P, 2016 PENGARUH BONUS PLAN, DEBT COVENANT DAN FIRM SIZE TERHADAP MANAJEMEN LABA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya untuk dapat memperoleh pengembalian hasil investasi. Empat

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah informasi laba dalam laporan laba rugi (Ningsaptiti,

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi penting yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan adalah informasi yang diperoleh dari laporan keuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan. Pengembangan usaha yang dilakukan tentunya membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan pada perusahaan di masing-masing negara juga berbeda.untuk

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan oleh manajemen bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan adalah informasi yang diperoleh dari laporan keuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) Nomor 8 sebagai

BAB I PENDAHULUAN. oleh perusahaan untuk memberikan informasi keuangan kepada pihak internal

BAB 1 PENDAHULUAN. mengevaluasi kinerja manajemen. Di dalam laporan keuangan yang biasanya

ANALISIS PERBEDAAN PENGATURAN LABA (EARNINGS MANAGEMENT) PADA KONDISI LABA DAN RUGI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR GO PUBLIC DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan serius yang dihadapi praktisi, akademisi akuntansi dan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan adalah suatu bentuk laporan pada perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. informasi bagi investor dan kreditur, yang menunjukan kinerja perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya dunia ekonomi ditandai dengan banyaknya alternatif perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari minat investor terhadap perusahaan dengan tingkat saham yang

BAB I PENDAHULUAN. pembuat keputusan. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

BAB I PENDAHULUAN. utama yang digunakan untuk menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian-penelitian terdahulu. Adapun penelitian terdahulu yang berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan. Informasi laba haruslah menggambarkan keadaan. laba untuk memaksimalkan kepuasan mereka sendiri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan menggambarkan kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahannya, negara membutuhkan. pendapatan atau penghasilan. Negara menetapkan dua kelompok utama

BAB I PENDAHULUAN. keuangan kepada pihak-pihak di luar korporasi. Laporan keuangan tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagai pedoman bagi peneliti. Selain itu juga untuk menghindari adanya

BAB I PENDAHULUAN. keuangan kepada pihak pihak diluar korporasi. Dalam penyusunan laporan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. manajemen (Schipper dan Vincent, 2003). Menurut Standar Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. karyawan, pemberi pinjaman, pemasok, pemerintah, pelanggan, kreditur.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu. Laporan keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Landasan teori merupakan penjelasan mengenai definisi teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. merupakan sebuah kontrak, dimana pemilik perusahaan (principal) tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk memberikan informasi yang

RINGKASAN MATERI KULIAH EARNING MANAGEMENT

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan menyajikan informasi mengenai kinerja perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu. kemudian disampaikan kepada pemakai informasi tersebut (Januarti,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI dan UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, dan sistematika penulisan tesis. Standar Akuntansi Keuangan Nomor 1 Paragraf 05 adalah memberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. antara pihak agent dengan pihak principal. Jensen dan Meckling (1976)

BAB I PENDAHULUAN. harus lengkap atau komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeluarkan untuk membiayai sumber pendanaan (source

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. perbandingan kinerja kedua perusahaan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa secara

BAB I PENDAHULUAN. manajemen yang ada didalam suatu perusahaan dituntut untuk dapat

BAB V SARAN DAN KESIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. Banyak perusahaan yang berskala besar atau kecil akan. mempunyai perhatian besar di bidang keuangan, terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang bermanfaat bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang bersangkutan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Perkembangan zaman terus menuntut perusahaan untuk selalu

BAB I PENDAHULUAN. modalnya. Namun adanya praktik manajemen laba pada laporan keuangan. emiten dapat menurunkan kembali kepercayaan investor.

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi pertanggungjawaban dalam organisasi. Tujuan laporan

BAB I PENDAHULUAN. baik. Kinerja perusahaan tersebut dapat dinilai melalui laporan keuangan yang dibuat oleh UKDW

BAB I PENDAHULUAN. sebagai syarat mutlak apabila perusahaan tersebut telah go public untuk kepentingan investor

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang telah go public dan terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia wajib

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai kepentingan. Oleh karena itu, kualitas dari suatu laporan. penggunanya dalam mengambil keputusan yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. yang menyimpang tersebut adalah manajemen laba. keuntungan ekonomis (economic advantage) yang sesungguhnya tidak dialami

BAB 1 PENDAHULUAN. laporan laba rugi, menurut Financial Accounting Standard Board atau FASB

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. eksternal untuk menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan harus

BAB I PENDAHULUAN. 2014). Laporan keuangan penting bagi seorang investor karena dapat dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan pengolahan atau manufaktur adalah perusahaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas. Fokus utama pelaporan keuangan. adalah informasi mengenai laba dan komponennya.

