuluhan..., Sufyan Suri, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN FLU BURUNG DI DESA KIPING KECAMATAN SAMBUNGMACAN KABUPATEN SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C.

BAB I PENDAHULUAN. terakhir, tidak hanya menimbulkan kepanikan bagi masyarakat tetapi juga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MODUL 2 DASAR DASAR FLU BURUNG, PANDEMI INFLUENZA DAN FASE FASE PANDEMI INFLUENZA MENURUT WHO

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG FLU BABI DENGAN SIKAP PETERNAK BABI DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT FLU BABI DI DESA BRONTOWIRYAN NGABEYAN KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sub sektor memiliki peran penting dalam pembangunana nasional. Atas

KEBIJAKAN UMUM PENGENDALIAN FLU BURUNG DI INDONESIA DIREKTUR PANGAN DAN PERTANIAN BOGOR, 25 FEBRUARI 2009

Tinjauan Mengenai Flu Burung

BUKU SAKU FLU BURUNG. Posko KLB Ditjen PP dan PL : SMS GATE WAY :

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA

BUPATI KULON PROGO INSTRUKSI BUPATI KULON PROGO NOMOR : 1 TAHUN 2007 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh virus influenza tipe A, yang ditularkan oleh unggas seperti ayam, kalkun, dan

BAB I PENDAHULUAN. puncak kejadian leptospirosis terutama terjadi pada saat musim hujan dan

Perkembangan Kasus AI pada Itik dan Unggas serta Tindakan Pengendaliannya

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data dan informasi mengenai flu burung berikut ini diperoleh dari :

DAFTAR ISI. PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 2 Manfaat Penelitian... 2 Hipotesis... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan epidemiologi Avian Influenza

Pertanyaan Seputar "Flu Burung" (Friday, 07 October 2005) - Kontribusi dari Husam Suhaemi - Terakhir diperbaharui (Wednesday, 10 May 2006)

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1). Pembangunan bidang kesehatan

Penyebaran Avian Flu Di Cikelet

Yusmichad Yusdja, Nyak Ilham dan Edi Basuno PSE-KP BOGOR PENDAHULUAN. Latar Belakang dan Pemasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan. Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH DALAM PENANGGULANGAN PENYAKIT FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA) PADA AYAM RAS

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGASAHAN... RIWAYAT HIDUP... ABSTRAK... v. KATA PENGANTAR. vii. DAFTAR ISI. ix. DAFTAR TABEL.

WALIKOTA TASIKMALAYA

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

Wahai Burungku, Ada Apa Denganmu (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Industri Peternakan unggas dibagi menjadi 4 sektor yaitu sektor 1 merupakan

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS WALIKOTA SURABAYA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis

PIDATO PENGANTAR MENTERI PERTANIAN PADA RAPAT KERJA DENGAN KOMISI IV DPR-RI TANGGAL 1 FEBRUARI 2007

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRACT PENDAHULUAN SOSIALISASI FLU BURUNG SERTA PEMERIKSAAN JUMLAH SEL DARAH PUTIH DAN TROMBOSIT PENDUDUK DESA BERABAN KABUPATEN TABANAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 50/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1. BAB I PENDAHULUAN

Bab I. Pendahuluan. Model Penyebaran Avian Flu Hendra Mairides

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Manfaat imunisasi untuk bayi dan anak

LAPORAN PENELITIAN: Bahasa Indonesia

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Simulasi Kejadian Luar Biasa Flu Burung di Desa Dangin Tukadaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERMASALAHAN DALAM PELAKSANAAN PENGENDALIAN FLU BURUNG DI JAWA BARAT. oleh : Ir. Koesmajadi TP Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1991 TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

FLU BURUNG AVIAN FLU BIRD FLU. RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI

PENANGANAN INFLUENZA DI MASYARAKAT (SARS, H5N1, H1N1, H7N9)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIK)

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI DESEMBER 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil

BAB I PENDAHULUAN. yang meningkat sepanjang tahun. Di dunia diperkirakan setiap tahun terdapat 30 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

INFORMASI UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) TAHUN 2010, 2011, 2012

BAB I PENDAHULUAN. pemangku kepentingan (stakeholders) sebagaimana telah didiskusikan dalam

