BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. karena masyarakat lah yang berinteraksi secara langsung dengan wisatawan.

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

Strategi Pengembangan Pariwisata ( Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap.

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA.

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terus meningkat dan merupakan kegiatan ekonomi yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berkembangnya pembangunan daerah. Provinsi Lampung merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. wisata, sarana dan prasarana pariwisata. Pariwisata sudah berkembang pesat dan menjamur di

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata, untuk sebagian negara industri ini merupakan pengatur dari roda

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kemajuan ekonomi suatu negara adalah sektor pariwisata. Berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara

BAB I PENDAHULUAN. dengan pariwisata. Peran masyarakat lokal dalam hubungannya dengan citra sebuah destinasi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

BAB 1 PENDAHULUAN. besar untuk di manfaatkan, tentu sektor bisnis yang terkait kedatangan wisatawan

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

oleh semua pihak dalam pengembangan dunia pariwisata.

BAB 1 PENDAHULUAN. pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk datang berkunjung dan menikmati semuanya itu. ekonomi suatu negara. Ada beberapa hal yang menjadi potensi dan keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. Merapi, Singgalang, dan Sago menjadi daya tarik Kota Bukittinggi. Kota yang

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan erat dengan jarak. Hal itu berkaitan dengan pola persebaran yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul,

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini sejalan dengan

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA.

BAB I PENDAHULUAN. dan adat istiadatnya inilah yang menjadi kekayaan Bangsa Indonesia, dan suku Karo

BAB II URAIAN TEORITIS. : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling. Sedangkan wisata

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pemandangan alam seperti pantai, danau, laut, gunung, sungai, air terjun, gua,

BAB I PENGANTAR. menjadi sub sektor andalan bagi perekonomian nasional dan daerah. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah termasuk di dalamnya

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta

BAB II TINJAUAN UMUM DESA WISATA

PARTISIPASI KELOMPOK USAHA SOUVENIR REBO LEGI DALAM SISTEM PARIWISATA DI KLASTER PARIWISATA BOROBUDUR TUGAS AKHIR. Oleh : GRETIANO WASIAN L2D

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata- mata untuk menkmati

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat berarti terhadap pembangunan, karena melalui pariwisata dapat diperoleh dana dan jasa bagi pembangunan, diantaranya dapat dilihat dalam bentuk devisa, pajak dan retribusi yang di peroleh dari perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata. Dalam perencanaan pengembangan suatu daerah, sektor pariwisata memberikan peranaan besar terhadap peningkatan daerah. Salah satu faktor dalam pengembangan pariwisata adalah adanya keterlibatan masyarakat dalam proses pengembangan pariwisata itu sendiri. Partisipasi masyarakat tersebut seyogyanya berlangsung secara sukarela dan adanya keberlanjutan. Partisipasi yang dimaksud adalah partisipasi yang memandang masyarakat sebagai subjek dari segala aturan pembangunan bukan sebagai objek pembangunan. Pelibatan masyarakat ini secara utuh dilakukan melalui pola pikir pembangunan yang memandang masyarakat sebagai subyek peraturan dengan keanekaragaman perilaku. Melalui proses pelibatan partisipasi masyarakat mulai dari tahap perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang akan muncul suatu sistem evaluasi dari kegiatan pengembangan pembangunan yang telah dilakukan dan menjadi masukan bagi proses pengembangan selanjutnya. 13

Masyarakat sebagai komponen utama dalam pembangunan pariwisata mempunyai peranaan yang penting dalam menunjang pembangunan pariwisata daerah yang ditujukan untuk mengembangkan potensi lokal yang bersumber dari alam, sosial budaya ataupun ekonomi masyrakat. Menurut UU Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan menyatakan bahwa masyarakat memiliki kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan serta dalam penyelenggaraan kepariwisataan. Peran serta masyarakat dalam memelihara sumber daya alam dan budaya yang dimiliki merupakan andil yang besar dan berpotensi menjadi daya tarik pariwisata. Dalam proses pembangunan dan penataan suatu objek wisata oleh pemerintah sering sekali terlantar akibat kurangnya pemeliharaan dan perawatan. Dalam hal pengembangan pariwisata seperti atraksi wisata dan kerajinan cendera mata serta pemeliharaan objek wisata kurang terdapat pengeloaan sehingga dalam hal ini untuk mengatasi masalah tersebut perlu peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata. Partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan sumber daya alam yang dimiliki merupakan andil yang besar dan berpotensi menjadi objek wisata. Selain itu, dengan mengikut sertakan masyarakat dalam proses dan usaha pengembangan pariwisata sangat penting, sehingga dari masyarakat itu sendiri memiliki rasa tanggung jawab untuk menjaga kelestarian potensi sumber daya alam yang dimiliki daerahnya. Dengan memiliki rasa tanggung jawab ini maka masyarakat akan menjadi masyarakat yang sadar akan potensi sumber daya alam yang ada 14

