BAB I PENDAHULUAN. sistem administrasi perpajakan dengan sistem self assessment, diharapkan dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan ekonomi negara tersebut. Indonesia adalah salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan nasional yang hendak dicapai negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pajak dan juga petugas pajak agar pembangunan dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat kecil baik materiil maupun spiritual. Untuk dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2009.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu negara akan berkembang dan berjalan dengan lancar

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terusmenerus. dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satunya disebabkan oleh lebih besarnya

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa pajak akan sangat mustahil sekali negara ini dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Sebagian masyarakat telah menganggap pajak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut, maka pemerintah perlu banyak memperhatikan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak (Pangestu, Rusmana:2014). Realisasi penerimaan pajak tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pemerintah yang berlangsung secara berkesinambungan. Tentunya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang tercantum dalam. Pembukaan UUD Upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut salah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan suatu negara dibentuk sebagai perwakilan suatu rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Pemerintah membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, pemerintah mengandalkan sumber-sumber penerimaan negara. Nota Keuangan dan APBN Indonesia tahun 2015 yang diunduh dari

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN. sektor perpajakan. Tiap tahunnya, Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. maupun pembangunan. Self assessment system merupakan suatu sistem pemungutan

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang ikut mendorong pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengandalkan berbagai pemasukan negara sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki tujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai

BAB 1 PENDAHULUAN. pelaksanaan dan pembangunan nasional tersebut serta bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I LATAR BELAKANG PENELITIAN. penting untuk membangun dan memperbaiki infrastruktur maupun meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. dari penerimaan dalam negeri maupun penerimaan luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan Pajak Daerah dalam upaya peningkatan pendapatan asli. secara terus menerus melalui penggarapan sumber-sumber baru dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak bersifat dinamik, sifat ini dibuktikan dari pajak selalu mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kewajiban pajaknya. Perubahan sistem pemungutan pajak ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (NKRI) merdeka sejak tanggal 17 Agustus tahun Dari tahun 1945 Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah Rp ,00 (Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. Pembiayaan suatu Negara sangatlah bergantung kepada besarnya

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan oleh setiap warga negara yaitu dengan membayar pajak. Sesuai

BAB I PENDAHULUAN. maju dan sejahtera. Dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan masyarakat dan perkembangan zaman, di antaranya dengan. mengembangkan e-government sebagai trend global birokrasi.

2015 PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI

BAB I PENDAHULUAN. dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) tahun

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya yang dimiliki suatu negara, baik berupa kekayaan alam

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah juga terus memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri

KONTRIBUSI PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI (PPh OP) TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PATI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan sebuah pemerintahan, Negara membutuhkan dana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mendengar kata Pajak, kebanyakan dari kita akan segera

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal dari ekspor dan berbagai jenis bantuan dari luar negeri masih dirasa

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui. Berbeda dengan pajak yang mempunyai umur tidak terbatas, dengan melihat semakin bertambahnya jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan utama dari kebijakan keuangan negara di bidang penerimaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 16 tahun 2009 menyatakan bahwa pajak adalah kontribusi wajib

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang terus-menerus berlangsung secara

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi dana pembangunan Negara, Pemerintah. masyarakat Indonesia, karena berdasarkan tax ratio Indonesia dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah. Sumber pendapatan pemerintah berasal dari pendapatan pajak dan

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari sektor migas lainnya merosot di pasar internasional

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang cukup dominan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam nya membutuhkan anggaran yang sangat besar. Anggaran-anggaran

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber penerimaan negara di peroleh dari berbagai sektor, baik sektor

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber utama penerimaan yang potensial untuk negara dalam. membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. sumber penerimaan merupakan satu hal yang sangat wajar. Berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini berbeda dengan pajak, sumber penerimaan ini mempuyai umur tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dalam hal perekonomian. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tax reform 1983, melalui self assessment system Wajib Pajak (WP)

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan berupaya untuk menciptakan negara Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya berasal dari penerimaan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Realisasi Penerimaan Negara (Milyar Rupiah),

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. satunya berasal dari penerimaan pajak. Dalam Undang-Undang No. 15 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari pajak juga perlu ditingkatkan karena pajak merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. satu instrumen dalam mengatur perekonomian negara, dapat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penerimaan sektor pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan lainnya yaitu penerimaan migas maupun penerimaan bukan pajak,