LAPORAN ANALISIS RISIKO PEMASUKAN SAPI BIBIT BALI YANG DIKIRIM DARI LOMBOK- NTB KE MAKASSAR TERHADAP PENYAKIT ANTHRAKS

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

Pertanyaan Seputar Flu A (H1N1) Amerika Utara 2009 dan Penyakit Influenza pada Babi

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak lama tetapi kemudian merebak kembali (re-emerging disease). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dan dalam waktu yang relatif singkat. Penyakit jenis ini masih

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Rabies merupakan Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) Golongan II

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Haemorraghic Fever

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menular pada manusia. Oleh karena itu, rabies dikategorikan sebagai penyakit

Flu burung adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A. Umumnya tipe ini ditemukan pada burung dan unggas. Kasus penyebaran :

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan.terlebih lagi dalam kondisi

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1991 TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR

BULETIN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPONS

BAB I PENDAHULUAN. Industri peternakan di Indonesia saat ini sedang mengalami kelesuan. Berbagai

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

Biosecurity. Biosecurity: Pandangan Baru Terhadap Konsep Lama. Perspektif Saat Ini

Swine influenza (flu babi / A H1N1) adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae.

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya guna tercapainya negara yang kuat (Ratna, 2011).

Sebaran Umur Korban Gigitan Anjing Diduga Berpenyakit Rabies pada Manusia di Bali. (The Distribution of Ages on Victims of Rabies in Bali)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) bertujuan untuk mewujudkan

Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya

HASIL DAN PEMBAHASAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2011

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Flu burung adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A (H5N1) yang ditularkan oleh unggas yang dapat menyerang manusia. Nama lain dari penyakit ini adalah flu burung (Depkes RI, 2009). Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi. Penyakit flu burung ini pada mulanya menular dari unggas ke unggas, kemudian dapat menular kepada manusia dan menyebabkan kematian (Zoonosis) (KOMNAS FBPI, 2008). Kejadian flu burung pernah menimbulkan pandemic influenza yang terjadi pada tahun 1918 di dunia dimana jumlah korban meninggal dunia sebesar 50 juta sampai 100 juta jiwa yang disebabkan oleh virus flu burung subtype H1N1 dengan tingkatan kondisi sangat berbahaya atau membinasakan (devastating). Kejadian ini lebih dikenal dengan pandemic Flu Spanyol. Kemudian pada tahun 1957-1958 pandemi flu burung terjadi kembali yang disebabkan oleh virus flu burung subtype virus H2N2 dengan jumlah korban meninggal dunia 1 juta jiwa dan tingkatan kondisi pada pandemic ini adalah tingkatan sedang yang berarti tidak berbahaya seperti pandemic di Spanyol (moderat). Dan kejadian ini lebih dikenal dengan Flu Asia. Selanjutnya pada tahun 1968-1969 pandemi kembali terjadi yang lebih dikenal dengan Flu Hongkong yang disebabkan oleh virus flu burung subtype H3N2 dengan tingkatan kondisi pada pandemic ini adalah tingkatan ringan atau tidak sedahsyat 1

2 pandemic Flu Spanyol dan Flu Asia dan jumlah korban jiwa yang meninggal dunia sebesar 1 juta jiwa (Flu burung, 2006). Virus flu burung dengan subtype H5N1 yang menyerang unggas kembali muncul di Hongkong pada tahun 1997. Walaupun belum dapat dipastikan akan terjadi pandemic influenza setelah tahun 1969. Tampaknya sifat virus mudah berubah dengan cepat, sehingga banyak spesies unggas yang dapat bertindak sebagai pembawa virus (reservoir) yaitu sekitar 100 spesies burung liar dapat diisolasi virus flu burung. Hal ini terbukti pada tahun 1999 terjadi kasus pada unggas dengan kejadian yang besar (outbreak) kembali yang selasnjutnya menyebar ke Asia Tenggara dan Asia Timur. Kemudian muncul kembali pada februari tahun 2003. Selanjutnya menyebar ke Korea Selatan, Jepang, Thailand, Indonesia, Filipina, Korea Utara, Kamboja, Siberia, Rumania, dan Turki. Hingga tahun 2005 tercatat 150 juta unggas yang mati atau dimusnahkan. Kemudian menyebar ke Belanda dan Negara-negara Asia termasuk Indonesia. Perkembangan kasus flu burung pada unggas (kasus AI-unggas) di dunia ditemukan pada tahun 1997 di Hongkong, kemudian muncul kembali pada Bulan Februari 2003 dengan kasus kejadian 18 orang diduga (suspect) dan 6 orang dinyatakan positif, meninggal dunia (confirmed). Selanjutnya menyebar ke Korea Selatan, Jepang, Thailand, Indonesia, Filipina, Korea Utara, Kamboja, Siberia, Romania dan Turki. Sampai akhir Februari 2003 kasus AI-Unggas ini masih terus menyebar ke berbagai Negara di dunia. Flu burung yang pada awalnya hanya menyerang unggas, kemudian juga dapat menular pada manusia (zoonosis). Pada tahun 1997 tepatnya di Hongkong ditemukan kasus yang terjadi kasus pada manusia atau penularan dari unggas ke

