- 1 - SALINAN Desaign V. Santoso, 10 April 2013 PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG MEKANISME KERJA DAN METODE PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU, Menimbang Mengingat : a. bahwa berdasarkan Pasal 26 ayat (4) Undang-Undang 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, disebutkan mengenai mekanisme dan Metoda Penyuluhan ditetapkan dengan Peraturan Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota ; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a tersebut diatas, maka perlu diatur dengan Peraturan Bupati Berau ; : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72) tentang penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 9) sebagai Undang-Undang (Memori Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820) ; 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) ; 3. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4660) ;
- 2-4. Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 9 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten Berau (Lembaran Daerah Kabupaten Berau Tahun 2008 Nomor 9) ; 5. Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Berau (Lembar Daerah Kabupaten Berau Tahun 2008 Nomor 10) ; 6. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 52/Permentan/OT. 140/12/2009 tentang Metode Penyuluhan Pertanian ; 7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikananan Nomor 13/Men/2011 Tentang Pedoman Penyusunan Program Penyuluhan Perikanan ; 8. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.46/Menhut- II/2012 Tentang Metode dan Materi Penyuluhan Kehutanan ; 9. Peraturan Bupati Berau Nomor 39 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Badan Pada Badan Ketahanan Pangan Dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Berau (Lembar Daerah Kabupaten Berau Tahun 2009 Nomor 39). MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG MEKANISME KERJA DAN METODE PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah Kabupaten Berau. 2. Bupati adalah Bupati Berau. 3. Dinas dan Instansi terkait adalah SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Berau yang dalam tugas pokok dan fungsinya terkait dengan Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian Perikanan, dan Kehutanan yang dalam hal ini adalah Badan Ketahanan Pangan Dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Berau yang selanjutnya disebut dengan BKP3. 4. Unit Pelaksana Teknis Badan disebut Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) yang mempunyai tugas pokok dan fungsinya terkait dengan Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di tingkat Kecamatan yang dipimpinan oleh Kepala UPTB.
- 3-5. Komisi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Berau yang selanjutnya disebut Komisi Penyuluhan adalah kelembagaan independen yang dibentuk pada tingkat kabupaten yang terdiri atas para pakar dan/atau praktisi yang mempunyai keahlian dan kepedulian dalam bidang penyuluhan atau pembangunan pedesaan. 6. Penyuluh pegawai negeri sipil yang selanjutnya disebut Penyuluh PNS adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian, perikanan atau kehutanan untuk melakukan kegiatan penyuluhan. 7. Penyuluh swasta adalah penyuluh yang berasal dari dunia usaha dan/atau lembaga yang mempunyai kompetensi dalam bidang penyuluhan. 8. Penyuluh swadaya adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh 9. Pos penyuluhan Kampung/Kelurahan adalah unit kerja non struktural yang dibentuk dan dikelola kelembagaan tani. 10. Penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan yang selanjutnya disebut penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian lingkungan hidup. 11. Pertanian yang mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan yang selanjutnya disebut pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran dan jasa penunjang pengelolaan sumberdaya alam hayati dalam agro ekosistem yang sesuai dan berkelanjutan, dengan bantuan teknologi, modal, tenaga kerja dan manajemen untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahtraan masyarakat. 12. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan mulai pra produksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu system bisnis perikanan. 13. Kehutanan adalah system pengurusan yang berhubungan dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu dan berkelanjutan 14. Mekanisme kerja adalah alur yang digunakan dalam tata hubungan kerja, baik koordinasi, konsultasi maupun komando. 15. Metoda penyuluhan adalah cara atau teknik penyelenggaraan penyuluhan. 16. Team kerja penyuluhan adalah sekelompok penyuluh yang memiliki keahlian berbeda yang menyelenggarakan penyuluhan bersama-sama.