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembangunan. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. . Di indonesia salah satu satu penerimaan negara yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang dasar Dalam rangka memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. adalah dari hasil penerimaan pajak (Sutanto 2013). Kontribusi pajak dalam

I. PENDAHULUAN. menerus dalam rangka menjamin pembangunan nasional yang berkesinambungan.

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi pajak yang ada dapat dipungut secara optimal. Langkah-langkah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi perpajakan di Indonesia dimulai pada tahun 1983 yang menerapkan sistem administrasi perpajakan dengan sistem self assessment, diharapkan dengan sistem ini akan dapat meningkatkan partisipasi rakyat dalam memenuhikewajiban perpajakan. Peran dan fungsi pajak di masa yang akan datang akan semakin penting dan sangat strategis dalam menunjang operasi fiskal pemerintah, baik di dalam pembiayaan pengeluaran pemerintah maupun dalam pengelolaan dan pengendalian kebijakan ekonomi makro. Peningkatan penerimaan pajak, bagi Indonesia yang dewasa inisedang mencari solusi untuk keluar dari krisis ekonomi,merupakan salah satu tantangan besar yang dihadapi dalam upaya memelihara kebijakan fiscal yang berkelanjutan (sustainable fiscal policy), dan mencipatakan stimulus fiskal bagi bergeraknya roda kegiatan perekonomian masyarakat (fiscal stimulus) (Irwansyah, 2003). Dari indikator tax ratio, memberikan harapan dan sekaligus tantangan untuk menuju kemandirian pembiayaan pembangunan di masa yang akan datang (IGN Mayun Winangun,2000). 1

Tax ratio adalah kontribusi penerimaan pajak terhadap produk domestik bruto, yang menunjukkan tingkat kemampuan pemerintah mengumpulkan pendapatan pajak atau menyerap kembali produk domestik bruto dari masyarakat dalam bentuk pajak. Idealnya, semakin tinggi tax ratio suatu negara, maka akan semakin baik kinerja pemungutan pajak tersebut. Dalam tulisan Gunadi (2005) mengatakan secara umum terdapat beberapa pertimbangan dalam membuat kebijakan perpajakan, antara lain : 1. Dapat mencukupi penerimaan negara 2. Mempertimbangkan rasa keadilan dalam membuat kebijakan 3. Dapat menciptakan efisiensi dalam perekonomian 4. Dapat menunjang pertumbuhan ekonomi 5. Dapat menjaga stabilitas nasional 6. Pelaksanaan yang sederhana dari kebijakan perpajakan tersebut. 7. Dapat diterima secara politis agar dapat dilaksanakan kebijakan perpajakan tersebut 8. Biaya administrasi dan kepatuhannya yang paling murah Dalam periode 2008 2012, realisasi penerimaan perpajakan mengalami peningkatan secarasignifikan, dari Rp658,7 triliun (2008) menjadi Rp980,5 triliun (2012). Sejalan dengan makin meningkatnya penerimaan perpajakan, kontribusi penerimaan perpajakan terhadap pendapatan negara juga meningkat, dari 67,3 persen (2008) menjadi 73,6 persen (2012). Pendapatan pajak dalam negeri dalam periode tersebut meningkat rata-rata sebesar 10,6 persen per tahun, sedangkan pendapatan 2

pajak perdagangan internasional meningkat rata-rata sebesar 8,1 persen per tahun. Dilihat dari kontribusinya, pendapatan pajak dalam negeri dan pendapatan pajak perdagangan internasional memberikan kontribusi rata-rata masing-masing sebesar 95,2 persen dan 4,8 persen. Berikut adalah Grafik yang memaparkan penerimaan perpajakan dan tax ratio : Data dirilis Kementerian Keuangan pada Desember2015 Data Penerimaan Perpajakan di KPP Pratama Padang Satu selama tahun 2008 sampai tahun 2015 adalah sebagai berikut : 3