3 manusia. Dengan kasus kejadian 18 orang yang diduga terinfeksi flu burung (suspect) dimana 6 diantaranya positif dan meninggal dunia (confirmed). Kemudian kasus serupa kembali menyerang Hongkong pada bulan februari tahun 2003 dengan jumlah 2 kasus dan meninggal dunia (WHO, 2009). Sejak Februari 2003 hingga April 2012 tercatat kejadian kasus pada manusia di dunia dengan total kasus sebanyak 602 kasus dan kematian sebanyak 356 yang tersebar di beberapa Negara seperti Azerbaijan dengan jumlah kasus 8 dan kematian 5, Bangladesh dengan jumlah kasus 6 dan tidak ada kasus kematian, Kamboja dengan jumlah kasus 20 dan kematian 18, RRC dengan jumlah kasus 42 dan kematian 28, Djibouti dengan jumlah kasus 1 dan tidak ada kasus kematian, Mesir dengan jumlah kasus 167 dan kematian 60, Indonesia dengan jumlah kasus 188 dan kematian 156, Irak dengan jumlah kasus 3 dan kematian 2, Laos dengan jumlah kasus 2 dan kematian 2, Myanmar dengan jumlah kasus 1 dan tidak ada kasus kematian, Nigeria dengan jumlah kasus 1 dan kematian 1, Pakistan dengan jumlah kasus 3 dan kematian 1, Thailand dengan jumlah kasus 25 dan kematian 17, Turki dengan jumlah kasus 12 dan kematian 4 dan Vietnam dengan jumlah kasus 123 dan kematian 61 (WHO, 2012). Pertama kali kasus flu burung di Indonesia menyerang unggas pada peternakan ayam di Kabupaten Pekalongan Propinsi Jawa Tengah, yang dimulai pada Bulan Agustus 2003 (Depkes RI, 2006). Virus ini menyerang ayam ras dan kemudian menyerang peternakan perbibitan serta peternakan ayam petelur (layer) dan ayam pendaging (broiler). Jenis ternak unggas lainnya yang terserang adalah ayam kampung, itik, dan burung puyuh. Wilayah yang terjangkit flu burung pada tahun 2003 telah mencapai 9 provinsi meliputi 51 kabupaten dan jumlah ayam atau

4 unggas yang mati mencapai 4,7 juta ekor (Renstra Nasional Pencegahan AI, 2005). Penemuan virus AI selanjutnta diumumkan melalui media massa oleh Menteri Pertanian bahwa Indonesia tertular flu burung-unggas pada 25 Januari 2004 dan kemudian menyebar kebeberapa propinsi lain seperti Banten, Jakarta, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Lampung, NTB, NTT, Jambi, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara dan Aceh. Terhitung mulai bulan Agustus 2003 sampai pertengahan tahun 2007 jutaan unggas mati mendadak dan serempak dalam setiap kasus kematian. Jumlah kematian terbesar terjadi antara bulan November 2003 hingga Maret 2003. Dalam kurun waktu tersebut, hampir 223 dari 444 Kabupaten/Kota di Indonesia merupakan wilayah endemis flu burung pada unggas. Virus flu burung pada unggas terus menyebar luas dan sudah mencapai lebih dari 78,8% di wilayah Provinsi dan lebih dari 40,2% Kabupaten di Indonesia. Sampai saat ini, keberadaan virus flu burung belum dapat dibasmi secara tuntas (Muladno, dkk, 2008). Sampai dengan 2008 daerah yang endemis flu burung pada unggas dari 31 provinsi di Indonesia terdapat 298 Kabupaten/Kota tidak terkecuali Bali juga termasuk diantaranya dimana Bali yang notabene adalah industry pariwisata terbesar di Indonesia(Deptan RI, 2008). Sedangkan kasus flu burung pada manusia pertama kali ditemukan pada bulan Juni tahun 2005 di Kabupaten Tangerang Provinsi Banten. Kasus kemudian menyebar ke Jakarta, Jawa Barat (Bekasi dan Bogor), Lampung, Jawa Tengah (Magelang, Boyolali, Semarang), Jawa Timur (Tulungagung), Sumatera Barat (Padang), Sumatera Utara (Karo) dan Bali (Jembrana, Tabanan, dan Bangli). Dan kasus kematian pada manusia akibat penyakit ini masih terus terjadi. Kasus terakhir di tahun 2008 adalah kematian penderita penyakit flu burung di Tangerang Banten,