sehingga masyarakat didaerah tersebut merawat dan memelihara kelestarian objek wisata yang ada didaerahnya. Dalam hal usaha dan pengembangan pariwisata yang berorientasi pada masyarakat lokal masih minim. Hal ini dikarenakan masyarakat belum sadar akan pentingnya menjaga dan melestarikan objek wisata didaerahnya. Penyebab lain yaitu tidak adanya kemampuan finansial dan keahlian yang berkualitas untuk mengelola dan memelihara objek wisata yang ada di daerahnya.keahlian disini maksudnya menyangkut keterampilan-keterampilan masyarakat dalam pembuatan kerajinan tangan, memberikan pelayanan yang terbaik bagi wisatawan, memelihara infrastuktur yang ada. Sehingga sangat diperlukan partisipasi aktif masyarakat untuk menjadi tuan rumah yang baik, ikut menajaga kelestarian alam, keindahan, kebersihan lingkungan, menciptakan rasa aman dan nyaman bagi pengunjung wisata serta masyarakat yang ada di daerah objek wisata dapat memberikan kenangan dan kesan yang baik dalam rangka mendukung program sapta pesona sehingga dapat menanamkan kesadaran masyarakat dalam pengembangan pariwisata dan akan menimbulkan masyarakat yang sadar wisata. Kabupaten Karo terkenal sebagai daerah penghasil produk pertanian dan juga sebagai daerah tujuan wisata di Indonesia dengan Kota Berastagi sebagai pusat kepariwisataan berjarak 66 KM dari Kota Medan dan 11 KM dari Kota Kabanjahe sebagai Pusat Pemerintahan. Kabupaten Karo selain memiliki potensi pertanian juga memiliki potensi dari sektor pariwisata. Hal ini dikarenakan 15

banyaknya potensi sumber daya alam yang menunuang pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Karo 1. Salah satu objek wisata yang ada di Kota Berastagi adalah Bukit Gundaling. Bukit Gundaling merupakan tempat wisata dengan pohon kayu yang rindang dan bunga bungaan yang sudah dikenal sejak jaman penjajahan Belanda. Dari Puncak Bukit Gundaling terlihat panorama Gunung Sibayak dan Gunung Sinabung serta Kota Berastagi. Jarak dari Kota Berastagi ke Bukit Gundaling ± 2 Km dapat menggunakan bus ukuran besar. Selain pemandangan indah di Bukit Gundaling para wisatawan juga bisa berkeling dengan menunggangi kuda atau kreta sado, berbelanja souvenir cendera mata khas Bukit Gundaling dan Khas Kota Berastagi, hal lain yang bisa di lakukan yaitu adanya tempat untuk beristirahat dan aneka makanan dan minuman 2. Dalam usaha pengembangan objek wisata Bukit Gundaling partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan. Dimana terdapat efek berganda dari pengembangan Objek Wisata Bukit gundaling. Dimana industri wisata akan menggerakkan ekonomi masyarakat, terutama pada sektor informal. Dalam hal ini masih sangat minim terlihat partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata Gundaling. Hal ini terlihat dari tata ruang pengelolaan objek yang belum baik seperti rumah makan, toko-toko souvenir, pondok, yang belum tertata rapi sehingga kurang nyaman untuk dipandang. Dari segi parkir di bukit Gundaling manajemen parkir belum sepenuhnya tertata 1 http://karokab.go.id/i/index.php?option=com_content&view=category&layout=blog&id=36&itemid=55 Diakses Pada tanggal 08 Oktober 2013 pukul 13.15 WIB 2 http://harianandalas.com/ragam/memajukan-pariwisata-kabupaten-tanah-karo Diakses Pada tanggal 12 Oktober 2013 pukul 22.10 WIB 16

dengan baik. Jika dilihat dari dimensi lingkungan, pengelolaan sampah masih belum baik hal ini terlihat dari beberapa lokasi di areal bukit gundaling masih terlihat sampah yang berserakan, ini dilihat dari hasil observasi tanggal 02 Januari 2014 dan Observasi tanggal 19 Januari 2014. Dari segi pemeliharaan infrastruktur pendukung, pemeliharaan proyek-proyek infrastruktur yang dibangun masih belum terpelihara dengan baik dan banyak yang rusak.. Hal ini terlihat dari patung, Sapo angin, geriten yang kurang terpelihara. Dari segi kuliner, di bukit Gundaling belum terdapat makanan dan minuman khas yang memunculkan minat wisatawan untuk berkunjung. Pada hari libur atau hari-hari tertentu masyarakat lokal pelaku wisata juga belum membuat attraksi wisata buatan yang dapat menarik segmen wisatawan massal. Objek wisata lain di Kabupaten Karo yaitu Desa budaya Lingga. Lingga adalah salah satu desa yang menjadi daerah tujuan wisata di Kabupaten Karo Sumatera Utara yang terletak di ketinggian sekitar 1.200 m dari permukaan laut, lebih kurang 15 Km dari Brastagi dan 5 Km dari Kota Kabanjahe ibu kabupaten Karo. Lingga merupakan perkampungan Karo yang unik, memiliki rumah-rumah adat yang diperkirakan berumur 250 tahun, tetapi kondisinya masih kokoh. Rumah tersebut dihuni oleh 6-8 keluarga yang masih memiliki hubungan kekerabatan. Rumah adat Karo ini tidak memiliki ruangan yang dipisahkan oleh pembatas berupa dinding kayu atau lainnya. Dalam wisata budaya ini berkaitan dengan rumah tradisional Karo. Dimana pada saat ini hanya tersisa 2 rumah adat lagi. Dalam pengembangan pariwisata desa budaya lingga sangat erat dengan partisipasi masyarakat desa Budaya Lingga dalam pemeliharaan dan 17