BAB I PENDAHULUAN. membuat para manajer perusahaan harus lebih kreatif dalam menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Di era bisnis yang berkembang seperti sekarang ini, harga saham suatu

BAB I PENDAHULUAN. digunakan investor dalam menilai kinerja perusahaan yang go public. Menurut Ikatan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaporan keuangan bertujuan untuk mengkomunikasikan informasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada dasarnya akuntansi merupakan suatu proses untuk menyediakan

BAB I PENDAHULUAN. pelaporan yang dapat memberikan informasi bagi pemakainya. Laporan keuangan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pemakai informasi laporan keuangan meliputi: investor,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dengan baik khususnya di era globalisasi ini. Peluang yang dimaksud

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran umum objek penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Terdapat 2 sistem pencatatan laporan keuangan yaitu cash basis

BAB I PENDAHULUAN. dalam perusahaan. Oleh karena itu, keputusan pendanaan menjadi pertimbangan

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas. Manajemen juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan diterapkannya. Menurut Azouzi dan Jarboui (2012) riset tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan dan menjalankan perusahaan, sehingga perusahaan. membutuhkan laporan keuangan sebagai pegangan untuk mengetahui

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Dalam kajian pustaka dan hipotesis akan dijelaskan mengenai Teori-teori yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendirian sebuah perusahaan bukanlah tanpa tujuan. Tujuan didirikannya

BAB I PENDAHULUAN. Oktober 2015 menjelaskan bahwa saat ekonomi Indonesia melemah properti

BAB I PENDAHULUAN. Besarnya rasio manajemen utang (leverage) menunjukkan seberapa besar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan suatu gambaran mengenai kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. finansial bukan secara fisik. Laporan keuangan merupakan hasil input maupun

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam proses menghasilkan laba melalui penjualan dan aktivitas lainnya, perusahaan akan membutuhkan ringkasan dari aktivitas-aktivitas tersebut yang dibuat sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah laporan yang dapat memberikan informasi bagi para penggunanya yaitu laporan keuangan. PSAK No.1 (Revisi 2013) menyebutkan bahwa Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dan pembuat keputusan. Laporan laba rugi merupakan salah satu komponen laporan keuangan yang sangat penting karena di dalamnya terkandung informasi laba yang bermanfaat bagi pemakai informasi keuangan untuk mengetahui kinerja serta kemampuan perusahaan. Laporan keuangan tersebut diharapkan mampu memberikan informasi kepada pihak internal (manajemen) maupun pihak eksternal (investor dan kreditor) dalam mengambil keputusan yang berkaitan mengenai investasi dana mereka. Laba yang merupakan cerminan kinerja perusahaan dapat dikelola secara efisien dan oportunis untuk menunjukan prestasi perusahaan dalam menghasilkan laba. Manajemen cenderung mengelola laba secara oportunis dan melakukan manipulasi laporan keuangan agar menunjukan laba yang memuaskan meskipun tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Hal tersebut dilakukan oleh manajemen untuk menarik pihak eksternal yaitu calon investor. Calon investor akan melihat kinerja perusahaan dari laba perusahaan untuk menentukan keputusan investasinya. Manajemen sebagai pengelola perusahaan memiliki informasi yang lebih cepat, lebih banyak dan lebih valid daripada pemegang saham sehingga memungkinkan manajemen melakukan praktik akuntansi dengan berorientasi pada angka laba yang dapat menciptakan kesan tertentu. 1