5 seorang perempuan berusia 29 tahun yang meninggal pada tanggal 16 Desember 2008. Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa sebelumnya korban sempat mengunjungi pasar becek untuk membeli produk segar termasuk daging ayam. Kasus kedua yaitu seorang anak perempuan berusia 5 tahun dari Kota Bekasi Jawa Barat, yang masuk rumah sakit tanggal 27 Desember 2008 dan meninggal tanggal 2 Januari 2009. Seperti halnya kasus pertama, dua hari sebelum gejala Influenza Like Illness (ILI) timbul, penderita sempat mengunjungi pasar becek untuk membeli daging dan telur ayam (WHO, 2009). Sedangkan kasus kematian unggas akibat penyakit flu burung juga masih sering terjadi. Sejak pertengahan Desember 2008 hingga akhir Januari 2009 telah terjadi kematian unggas sebanyak 4000 ekor ayam yang semuanya positif terinfeksi flu burung di 11 Kecamatan di Propinsi Jawa Timur. Wabah AIunggas ini dikaitkan dengan meninggalnya seorang pembantu rumah tangga di Surabaya yang bernama Sutini, asal Desa Sumberwuluh Lumajang Jawa Timur, yang meninggal pada tanggal 24 Januari 2009 dengan hasil laboratorium positif flu burung. Para ahli memperkirakan bahwa virus H5N1 yang menyerang Sutini diterbangkan oleh angin karena lingkungan tempat Sutini bekerja sebagai pembantu rumah tangga terbebas dari unggas. Di Propinsi Bali kasus flu burung yang menyerang manusia terjadi pada tahun 2007 yang merenggut dua korban jiwa dimana keduanya adalah pekerja yang selalu berkaitan dengan unggas/ayam (WHO, 2008). Dari data terbaru sepanjang 2012 ini, jumlah unggas yang dilaporkan mati secara mendadak sudah mencapai sekitar 1.400 ekor. Sementara 1.300 ekor lebih unggas di sekitar lokasi yang diduga terpapar flu burung sudah dimusnahkan. Untuk provinsi Bali, terkait kejadian unggas yang mati secara mendadak diduga kasus flu burung ini sudah merambah delapan

6 kabupaten/kota di Bali. Hingga pertengahan Oktober 2012 ini, praktis hanya di Kabupaten Gianyar yang belum ada laporan kasus kematian unggas secara mendadak. Kasus flu burung pada unggas pertama kali terdeteksi di Bali pada tahun 2003 lalu. Saat itu, sekitar 100 ribu ekor unggas di Kabupaten Jembrana, Badung, Karangasem dan Klungkung mati secara mendadak. Pada tahun 2004, kasus flu menyebar ke tujuh kabupaten (kecuali Badung dan Buleleng) dengan jumlah kematian unggas mencapai 552.285 ekor. Pada 2005, kasus flu burung hanya ditemukan di Denpasar, Badung dan Bangli dengan jumlah unggas yang mati sekitar 1.700 ekor. Sedangkan tahun 2006, terjadi kematian unggas mencapai 2.600 ekor di daerah Karangasem, Jembrana dan Tabanan. Kasus yang sangat mencengangkan terjadi pada tahun 2007, di mana untuk pertama kali ditemukan kasus flu burung pada manusia yang merenggut dua korban meninggal dunia. Saat itu, kasus kematian unggas terjadi di seluruh kabupaten/kota di Bali dengan jumlah unggas yang mati mencapai sekitar 4.000 ekor. Sementara pada tahun 2008, kasus flu burung hanya terjadi di Karangasem dengan jumlah unggas yang mati hanya lima ekor. Pada tahun 2009, hanya Gianyar yang tidak terpapar flu burung, di mana kematian unggas saat itu tercatat sekitar 1.400 ekor. Sedangkan pada 2010, kematian unggas hanya terjadi di Klungkung dan Jembrana dengan jumlah unggas yang mati hanya 10 ekor. Untuk tahun 2012 ini, kematian unggas relatif kecil, tapi kasus kematian dua kakak beradik dari Bangli pada tanggal 10 Oktober 2012 cukup mengagetkan. Dinas Peternakan Bali mencatat, sampai Oktober 2012 telah ditemukan 53 kasus AI (flu burung) yang menginfeksi unggas di Bali dengan jumlah desa yang tertular sedikitnya 48 desa dan 5 desa yang tertular