pengembangan pariwisata budaya lingga. Partisipasi masyarakat di desa budaya Lingga menyangkut pemeliharaan Rumah adat tradisional karo, pembuatan kerajinan tangan khas Karo, pemeliharaan dan pengembangan museum Karo Lingga. Untuk pengembangan desa wisata sangat di utamakan peran serta masyarakatnya dalam pengembangan pariwisata suatu desa wisata. Peningkatan Partisipasi masyarakat akan dengan tersendirinya berkembang bila kegiatan pariwisata tersebut dirasakan manfaat ekonominya oleh masyarakat. Partisipasi masyarakat disini adalah bentuk kegiatan yang menunjang industri pariwisata dengan kegiatan yang makin memperkokoh kekhasan wisata, misalnya membuat cendera mata khas Bukit Gundaling Berastagi dan kerajinan tangan khas desa budaya Lingga, ikut menjaga kelestarian alam, keindahan, kebersihan lingkungan, menciptakan rasa aman dan nyaman bagi pengunjung wisata Bukit Gundaling. Desa budaya Lingga dalam memertahankan keaslian desa budaya dan pemeliharaan rumah adat sangat ditentukan oleh partisipasi masyarakatnya. Tentunya partisipasi masyarakat sangat diutamakan di sini karena dianggap yang paling mengetahui keadaan tempat tersebut. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dan menuangkannya dalam bentuk skripsi dengan judul Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Pariwisata (Studi Pada Gundaling Berastagi dan Desa Budaya Lingga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo) 18

B. Perumusan Masalah Berdasarkan dari uraian pada latar belakang tersebut, maka penulis dalam melakukan penelitian ini merumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata Gundaling Berastagi dan Desa Budaya Lingga Kabupaten Karo? C. Tujuan Penelitian Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai tujuan yang hendak dicapai dalam proses penelitiannya. Adapun tujuan yang Penulis harapkan dapat dicapai melalui penelitian ini adalah: 1. Untuk mengatahui bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata Gundaling Berastagi Kabupaten Karo Dalam hal ini peneliti ingin melihat partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata Gundaling yaitu : Partisipasi masyarakat dalam hal pengelolaan tata ruang pondok dan rumah makan Partisipasi masyarakat Gundaling dalam bidang kebersihan yang menyangkut pengelolaan sampah Partisipasi masyarakat dalam hal penyediaan makanan dan minuman yang khas Partisipasi masyarakat dalam penyediaan jasa kreta sado dan kuda tunggang Partisipasi masyarakat dalam penyediaan berbagai tanaman hias 19

Partisipasi masyarakat dalam penyediaan kerajinan tangan souvenir Gundaling Partisipasi masyarakat dalam penjualan cendera mata/ souvenir khas kota Berastagi Partisipasi masyarakat dalam pembuatan even bulanan Partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan dan pengelolaan toilet umum Partisipasi masyarakat dalam penyediaan tenda dan tikar Partisisipasi masyarakat dalam penyediaan jasa photographer cetak langsung photo. 2. Untuk mengetahui program Dinas Pariwisata Kabupaten Karo dalam melibatkan masyarakat dalam peningkatan pariwisata Gundaling Berastagi dan desa budaya Lingga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. 3. Untuk mengetahui masalah atau kendala yang dihadapi dalam pengembangan pariwisata Gundaling Berastagi dan desa budaya Lingga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Secara subjektif, penelitian ini merupakan wahana untuk melatih dan mengembangkan pengetahuan dan wawasan dalam meningkatkan kemampuan berfikir melalui karya ilmiah berdasarkan kajian-kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara. 20

2. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik dalam menambah kajian maupun referensi bagi mahasiswa yang tertarik terhadap penelitian ini dengan objek yang sama. 3. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi Dinas Pariwisata Kabupaten Karo dalam Pengembangan Pariwisata Gundaling Berastagi Kabupaten Karo. E. Kerangka Teori Sebelum melangkah pada operasionalisasi penelitian, akan dikemukakan terlebih dahulu teori-teori yang sesuai dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Sebagai upaya untuk lebih mengarahkan dalam mencapai tujuan yang hendak dicapai. Kerangka teori ini diperlukan sebagai alat untuk memudahkan penelitian, sebab ini merupakan pedoman berpikir bagi peneliti. Oleh karena itu, seorang peneliti harus terlebih dahulu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan bepikir untuk menggambarkan dari suatu mana ia menyoroti masalah yang dipilihnya. Menurut Kerlinger teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruksi, defenisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep dan kerangka teori disusun sebagai landasan berpikir untuk menunjukan perspektif yang 21