Penerimaan Perpajakan (dl Juta Rupiah) GRAFIK 2 PENERIMAAN PERPAJAKAN, 2008-2015 4,000,000 3,500,000 3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000,000 500,000 0 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Tahun Tahun Target Penerimaan Realisasi Penerimaan Sumber :Data Portal DJP Persentase penerimaan perpajakan di KPP Pratama Padang selama tahun 2008 sampai tahun 2015 adalah sebagai berikut : GRAFIK 3 PENERIMAAN PERPAJAKAN, 2008-2015 120.00% 112.02% 110.05% 117.90% 100.00% 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 90.95% 84.69% 80.41% 84.26% 73.59% 0.00% 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Pencapaian Sumber : Data Portal DJP 4

Terhitung sejak tanggal 5 Oktober 2015 telah beroperasi KPP Pratama Padang Satu dan KPP Pratama Padang Dua dengan dasar hukum Peraturan Menteri Keuangan PMK 206.2/PMK.01/2014 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak. Kedua kantor pajak tersebut adalah hasil pemecahan dari KPP Pratama Padang, agar pelayanan dan pengawasan kepada Wajib Pajak lebih optimal ke depannya. Untuk data penerimaan perpajakan tahun 2015 pada grafik 3, adalah hasil akumulasi penerimaan KPP Pratama Padang Satu dan KPP Pratama Padang Dua. Di dalam Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun anggaran 2014 yang disampaikan pemerintah, dipaparkan bahwa kebijakan umum penerimaaan perpajakan selama periode 2008-2012 lebih diarahkan kepada penyempurnaan kebijakan dan administrasi perpajakan (tax policy and administration) melalui : 1. Reformasi administrasi perpajakan 2. Reformasi peraturan dan perundang-undangan 3. Reformasi pengawasan dan penggalian potensi perpajakan. Untuk tujuan pengamanan penerimaan negara, Pemerintah akan tetap melanjutkan dan menyempurnakan pokok-pokok kebijakan perpajakan tahunsebelumnya yang secara umum lebih diarahkan kepada (a) peningkatan kepatuhan wajib pajak, terutama kepatuhan WP orang pribadi usaha (non karyawan) dan WP Badan; (b) peningkatan tax ratio melalui kegiatan ekstensifikasi, intensifikasi, peningkatan efektifitas penegakan hukum, perbaikan administrasi, penyempurnaan 5

regulasi dan peningkatan kapasitas DJP ; (c) peningkatan tax coverage melalui penggalian potensi perpajakan pada beberapa sektor unggulan seperti sektor pertambangan, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, dan sektor kontruksi serta jasa keuangan (d) penguatan dan perluasan basis data, baik data internal maupun eksternal. Kebijakan penerimaan pajak secara garis besar dibedakan atas kebijakan ekstensifikasi dan kebijakan intensifikasi.kebijakan Ekstensifikasi yang digariskan oleh Direktorat Jenderal Pajak adalah : 1. Tetap melanjutkan ekstensifikasi yang pro aktif melalui sensus pajak nasional; 2. Memperluas basis pajak dengan kebijakan PPh yang memberikan fasilitas bagi usaha kecil dan menengah dan penyederhanaan dalam pembayarannya; 3. Melakukan perbaikan secara fundamental sistem administrasi PPN yang dapat mengurangi kebocoran keuangan negara dan praktek-praktek korupsi; 4. Meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi dalam penggalian potensi pajak; 5. Memperbaiki kualitas SDM dan menambah jumlah SDM pajak dalam rangka meningkatkan kapasitas Direktorat Jenderal Pajak, baik untuk meningkatkan jumlah wajib pajak, maupun untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak Indonesia. 6

Kebijakan Intensifikasi yang ditempuh oleh Direktorat Jenderal Pajak adalah : 1. Peningkatan penegakan hukum, termasuk penigkatan kemampuan mengatasi masalah transfer pricing. Upaya melakukan ekstensifikasi dilakukan dengan menambah pendudukyang mempunyai NPWP, berbagai program ekstensifikasi untuk menambah wajibpajak ini dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Bagi penduduk yang telah memiliki NPWP, atau dengan kata lain telah sah secara yuridis sebagai Wajib Pajak, diharuskan untuk memenuhi hak dan kewajiban perpajakannya. Kesadaran wajib pajak untuk memenuhi hak dan kewajiban perpajakannya inilah yang menjadi perhatian dan fokus penting dalam pembahasan Kepatuhan Pajak (Nurmantu,2005). Terdapat 2 macam kepatuhan, yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan material (Nurmantu,2005).Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Perpajakan.Misalnya ketentuan batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan. Apabila wajib pajak telah melaporkan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh) Tahunan sebelum batas waktu maka dapat dikatakan bahwa wajib pajak telah memenuhi ketentuan formal, akan tetapi isinya belum tentu memenuhi ketentuan material. Kepatuhan material yaitu suatu keadaan dimana wajib pajak secara substantif memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan.wajib pajak yang memenuhi kepatuhan material adalah wajib pajak yang mengisi dengan jujur, lengkap, dan benar Surat 7