7 kembali seperti Desa Tajen Penebel Tabanan, Desa Sobangan Abiansemal Badung, Desa Sedang Mengwi Badung, Desa Werdi Bhuana Mengwi Badung, dan Desa Semarapura Kauh Klungkung. Kasus terbanyak justru ditemukan di daerah pariwisata, yakni Badung dengan 13 kasus. Disusul Tabanan 10 kasus, Klungkung 9 kasus, Jembrana 7 kasus, Karangasem 4 kasus,bangli 3 kasus, Denpasar 2 kasus, dan Buleleng 2 kasus. Hanya Gianyar yang saat ini belum ditemukan kasus tersebut. Kebanyakan ditemukan pada peternak unggas dalam jumlah kecil sedangkan peternakan komersial sudah biasa melakukan vaksinasi secara teratur. Salah satu kabupaten di Propinsi Bali yang terserang wabah flu burung pada unggas adalah Kabupaten Tabanan. Kabupaten Tabanan memiliki 10 kecamatan dimana masing-masing kacamatan memiliki daerah peternakan. Pada tanggal 06 Pebruari 2004 dilakukan pemusnahan (stamping out) ternak unggas di desa Babahan Penebel Tabanan. Selain dilakukan stamping out juga dilakukan serosurvei. Dan hasil serosurvei menunjukkan hasil (-) negatif. Pada tanggal 25 Maret 2005 dilakukan kembali serosurvei pada 4 desa di kecamatan Penebel, dengan jumlah sampel 120. Namun hasil pemeriksaan lab (-) H5N1 pada tanggal 16 Mei 2005. Walaupun kedua hasil serosurvei dinyatakan negative tapi tetap dilakukan kewaspadaan. Pada tahun 2012 ratusan ayam milik warga dan para pengusaha ternak ayam mati mendadak di Kecamatan Penebel dan Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan. Selain itu kasus flu burung di Kabupaten Tabanan juga telah merenggut korban jiwa yang merupakan pekerja yang selalu berkaitan dengan unggas. Akibat wabah flu burung pada unggas tersebut, menyebabkan beberapa peternak mengaku takut untuk beternak unggas kembali. Hal ini maenyebabkan populasi unggas di Kabupaten

8 Tabanan menurun. Salah satu desa yang tertular adalah desa Babahan Kecamatan Penebel, dimana pada desa ini memiliki peternakan yang paling banyak yaitu 82 peternakan. Terinfeksinya flu burung di desa Babahan disebabkan karena cara pemeliharaan ternak yang kurang aman, kurangnya penggunaan alat pelindung diri seperti masker dan sarung tangan saat kontak dengan unggas ataupun saat membersihkan kandang unggas juga mempengaruhi penyebaran virus H5N1. Selain itu pengawasan lalu lintas ternak yang terjadi selama ini perlu dilakukan peninjauan ulang. Hal ini tentu sangat berisiko terjadinya penularan virus flu burung kepada peternak bila unggas tersebut terinfeksi virus H5N1. Berdasarkan dari observasi dan survey pendahuluan di peternakan desa Babahan terlihat masih banyak terdapat kandang peternakan yang letaknya berdekatan dengan perumahan penduduk yang hanya berjarak sekitar 1 meter hingga 5 meter. Hal ini tidak baik untuk kesehatan warga masyarakat di desa Babahan. Kebanyakan kandang-kandang tersebut terlihat kurang terawat dan tidak terjaga kebersihannya. Meskipun pemerintah telah menegaskan sedini mungkin untuk mencegah penularan flu burung dari berbagai media namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk memelihara unggas secara benar (membuat kandang, membersihkan dan mengubur kotoran, memakai pakaian yang aman topi, sepatu, dan sarung tangan ). Sedangkan melalui wawancara dengan para pekerja ternak di wilayah desa Babahan didapat informasi bahwa unggas yang mati mendadak hanya dibuang atau hanya dikubur begitu saja di sungai sekitar peternakan. Selain itu kotoran ternak hanya disapu dan dikumpulkan di bawah kandang unggas saja. Kotoran tersebut akan dijual dan rata-rata setiap 3 minggu sekali akan diangkut oleh truk ke daerah Kintamani, Bangli sebagai pupuk sayuran. Untuk pengangkutan