2 Fenomena yang terjadi di Indonesia yaitu masih banyaknya perusahaan yang melakukan manipulasi laporan keuangan. Sehingga laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sesungguhnya. Di Indonesia sendiri terjadi beberapa kasus, diantaranya adalah sebagai berikut: Tabel 1.1 Kasus Manipulasi Laporan Keuangan Yang Terjadi Di Indonesia Tahun Nama Perusahaan Fenomena 2009 PT Katarina Utama Tbk Penulisan utang PT MIG sebesar Rp 2 miliar akan tetapi dicatat sebagai piutang. Dan diduga melakukan penyelewengan dana IPO sebesar Rp 28,971 miliar 2010 PT Bakrie & Brothers Kesalahan pencatatan sehingga terjadi selisih sebesar Rp 3,33 triliun atas dana yang disimpan di PT Bank Capital (BACA) 2011 PT Ancora Mining Service Tbk Ada kejanggalan dalam dokumen neraca per 31 Desember 2008. Antara lain tidak terdapat pergerakan investasi atau tidak ada kegiatan investasi 2012 PT Bumi Resorces Tbk Menunjukkan laporan penjualan Bumi selama 2003-2008 lebih rendah US$ 1,06 miliar dari yang sebenarnya. Akibatnya, selama itu pula, diperkirakan kerugian negara dari kekurangan penerimaan Dana Hasil Produksi Batubara (royalti) sebesar US$ 143,18 juta. Sumber: Diolah Dari berbagai Sumber PT. Katarina Utama Tbk. yang dituding pemegang sahamnya PT Media Intertel Graha telah melakukan manipulasi laporan keuangan. Dalam laporan keuangan audit tahun 2009, PT Katarina Utama mencantumkan piutang usaha dari MIG sebesar Rp 8,606 miliar dan pendapatan dari MIG sebesar Rp 6,773 miliar. Akan tetapi laporan keuangan tersebut salah, justru sebaliknya PT Katarina Utama yang berutang kepada MIG sebesar Rp 2 miliar. Hal tersebut dibuktikan dengan dokumen pinjaman MIG, bahwa PT Katarina Utama meminjam sebesar Rp 2 miliar pada tanggal 20 Agustus 2008. Selain itu, PT Katarina Utama diduga

3 menyelewengkan dana IPO sebesar Rp 28,971 miliar dari total perolehan IPO sebesar Rp 33,6 miliar. Dana tersebut digunakan oleh PT Katarina Utama untuk pelunasan utang kepada MIG yang dilunasi pada tanggal 23 Juli 2009 dengan pembayar akhir sebesar Rp 1,994 miliar (finance.detik.com). PT. Bakrie and Brothers Tbk. Dalam kasus ini, terjadi kesalahan pencatatan yang dilakukan oleh Bakrie and Brothers pada laporan keuangan atas dana yang disimpan di PT Bank Capital (BACA). Laporan tersebut menunjukan selisih hingga Rp 3,33 triliun dibanding catatan yang dimiliki Bank Capital. Kecurigaan atas manipulasi informasi itu diketahui berdasarkan laporan keuangan kuartal I 2010, Bakrie and Brothers tercatat menyimpan dana investasi di Bank Capital senilai Rp 3,75 triliun, Bakrie Sumatera Plantations sebesar Rp 3,50 triliun. Sementara dana investasi Energi Mega Persada mencapai Rp 1,34 triliun dan beberapa anak uasaha lainnya dengan total mencapai Rp 9,05 triliun.akan tetapi dalam laporan keuangan Bank Capital pada periode yang sama, jumlah simpanan nasabah dalam bentuk deposito tercatat senilai total Rp 2,17 triliun. Artinya selisih yang dimiliki mencapai Rp 6,42 triliun jika melihat jumlah total simpanan ketiga emiten tersebut yang mencapai Rp 8,59 triliun (republika). Pada PT. Ancora Mining Service Tbk ditemukan kejanggalan dalam dokumen neraca per 31 Desember 2008. Antara lain tidak terdapat pergerakan investasi atau tidak ada kegiatan investasi. Namun, dalam laporan laba rugi tahun buku yang sama, perusahaan tersebut membukukan penghasilan Rp 34,9 miliar lebih. Pada laporan fiskal per 31 Desember 2008 juga ditemukan bukti pemotongan pajak senilai Rp 5,3 miliar dari sebuah perusahaan, tapi tidak ada kejelasan atas transaksi apa pemotongan pajak tersebut dilakukan. Selain itu juga ditemukan data penting, adanya sumbangan besar senilai 500 ribu dolar AS kepada perusahaan tersebut. sumbangan ini mencurigakan, karena tidak pernah dilaporkan pembayaran pajak penerimaannya juga syarat dengan kepentingan. Sedangkan pada PT Bumi Resources Tbk., ICW menduga rekayasa pelaporan yang dilakukan PT Bumi Resources Tbk., dan anak usaha sejak 2003-2008 tersebut menyebabkan kerugian negara sebesar US$ 620,49 juta. Hasil perhitungan ICW dengan menggunakan berbagai data primer termasuk laporan keuagan yang telah diaudit, menunjukkan laporan penjualan Bumi selama 2003-