digunakan dalam memandang fenomena sosial yang menjadi objek penelitian 3. Oleh karena itu, untuk memudahkan penelitian diperlukan pedoman berpikir yaitu kerangka teori. 1. Partisipasi Masyarakat Partisipasi anggota masyarakat adalah keterlibatan dan pelibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program/ proyek pembangunan yang dikerjakan di masyarakat 4. Partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan (pedesaan) merupakan aktualisasi dari kebersediaan dan kemauan anggota umum untuk berkorban dan berkontribusi dalam implementasi proyek yang akan dilaksanakan. Menurut Isbandi partisipasi masyarakat adalah keikutsertaaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang 5 terjadi. Peningkatan partisipasi masyarakat merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat secara aktif yang berorientasi pada pencapaian hasil pembangunan yang dilakukan dalam masyarakat. Dengan partisipasi masyarakat, 3 Masri Singarimbun. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES 1995, hal 37 4 Rahardjo Adisasmita. Pembangunan dan Perkotaan. Yokyakarta: Graha Ilmu, 2006 hal 38 5 Isbandi,Rukminto Adi..Perencanaan Partisipatoris berbasis asset Komunitas: dari Pemikiran Menuju Penerapan. Depok: FISIP UI Press, 2007 hal 27 22

perencanaan pembangunan diupayakan menjadi lebih terarah, artinya rencana atau program pembangunan yang disusun itu adalah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh masyarakat. 1.1 Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Pariwisata Masyarakat lokal, terutama penduduk asli yang bermukim di kawasan wisata, menjadi salah satu pemain kunci dalam pariwisata, karena sesungguhnya merekalah yang akan menyediakan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan kualitas produk wisata. Pengelolaan objek wisata, kerajinan tangan dan kebersihan merupakan beberapa contoh peran yang memberikan daya tarik bagi pariwisata. Selain itu masyarakat lokal merupakan pemilik langsung atraksi wisata yang dikunjungi sekaligus di konsumsi wisatawan. Air, tanah, hutan dan lanskap yang merupakan sumberdaya pariwisata yang di konsumsi oleh wisatawan dan pelaku wisata lainnya berada ditangan mereka. Kesenian yang menjadi salah satu daya tarik wisata juga hampir sepenuhnya milik mereka. Tidak jarang masyarakat lokal ini sudah lebih dulu terlibat dalam pengelolaan aktivitas pariwisata sebelum ada kegiatan pengembangan dan perencanaan. Oleh sebab itu peran terutama tampak dalam bentuk penyediaan akomodasi dan jasa guiding dan penyediaan tenaga kerja. Selain itu masyarakat lokal biasanya mempunyai tradisi dan kearifan lokal dalam pemeliharaan sumberdaya pariwisata yang tidak dimiliki oleh pelaku pariwisata lainnya. 23

Secara sederhana, konsep partisipasi terkait dengan keterlibatan suatu pihak dalam kegiatan yang dilakukan oleh pihak lain. Menurut Tikson partisipasi merupakan sebuah proses dimana masyarakat sebagai stakeholders, terlibat mempengaruhi dan mengendalikan pembangunan di tempat mereka masing-masing. Masyarakat turut serta secara aktif dalam memprakarsai kehidupan mereka, melalui proses pembuatan keputusan dan perolehan sumberdaya dan penggunaannya 6. Selama ini pengembangan pariwisata berbasis masyarakat menggunakan pendekatan community based tourism, dimana masyarakat mempunyai peran yang sangat penting dalam menunjang pembangunan pariwisata. Dengan demikian keterlibatan pemerintah dan swasta hanya sebatas memfasilitasi dan memotivasi masyarakat sebagai pelaku utama pengembangan desa wisata untuk dapat lebih memahami tentang fenomena alam dan budayanya, sekaligus menentukan kualitas produk wisata yang ada di desa wisatanya 7. Berkaitan dengan hal tersebut diatas, keterlibatan pemerintah, swasta dan masyarakat dalam pengembangan kawasan wisata akan membawa tuntutan bagi partisipasi masyarakat. Hal ini tentunya perlu ditumbuhkan pemahaman atau persepsi yang sama dari stakeholders terkait dan memberikan ruang yang seluasluasnya bagi masyarakat sebagai pelaku utama pengembangan kawasan wisata. 6 http://buletinbetungkerihun.wordpress.com//pentingnya-membangun-partisipasi-masyarakat-dalampengembangan-desa-wisata/ diakses KAMIS 14 November 2013 pukul 10.03 WIB 7 Tikson. 2001.Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Pariwisata 24

1.2 Cara Menggerakkan Partisipasi Agar perbaikan kondisi dan peningkatan taraf hidup masyarakat dapat menggeraakkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, usaha itu 8 : 1. Disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang nyata 2. Dijadikan stimulus terhadap masyarakat yang berfungsi mendorong timbulnya jawaban yang dikehendaki 3. Dijadikan motivasi terhadap masyarakat yang berfungsi membangkitkan tingkah laku yang dikehendaki secara berlanjut. Selain cara cara diatas, partisipasi masyarakat dapat digerakkan melalui : 1. Proyek pembanguna desa yang dirancang sederhana dan mudah dikelola masyarakat. 2. Organisasi dan kelembagaan yang mampu menggerakkan dan menyalurkan aspirasi masyarakat. 3. Peningkatan peranan masyarakat dalam pembangunan. 8 Ndaha, Taliziduhu. 1987. Pembangunan Masyarakat Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas. Jakarta: Bina Aksara, hal 104 25