9 kotoran unggas hanya diambil yang sudah mengering, sedangkan yang masih basah akan dibuang ke saluran air. Penimbunan kotoran unggas yang terlalu lama dapat mengakibatkan polusi udara dan tidak baik untuk kesehatan warga serta menimbulkan banyaknya tikus dan lalat di peternakan. Selain temuan adanya kandang ternak yang begitu dekat dengan rumah penduduk, juga ditemukan fakta lain yaitu di dalam kandang ternak terdapat ruangan tempat tinggal para pekerja ternak. Bahkan para pekerja ternak tersebut melakukan aktivitas sehari-hari di ruangan tersebut seperti makan, nonton tv dan bermain dengan anak mereka. Para pekerja ternak dalam bekerja sering mengajak anak mereka yang masih balita untuk mengambil telur bahkan membersihkan kandang ternak tempat mereka bekerja. Dari penjelasan di atas membuat penulis tertarik melakukan penelitian tentang seberapa besar ancaman yang mungkin timbul akibat virus flu burung dengan mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi perilaku pencegahan penyakit flu burung pada pekerja ternak unggas di Desa Babahan Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan?

10 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku pencegahan penyakit flu burung pada pekerja ternak unggas di Desa Babahan Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan tahun 2012. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pencegahan penyakit flu burung pada pekerja ternak unggas di Desa Babahan Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan tahun 2012. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan terhadap perilaku pencegahanpenyakit flu burung pada pekerja ternak unggas di Banjar Babahan Desa Babahan Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan tahun 2012. 2. Untuk mengetahui sikap terhadap perilaku pencegahan penyakit flu burung pada pekerja ternak unggas di Desa Babahan Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan tahun 2012. 3. Untuk mengetahui tindakan terhadap perilaku pencegahan penyakit flu burung pada pekerja ternak unggas di Desa Babahan Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan tahun 2012. 4. Untuk mengetahui pelayanan kesehatan terhadap perilaku pencegahan penyakit flu burung pada pekerja ternak unggas di Desa Babahan Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan tahun 2012.

11 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memeberikan sumbangan terhadap ilmu kesehatan masyarakat dan dapat dimanfaatkan bagi peneliti selanjutnya ke arah desain studi yang lebih kuat untuk mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi (membentuk) sikap terhadap flu burung. Penelitian seputar flu burung dengan uji bivariat lainnya juga dapat dikembangkan ke arah perilaku positif atau penelitian serupa pada lokasi yang berbeda atau dengan jumlah sampel penelitian yang lebih besar. 1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1 Manfaat bagi Dinas Peternakan dan Dinas Kesehatan Sebagai bahan masukan bagi Dinas Peternakan Kabupaten Tabanan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan maupun instansi terkait lainnya dalam menyusun program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular khususnya penyakit flu burung. 1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat Masyarakat mendapatkan informasi mengenai perilaku pencegahanpenyakit flu burung dengan harapan dapat melakukan perubahan perilaku. 1.4.4 Manfaat bagi Intitusi Informasi yang akan diperoleh merupakan dasar untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam dengan sampel yang lebih banyak.

12 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup pada penelitian ini menyangkut epidemiologi penyakit infeksi bidang P2PL pada pencegahan penyakit menular (P2M) khususnya Pencegahan Penyakit Bersumber Binatang (P2B2).