Pemberitahuan (SPT) sesuai ketentuan dan menyampaikannya ke KPP sebelum batas waktu berakhir. Kepatuhan pajak dapat diukur melaluitax compliance rate(tingkat kepatuhan pajak), tax compliance rate menggambarkan rasio perbandingan antara Jumlah SPT Tahunan yang dilaporkan terhadap Wajib Pajak terdaftar yang wajib menyampaikan SPT Tahunan. Wajib Pajak menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 7 Tahun 1982 sebagaimana telah beberapa kali diubah treakhir dengan Undang Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2008, yang disebut Wajib Pajak adalah orang pribadi, badan, badan pemerintahan dan bentuk usaha tetap yang memenuhi definisi sebagai subjek pajak dan menerima atau memperoleh penghasilan yang merupakan objek pajak. Sehingga untuk disebut sebagai Wajib Pajak harus terpenuhi syarat subjektif dan syarat obyektif. 8

Data Kepatuhan Pajak KPP Pratama Padang adalah sebagai berikut : Tabel 1.1Data Kepatuhan Pajak KPP Pratama Padang Tahun Pajak Kategori Badan OP Karyawan OP Non Karyawan Jumlah Persentase Kepatuhan 2011 2012 2013 2014 Wajib SPT 9.440 71.542 20.571 101.553 Jumlah Lapor 4.795 43.416 2.961 51.172 Wajib SPT 9.806 127.981 17.998 155.785 Jumlah Lapor 4.607 58.930 2.738 66.275 Wajib SPT 11.080 89.926 47.172 148.178 Jumlah Lapor 4.899 65.229 3.045 73.173 Wajib SPT 10.701 99.028 35.315 145.044 Jumlah Lapor 4.957 71.828 3.324 80.109 Wajib SPT 10.708 106.861 31.200 148.769 50,39% 42,54% 49,38% 55,23% 2015 Jumlah Lapor 5.813 88.192 5.296 99.301 Sumber :Data Kanwil DJP Sumatera Barat dan Jambi 66,75% Dari data tersebut diatas, terlihat persentase kepatuhan di KPP Pratama Padang senantiasa meningkat dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2015. Terlihat tingkat kepatuhan pajak tumbuh hingga 56,9%, dari yang awalnya 42,54% di tahun 2012 menjadi 66,75% di tahun 2015. Kenaikan signifikan jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi Karwayan pada tahun 2012 disebabkan oleh beberapa program pemerintah yang melibatkan pegawai tidak tetap yang menerima penghasilan berkesinambungan dan mengharuskan karyawan/calon karyawan tersebut memiliki NPWP, NPWP bagi 9

PNS dan karyawan baru yang dipekerjakan di 2012 dan Wajib Pajak baru yang terdaftar melalui Pendaftaran Wajib Pajak Massal (PWPM). Direktorat Jenderal Pajak selalu mengembangkan effort untuk menemukan berbagai macam inovasi dan terobosan dalam mencapai target perpajakan dan meningkatkan kepatuhan, melakukan berbagai penilaian terhadap berbagai usaha yang sudah dilakukan sehingga dapat mengukur secara lebih tepat tindakan yang dapat ditingkatkan dari segi kualitas dan juga kuantitas usaha yang harus dilakukan kedepannya. Mengingat peran penting kepatuhan pajak yang memberikan informasi mengenai tingkat peranserta (kontribusi) wajib pajak terhadap penerimaan pajak suatu Negara, banyak studi yang mencoba menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhikepatuhan pajak ini.secara umum, pendekatan untuk menjelaskan kepatuhan pajak dibedakan atas pendekatan rasionalitas ekonomi dan pendekatan perilaku kerjasama (non economic). Pendekatan rasionalitas ekonomi telah dikenal sejak manusia mengenal sistem pemerintahan dan bersama samamengelola sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan bersama yang mereka sepakati.pendekatan perilaku kerjasama mulai diperkenalkan dalam berbagai studi di awal tahun 1990, yang salah satu fokusnya adalah berusaha menjelaskan dan memperkuat keinginan seseorang (wajib pajak) untuk membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.di lain pihak, pendekatan rasionalitas ekonomi lebih menitikberatkan kepada penegakan kepatuhan pajak dengan mengoptimalkan pemeriksaan pajak, pinalti untuk meminimalkan kemungkinan penghindaran pajak dari wajib pajak. 10

