BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi di negara-negara ASEAN seperti Singapura 3/1000 per kelahiran hidup, Malaysia 5, 5/1000 per kelahiran hidup, Thailand 17/1000 per kelahiran hidup, Vietnam 18/1000 per kelahiran hidup, dan Philipina 26/1000 per kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian bayi di Indonesia cukup tinggi yakni 26,9/2000 per kelahiran hidup. Di Amerika Serikat terdapat sekitar 60% dari 4 juta bayi yang lahir setiap tahunnya mengalami ikterus. Di Malaysia ditemukan sekitar 75% bayi mengalami ikterus pada minggu pertama kelahirannya. Di Indonesia insiden ikterus pada bayi aterm dibeberapa Rumah sakit (RS) pendidikan bervariasi dari 13,7-85%. Bayi dengan ikterus berpotensi menjadi hiperbilirubinemia, terlebih bila terdapat keadaan patologis yang mendasari. (Depkes, 2007). Angka kematian bayi (AKB) di Propinsi Jawa Tengah tahun 2010 sebesar 10,62 per 1.000 kelahiran hidup, meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 10,25 per 1.000 kelahiran hidup. Dibandingkan dengan target Millenium Development Goals (MDGs) ke 4 tahun 2015 sebesar 17 per 1.000 kelahiran hidup maka AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 telah melampaui target. (Dinkes Provinsi Jateng, 2010). 1
2 Angka kematian bayi berdasarkan hasil laporan kegiatan sarana pelayanan kesehatan jumlah kematian bayi yang terjadi di Kota Semarang sebanyak 314 dari 25.852 kelahiran hidup (laporan Puskesmas), sehingga didapatkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 12,1 per 1.000 KH. (Profil kesehatan kota semarang 2011) Angka kematian bayi AKB di kabupaten Semarang dari tahun 2006 sampai tahun 2011 mengalami kenaikan dan penurunan dengan rincian sebagai berikut tahun (2006) 8,27/ 1000 kelahiran hidup, tahun (2007) 12,7/ 1000 kelahiran hidup, tahun (2008) 12,6/ 1000 kelahiran hidup, tahun (2009) 15,17/ 1000 kelahiran hidup. Tahun (2010) 10,46/ kelahiran hidup dan tahun (2011) 13,40/ 1000 kelahiran hidup ( Dinkes Kab Semarang 2012) Penyebab kematian neonatal 0 6 hari adalah gangguan pernapasan (37%), prematurias (34%), sepsis (12%), hipotermi (7%), ikterus (6%) dan kelainan kongenital (1%) ( Riskesdas, 2007). Ikterus merupakan masalah yang sering muncul pada masa neonatus terjadi akibat akumulasi bilirubin yang berlebihan dalam darah dan jaringan. Bilirubin itu sendiri merupakan hasil pemecahan sel darah merah (hemoglobin) Dalam kadar tinggi bilirubin bebas ini bersifat racun, sulit larut dalam air dan sulit dibuang. Untuk menetralisirnya, organ hati akan mengubah bilirubin indirect (bebas) menjadi direct yang larut dalam air. Masalahnya, organ hati sebagian bayi baru lahir belum dapat berfungsi optimal dalam mengeluarkan bilirubin bebas tersebut (Kern ikterus adalah
3 suatu kerusakan otak akibat adanya bilirubin indirec pada otak. Kern ikterus ditandai dengan kadar bilirubin darah yang tinggi (> 20 mg% pada bayi cukup bulan atau > 18 mg % pada bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah) disertai dengan kerusakan otak, leher kaku, letargi dan sianosis, serta diikuti juga dengan ketulian, gangguan berbicara, dan retardasi mental dikemudian hari. (Nany, 2011:78) Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus nonfisiologis) dapat disebabkan Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus, defisiensi G6PD, sferositosis herediter dan pengaruh obat. Infeksi, septikemia, sepsis, meningitis, infeksi saluran kemih, infeksi intra uterin. Polisitemia kstravasasi sel darah merah, sefalhematom, kontusio, traumalahir, Ibu diabetes, Asidosis Hipoksia/asfiksia, Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik (Saifuddin, 2002: 381). Dampak yang terjadi dalam jangka pendek bayi akan mengalami kejang-kejang, sementara dalam jangka panjang bayi bisa mengalami cacat neurologis contohnya ketulian, gangguan bicara dan retardasi mental. Jadi, penting sekali mewaspadai keadaan umum si bayi dan harus terus dimonitor secara ketat (Mula Tarigan, 2008). Penelitian didunia kedokteran menyebutkan bahwa 70% bayi baru lahir mengalami ikterus atau kuning, meski ini bisa dikatagorikan normal namun diharapkan untuk tetap waspada. Sehingga tidak terjadi hiperbilirubinemia pada keadaan dimana terjadi peningkatan kadar hiperbilirubinemia serum yang dihubungkan dengan hemolisis sel darah