4 2008 lebih rendah US$ 1,06 miliar dari yang sebenarnya. Akibatnya, selama itu pula, diperkirakan kerugian negara dari kekurangan penerimaan Dana Hasil Produksi Batubara (royalti) sebesar US$ 143,18 juta. Adapun kerugian negara dari kekurangan pembayaran pajak mencapai US$ 477,29 juta.kasus tersebut tidak jauh berbeda dengan kasus dugaan pidana pajak 2007 senilai sekitar Rp 2,1 triliun oleh Bumi, KPC dan Arutmin yang kini diusut penyidik pajak. Bedanya, jika dihitung sejak 2003-2008, nilai dugaan kerugian negara yang ditemukan lebih besar. ICW mencatat, total tunggakan pajak pada 2009 mencapai sekitar Rp 51 triliun, naik sebesar kurang lebih Rp 6 triliun dari Rp 45 triliun pada 2008. Manajemen laba adalah upaya manajemen perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi-informasi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder (pemegang saham) yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan (Sulistyanto. 2008:6). Masalah manajemen laba timbul sebagai dampak persoalan keagenan yaitu adanya ketidakselarasan kepentingan antar pemilik (pemegang saham) dengan manajemen. Dalam teori keagenan, agen biasanya dianggap sebagai pihak yang ingin memaksimumkan dirinya tetapi ia tetap selalu berusaha memenuhi kontrak. Perilaku manajemen laba sendiri dapat dijelaskan melalui hipotesis dalam positive accounting theory yang di rumuskan Watts dan Zimmerman (1986) dalam Sulisyanto (2008:63) hipotesis yang mempengaruhi manajemen laba tersebut adalah Bonus Plan Hypothesis, menyatakan bahwa rencana bonus atau kompensasi manajerial akan cenderung memilih menggunakan metode-metode akuntansi yang akan membuat laba yang dilaporkannya menjadi tinggi. Selanjutnya Debt to Equity Hypothesis, menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai rasio antara utang dan ekuitas lebih besar, cenderung memilih dan menggunakan metode-metode akuntansi dengan laporan laba yang lebih tinggi serta cenderung melanggar perjanjian utang apabila ada manfaat dan keuntungan tertentu yang dapat diperoleh. Dan yang terakhir adalah Political Cost Hypothesis, alasan terakhir adalah masalah pelanggaran regulasi pemerintah. Undang-undang mengatur jumlah pajak yang akan ditarik dari perusahaan berdasarkan laba yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu.

5 Sistem pemberian kompensasi bonus (bonus plan), memberikan pengaruh terhadap kinerja manajemen. Kane, et al. (2005) dalam Pujiningsih (2011) dengan menggunakan mekanisme bonus dalam teori keagenan, menjelaskan bahwa kepemilikan manajemen dibawah 5% terdapat keinginan dari manajer untuk melakukan manajemen laba agar mendapatkan bonus yang besar. Perjanjian utang (debt covenant) merupakan salah satu motivasi manajer untuk melakukan manajemen laba. Perjanjian utang dilakukan untuk menjamin bahwa manajemen akan selalu melakukan aktivitas-aktivitas ekonomi yang mengarah pada upaya mengembalikan pinjaman yang diberikan tepat pada waktunya. Manajemen berupaya untuk mengelola dan mengatur jumlah laba yang merupakan indikator kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban hutangnya. Manajemen akan menunda bebannya pada periode yang bersangkutan dan akan diselesaikan pada periode -periode mendatang (Sulisyanto, 2008:46). Perusahaan yang memenuhi perjanjian utangnya akan mendapatkan penilaian kinerja yang baik dari kreditur. Hal ini karena perjanjian utang digunakan oleh pemberi pinjaman komersial sebagai sistem peringatan awal untuk memberikan sinyal masalah-masalah keuangan peminjam (Janes 2003 dalam Herawati dan Baridwan 2007). Ketika suatu perjanjian dilanggar maka sebaliknya, perusahaan akan mendapatkan penilaian kinerja yang buruk dari kreditur. Ukuran perusahaan (firm size) merupakan nilai yang menunjukan besar atau kecilnya perusahaan. Semakin besar perusahaan dan luasan usahanya, mengakibatkan pemilik tidak bisa mengelola sendiri perusahaannya secara langsung. Hal inilah yang memicu munculnya masalah keagenan. Perusahaan yang berukuran besar mempunyai motivasi melakukan manajemen laba dengan menurunkan laba guna menurunkan biaya politik. Sebaliknya yang terjadi pada perusahaan kecil yang berupaya menampilkan laba yang lebih baik. Hal ini dikarenakan perusahaan besar dipandang lebih kritis oleh pemegang saham dan pihak luar. Sehingga perusahaan besar mendapatkan tekanan yang lebih kuat untuk menyajikan pelaporan keuangan yang kredibel. Berbagai penelitian mengenai manajemen laba telah dilakukan, penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2010) menyatakan bahwa kontrak utang berpengaruh terhadap manajemen laba. Pujiningsih (2011) menyatakan bahwa