- 4-17. Program penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan yang selanjutnya disebut program penyuluhan adalah rencana tertulis yang disusun secara sistematis untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali pencapaian tujuan penyuluhan. 18. Sasaran Utama penyuluhan yaitu pelaku utama dan pelaku usaha 19. Kelembagaan petani, pekebun, peternak, nelayan pembudiya ikan, pengolah ikan, dan masyarakat di dalam dan disekitar kawasan hutan adalah lembaga yang ditumbuhkembangkan dari, oleh, dan untuk pelaku utama. 20. Kelembagaan penyuluhan adalah lembaga pemerintah dan/atau masyarakat yang mempunyai tugas dan fungsi penyelenggaraan penyuluhan. 21. Kampung atau yang disebut dengan nama lainnya, selanjutnya disebut Kampung, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam system Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. BAB II TUJUAN Pasal 2 (1) Meningkatkan efektivitas dan produktivitas kinerja dalam penyelenggaraan penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. (2) Mempercepat dan mempermudah penyampaian materi dalam pelaksanaan penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. (3) Mempercepat proses adopsi inovasi teknologi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. BAB III MEKANISME KERJA Pasal 3 Penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan dilaksanakan dengan menerapkan mekanisne kerja sebagai berikut : 1. Pendidikan dan pelatihan SDM Penyuluh ; 2. Persiapan penyuluhan yang meliputi : a. Penyusunan Program Penyuluhan ; b. Penyusunan Rencana Kerja Tahunan Penyuluh (RKT).
- 5-3. Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan meliputi : a. Penyusunan Materi Penyuluhan ; b. Penerapan Metode Penyuluhan ; c. Penilaian Perlombaan Kelembagaan Tani ; d. Penumbuhan dan Pengembangan Kelembagaan. 4. Evaluasi dan Pelaporan, meliputi : a. Evaluasi Pelaksanaan Penyuluhan ; b. Evaluasi Dampak (Impact). 5. Pengembangan Penyuluhan, meliputi : a. Penyusunan Pedoman atau Juklak/Juknis Penyuluhan ; b. Pengembangan Sistem Kerja / Metode Penyuluhan. 6. Penunjang Kegiatan Penyuluhan, meliputi : a. Lokakarya/Seminar di bidang Pertanian, Perikanan Dan Kehutanan ; b. Menjadi anggota tim penilai angka kredit penyuluh ; c. Menjadi anggota dewan redaksi dalam media massa di bidang pertanian, perikanan dan kehutanan ; d. Memperoleh penghargaan/tanda jasa dari pemerintah atas prestasi kerjanya ; e. Melatih/mengajar pada pendidikan dan latihan di bidang Pertanian, Perikanan Dan Kehutanan ; f. Menjadi anggota organisasi profesi. 7. Mengembangkan Profesi Penyuluh, meliputi : a. Membuat karya tulis ilmiah hasil pengkajian baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan tetapi digunakan untuk kepentingan Dinas ; b. Membuat ulasan hasil gagasan sendiri baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan tetapi digunakan untuk kepentingan Dinas ; c. Menterjemahkan atau menyadur buku di bidang Pertanian, Perikanan dan Kehutanan baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan tetapi digunakan untuk kepentingan Dinas ; d. Memberikan konsultasi di bidang Pertanian,Perikanan dan Kehutanan yang bersifat konseptual. 8. Penyuluhan dapat dilaksanakan dalam bentuk tim kerja penyuluhan untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal. 9. Dalam rangka pengawalan keberhasilan kegiatan pembinaan dan pengembangan produksi yang diprogramkan oleh dinas/instansi teknis terkait yang memerlukan pendampingan petugas penyuluh, maka perlu disusun perencanaan oleh dinas/instansi teknis terkait yang meliputi perencanaan alokasi kegiatan yang mencakup jenis, volume, lokasi, jangka waktu dan komoditas. 10. Penyuluhan yang dilaksanakan oleh penyuluh swasta dan swadaya di luar bidang keahliannya atau ketrampilannya harus mendapat rekomendasi dari Kepala BKP3.