4 merah (SDM) dan repsopsi lanjut dari bilirubin yang terkonjugasi dari usus kecil. Salah satu penyebab ikterik adalah inkompibilitas ABO atau ketidak cocokan golongan darah. Kejadian ini ditemukan pada ibu dengan golongan darah O yang melahirkan bayi dengan golongan darah A atau B, Sekitar 20-40% dari seluruh kehamilan (Noortiningsih, 2003) Angka kejadian bayi baru lahir dengan ikterik patologi di rumah sakit Roemani Muhammadiyah Semarang pada tahun 2012 ada 112 kasus dengan riwayat persalinan SC dan normal dan pada tahun 2013 dari bulan januari bulan maret ada 45 kasus bayi baru lahir dengan ikterik patologi dengan riwayat persalinan normal dan dengan tindakan. (Data dari buku register ruang BBRT Rumah sakit Roemani Muhammadiyah Semarang tahun 2012-2013). Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk mengambil kasus Asuhan kebidanan bayi baru lahir patologi dengan ikterik di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu diadakan setudi kasus untuk megetahui Bagaimana Asuhan kebidanan bayi baru lahir patologi dengan ikterik di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang
5 C. Tujuan 1. Tujuan umum Diharapkan mahasiswa mampu melakukan Asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan ikterik. 2. Tujuan kusus a. Melakukan pengumpulan data bayi baru lahir dan pengkajian data dengan pemeriksaan objektif. b. Mengidentifikasi diagnosa / masalah asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan ikterik patologi. c. Mengidentifikasi masalah potensial ikterik. d. Mengidentifikasi kebutuhan segera pada bayi baru lahir dengan kasus ikterik patologi. e. Merencanakan semua tindakan yang komprensif pada bayi baru lahir dengan ikterik patologi. f. Melakukan tindakaaaan sesuai rencana. g. Mengevaluasi pelaksanaan asuhan kebidanan. D. Ruang lingkup a. Sasaran Bayi baru lahir dengan ikterik patologi di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang.
6 b. Tempat Pengambilan kasus asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterik patologi di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. c. Waktu Pengambilan data bayi baru lahir patologi dengan ikterik pada bulan Mei 2013. E. Manfaat a. Bagi Mahasiswa Dapat memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan ikterik patologi. b. Bagi Tempat penelitian Sebagai bahan masukan di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambil keputusan dalam menentukan langkah berikutnya guna memecahkan masalah. c. Bagi Pembaca dan masyarakat Dapat menambah pengetahuan dan wawasan pembaca khususnya tentang ikterik patologi dan Sebagai informasi kepada masyarakat khususnya penanganan bayi baru lahir dengan ikterik patologi. d. Bagi tenaga kesehatan Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi dapat meningkatkan mutu sebagai pertimbangan untuk meningkatkan mutu
7 dan kualitas pelayanan kesehatan dalam perencanaan asuhan pada bayi baru lahir dengan ikterik. e. Bagi institusi pendidikan Sebagai Reprensi di perpustakaan yang dapat di gunakan oleh peneliti selanjutnya yang akan melakukan studi kasus tentang ikterik patologi. f. Bagi peneliti Sebagai pengalaman baru dalam melakukan studi kasus dan dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang di peroleh di kampus dengan keadaan di masyarakat serta menambah informasi tentang asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan ikterik. F. Metode pengumpulan data 1. Studi Pustaka Mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan ikterus neonatorum. 2. Observasi Partisipasi Observasi dalam melakukan asuhan kebidanan secara langsung. 3. Wawancara Mewawancarai secara langsung petugas dan keluarga pasien.