Dalam perkembangannya, pendekatan perilaku memiliki konsep sukarela (sesuai ketentuan Undang-Unadang), dengan mengutamakan keadilan, kesamaan, kewajaran dan pengawasan.pendekatan perilaku menempatkan wajib pajak sebagai warga Negara yang baik.di lain pihak, pendekatan ekonomi lebih mengutamakan efisiensi dalam penggunaan sumber daya dan wajib pajak diperlakukan sebagai kalkulator pribadi yang selalu berkaitan dengan untung dan rugi Di dalam pendekatan perilaku kerjasama ini, makin disadari bahwa salah satu penentu perilakuatau bahkan pendorong suatu perilaku adalah keyakinan dan kepercayaan (relijiusitas).nilai nilai yang terdapat dalam konsep relijiusitas pada hampir semua individu seringkali efektif dalam menghindarkan perilaku negatif dan mendorong perilaku positif dalam keseharian tiap individu, jadi dapat dikatakan juga relijiusitas harusnya memotivasi individu (wajib pajak) untuk secara sukarela patuh dengan hukum pajak. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian seperti yang telah dijelaskan dalam latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pengaruh antara tingkat religiusitasterhadap kepatuhan pajak. 2. Bagaimana pengaruh antara faktor eksternal dan tingkat religiusitasterhadap kepatuhan pajak. 3. Bagaimana pengaruh antara faktor eksternal terhadapkepatuhan pajak dengan tingkat religiusitas sebagai varabel moderator. 11

1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk menguji dan menganalisa pengaruhtingkat religiusitasterhadap kepatuhan pajak. 2. Untuk menguji dan menganalisa pengaruhfaktor eksternal dan tingkat religiusitasterhadap kepatuhan pajak. 3. Untuk menguji dan menganalisa pengaruhfaktor eksternal terhadap tingkat kepatuhan pajak dengan tingkat religiusitas sebagai varibel moderator. 1.4 Manfaat Penelitian Dengan dicapainya tujuan penelitian ini, maka manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain : 1. Dapat memberikan informasi dan masukan bagi manajemen Direktorat Jenderal Pajak dalam menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak. Diharapkan hasil studi ini, Direktorat Jenderal Pajak dapat melakukan langkah-langkah yang tepat dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak. 2. Dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi pihak eksternal Direktorat Jenderal Pajak dan juga untuk penelitian lanjutan. 12

1.5 Ruang Lingkup Penelitian Untuk mendapatkan langkah-langkah dari pemecahan masalah yang tepat dan menjaga agar analisis yang dilakukan terarah, maka ditetapkan ruang lingkup penelitian dilihat dari beberapa aspek, yaitu : (1) Penerimaan pajak KPP Pratama PadangSatu (2)Tingkat kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama PadangSatu (3) Faktor Eksternal (4) Tingkat religiusitas wajib pajak 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dari tesis ini diuraikan dalam 5 bab dan masing-masing bab akan dirinci ke dalam subbab sesuai dengan kebutuhan penjelasannya. Secara garis besar penulisan dari masing-masing bab adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup penelitian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka digunakan sebagai teori dasar yang digunakan sebagai acuan dalam pengolahan data, analisa dan rekomendasi yang akan diberikan terhadap permasalahan dalam penelitian. 13

BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini dibahas mengenai metode yang digunakan dalam penelitian. Dalam bab ini juga dijelaskan gambaran tentang metode untuk menyelesaikan permasalahan. BAB IV PEMBAHASAN Bab ini membahas tentang hubungan antara Faktor Eksternal, Tingkat Religiusitas terhadap KepatuhanPajak. Data-data dengan menggunakan teori dasar pada tinjauan pustaka. BAB V PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran sebagai rekomendasi atas permasalahan dalam penelitian. 14