- 6 - BAB IV TATA HUBUNGAN KERJA Pasal 4 (1) Dalam rangka kelancaran penyelenggaraan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan perlu pengaturan tata hubungan kerja antara Unit Kerja/Lembaga/Dinas/Instansi terkait. (2) Hubungan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi mekanisme hubungan kerja secara konsultatif, koordinatif dan instruktif. (3) Hubungan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. (4) Hubungan kerja tingkat Kabupaten adalah : a. Hubungan kerja antara Bupati dengan Komisi Penyuluhan adalah hubungan koordinatif ; b. Hubungan kerja antara Bupati dengan BKP3 adalah hubungan instruktif ; c. Hubungan kerja antara BKP3 dengan Bupati adalah hubungan konsultatif ; d. Hubungan kerja antara BKP3 dengan Dinas/Instansi/Lembaga terkait adalah hubungan saling koordinatif ; e. Hubungan kerja antara BKP3 dengan BPK adalah hubungan instruktif ; f. Hubungan kerja antara BPK dengan BKP3 adalah hubungan konsultatif dan koordinatif ; g. Hubungan kerja antara kelembagaan penyuluhan Swasta/Swadaya di tingkat Kabupaten, Kecamatan dan Kampung dengan Bupati adalah hubungan koordinatif ; h. Hubungan kerja antara kelembagaan penyuluhan Swasta/Swadaya di tingkat Kabupaten, Kecamatan dan Kampung dengan BKP3 adalah hubungan konsultatif dan koordinatif. (5) Hubungan kerja tingkat Kecamatan adalah : a. Hubungan kerja antara Camat dengan BPK adalah saling berkoordinatif ; b. Hubungan kerja antara BPK dengan Dinas/Instansi/Lembaga terkait di Kecamatan adalah saling berkoordinatif ; c. Hubungan kerja antara BPK dengan kelembagaan penyuluhan tingkat Kampung hubungan koordinatif ; d. Hubungan kerja antara BPK dengan petugas penyuluh hubungan instruktif dan koordinatif fungsional ; e. Hubungan kerja antara Petugas Penyuluh dengan BPK hubungan konsultatif dan koordinatif ; f. Hubungan kerja antara kelembagaan penyuluhan Swasta/Swadaya di tingkat Kabupaten, Kecamatan dan Kampung dengan BPK adalah hubungan konsultatif dan koordinatif ;
- 7 - g. Hubungan kerja antara BPK dengan LPMK, BPK, kelembagaan penyuluhan Swasta/Swadaya dengan BPK adalah hubungan konsultatif dan koordinatif ; (6) Hubungan kerja tingkat Kampung adalah : a. Hubungan kerja antara Kepala Kampung dengan Penyuluh adalah saling berkoordinatif ; b. Hubungan kerja antara Penyuluh dengan aparat kampung, kelembagaan penyuluhan Swasta/Swadaya adalah hubungan konsultatif dan koordinatif. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 5 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah kabupaten Berau. Ditetapkan di Tanjung Redeb pada tanggal 13 September 2013 BUPATI BERAU, H. MAKMUR HAPK Diundangkan di Tanjung Redeb pada tanggal 13 September 2013 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BERAU, H. JONIE MARHANSYAH BERITA DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN 2013 NOMOR 30 Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN, Hj. SRI EKA TAKARIYATI, SH, MM Pembina Tk. I NIP. 19651212 199403 2 008
- 8 - LAMPIRAN PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR : 30 TAHUN 2013 TANGGAL : 13 SEPTEMBER 2013 TENTANG : MEKANISME KERJA DAN METODE PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN MEKANISME KERJA PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BERAU BUPATI Komisi Penyuluhan Kabupaten Berau Kelembagaan Penyuluhan Swasta/Swadaya BAPELUH Dinas/Instansi Terkait Tingkat Kabupaten Kelembagaan Penyuluhan Swasta/Swadaya Balai Penyuluhan UPT Tingkat Kecamatan Tingkat Desa/Kampung Kelembagaan Penyuluhan Swasta/Swadaya Pos Penyuluhan LPM + BPK Dinas/Instansi Terkait Keterangan : : Garis Komando : Garis Koordinasi Diundangkan di Tanjung Redeb pada tanggal 13 September 2013 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BERAU, H. JONIE MARHANSYAH BERITA DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN 2013 NOMOR 30 Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN, Hj. SRI EKA TAKARIYATI, SH, MM Pembina Tk. I NIP. 19651212 199403 2 008 Ditetapkan di Tanjung Redeb pada tanggal 13 September 2013 BUPATI BERAU, H. MAKMUR HAPK