BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini masyarakat Indonesia terutama yang di perkotaan mengalami pergeseran pola konsumsi pangan. Seiring dengan kemajuan zaman dan perbaikan sosial ekonomi masyarakat, maka terjadi pula perubahan kebiasaan makan yang cenderung kebarat-baratan (western style diet). Makanan jadi dan makanan siap saji telah menjadi kegemaran di masyarakat. Masyarakat umumnya belum tahu atau kurang menyadari bahwa makanan jadi telah kehilangan banyak komponenkomponen essensial makanan, khususnya serat. Asupan serat yang terlampau rendah dalam kurun waktu lama akan mempengaruhi kesehatan seperti konstipasi, kegemukan, dan serangan penyakit degeneratif (Soelistijani, 2002). Konstipasi merupakan suatu gejala proses defekasi yang bermasalah dapat berupa defekasi tidak lancar dan tidak teratur, mengedan serta defekasi keras dan tidak tuntas (Tjay dan Rahardja, 2007). Semakin lama tinja tertahan dalam usus, konsistensinya semakin keras sehingga susah dikeluarkan. Hal tersebut berpangkal pada kelemahan tonus otot dinding usus akibat penuaan yaitu kegiatan fisik yang mulai berkurang, serta kurangnya asupan serat dan cairan (Arisman, 2007). Konstipasi sering terjadi pada anak, prevalensi konstipasi di Hongkong pada anak usia 4 sampai 17 tahun adalah 22,6%, sedangkan untuk usia di bawah 4 tahun sebesar 16% (Lee, et al., 2008). Pada lansia yang berusia di atas usia 65 tahun di Inggris sekitar 30-40% orang mengeluh konstipasi, 30% penduduk yang 1
berusia diatas usia 60 tahun merupakan konsumen yang teratur menggunakan obat pencahar. Sekitar 20% populasi yang berusia di atas 65 tahun di Australia, mengeluh menderita konstipasi (Siswono, 2003). Penelitian kepada 60 penderita konstipasi yang berobat ke RSUPH Adam Malik Medan menunjukan bahwa gejala konstipasi yang timbul pada pasien dengan konsumsi tinggi serat sebanyak 7 orang atau 11,7%, konsumsi yang baik serat dengan 33 orang atau 55%, dan konsumsi yang kurang serat dengan 20 orang atau 33,3%. Hal ini menunjukkan semakin tinggi konsumsi serat maka prevalensi kejadian konstipasi semakin rendah (Wanda, 2012). Saat ini, masyarakat semakin luas menggunakan tumbuhan obat dalam mengatasi masalah kesehatannya daripada menggunakan obat-obatan modern. Masyarakat telah mengenal dan menggunakan obat-obatan alamiah yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan, dan mineral. Mereka meramu dan meraciknya sendiri atas dasar pengalaman yang diwariskan secara turun-temurun oleh generasi sebelumnya (Dalimartha, 2007). Keji beling telah lama diketahui sebagai tanaman tradisional. Keji beling banyak digunakan untuk pengobatan beberapa jenis penyakit antara lain batu ginjal, batu empedu, diabetes, ambeien, kolesterol, sembelit, dll. Unsur-unsur yang terkandung dalam tanaman keji beling yang bersifat diuretik dapat menghancurkan gumpalan kolesterol dan memperlancar sekresi gula dalam darah, serta membantu memperlancar proses pembuangan tinja yang keras sehingga bisa berfungsi sebagai pencahar (Chusnia, 2010). Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut bagaimana pengaruh ekstrak etanol daun keji beling (Strobilanthus crispus) 2
terhadap kontraksi otot polos ileum tikus terisolasi serta mekanisme kerjanya yang dilakukan secara kualitatif pada marmut jantan. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil perumusan masalah sebagai berikut: a. apakah ekstrak etanol daun keji beling dapat meningkatkan kontraksi otot polos ileum marmut jantan terisolasi secara kualitatif? b. apakah mekanisme kerja ekstrak etanol daun keji beling mempunyai pola yang sama dengan asetilkolin sebagai kolinergik melalui reseptor muskarinik? 1.3 Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah di atas maka dibuat hipotesis analisis sebagai berikut: a. ekstrak etanol daun keji beling meningkatkan kontraksi otot polos ileum marmut terisolasi. b. mekanisme kerja ekstrak daun keji beling sebagai kolinergik melalui reseptor muskarinik mempunyai pola yang sama dengan asetilkolin. 3
1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis di atas maka tujuan penelitian ini antara lain: a. untuk mengetahui efek kontraksi ekstrak etanol daun keji beling dengan meningkatkan kontraksi usus ileum marmut terisolasi secara kualitatif. b. untuk mengetahui mekanisme efek kontraksi ekstrak etanol daun keji beling pada otot polos marmut terisolasi. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti ilmiah tentang efek kontraksi ekstrak etanol daun keji beling terhadap otot polos ileum marmut terisolasi dan mekanisme kerjanya. 1.4 Kerangka Pikir Penelitian Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Sebagai variabel bebas yaitu serbuk simplisia daun keji beling dan ekstrak etanol daun keji beling dan sebagai variabel terikat adalah karakteristik simplisia daun keji beling dan kontraksi otot polos ileum marmut terisolasi seperti yang di tunjukkan pada Gambar 1.1. 4
Variabel bebas Variabel terikat Parameter Serbuk simplisia Ekstrak etanol daun keji beling konsentrasi 1-8 mg/ml Karakteristik Simplisia Golongan senyawa kimia Kontraksi otot polos ileum marmut terisolasi - Makroskopik - Mikroskopik - Penetapan Kadar Air - Penetapan Kadar Sari Larut Air - Penetapan Kadar Sari Larut Etanol - Penetapan Kadar Abu Total - Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam - Alkaloid - Flavonoid - Saponin - Tanin - Glikosida - Steroid/Triterpenoid Nilai tegangan kontraksi otot polos ileum marmut Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian 5