1.3 Bentuk-Bentuk Partisipasi Rogers dalam Ndraha, menyatakan bahwa ada beberapa bentuk partisipasi yaitu 9 : 1. Partisipasi dalam/ melalui kontak dengan pihak lain sebagai salah satu titik awal perubahan 2. Partisipasi dalam memperhatikan dan memberi tanggapan terhadap informasi, baik dalam arti menerima(menanti, memenuhi dan melaksanakan) maupun menolaknya. 3. Partisipasi dalam perencanaan pembangunan, termasuk pengambilan keputusan. Partisipasi ini disebut juga sebagai partisipasi dalam pengambilan keputusan. 4. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan operasional pembangunan. 5. Partisipasi dalam menerima, memelihara dan mengembangkan hasil pembangunan. 6. Partisipasi dalam menilai pembangunan yaitu keterlibatan masyarakat dalam sejauh mana pelaksanan pembangunan sesuai dengan rencana dan sejauh mana hasilnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. 9 Ndaha, Taliziduhu. 1987. Pemabnguan Masyarakat Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas. Jakarta: Bina Aksara, hal 103 26

2. Pariwisata Menurut Organisasi Pariwisata Dunia, pariwisata atau turisme adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan, dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini. Seorang wisatawan atau turis adalah seseorang yang melakukan perjalanan paling tidak sejauh 80 Km(50 mil) dari rumahnya dengan tujuan rekreasi. Sedangkan Menurut Undang-Undang No.10/2009 tentang kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, pemerintah dan Pemerintah Daerah. Wisata adalah perjalanan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang mengunjungi tempat tertentu secara sukarela dan bersifat sementara dengan tujuan berlibur atau tujuan lainnya bukan untuk mencari nafkah. lain 10 : 2.1 Jenis-Jenis Pariwisata Menurut Pendit, jenis-jenis pariwisata yang dikenal dewasa ini, antara 1) Wisata budaya Wisata budaya ini dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan, adatistiadat mereka, cara hidup mereka, budaya dan seni mereka. 10 Pendit, Nyoman. 1994. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT Pradnya Paramitha, hal 41 27

2) Wisata Maritim atau Bahari Jenis wisata ini biasanya dikaitkan oleh kegiatan olahraga di air, danau, pantai, teluk dan laut. Misalnya: memancing, berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretan, kompetisi berselancar, mendayung, berkeliling melihat taman laut dengan pemandangan yang indah. 3) Wisata Cagar Alam (Taman Konservasi) Wisata ini mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan mengatur wisata ketemapat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya yang kelestariannya dilindungi oleh undang-undang. Wisata ini banyak dikaitkan kegemaran akan keindahan alam, kesegaran hawa udara pegunungan, keajiban hidup binatang dan marga satwa yang langka serta tumbuhtumbuhan yang jarang ditemukan ditempat lain. 4) Wisata Konvensi Berbagai negara dewasa ini membangun wisata konvensi dengan menyediakan fasiltas bangunan dengan ruangan-ruangan tempat bersidang bagi para peserta suatu konferensi, musyawarah, konvensi, atau pertemuan lainnya baik yang bersifat nasional maupun internasional. 5) Wisata Pertanian (Agrowisata) Wisata pertanian ini adalah pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya. 28

Dimana wisatawan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun untuk sekedar menikmati aneka macam tanaman dan buah buahan.. 6) Wisata Pilgrim Jenis wisata ini sedikit banyak dikaikan dengan agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok atau masyarakat. Wisata pilgrim banyak dilakukan oleh perorangan atau rombongan ke tempat-tempat suci, ke makam orang besar atau pemimpin yang diagungkan, ke bukit atau pegunungan yang dianggap keramat. Wisata Pilgrim ini banyak dihubungkan dengan niat atau hasrat sang wisatawan untuk memperoleh restu, kekuatan batin, keteguhan iman dan tidak jarang untuk memperoleh berkah dan kekayaan yang melimpah. 2.2 Pelaku Pariwisata Di dalam pasar wisata banyak pelaku yang terlibat. Meskipun peran mereka berbeda-beda, tetapi harus diperhitungkan dalam pengembangan pariwisata yaitu 11 : 1) Wisatawan Wisatawan adalah konsumen atau pengguna produk dan layanan. Dengan motif dan latar belakang yang berbeda-beda, wisatawan menjadi pihak yang menciptakan permintaan produk dan jasa wisata. Dalam hal ini bisa dimaklumi mengapa suatu daerah atau negara yang intensitas 11 Damanik, Janianton dan HelmutF.Weber.2009. Perencanaan Ekowisata Dari Teori Ke Aplikasi.Yokyakarta: ANDI, hal 19 29

wisatanya tinggi sebaliknya daerah atau negara lain hanya menempati posisi sebagai penerima wisatawan atau penyedia jasa semata. 2) Industri Pariwisata Industri pariwisata adalah semua usaha yang menghasilkan barang dan jasa bagi pariwisata. Industri pariwisata dapat dibedakan menjadi: a) Pelaku langsung,yaitu usaha-usaha wisata yang menawarkan jasa secara langsung kepada wisatawan. contohnya: hotel, restoran, biro perjalanan, pusat informasi wisata dan atraksi hiburan. b) Pelaku tidak langsung, yaitu usaha yang mengkhususkan diri pada produk-produk yang secara tidak langsung mendukung pariwisata. Contoh: usaha kerajinan tangan, lembar panduan wisata dan sebagainya. 3) Pemerintah Pemerintah mempunyai otoritas dalam peraturan, menyediakan dan peruntukan berbagai infrastruktur yang terkait dengan kebutuhan pariwisata. Pemerintah juga bertanggung jawab dalam menentukan arah kebijakan, yang menjadi panduan bagi stokeholder lain yang memainkan peran masing-masing dalam pariwisata. Dalam menjalankan perannya pemerintah perlu menyusun rencana yang jelas. Tidak kalah penting adalah konsistensi antara rencana dengan impelementasi. 30