6 variabel yang berpengaruh terhadap manajemen laba adalah komite audit dan kompensasi bonus. Sedangkan menurut Prasetyo (2011) menyatakan bahwa kompensasi bonus (bonus plan) dan kontrak utang (debt covenant) tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Herawati dan Baridwan (2007) menyatakan bahwa tidak ada kecenderungan perusahaan yang melanggar perjanjian utang melakukan manajemen laba lebih besar daripada perusahaan yang tidak melanggar perjanjian utang. Penelitian mengenai ukuran perusahaan yang dilakukan oleh Handayani dan Rachadi (2009) menyatakan bahwa perusahaan menengah dan besar tidak terlalu berpengaruh terhadap manajemen laba, dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hasil yang berbeda ditunjukan oleh Ningsaptiti (2010) yang menyatakan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap manajemen laba adalah konsentrasi kepemilikan saham, ukuran perusahaan dan kualitas audit dengan proksi spesialisasi industri auditor. Muliati (2011) menyatakan bahwa terdapat pengaruh asimetri informasi dan ukuran perusahaan pada manajemen laba. Atas uraian tersebut, penulis tertarik untuk meneliti kembali faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba. Penelitian ini menggunakan data terbaru yaitu laporan keuangan perusahaan sektor tambang pada tahun 2009 sampai 2014. Dimana sepanjang tahun 2009 pergerakan harga saham pertambangan dapat dikatakan sangat menarik sehingga investor kembali memburu saham pertambangan yang membuat indeks naik tajam. Selain itu, pemilihan industri sektor tambang karena berdasarkan fenomena terbaru yang terjadi di Indonesia pada tabel 1.1, perusahaan sektor tambang yang cenderung sering melakukan manajemen laba. Selain itu, pemilihan sektor tambang sebagai salah satu yang membedakan dengan penelitian sebelumnya yang menggunakan perusahaan manufaktur sebagai subjek penelitiannya. Berdasarkan uraian latar belakang di atas mengenai manajemen laba, penulis tertarik untuk mengambil judul Pengaruh Bonus Plan, Debt Covenant Dan Firm Size Terhadap Manajemen Laba (Studi Pada Perusahaan Tambang Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2009 2014).

7 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, masalah yang akan diidentifikasi dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pengaruh bonus plan terhadap manajemen laba? 2. Bagaimana pengaruh debt covenant terhadap manajemen laba? 3. Bagaimana pengaruh firm size terhadap manajemen laba? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Untuk mengetahui pengaruh bonus plan terhadap manajemen laba. 2. Untuk mengetahui pengaruh debt covenant terhadap manajemen laba. 3. Untuk mengetahui pengaruh firm size terhadap manajemen laba. 1.4 Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan manfaat secara langsung maupun tidak langsung kepada : 1. Praktis Dengan adanya penelitian ini penulis berharap dapat memberikan masukan, menambah dan mengembangkan pengetahuan mengenai Pengaruh Bonus Plan, Debt Covenant dan Firm Size Terhadap Manajemen Laba sehingga dapat menegetahui praktik manajemen laba pada laporan keuangan perusahaan. 2. Teoritis Sebagai suatu karya ilmiah yang disusun oleh penulis, tentu karya ini akan di pertanggung jawabkan oleh penulis. Selain itu juga karya ilmiah ini dapat menjadi penerapan teori yang penulis dapat saat di bangku kuliah agar dapat diterapkan pada penelitian ini.