4) Masyarakat Lokal Masyarakat lokal terutama penduduk asli yang bermukim di kawasan wisata, menjadi salah satu kunci dalam pariwisata, karena sesungguhnya merekalah yang menyediakan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan kualitas produk wisata, seperti upacara adat, kerajinan tangan dan kebersihan daerah tujuan wisata. Selain itu, masyarakat lokal merupakan pemilik langsung atraksi yang dikunjungi serta dikonsumsi wisatawan. Kesenian menjadi salah satu daya tarik wisata juga hampir sepenuhnya milik mereka. Tidak jarang masyarakat lokal ini sudah lebih dulu terlibat dalam pengelolaan aktivitas pariwisata sebelum ada kegiatan pengembangan dan perencanaan. Masyarakat lokal biasanya mempunyai tradisi dan kearifan lokal dalam pemeliharaan sumberdaya pariwisata. 5) Lembaga Swadaya Masyarakat Banyak LSM baik lokal, regional maupun internasional yang melakukan kegiatan dikawasan wisata. Organisasi non-pemerintah ini sudah melakukan aktivitasnya baik secara partikuler maupun bekerjasama dengan masyarakat. 2.3 Objek dan Daya Tarik Wisata Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan atau aktivitas dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah /tempat tertentu. Menurut Undang-Undang Nomor 31

10 Tahun 2009, daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatwan. Objek dan daya tarik wisata merupakan dasar bagi kepariwisataan. Tanpa adanya daya tarik di suatu tempat tertentu, kepariwisataan sulit untuk dikembangkan. Pariwisata biasanya akan lebih berkembang atau dikembangkan jika di suatu daerah terdapat lebih dari satu jenis objek dan daya tarik wisata dibagi ke dalam dua kategori, yaitu: 1.Objek dan daya tarik wisata alam Objek dan daya tarik wisata alam terdiri dari pantai, wisata bahari (wisata laut, danau dan sungai), pegunungan, daerah liar dan terpencil, taman dan daerah konservasi. Soekadijo dalam Warpani mengelompokkan jenis pariwisata aktif maupun pasif alam, yaitu 12 : a) Melakukan kegiatan-kegiatan di alam terbuka misalnya berjemur dipantai, menyelam, berburu, dan panjat tebing. b) Menikmati suasana alam seperti menikmati keindahan alam, kesegaran iklim pegunungan dan ketenangan alam pedesaan. c) Mencari ketenangan, melepaskan diri dari kesibukan rutin sehari hari dan beristirahat. 12 Warpani, Suwardjoko dan Indira Warpani. 2007. Pariwisata dalam Tata Ruang Wilayah. Bandung: Penerbit ITB, hal 50 32

d) Menikmati rumah kedua, menikmati tempat tertentu, tinggal di pesanggrahan, atau mendirikan tempat berteduh sementara berupa tenda. e) Melakukan widiawisata, alam menjadi objek studi, mempelajari flora atau fauna tertentu. 2. Objek dan daya tarik wisata sosial budaya Kekayaan budaya daerah, upacara adat, busana daerah dan kesenian daerah adalah daya tarik wisata. Budaya bukan hanya mengenai kesenian tetapi juga adat istiadat masyarakat, kebiasaan yang tidak ditemui di daerah atau Negara asal wisatawan. Selain itu, keberadaan bangunan bersejarah dapat pula menjadi daya tarik wisata, misalnya keratin, gedung bersejarah, rumah adat, candi, makam tua dan bersejarah, dan lain-lain. 2.4 Elemen Elemen Pariwisata Gunn dalam Warpani memandang pariwisata sebagai suatu sistem dan memilahnya dalam sisi permintaan dan sediaan. Komponen permintaan terdiri atas elemen orang, ditenggarai hasrat orang melakukannya, sedangkan komponen sediaan adalah daya tarik wisata, perangkutan, informasi dan promosi serta pelayanan. Atas dasar pengertian tersebut, Gunn mengelompokkan elemen kepariwisataan menjadi elemen 13 : 13 Warpani, Suwardjoko dan Indira Warpani. 2007. Pariwisata dalam Tata Ruang Wilayah. Bandung: Penerbit ITB, hal 22 33

1. Utama a) Daya tarik yang mengandung arti objek yang menjadi sasaran dan destinasi kunjungan wisata. Daya tarik wisata adalah potensi alamiah atau binaan atau hasil rekayasa akal budi yang menjadi fokus pariwisata. Elemen ini menjadi bagian langsung dan menjadi pemicu pariwisata. b) Penduduk baik sebagai pelaku pariwisata, sebagai tuan rumah pariwisata maupun menjadi objek wisata (sasaran penelitian). Penduduk dianggap memiliki tiga ciri utama yaitu, kualitas,kuantitas dan mobilitas. Ketiga ciri tersebut, baik penduduk di tempat asal wisatawan maupun penduduk di destinasi wisata adalah faktor yang harus ditelaah secara cermat guna mengetahui pancaran dasar pariwisata pada tingkat lokal, regional, nasional dan internasional, kemampuan minat wisata. 2. Prasyarat Elemen ini merupakan prasyarat proses berlangsungnya kegiatan pariwisata, yakni pengangkutan. Keandalan sistem pengangkutan secara langsung akan berpengaruh terhadap pola distribusi arus wisatawan menuju objek wisata. Fungsi utama pengangkutan (lokal, regional, nasional dan internasional) adalah memindahkan orang dan barang dari asal ke tempat destinasi wisata. 34

Salah satu ciri utama pariwisata adalah melakukan perjalanan, sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa pelayanan jasa pengangkutan maka kepariwisataan akan lumpuh. Kesan pertama yang baik tentang daerah tujuan wisata harus sudah tampil di terminal(bandara, dermaga/pelabuhan, stasion dan terminal bus) yang berfungsi sebagi gerbang utama. 3. Penunjang a) Informasi dan promosi yang membangun untuk mendorong minat berwisata. b) Akomodasi, adalah mata rantai kegiatan wisata. Tanpa kegiatan kepariwisataan dapat dikatakan bahwa akomodasi akan lumpuh. Akomodasi dapat berupa hotel, motel, pondok wisata dan bumi perkemahan. c) Rumah makan. Banyak wisatawan yang ingin menikmati makanan khas setempat, sehingga usaha makan sangat bermanfaat dalam kepariwisataan. d) Lembaga Keuangan. Keberadaan lembaga keuangan seperti bank dan money changer sangat memudahkan dan memberi kenyamanan khusus bagi para wisatawan. e) Sektor Informal. Para penjaja cenderamata, pramuwisata, bahkan para pedagang keliling selain untuk memenuhi kebutuhan wisatawan, tidak jarang mereka justru menjadi objek wisata. 35

2.5 Desa Wisata Desa wisata adalah suatu integrasi bentuk integrasi antara akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. Terdapat dua konsep yang utama dalam komponen desa wisata 14 : 1. Akomodasi : Sebagian dari tempat tinggal para penduduk setempat dan atau unit-unit yang berkembang atas konsep tempat tinggal penduduk. 2. Atraksi : seluruh kehidupan keseharian penduduk setempat beserta setting fisik lokal desa yang memungkinkan berintegrasinya wisatawan sebagai partisipasi aktif seperti : kursus tari, bahasa dan lain-lain yang spesifik. Adapun yang menjadi kriteria desa wisata sebagai berikut: 1. Atraksi Wisata, yaitu semua yang mencakup alam, budaya dan hasil ciptaan manusia. Atraksi yang dipilih adalah yang paling menarik dan atraktif di desa. 2. Jarak tempuh, adalah jarak tempuh dari kawasan wisata terutama tempat tinggal wisatawan dan juga jarak tempuh dari tempuh ibukota provinsi dan jarak dari ibukota kabupaten. 3. Besaran Desa, menyangkut masalah-masalah jumlah rumah, jumlah penduduk, karakteristik dan luas wilayah desa. Kriteria ini berkaitan dengan daya dukung kepariwisatan pada suatu desa. 14 Winda Sari. 1993. Desa Wisata. Jakarta: Bina Aksara, hal 56 36

4. Sistem kepercayaan dan kemasyakaratan, merupakan aspek penting mengingat adanya aturan-aturan yang khusus pada komunitas sebuah desa. Perlu dipertimbangkan adalah agama yang menjadi mayoritas dan sistem kemasyakaratan yang ada. 5. Ketersediaan infrastruktur, meliputi fasilitas dan pelayanan transportasi, fasilitas listrik, air bersih, drainase, telepon dan sebagainya. 3. Pengembangan Pariwisata Pengembangan adalah proses, cara, pedoman menjadi maju atau membangun secara bertahap, teratur dan berkesinambungan yang mengarah kepada tujuan yang dikehendaki. Pengembangan dapat dinilai sebagai respon terhadap perubahan yang selalu terjadi dari waktu ke waktu. Pengembangan pariwisata merupakan suatu rangkaian upaya untuk mewujudkan keterpaduan dalam penggunaaan berbagai sumber daya pariwisata, mengintegrasikan segala bentuk aspek diluar pariwisata yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung akan keberlangsungan pengembangan pariwisata 15. 15 Swarbroke.1996. Pengembangan Pariwisata. Yokyakarta: Graha Ilmu, hal 99 37

3.1 Tiga Paradigma Utama dalam Pengembangan Pariwisata 1. Economically viable, yaitu harus mampu meningkatkan pendapatan, memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 2. Socially acceptable, yaitu harus mampu mewujudkan keadilan sosial, melestarikan serta memperkokoh jati diri, kemandirian bangsa, memperkaya kepribadian, memepertahankan nilai-nilai agama, serta berfungsi sebagai menciptakan ketertiban dan kedamaian dunia (objek wisata yang potensial, jika dikelola dengan baik maka akan menyedot minat wisatawan mancanegara untuk langsung berkumpul, saling mengenal dan menjalin persahabatan antarnegara). 3. Environmentally suistanable, yaitu harus memperhatikan kelestarian lingkungan dan berkesinambungan. Oleh karena itu pembangunan pariwisata berbasis masyarakat menjadi azimat yang harus dipegang oleh para penentu dan pelaksana kebijakan pembangunan pariwisata. 3.2 Manfaat Pengembangan Pariwisata Pedesaan Adapun manfaat dari pengembangan pariwisata adalah sebagai berikut 16 : 1. Manfaat Ekonomi Pariwisata memberikan sumber pendapatan baru kepada penduduk dengan adanya: 16 Jayadinata, Johara T dan I.G.P Pramandika.2006. Pembangunan Desa dalam Perencanaan. Bandung: Penerbit ITB, hal 202 38

a. Kesempatan kerja baru dalam kegiatan pariwisata, misalnya akomodasi, makanan, pengangkutan dan rekreasi. b. Ekonomi lokal mengalami diversifikasi, cerita dasar ekonomi bagi masyarakat menjadi lebih luas dan stabil. c. Perusahaan baru yang tertarik dengan kawasan tersebut, yang memberikan kekuatan pada ekonomi lokal. 2. Manfaat sosial a) Fasilitas atraksi baru, seperti prasarana budaya dan rekreasi dan pusat olahraga. b) Hubungan sosial yang lebih baik dalam masyarakat yang terisolasi dan kesempatan untuk pertukaran budaya. c) Kesadaran yang lebih besar dan menghidupkan kembali adat istiadat lokal kerajinan tangan dan beberapa ciri kebudayaan sendiri. d) Pengembangan peranan wanita dalam masyarakat pedesaan yang masih tradisional. 3. Manfaat untuk lingkungan Untuk kebanyakan wisatawan, motivasi utama untuk mengunjungi pedesaan adalah suasana lingkungan alamnya. Sukses dari pengembangan pariwisata pedesaan bergantung pada sumber dana dan pendorong dalam konservasi, produksi dan perbaikan lingkungan alam pedesaan, mendukung preservasi dan perbaikan lingkungan, bangunan bersejarah termasuk rumah pedesaan dan bangunan tua, dan mendorong 39

perbaikan lingkungan pedesaan seperti pembuangan sampah. Pengembangan pariwisata merupakan upaya salah satu cara dalam upaya untuk melestarian lingkungan, di samping akan memperoleh nilai tambah atas pemanfaatan dari lingkungan yang ada. F. Definisi Konsep Menurut Singarimbun, konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi perhatian ilmu sosial 17. Untuk menghindari batasan-batasan yang lebih jelas dari masing-masing konsep, guna menghindari adanya salah pengertian maka defenisi konsep yang dipakai dalam penelitian ini adalah: 1. Partisipasi Masyarakat adalah keikutsertaan seseorang atau sebuah kelompok dalam suatu kegiatan atau program yang bertujuan untuk membawa perubahan kearah yang lebih baik. 2. Pengembangan pariwisata adalah usaha menjamin agar sumber daya alam, sosial dan budaya yang dimanfaatkan untuk pengembangan pariwisata agar dapat dinikmati pada saat ini bahkan untuk masa depan. 17 Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3 ES, hal 33 40

G. Definisi Operasional 1. Partisipasi Masyarakat dari : Partisipasi Masyarakat dalam pengembangan pariwisata Gundaling diukur Partisipasi masyarakat dalam hal pengelolaan tata ruang pondok dan rumah makan Partisipasi masyarakat Gundaling dalam bidang kebersihan yang menyangkut pengelolaan sampah Partisipasi masyarakat dalam hal penyediaan makanan dan minuman yang khas Partisipasi masyarakat dalam penyediaan jasa kreta sado dan kuda tunggang Partisipasi masyarakat dalam penyediaan berbagai tanaman hias Partisipasi masyarakat dalam penyediaan dan penjualan cendera mata/ souvenir khas kota Berastagi Partisipasi masyarakat dalam pembuatan even bulanan Partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan dan pengelolaan toilet umum Partisipasi masyarakat dalam penyediaan tenda dan tikar Partisisipasi masyarakat dalam penyediaan jasa photographer cetak langsung photo. 41

2. Pengembangan pariwisata Indikator-indikatornya : Pembangunan sarana fisik dan non fisik Ikut pameran pariwisata Promosi dan pemasaran pariwisata Pembinaan masyarakat sadar wisata Penataan dan pengembangan potensi objek wisata Pementasan event bulanan dan tahunan Brosur-brosur paket wisata di agen perjalanan wisata dan website pariwisata Peta wisata 42

H. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, dan sistematika penulisan. BAB II METODE PENELITIAN Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian. BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang gambaran dan karakteristik lokasi penelitian berupa sejarah singkat, visi dan misi, dan struktur organisasi. BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISA DATA Bab ini berisika hasil data yang diperoleh dari lapangan dan dokumentasi serta hasil analisisnya. BAB VI PENUTUP Bab ini memuat kesimpulan dan saran. Bagian kesimpulan berisi jawaban atas masalah yang dikemukakan serta pemecahan masalah yang dinyatakan dalam bentuk saran. 43